PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL, KEWIRAUSAHAAN DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SD DI KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN.

(1)

HALAMAN JUDUL . ... i

LEMBAR PERSTUJUAN ... ii

PERNYATAAN . ... iii

KATA PENGANTAR . ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN . ... 1

A. Latar Belakang Masalah . ... 1

B. Rumusan Masalah . ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian . ... 7

E. Asumsi . ... 8

E. Hipotesis . ... 9

F. Metode Penelitian . ... 10

G. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 10

BAB II KERANGKA TEORITIS . ... 11

A. Penjaminan Mutu Pendidikan . ... 11

B. Prinsip-prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan ... 13


(2)

D. Keprofesian Bidang Kekepalasekolahan ... 17

E. Standar Kepala Sekolah/Madrasah . ... 20

F. Kompetensi . ... 23

G. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah .. ... 25

H. Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah ... 31

I. Supervisi Pengajaran ... 38

J. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pengajaran . ... 41

K. Fungsi dan Tanggung Jawab Kepsek Dalam Supervisi. ... 43

L. Peningkatan Mutu Kepala Sekolah . ... 45

M. Kinerja .. ... 47

N. Penilaian Kinerja ... 52

O. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 54

P. Kinerja Guru . ... 55

Q. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja ... 60

Q. Kerangka Berpikir ... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN . ... 65

A. Metode . ... 65

B. Populasi dan Sampel . ... 66

C. Variabel-variabel Penelitian . ... 69

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian . ... 70

E. Instrumen Penelitian . ... 71

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 74

G. Teknik Penilaian Instrumen . ... 80

H. Teknik Analisis Data . ... 81


(3)

1. Kepala Sekolah Sebagai Sampel Penelitian. ... 94

2. Guru Yang Dinilai Kinerjanya Oleh Kepala Sekolah. ... 103

3. Kompetensi Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Kinerja 110 B. Analisis Inferensia . ... 115

1. Uji Asumsi Regresi ... ... 115

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 118

C. Pembahasan ... 127

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. ... 139

A. Kesimpulan. ... 139

B. Rekomendasi. ... 141 DAFTAR PUSTAKA


(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 2005 menetapkan standar pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yaitu Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (Pasal 3 PP 19 Tahun 2005). Selanjutnya dalam Pasal 4 PP 19 Tahun 2005 disebutkan Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ada dalam pasal 2 PP Nomor 19 Tahun 2005 meliputi: a) standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; b) standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pe-laksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan; c) standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; d) standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik


(5)

maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan; e) standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi; f) standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan; g) standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan h) standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Dari kedelapan standar nasional pendidikan beberapa diantaranya telah ditetapkan aturan pelaksanaannya melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Khusus tentang standar pendidik dan tenaga pendidikan, Menteri Pendidikan Nasional telah membuat beberapa peraturan antara lain.

1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;

2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah;


(6)

3

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah; dan

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.

Tujuan pemerintah membuat semua peraturan di ruang lingkup pendidikan di atas untuk menentukan standar minimal yang harus diupayakan dipenuhi oleh setiap stake holder pendidikan khususnya setiap individu yang terkait langsung dengan peraturan tersebut. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tujuan pendidikan disekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha, dan tenaga kependidikan lainnya. Untuk itulah penelitian ini tertarik untuk mengkaji sumber daya manusia di sekolah yaitu kepala sekolah dan guru. Menurut Sudarwin Danim, salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru yang belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Terkait kompetensi guru, berdasarkan catatan Human Development Index (HDI), 50 persen guru di Indonesia tidak memiliki kualitas standar. Fakta ini menunjukkan, kualitas guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar. Dari data statistik HDI, terdapat 60 persen guru SD, 40 persen SLTP, 43 persen SMA, 34


(7)

persen SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2 persen atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Seharusnya fakta ini dapat diminimalkan dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dimana didalam Permendiknas tersebut terdapat kompetensi-kompetensi yang harus dipenuhi oleh guru sehingga dengan penguasaan kompetensi ini diharapkan kinerja guru meningkat.

Selain guru, kepala sekolah juga merupakan elemen yang penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/unggul. Hechinger (1981:5) memperlihatkan hubungan erat antara mutu sekolah dengan kepala sekolah, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

I have never seen a good school with a poor principal or a poor school with a good principal. I have seen unsuccessful schools turned into successful ones and, regrettably, outstanding schools slide rapidly into decline. In each case, the rise or fall could readily be traced to the quality of the principal.

Prestasi sekolah sangat bergantung kepada kompetensi kepala sekolah juga disebutkan Imron Arifin (1998) dalam disertasinya yang berjudul "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar Berprestasi". Namun Departemen Pendidikan Nasional memperkirakan 70 persen dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten (Tempo, 12 Agustus 2008). Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan, bagaimana proses pendidikan di sekolah yang telah berjalan selama ini diserahkan pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional selanjutnya


(8)

5

menindaklanjuti PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan Standar Kepala Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007. Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah ini ditetapkan pada tanggal 17 April 2007. Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima dimensi kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi.

Dari hal-hal tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai kinerja guru yang dipengaruhi oleh tiga kompetensi kepala sekolah yaitu kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, dan kompetensi supervisi. Hal ini disebabkan karena ketiga kompetensi ini yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sedangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial tidak hanya harus dimiliki oleh kepala sekolah tetapi sebaiknya dimiliki setiap orang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi di atas, maka masalah pokok yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kompetensi manajerial kepala sekolah di SD Negeri kota Banjarbaru ?

2. Bagaimana gambaran kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di SD Negeri kota Banjarbaru ?


(9)

3. Bagaimana gambaran kompetensi supervisi kepala sekolah di SD Negeri kota Banjarbaru ?

4. Bagaimana gambaran kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru?

5. Bagaimana pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru?

6. Bagaimana pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru?

7. Bagaimana pengaruh kompetensi supervisi terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru?

8. Bagaimana pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru?

9. Bagaimana pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi, usia, masa kerja dan jam mengajar terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua permasalahan di atas sebagai berikut :

1. Ingin mengetahui gambaran kompetensi manajerial kepala sekolah di SD Negeri kota Banjarbaru.

2. Ingin mengetahui gambaran kompetensi kewirausahaan kepala sekolah di SD Negeri kota Banjarbaru.


(10)

7

kota Banjarbaru.

4. Ingin mengetahui gambaran kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.

5. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.

6. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi kewirausahaan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.

7. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.

8. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri Kota Banjarbaru.

9. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi, usia, masa kerja dan jam mengajar terhadap kinerja guru di SD Negeri Kota Banjarbaru.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik yang bersifat praktis maupun yang bersifat teoritis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumbangan informasi bagi SD Negeri di kota Banjarbaru tentang pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru.


(11)

b. Dengan mengetahui tentang pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru, diharapkan kebijakan yang diambil dalam peningkatan kinerja guru akan lebih mempertimbangkan aspek-aspek kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

a. Dengan ditemukannya pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri kota Banjarbaru, diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap ilmu pendidikan, sehingga dapat memperkaya studi tentang pengaruh beberapa faktor terhadap kinerja guru.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan oleh para peneliti yang akan melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kinerja guru.

E. Asumsi

Arikunto (2002:60-61) mengemukakan bahwa asumsi-asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti. Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud: (1) agar terