Hubungan Antara Self-Efficacy Dan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa Kelas XII SMA "X" Cimahi.

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dan

orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X” Cimahi.

Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di SMA “X” Cimahi yang

berjumlah 92 siswa. Alat ukur efficacy disusun oleh peneliti berdasarkan teori self-efficacy Bandura (2002) dan alat ukur orientasi masa depan merupakan modifikasi dari kuesioner sebelumnya yang disusun oleh Andrea (2014) berdasarkan teori Seginer (2009). Alat ukur self-efficacy terdiri dari 32 item dan alat ukur orientasi masa depan terdiri dari 29 item. Alat ukur self-efficacy memiliki validitas sebesar 0,303 – 0,627 dan memiliki reliabilitas sebesar 0,872. Alat ukur orientasi masa depan memiliki validitas sebesar 0,384 – 0,788 dan memiliki reliabilitas sebesar 0,922. Data diolah menggunakan uji korelasi spearman.

Berdasarkan pengolahan data statistik, ditemukan korelasi sebesar (r = +0,291) dengan hasil t hitung lebih besar daripada t tabel yang berarti berkorelasi secara signifikan namun tergolong rendah.

Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan. Peneliti mengajukan saran agar pihak sekolah, guru wali kelas, maupun guru BK untuk meningkatkan self-efficacy pada siswa. Selain itu, untuk penelitian lebih lanjut perlu dijaring faktor-faktor yang memengaruhi orientasi masa depan sehingga pembahasan menjadi lebih lengkap.


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research was conducted to know the relationship between self-efficacy and future academic orientation in grade XII Students SMA "X" Cimahi.

Participants in this research is grade XII students in SMA "X" Cimahi which is 92 respondents. The base of self-efficacy instrument was developed by writer from self-efficacy theory from Bandura (2002) and the base of future orientation instrument is a modification of a previous questionaire developed by Andrea (2014) from the theory of Seginer (2009). Self-efficacy instrument consists of 32 items and future orientation instrument consist 29 items. Self-efficacy instrument has a validity of 0.303 to 0.627 and has a reliability of 0.872. Future orientation instrument has a validity of 0.384 to 0.788 and has a reliability of 0.922. The data were processed by spearman corrleation test.

Based on statistical data processing, was found a correlation of (r = +0.291) with the result t is greater than t table which means significantly correlated classified as low correlation.

The conclusion is that there is a significant positive correlation between self-efficacy and academic future orientation. Writer propose suggestions that the school delegation and teachers to increase students self-efficacy. Therefore, for in depth research needs to collect the factors that affect future orientations so that the topic analysis will be more comprehensive.


(3)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ...iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian ... 20

1.7 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Remaja ... 21

2.1.1 Definisi Remaja ... 21

2.1.2 Rentang Usia Remaja ... 21

2.1.3 Tahap Perkembangan Kognitif pada Remaja ... 22

2.2 Self-Efficacy ... 23

2.2.1 Definisi Self-Efficacy ... 23

2.2.2 Aspek-Aspek Self-Efficacy... 24

2.3 Orientasi Masa Depan ... 26

2.3.1 Definisi Orientasi Masa Depan ... 26

2.3.2 Tiga Komponen Model Orientasi Masa Depan ... 26

2.3.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Orientasi Masa Depan... 29

2.4 Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pendidikan ... 30

2.5 Self-Efficacy dan Orientasi Masa Depan ... 32

2.6 Pendidikan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian ... 35

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 35


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.3.1 Variabel Penelitian ... 36

3.3.2 Definisi Konseptual ... 36

3.3.3 Definisi Operasional ... 37

3.4 Alat Ukur ... 40

3.4.1 Alat Ukur Self-Efficacy ... 40

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner Self-Efficacy ... 42

3.4.3 Alat Ukur Orientasi Masa Depan ... 43

3.4.4 Prosedur Pengisian Kuesioner Orientasi Masa Depan ... 44

3.4.5 Data Demografi ... 45

3.4.6 Validitas Alat Ukur ... 45

3.4.7 Reliabilitas Alat Ukur ... 46

3.5 Populasi dan Karakteristik Populasi ... 47

3.5.1 Populasi Sasaran... 47

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 47

3.6 Teknik Analisis Data ... 48

3.7 Hipotesis Statistik ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 50

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 50

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 51

4.2 Hasil Penelitian ... 51


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

4.3 Pembahasan ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 55

5.2.1 Saran Teoretis ... 55

5.2.2 Saran Praktis ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

DAFTAR RUJUKAN ... 59 LAMPIRAN


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ... 19 Bagan 2.1 Three-Component Model Orientasi Masa Depan ... 27 Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 35


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Self-Efficacy ... 40

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Alat Ukur Self-Efficacy ... 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan ... 43

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Alat Ukur Orientasi Masa Depan ... 44

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51


(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur Self-Efficacy

Lampiran 2 Alat Ukur Orientasi Masa Depan Lampiran 3 Kisi-Kisi Alat Ukur Self-Eficacy

Lampiran 4 Kisi-Kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 6 Penentuan Kategori Alat Ukur

Tabel 1 Data Skor dan Kategori Alat Ukur Self-Efficacy Tabel 2 Data Skor dan Kategori Aspek Self-Efficacy

Tabel 3 Data Skor dan Kategori Alat Ukur Orientasi Masa Depan Tabel 4 Data Skor dan Kategori Komponen Orientasi Masa Depan

Lampiran 7 Hasil Uji Korelasi Antara Self-Efficacy dengan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, hal ini menyebabkan persaingan di dunia menjadi semakin ketat. Persaingan yang terjadi bukanlah sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

skill dari sumber daya manusia. Dengan adanya AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang

memungkinkan setiap warga Negara ASEAN untuk dapat bekerja lintas negara, persaingan kerja menjadi semakin ketat. Setiap orang kini dituntut untuk bisa bersaing agar mampu menyesuaikan dengan standar yang ditetapkan di dunia kerja masa kini.

Dengan adanya persaingan dalam dunia kerja tersebut, pendidikan menjadi hal yang dianggap penting dewasa ini oleh masyarakat dunia, salah satunya di Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003).

Pendidikan tinggi, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai dapat membantu seseorang untuk mendapatkan peluang kerja yang cukup besar di era modern ini. Untuk dapat mengetahui sejauh mana pendidikan tinggi, pengetahuan, dan keterampilan seseorang, ijazah pendidikan tinggi menjadi salah satu syarat yang sangat diperhatikan oleh setiap perusahaan.


(11)

Setiap orang kini berlomba-lomba untuk memasuki perguruan tinggi atau sekolah-sekolah tinggi untuk menjawab tantangan era globalisasi tersebut.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi remaja-remaja di Indonesia yang mengenyam pendidikan menengah atas khususnya kelas XII, karena mereka dihadapkan dengan keharusan menjalani Ujian Nasional dan pertanyaan mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah lulus sekolah. Siswa kelas XII dalam hal ini telah menduduki tingkat pendidikan SMA yang paling tinggi sebelum akhirnya mereka lulus dan melanjutkan kehidupan mereka dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau memilih untuk bekerja. Dengan begitu siswa-siswi diharapkan telah memiliki gambaran masa depannya setelah lulus nanti.

Untuk menentukan masa depan, siswa perlu mengetahui minat dan kemampuannya serta yakin bahwa kemampuannya dapat membantu siswa untuk bersaing di dalam dunia perguruan tinggi maupun dunia pekerjaan. Agar siswa lebih mudah dalam menentukan pilihan setelah lulus nanti, siswa perlu mengetahui gambaran dunia pendidikan tinggi maupun pekerjaan. Dengan begitu siswa perlu berkonsultasi dengan guru BK, guru wali kelas, keluarga, dan teman-teman. Dunia perguruan tinggi dapat diketahui siswa dengan cara mencari informasi terkait perguruan tinggi - perguruan tinggi Indonesia beserta jurusan dan prospek kerjanya, sedangkan untuk mengetahui dunia kerja siswa dapat mencari informasi melalui media internet maupun mengikuti kegiatan magang.

Salah satu Sekolah Menengah Atas di Kota Cimahi yang memiliki program magang bagi siswanya adalah SMA “X” Cimahi. SMA “X” Cimahi adalah salah satu SMA swasta yang berada di Kota Cimahi. SMA “X” Cimahi ini memiliki jumlah total 393 siswa yang terdiri atas 160 siswa kelas X, 129 siswa kelas XI, dan 104 siswa kelas XII. SMA “X” Cimahi saat ini memiliki 14 kelas, diantaranya 5 kelas untuk kelas X, 5 kelas untuk kelas XI yaitu 3 kelas IPS dan 2 kelas IPA, dan 4 kelas untuk kelas XII yaitu 2 kelas IPS dan 2 kelas IPA.


(12)

3

Menyikapi tantangan global mengenai persaingan dunia pendidikan dan pekerjaan, SMA ”X” Cimahi mengadakan kegiatan khusus untuk memberi bekal bagi siswa-siswinya berupa kegiatan magang, uji kompetensi akuntansi, dan kegiatan expo perguruan tinggi. Kegiatan magang dilaksanakan secara rutin selama 2 minggu pada setiap semester ganjil oleh siswa-siswi kelas XII di beberapa supermarket yang sudah menjalin kerjasama dengan SMA “X” Cimahi.

Selama 2 minggu melaksanakan magang, siswa-siswi tidak melaksakan kegiatan belajar di sekolah. Siswa-siswi juga tidak diberikan gaji, namun diberi nilai oleh pihak supermarket mengenai hasil kinerja mereka. Dalam program magang tersebut, siswa-siswi ditugaskan menjadi Service Crew Junior yang terbagi menjadi beberapa divisi diantaranya bagian fresh,

food, non-food, dan GMS. Pembagian divisi tersebut dilakukan oleh pihak supermarket.

Tujuan diadakannya kegiatan magang ini adalah agar siswa-siswi mengenal dunia kerja secara nyata.

Program lainnya yang menjadi andalan di sekolah ini adalah Uji Kompetensi Akuntansi. Program ini memiliki lisensi legal untuk dilaksanakan di SMA “X” Cimahi. Siswa-siswi yang berminat bisa mengikuti program ini. Pada program ini diadakan semacam kelas khusus untuk pelatihan dan jangka waktu yang diperlukan untuk siswa agar lulus uji kompetensi ini tergantung pada kecepatan belajar masing-masing siswa. Siswa yang lulus Uji Kompetensi Akuntansi akan mendapatkan sertifikat lulus uji kompetensi yang nantinya bisa digunakan untuk melamar pekerjaan. Tujuan diadakan program ini adalah memberikan bekal bagi siswa-siswi yang ingin melanjutkan pekerjaan dan mendukung siswa-siswa-siswi yang nantinya akan melanjutkan pendidikan terkait Akuntansi.

SMA “X” Cimahi juga mengadakan kegiatan berupa expo, dimana OSIS SMA “X” Cimahi mengundang beberapa universitas di Indonesia untuk membuka stand di sekolah dan


(13)

memberikan berbagai informasi serta promosi mengenai perguruan tinggi dan jurusannya. Tujuan diadakannya kegiatan expo ini adalah agar siswa-siswi lebih mengenal berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang diharapkan membantu siswa-siswi dalam menentukan pilihan apabila mereka ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Siswa juga diberi kebebasan untuk melakukan konsultasi dengan guru BK mengenai pilihan jurusan perkuliahan.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, guru-guru SMA “X” Cimahi berharap siswa-siswinya memiliki wawasan tentang perguruan tinggi atau sekolah lanjutan di Indonesia beserta jurusan dan prospek pekerjaannya, selain itu mengenalkan siswa dengan dunia pekerjaan, sehingga setelah lulus nanti siswa-siswi telah memiliki pilihan apakah ingin bekerja atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pada dasarnya, guru-guru SMA “X” Cimahi berharap siswa-siswinya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi agar lebih siap dalam menghadapi tantangan global khususnya mengenai pendidikan dan persaingan pekerjaan.

Agar siswa dapat bersaing dalam dunia perguruan tinggi, selain harus mengetahui minat dan kemampuannya, juga diperlukan keyakinan diri akan kemampuannya untuk mengikuti kegiatan belajar, sehingga dalam mencapai tujuan setelah lulus SMA baik melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau bekerja, siswa yakin bahwa dirinya mampu menjalankan rencana-rencana yang telah dibuat. Keyakinan diri akan kemampuan yang dimiliki disebut sebagai self-efficacy. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang tentang kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai keinginannya (Bandura, 2002 : 3).

Keyakinan seseorang tentang kemampuan yang dimiliki tersebut memengaruhi tindakan seseorang dalam meraih tujuannya di masa depan. Self-efficacy adalah faktor penting dalam


(14)

5

pencapaian seseorang. Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi mendukung pernyataan seperti, “Saya tahu bahwa saya bisa mempelajari materi ini dalam kelas ini.” dan “Saya berharap saya bisa melakukan yang terbaik untuk kegiatan ini.” (Albert Bandura (1997, 2004, 2010a, 2012, dalam Santrock, 2014). Sekali terbentuk, self-efficacy akan mengatur seseorang dalam memberikan aspirasi, pilihan perilaku yang akan ditampilkan, mobilisasi dan usaha yang dipertahankan, dan reaksi afektif seseorang (Bandura, 2002).

Dengan demikian, siswa yang yakin mampu mengikuti kegiatan belajar di sekolah akan merasa yakin bahwa siswa juga mampu mengikuti kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi. Siswa yang yakin akan kemampuannya dalam mengikuti kegiatan belajar akan berani menentukan goal yang menantang bagi dirinya dan yakin bahwa ia mampu menjalankan rencana-rencana untuk mencapai goal tersebut di masa depan. Siswa yang yakin dengan kemampuannya akan membuat rencana-rencana untuk masa depannya. Apabila siswa memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, siswa akan mencari tahu minat dan kemampuannya serta mencari informasi tentang perguruan tinggi yang diminatinya, selanjutnya siswa menyusun rencana untuk memasuki perguruan tinggi. Penyusunan rencana-rencana masa depan, eksplorasi informasi, dan mengetahui minat serta kemampuan merupakan bagian dari orientasi masa depan.

Menurut Seginer (2009), orientasi masa depan adalah gambaran perkembangan manusia mengenai masa depan, dimana secara sadar dinyatakan dan dilaporkan oleh diri sendiri. Orientasi masa depan akan memengaruhi keadaan emosi dan tingkah laku seseorang di masa sekarang untuk mencapai tujuannya di masa depan (Lewin 1942/1948, dalam Seginer, 2009). Menurut Seginer, seseorang yang memiliki orientasi masa depan yang jelas mempunyai dorongan untuk memikirkan masa depannya yang dalam hal ini disebut sebagai komponen


(15)

dalam hal ini disebut sebagai komponen cognitive representation, dan mengeksplorasi minat dan masa depannya serta memiliki komitmen terhadap masa depannya yang dalam hal ini disebut sebagai komponen behavioral.

Dalam menentukan orientasi masa depan bidang pendidikan siswa, self-efficacy memiliki peran penting dan dianggap menjadi prediktor untuk educational expectations. Hal ini diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Emily Brown pada tahun 2011 yang berjudul “The relationship Between Self-Efficacy and Educational Expectations in Middle and High School Youth”. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa self-efficacy adalah salah satu

prediktor yang signifikan untuk educational expectations dimana educational expectations ini penting untuk menentukan orientasi masa depan remaja. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa remaja sekolah menengah yang memiliki self-efficacy yang tinggi memiliki harapan untuk lulus dari perguruan tinggi.

Selain Emily Brown, Kerpelman dkk (2007) juga melakukan penelitian mengenai keterkaitan self-efficacy dan orientasi masa depan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa self-efficacy menjadi prediktor yang kuat dalam menentukan orientasi masa depan. Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia yaitu penelitian yang dilakukan oleh Endang Pudjiastuti dkk (2012) dengan judul “Hubungan Self-Efficacy Dengan Orientasi Masa Depan

Area Pendidikan Siswa Kelas XI Jurusan IPA Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 5 Bandung” didapatkan hasil korelasi positif yang berarti terdapat hubungan antara self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan.

Dengan begitu, siswa-siswi yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi diharapkan memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam bidang akademik, sehingga siswa akan bersungguh-sungguh dalam menyusun rencana, menjalankan rencana, dan memiliki komitmen dalam menentukan masa depannya.


(16)

7

Hasil wawancara peneliti dengan 10 siswa-siswi SMA kelas XII di SMA “X” Cimahi mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan, 8 siswa (80%) memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang cenderung jelas sedangkan 2 siswa (20%) lainnya memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang cenderung belum jelas. Komponen motivational membahas mengenai seberapa besar dorongan yang dimiliki siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dari hasil survey, siswa-siswi yang memiliki orientasi masa depan yang cenderung jelas menyatakan bahwa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah penting untuk menunjang masa depan mereka, sehingga seluruh siswa mengatakan bahwa mereka semua ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Siswa-siswi juga telah memiliki pilihan jurusan yang diminati dan mereka optimis bahwa mereka akan diterima di perguruan tinggi yang mereka harapkan. Dengan begitu siswa termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hasil survey terhadap 2 siswa yang orientasi masa depannya cenderung belum jelas didapatkan bahwa kedua siswa juga menyatakan bahwa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah hal yang penting sehingga mereka juga ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Meski begitu, salah satu siswa merasa kurang optimis untuk diterima di perguruan tinggi, sedangkan satu siswa lainnya merasa cukup optimis diterima di perguruan tinggi hanya saja ia belum memiliki pilihan jurusan apa yang akan ia ambil.

Komponen cognitive representation membahas mengenai seberapa sering siswa memikirkan hal-hal yang mendukung maupun menghambat pencapaian rencana dalam memilih jurusan perguruan tinggi. Hasil survey diketahui bahwa 8 siswa ini telah memikirkan rencana-rencana apa saja yang akan di lakukan agar dapat diterima di perguruan tinggi yang diharapkan. Siswa juga memikirkan lebih lanjut mengenai prospek pekerjaan seperti apa yang memungkinkan bila siswa memilih jurusan yang diharapkan. Mereka juga memikirkan


(17)

mengenai kesulitan-kesulitan apa yang akan dihadapi dalam melanjutkan pendidikan seperti persaingan yang ketat pada saat Ujian Saringan Masuk maupun kehidupan perkuliahan yang berbeda dengan kehidupan pendidikan menengah atas. Berbeda dengan 2 siswa lainnya, siswa-siswi ini belum memiliki perencanaan mengenai pemilihan jurusan karena satu siswa dengan sengaja tidak merencanakan pemilihan jurusan karena mengikuti saran yang diberikan orang tuanya, sedangkan satu siswa lainnya belum merencanakan pemilihan jurusan karena siswa ini belum memiliki pilihan jurusan yang diminati sehingga siswa ini lebih fokus mengetahui minatnya terlebih dahulu dibandingkan dengan merencanakan pemilihan jurusan. Meski begitu, kedua siswa ini sama-sama menghawatirkan mengenai persaingan dengan siswa-siswi lain dalam memerebutkan bangku kuliah.

Komponen behavioral membahas mengenai seberapa besar usaha dan komitmen siswa dalam menjalankan rencana terkait pemilihan jurusan. Dari hasil survey didapatkan bahwa 8 siswa-siswi ini telah mencari berbagai informasi terkait pemilihan jurusan kuliah, mulai dari internet, meminta saran pada teman, guru wali kelas, senior yang telah lulus dan melanjutkan pendidikan tinggi, orang tua, saudara yang telah memiliki tingkat pendidikan tinggi, guru BK, hingga menghadiri expo di sekolah. Beberapa dari mereka juga mengikuti psikotes untuk lebih mengenali minat dan kemampuannya serta kecocokannya di bidang yang akan di ambil. Siswa-siswi ini juga berkomitmen akan melanjutkan pendidikan tinggi demi cita-cita yang telah mereka buat. Sedangkan 2 siswa lainnya belum mencari informasi terkait perguruan tinggi atau jurusan, diantaranya 1 siswa tidak mencari informasi terkait perguruan tinggi karena menyerahkan seluruhnya pada saran dan pilihan orang tuanya sedangkan 1 siswa lagi masih lebih fokus untuk mengenali minatnya sendiri untuk memilih jurusan yang akan diambil, sehingga 2 siswa-siswi ini belum memiliki gambaran cita-cita yang jelas khususnya terkait dengan pendidikan tinggi dan prospek pekerjaan.


(18)

9

Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan 10 siswa-siswi SMA kelas XII di SMA “X” Cimahi mengenai self-efficacy, dari 8 siswa yang memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang cenderung jelas terdapat 3 siswa (37,5 %) yang memiliki self-efficacy yang cenderung tinggi dan 5 siswa (62,5 %) yang memiliki self-efficacy yang cenderung rendah. Sedangkan dari 2 siswa yang memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang cenderung belum jelas terdapat 1 siswa (50 %) yang memiliki self-efficacy yang cenderung tinggi dan 1 siswa (50 %) yang memiliki self-efficacy yang cenderung rendah. Hasil survey menunjukkan bahwa 3 siswa yang memiliki self-efficacy yang cenderung tinggi adalah siswa-siswi yang berani menentukan target nilai yang tinggi dalam setiap ulangan harian maupun ujian, mereka merasa yakin bahwa mereka selalu dapat mencapai target atau lebih tinggi dari target yang telah mereka tetapkan. Siswa juga merasa tetap semangat pergi ke sekolah setiap harinya karena mereka yakin bahwa mereka dapat mengikuti seluruh mata pelajaran yang diberikan dan yakin bahwa mereka mudah memahami setiap mata pelajaran tersebut. Dalam mengerjakan tugas dan mengerjakan soal latihan siswa-siswi ini juga merasa yakin bahwa mereka dapat mengumpulkannya tepat waktu dan mengerjakan soal latihan dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya hasil survey dari 5 siswa lainnya yang memiliki self-efficacy yang cenderung rendah yaitu siswa-siswi ini merasa kurang percaya diri dengan kemampuannya untuk mengikuti seluruh mata pelajaran yang diberikan karena beberapa nilai ulangan harian maupun ujian terkadang dibawah target nilai siswa maupun dibawah KKM yang telah ditentukan. Selain itu siswa-siswi ini merasa minder dengan kemampuannya untuk bersaing dengan siswa-siswi dari sekolah lain dalam hal memerebutkan bangku perkuliahan.

Hasil survey dari 2 siswa yang memiliki orientasi masa depan yang cenderung rendah, salah satu siswa memiliki self-efficacy yang cenderung tinggi. Siswa ini termasuk dalam siswa yang selalu mendapatkan ranking 10 besar di kelasnya, siswa merasa yakin bahwa ia


(19)

dapat mengikuti seluruh mata pelajaran dan mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Ia berani menentukan target nilai yang tinggi pada setiap mata pelajaran yang diikuti dan yakin selalu dapat mencapai target nilai tersebut. Sedangkan 1 siswa lainnya memiliki self-efficacy yang rendah, yaitu siswa ini merasa tidak yakin bahwa dirinya mampu mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Dalam menentukan target nilai, siswa ini mencari titik aman setidaknya minimal KKM, karena menurut pengalamannya ia sering mendapat nilai dibawah KKM pada berbagai mata pelajaran khususnya mata pelajaran wajib yang akan di Ujian Nasionalkan. Hal ini membuat nilai raportnya menjadi merah dan siswa menjadi tidak yakin bahwa ia mampu mengikuti beberapa mata pelajaran. Siswa ini juga menyatakan bahwa ia tidak ingin mengikuti SBMPTN maupun USM karena khawatir tidak diterima melalui jalur tersebut, sehingga siswa ini fokus pada memperbaiki nilai raport agar ia bisa memasuki perguruan tinggi melalui jalur PMDK atau jalur raport saja.

Melalui hasil survey awal ini, terlihat bahwa terdapat kecenderungan siswa-siswi SMA “X” ini memiliki orientasi masa depan yang cenderung jelas namun memiliki self-efficacy

yang cenderung rendah. Dengan adanya fenomena ini, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana hubungan antara self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII di SMA “X” Cimahi.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui sejauh mana hubungan antara self-efficacy dengan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA kelas XII di SMA “X” Cimahi.


(20)

11

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA kelas XII di SMA

“X” Cimahi.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara

self-efficacy dengan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA kelas XII

di SMA “X” Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

a. Sebagai sumbangan informasi bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai hubungan antara self-efficacy dengan orientasi masa depan bidang pendidikan.

b. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang memerlukan sumber tambahan untuk melakukan penelitian lanjut mengenai self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan.


(21)

1. Kegunaan Praktis

a. Memberikan informasi bagi pengurus SMA “X” Cimahi (kepala sekolah, wakasek, guru-guru terkait dan juga BK) mengenai pentingnya self-efficacy siswa terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga sekolah dapat memertimbangkan mengenai program pendidikan yang dapat meningkatkan

self-efficacy pada siswa-siswinya khususnya bagi mereka yang akan melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

b. Memperkenalkan siswa mengenai keyakinan akan kemampuan diri mereka

(self-efficacy) dan kaitannya dengan orientasi masa depan bidang pendidikan melalui

guru BK dengan cara konseling.

1.5 Kerangka Pemikiran

Siswa kelas XII SMA “X” Cimahi rata-rata berusia 17 hingga 18 tahun, pada usia ini, siswa-siswi berada pada usia remaja. Usia remaja adalah saat-saat pengambilan keputusan mengenai masa depan mereka, seperti yang dinyatakan oleh Santrock (2003), Masa remaja adalah masa-masa dimana mereka dihadapkan pada pengambilan keputusan mengenai masa depan, siapa teman yang akan mereka pilih, apakah akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi atau tidak, memilih siapa orang yang akan dikencani, dan seterusnya. Usia remaja adalah usia pembentukan identitas diri, mereka dihadapkan pada pertanyaan mengenai siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam hidupnya (Erikson 1950, 1968 dalam Santrock, 2014).

Dalam teori Cognitive Development Piaget, pada remaja usia 11 hingga 20 tahun semestinya remaja telah memiliki tahapan perkembangan kognitif formal operational thought,


(22)

13

dimana pola pemikiran remaja menjadi lebih abstrak dan bukan pola pemikiran yang konkrit lagi. Mereka dapat membayangkan situasi yang abstrak yang memiliki kemungkinan hipotetis atau bahkan hal-hal yang benar-benar abstrak dan mereka mampu untuk berpikir logis mengenai hal tersebut. Kualitas pemikiran abstrak ini berada pada kemampuan problem

solving secara verbal (Piaget, 1952, 1972 dalam Santrock 2014). Kemampuan berpikir abstrak

dan problem solving ini semestinya diaplikasikan oleh remaja yang menduduki bangku SMA untuk menentukan dan merencanakan masa depan mereka yang memerlukan pemikiran abstrak dan hipotetis.

Menghadapi Ujian Nasional, artinya siswa sebentar lagi akan lulus sekolah, selanjutnya mereka dituntut untuk segera mengambil keputusan mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah lulus SMA. Beberapa cara yang kemudian dilakukan siswa untuk mengambil keputusan tersebut adalah dengan mencari informasi terkait pendidikan lanjutan atau karir, konsultasi dengan guru BK dan orang tua. Mengambil keputusan mengenai masa depan siswa dalam bidang pendidikan bukanlah hal yang mudah, diperlukan pengenalan siswa terhadap minatnya, kemampuannya, serta diharapkan mereka yakin bahwa mereka mampu mencapai masa depannya tersebut, dengan begitu siswa akan lebih fokus dalam merencanakan masa depan mereka.

Salah satu hal penting dalam menentukan masa depan siswa adalah keyakinan diri siswa terhadap kemampuannya dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Siswa yang merasa yakin dengan kemampuannya dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah diharapkan akan merasa yakin pula bahwa dirinya mampu menjalani perkuliahan di perguruan tinggi. Keyakinan terhadap kemampuan diri disebut sebagai self-efficacy, self-efficacy adalah keyakinan seseorang tentang kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai keinginannya (Bandura, 2002).


(23)

Menurut Albert Bandura (1997, 2004, 2010a, 2012), self-efficacy adalah faktor penting dalam pencapaian individu. Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi mendukung pernyataan seperti, “Saya tahu bahwa saya bisa mempelajari materi ini dalam kelas ini.” dan “Saya berharap saya bisa melakukan yang terbaik untuk kegiatan ini.” (Santrock, 2014).

Terdapat 4 aspek self-efficacy yaitu keyakinan mengenai pilihan yang dibuat, usaha yang dilakukan, ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, dan penghayatan perasaan. Studi terbaru mengungkapkan bahwa self-efficacy yang tinggi pada remaja akan meningkatkan aspirasi akademik mereka, menggunakan waktu lebih banyak untuk mengerjakan PR, dan mengasosiasikan kegiatan belajar dengan pengalaman terbaik dibandingkan dengan remaja yang memiliki self-efficacy yang rendah (Bassi & others, 2007 dalam Santrock, 2014).

Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi merasa yakin terhadap kemampuannya dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah, dalam arti siswa merasa yakin untuk terus rajin sekolah, selalu rajin mengerjakan soal-soal latihan ujian, selalu rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan mampu berkonsentrasi dalam belajar. Aspek pilihan yang dibuat yaitu siswa yakin dirinya mampu memilih untuk tetap rajin ke sekolah dibandingkan membolos, yakin mampu rajin mengerjakan soal-soal latihan ujian dibandingkan dengan tidak berlatih, yakin mampu rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah dibandingkan dengan tidak mengerjakannya, dan yakin mampu berkonsentrasi saat kegiatan belajar dibandingkan dengan mengobrol di kelas. Sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy rendah maka dalam aspek pilihan yang dibuat siswa merasa tidak yakin mampu untuk terus rajin sekolah yaitu masih ada keinginan siswa untuk membolos atau tidak menghadiri kelas, tidak yakin mampu untuk rajin mengerjakan soal-soal latihan ujian dan masih ada keinginan untuk memilih tidak mengerjakannya, tidak yakin mampu untuk rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah yaitu


(24)

15

memilih untuk menundanya bahkan tidak mengerjakannya, dan tidak yakin mampu untuk berkonsentrasi saat kegiatan belajar yaitu lebih memilih mengobrol dengan teman.

Aspek usaha yang dilakukan yaitu siswa yakin dirinya mampu mengerahkan usaha untuk tetap menghadiri kelas, untuk mengerjakan soal-soal latihan, mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan berkonsentrasi dalam belajar. Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan merasa yakin bahwa ia mampu mengerahkan usaha yang maksimal untuk tetap hadir dalam setiap kelas baik itu kelas wajib maupun tambahan atau pemantapan. Siswa juga yakin bahwa ia mampu mengerahkan usaha yang maksimal untuk mengerjakan soal-soal latihan ujian seperti berusaha bertanya atau membaca buku ketika soal latihan yang diberikan sulit. Yakin mampu mengerahkan usahanya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu. Yakin mampu berusaha berkonsentrasi saat kegiatan belajar walaupun mata pelajaran tersebut dianggap sulit. Sebaliknya, siswa yang memiliki

self-efficacy rendah tidak yakin bahwa ia mampu mengerahkan usaha lebih untuk tetap

menghadiri kelas, mengerjakan soal-soal latihan, mengerjakan tugas-tugas sekolah, maupun berkonsentrasi saat kegiatan belajar.

Aspek ketahanan dalam menghadapi rintangan atau kegagalan yaitu siswa yakin bahwa ia mampu bertahan ketika menghadapi rintangan atau kegagalan dalam usahanya mengikuti kegiatan belajar. Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan yakin bahwa ia mampu untuk tetap bertahan berada di kelas hingga waktunya istirahat atau pulang, yakin bahwa ia mampu mengerjakan soal-soal latihan maupun tugas-tugas sekolah sampai selesai, dan yakin bahwa siswa mampu mempertahankan konsentrasinya hingga selesai waktu belajar. Sebaliknya siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah tidak yakin mampu bertahan hingga selesai dalam hal menghadiri kelas, mengerjakan soal latihan, mengerjakan tugas sekolah, maupun mempertahankan konsentrasinya dalam kegiatan belajar.


(25)

Aspek penghayatan perasaan yaitu siswa yakin bahwa ia mampu mengelola emosi atau perasaan-perasaan negatif dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi yakin bahwa ia mampu untuk selalu menghadiri kelas meskipun telah merasa jenuh, yakin bahwa ia mampu selalu dapat mengendalikan rasa malasnya untuk mengerjakan soal latihan maupun tugas sekolah, dan yakin bahwa ia mampu untuk tetap berkonsentrasi saat belajar meskipun mata pelajaran tersebut tidak disukainya. Sebaliknya siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah tidak yakin bahwa ia mampu mengelola emosinya, ketika siswa merasa jenuh atau malas, siswa merasa tidak yakin bahwa ia akan tetap mampu mengikuti kelas, mengerjakan soal latihan, mengerjakan tugas sekolah, maupun tetap mempertahankan konsentrasi belajarnya di kelas.

Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi dalam bidang akademik pada jenjang SMA diharapkan memiliki keyakinan bahwa ia juga akan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran di pendidikan tinggi. Siswa diharapkan membentuk keyakinan / belief bahwa dirinya akan mampu meraih sesuatu yang telah menjadi tujuannya, termasuk dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Emily Brown (2011) menyatakan bahwa self-efficacy menjadi prediktor yang signifikan untuk educational

expectations di masa mendatang. Sehingga self-efficacy memiliki peran yang penting dalam

menentukan orientasi masa depan siswa.

Orientasi masa depan merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan (Nurmi, 1989). Orientasi masa depan adalah gambaran perkembangan manusia mengenai masa depan, dimana secara sadar dinyatakan dan dilaporkan oleh diri sendiri (Seginer, 2009). Orientasi masa depan siswa kelas XII SMA “X” Cimahi adalah gambaran yang dimiliki siswa-siswi mengenai diri mereka dalam konteks


(26)

17

masa depan. Siswa akan menentukan masa depannya, menentukan perguruan tinggi dan jurusan apa yang akan dipilih.

Terdapat tiga komponen orientasi masa depan, yaitu komponen motivational, komponen cognitive representation, dan komponen behavioral. Tiga komponen tersebut saling berkaitan dan saling berkesinambungan, yang berarti bahwa komponen motivasional akan memengaruhi bagaimana komponen representasi kognitif siswa, kemudian juga memengaruhi bagaimana komponen behavioral siswa (Seginer, 2009).

Komponen motivational membahas mengenai seberapa kuat dorongan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang terdiri dari 3 sub komponen yaitu value (penghayatan siswa mengenai seberapa penting bagi siswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi), expectance (seberapa optimis siswa dalam mewujudkan rencana-rencana terkait pemilihan jurusan), dan internal control (belief mengenai seberapa besar power yang dimiliki siswa untuk menentukan pilihan jurusan). Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi yakin bahwa ia mampu mengikuti kegiatan belajar di sekolah akan menghayati bahwa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah hal yang penting karena siswa berani menetapkan target pendidikan yang lebih tinggi dan menantang bagi dirinya. Siswa merasa optimis bahwa rencana-rencana yang akan ia buat akan tercapai nantinya. Siswa juga yakin bahwa diterima di perguruan tinggi bukanlah semata-mata karena keberuntungan melainkan karena kemampuan mereka. Sehingga siswa memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah tidak yakin mampu mengikuti kegiatan belajar di sekolah kurang terdorong untuk menetapkan target yang menantang sehingga siswa menghayati bahwa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah hal yang dianggap formalitas saja. Siswa juga kurang optimis dapat menjalankan


(27)

rencana-rencana yang akan dibuat, serta memiliki belief bahwa lingkungan sekitar akan memengaruhi pengambilan keputusannya.

Komponen cognitive representation membahas mengenai seberapa sering siswa memikirkan rencana-rencana terkait pemilihan jurusan di perguruan tinggi, terdiri dari 2 sub komponen yaitu hopes (seberapa sering siswa memikirkan harapan-harapan terkait pemilihan jurusan atau perguruan tinggi) dan fears (seberapa sering siswa memikirkan kekhawatiran-kekhawatiran terkait pemilihan jurusan atau perguruan tinggi). Dalam memilih jurusan kuliah, siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan mulai berpikir mengenai rencana-rencana yang akan dilakukan untuk memilih perguruan tinggi, siswa juga akan mulai memikirkan prospek karir yang seperti apa yang diinginkan sehingga siswa dapat menyesuaikannya dengan pilihan jurusan yang diminati. Selain itu, siswa juga memikirkan mengenai pertimbangan lain seperti kemungkinan jika siswa diterima di jurusan yang bukan sesuai minatnya, kondisi ekonomi keluarganya, strategi menghadapi persaingan saat ujian masuk, dan lain-lain. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan lebih banyak memikirkan mengenai kekhawatiran yang akan dihadapi ketika harus memasuki perguruan tinggi sehingga siswa lebih fokus pada kekhawatiran itu sendiri dibandingkan dengan memikirkan perencanaannya.

Komponen behavioral membahas mengenai seberapa besar usaha dan komitmen siswa dalam menjalankan rencana terkait pemilihan jurusan di perguruan tinggi, terdiri dari 2 sub komponen yaitu exploration (seberapa sering siswa berusaha mengenali minatnya dan mencari informasi mengenai perguruan tinggi) dan commitment (seberapa mampu siswa membuat keputusan mengenai jurusan yang akan dipilih). Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan berusaha mencari tahu minatnya sendiri baik melalui konsultasi atau psikotes, siswa juga akan dengan serius mencari informasi mengenai perguruan tinggi maupun jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya baik melalui konsultasi dengan guru BK, orang


(28)

19

tua, teman, internet, expo, dan sebagainya. Siswa mempersiapkan masa depannya dan tujuannya dalam memilih jurusan dengan semaksimal mungkin seperti belajar lebih giat lagi agar mendapat nilai yang baik saat SBMPTN sehingga diterima di perguruan tinggi, kemudian menargetkan apa yang telah menjadi cita-citanya sehingga siswa mempersiapkan rencananya dengan serius. Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan lebih berfokus pada kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh dirinya dan bukan mencari tahu minat maupun kemampuannya sehingga siswa kurang mengeksplorasi minat dan kemampuannya sendiri, siswa menjadi kurang fokus terhadap persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk memilih jurusan dan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.

Melalui uraian diatas, digambarkan bahwa self-efficacy pada siswa memiliki keterkaitan dengan orientasi masa depan siswa dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Penjelasan mengenai kerangka pemikiran peneliti dapat dilihat melalui bagan kerangka pemikiran berikut ini:

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Aspek:

1. Keyakinan siswa mengenai pilihan yang dibuat 2. Keyakinan siswa mengenai usaha yang

dilakukan

3. Keyakinan siswa mengenai ketahanan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan

4. Penghayatan perasaan siswa

Siswa Kelas XII SMA “X” Cimahi

Self-Efficacy Orientasi Masa Depan

Komponen Orientasi Masa Depan 1. Komponen Motivasional 2. Cognitive Representation


(29)

1.6 Asumsi Penelitian

1. Orientasi masa depan siswa kelas XII SMA “X” Cimahi terbentuk dari tiga komponen, yaitu komponen motivational, komponen cognitive representation, dan komponen

behavioral.

2. Kepribadian merupakan salah satu faktor yang memengaruhi orientasi masa depan. 3. Self-efficacy merupakan salah satu aspek dari kepribadian yang memengaruhi 3 aspek

orientasi masa depan.

1.7Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan orientasi masa depan pada siswa kelas XII SMA “X” Cimahi.


(30)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai korelasi self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X” Cimahi, sebagai berikut:

 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang rendah dan signifikan antara self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X” Cimahi yang berarti bahwa semakin tinggi self-efficacy siswa, cukup dikaitkan dengan semakin jelas juga orientasi masa depannya, begitu juga sebaliknya semakin rendah self-efficacy siswa, cukup dikaitkan dengan semakin tidak jelas juga orientasi masa depannya.

Hubungan antara self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan tergolong rendah, hal ini berarti terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi orientasi masa depan bidang pendidikan siswa.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti hubungan antara self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pendidikan dapat menambahkan dan mengukur faktor-faktor yang memengaruhi orientasi masa depan agar hasil penelitian menjadi lebih kaya.


(31)

5.2.2 Saran Praktis

 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengurus SMA “X” Cimahi (kepala sekolah, wakasek, guru-guru terkait dan juga BK) mengenai pentingnya self-efficacy pada diri siswa sehingga siswa juga akan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Pengenalan mengenai self-efficacy maupun orientasi masa depan siswa dapat dilakukan dengan cara konseling atau pada saat mata pelajaran BK berlangsung.

 Melalui penelitian ini, saran yang diajukan bagi pihak sekolah baik guru wali kelas, guru BK, maupun kepala sekolah dan wakasek adalah meningkatkan self-efficacy siswa yang memiliki self-efficacy rendah dengan cara memberikan konsultasi berupa

sharing dan motivasi yang dapat mengembangkan 4 aspek self-efficacy dalam diri

siswa yaitu:

a. Aspek pilihan yang dibuat mengacu pada pemberian motivasi agar siswa yakin mampu mengerjakan tugas ataupun soal latihan tanpa mencontek pekerjaan temannya, yakin mampu untuk tetap mempertahankan konsentrasi saat guru menerangkan materi meskipun teman sebangku mengajak mengobrol, dan sebagainya.

b. Aspek usaha yang dilakukan mengacu pada pemberian motivasi agar siswa merasa yakin bahwa ia mampu untuk berusaha lebih giat lagi dalam belajar, menghadiri kelas, mengerjakan tugas, dan yakin bahwa usahanya tersebut sangat berguna untuk kemajuan prestasi belajarnya.

c. Aspek ketahanan dalam menghadapi rintangan atau kegagalan mengacu pada

sharing pengalaman kegagalan dan bangkit dari keterpurukan khususnya dalam

kegiatan akademik, memotivasi agar siswa merasa yakin bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bangkit kembali dari setiap kegagalan yang pernah diraih dalam


(32)

57

mencapai apa yang diinginkan, yakin bahwa siswa mampu untuk selalu mengerjakan segala sesuatunya hingga selesai.

d. Aspek penghayatan perasaan mengacu pada sharing serta nasihat agar siswa belajar untuk mengontrol emosinya seperti rasa jenuh, bosan, tidak suka dengan pelajaran tertentu, sehingga siswa yakin bahwa ia mampu mengontrol emosinya ketika rasa jenuh, bosan tersebut mulai muncul kembali saat mengikuti kegiatan belajar.

 Saran berikutnya yang diajukan bagi pihak sekolah baik guru wali kelas, guru BK, maupun kepala sekolah dan wakasek yaitu perlu meningkatkan antusiasme siswa mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan khususnya untuk mengenali minat dan bakat siswa, perlu dihimbau kembali agar siswa tidak memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya sendiri, berikan peluang yang lebih luas kepada siswa-siswi untuk berkonsultasi dengan wali kelas maupun guru BK mengenai kecocokan minat siswa terkait pemilihan jurusan dan kemampuan siswa, memberikan bantuan kepada siswa berupa memberikan list persyaratan dari beberapa universitas beserta pengenalan fakultas dan anggaran biaya yang diperlukan sehingga informasi ini dapat mempermudah siswa dalam memilih jurusan yang diinginkan, menghimbau siswa yang belum mengetahui minatnya dengan mengikuti psikotes, dan memberikan motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi untuk menghadapi SBMPTN atau USM.


(33)

DEPAN BIDANG PENDIDIKAN

PADA SISWA KELAS XII SMA “X” CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun Oleh: RAS NANDA ACIKA

NRP: 1130199

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(34)

(35)

(36)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan bimbingan serta karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.

Penyusunan skripsi ini diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Adapun judul yang peneliti ajukan adalah “Hubungan Antara Self-Efficacy dan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa

Kelas XII SMA “X” Cimahi”.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Irene Prameswari, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog selaku Kaprodi S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

3. Dra. Endeh Azizah, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang dengan sabar telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan masukan yang sangat berguna bagi peneliti dalam mengerjakan skripsi ini hingga akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Cindy Maria, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memeriksa penyusunan skripsi juga dengan sabar


(37)

vi

5. Marissa Chitra Sulastra, S.Psi yang telah membimbing peneliti dalam mata kuliah MR serta memberikan arahan dan semangat pada peneliti.

6. Selly Feransa, M.Psi., Psikolog yang telah membimbing peneliti dalam mata kuliah Usulan Penelitian hingga peneliti berhasil mengikuti seminar serta memberikan arahan dan panduan yang sangat berguna bagi peneliti untuk menyelesaikan Usulan Penelitian. 7. Dr. Henndy Ginting, M.Si., Psikolog yang telah membantu peneliti dalam memahami

statistik didalam penelitian bidang psikologi.

8. Kepala Sekolah SMA “X” Cimahi yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SMA “X” Cimahi.

9. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan survey awal dan membantu proses survey awal peneliti di SMA “X” Cimahi.

10. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yang telah membantu peneliti dalam memberikan informasi terkait sekolah dan kesiswaan untuk survey awal.

11. Guru Tata Tertib SMA “X” Cimahi yang telah membantu peneliti dalam proses pengambilan data.

12. Siswa-siswi kelas XII SMA “X” Cimahi yang telah bersedia membantu peneliti dalam melakukan survey awal serta bersedia membantu peneliti dalam mengisi kuesioner penelitian.

13. Yusman dan Era Priturbiyati sebagai orang tua peneliti dan Rasdinda Vidiyuschita selaku adik peneliti yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, dan bantuan secara finansial untuk menyelesaikan skripsi ini.


(38)

vii

14. Arviansyah Hanniprastiantoro dan Setianing Rodiyah, S.Psi yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti serta memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi.

15. Ria Apriani, Okti Indriana, Rahadjeng Indreswari, Puspita Harmoni, Giovani Natalia, dan Febiola Eka Putri. Terimakasih atas dukungan dan semangat dari teman-teman semua hingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

16. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan seluruhnya satu per satu.

Dalam menyusun skripsi, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima masukan-masukan yang konstruktif dari pembaca mengenai hasil penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta pihak-pihak yang memerlukannya.

Bandung, Juni 2016


(39)

58 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. (2002). Self Efficacy. The Exercise of Control. New York: W.H Freeman and Company.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in Psychology and Education. 3rd Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Kerpelman, J.L., Eryigit, S., & Stephens, C.J. (2007). African American Adolescents’ Future

Education Orientation: Associations With Self-Efficacy, Ethnic Identity, and Perceived Parental Support. Auburn: Springer Science+Business Media.

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology. London: SAGE Publications Ltd.

Nurmi, Erik. (1989). Adolescents’ Orientation To The Future. Helsinki: Finnish Society of Sciences and Letters.

Santrock, John W. (2003). Adolescence. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

___________. (2014). Adolescence. Fifteenth Edition. New York: McGraw-Hill Education. Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Seginer, Rachel. (2009). Future Orientation. Israel: Springer Science+Business Media. Sugiyono. (2004, 2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(40)

59 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Andrea. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Profil Orientasi Masa Depan Domain Pendidikan Pada Siswa Akselerasi (CIBI) SMA Kristen “X” Bandung (Skripsi). Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Brown, Emily. 2011. The Relationship Between Self-Efficacy and Educational Expectations

in Middle and High School Youth (Thesis). Department of Sociology and Criminology

University of North Carolina Wilmington.

Hidayat, Sianiwati S., dkk. 2015. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana (Edisi Revisi). Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Pudjiastuti, E., Damayanti, T., & Bellanisa, J. 2012. Hubungan Self-Efficacy dan Orientasi

Masa Depan Area Pendidikan Siswa Kelas XI Jurusan IPA Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 5 Bandung. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat (LPPM – UNISBA). Diakses dari


(1)

iv


(2)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan bimbingan serta karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.

Penyusunan skripsi ini diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Adapun judul yang peneliti ajukan adalah “Hubungan Antara Self-Efficacy dan Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa Kelas XII SMA “X” Cimahi”.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Irene Prameswari, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog selaku Kaprodi S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

3. Dra. Endeh Azizah, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang dengan sabar telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan masukan yang sangat berguna bagi peneliti dalam mengerjakan skripsi ini hingga akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Cindy Maria, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memeriksa penyusunan skripsi juga dengan sabar


(3)

vi

membimbing, memberi arahan, memberi dukungan dan memberi masukan yang sangat berguna bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Marissa Chitra Sulastra, S.Psi yang telah membimbing peneliti dalam mata kuliah MR serta memberikan arahan dan semangat pada peneliti.

6. Selly Feransa, M.Psi., Psikolog yang telah membimbing peneliti dalam mata kuliah Usulan Penelitian hingga peneliti berhasil mengikuti seminar serta memberikan arahan dan panduan yang sangat berguna bagi peneliti untuk menyelesaikan Usulan Penelitian. 7. Dr. Henndy Ginting, M.Si., Psikolog yang telah membantu peneliti dalam memahami

statistik didalam penelitian bidang psikologi.

8. Kepala Sekolah SMA “X” Cimahi yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SMA “X” Cimahi.

9. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan survey awal dan membantu proses survey awal peneliti di SMA “X” Cimahi.

10. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yang telah membantu peneliti dalam memberikan informasi terkait sekolah dan kesiswaan untuk survey awal.

11. Guru Tata Tertib SMA “X” Cimahi yang telah membantu peneliti dalam proses pengambilan data.

12. Siswa-siswi kelas XII SMA “X” Cimahi yang telah bersedia membantu peneliti dalam melakukan survey awal serta bersedia membantu peneliti dalam mengisi kuesioner penelitian.

13. Yusman dan Era Priturbiyati sebagai orang tua peneliti dan Rasdinda Vidiyuschita selaku adik peneliti yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, dan bantuan secara finansial untuk menyelesaikan skripsi ini.


(4)

vii

14. Arviansyah Hanniprastiantoro dan Setianing Rodiyah, S.Psi yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti serta memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi.

15. Ria Apriani, Okti Indriana, Rahadjeng Indreswari, Puspita Harmoni, Giovani Natalia, dan Febiola Eka Putri. Terimakasih atas dukungan dan semangat dari teman-teman semua hingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

16. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan seluruhnya satu per satu.

Dalam menyusun skripsi, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima masukan-masukan yang konstruktif dari pembaca mengenai hasil penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta pihak-pihak yang memerlukannya.

Bandung, Juni 2016


(5)

58 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. (2002). Self Efficacy. The Exercise of Control. New York: W.H Freeman and Company.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in Psychology and Education. 3rd Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Kerpelman, J.L., Eryigit, S., & Stephens, C.J. (2007). African American Adolescents’ Future Education Orientation: Associations With Self-Efficacy, Ethnic Identity, and Perceived Parental Support. Auburn: Springer Science+Business Media.

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology. London: SAGE Publications Ltd.

Nurmi, Erik. (1989). Adolescents’ Orientation To The Future. Helsinki: Finnish Society of Sciences and Letters.

Santrock, John W. (2003). Adolescence. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

___________. (2014). Adolescence. Fifteenth Edition. New York: McGraw-Hill Education. Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Seginer, Rachel. (2009). Future Orientation. Israel: Springer Science+Business Media. Sugiyono. (2004, 2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(6)

59 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Andrea. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Profil Orientasi Masa Depan Domain Pendidikan

Pada Siswa Akselerasi (CIBI) SMA Kristen “X” Bandung (Skripsi). Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Brown, Emily. 2011. The Relationship Between Self-Efficacy and Educational Expectations in Middle and High School Youth (Thesis). Department of Sociology and Criminology University of North Carolina Wilmington.

Hidayat, Sianiwati S., dkk. 2015. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana (Edisi Revisi). Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Pudjiastuti, E., Damayanti, T., & Bellanisa, J. 2012. Hubungan Self-Efficacy dan Orientasi Masa Depan Area Pendidikan Siswa Kelas XI Jurusan IPA Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 5 Bandung. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat (LPPM – UNISBA). Diakses dari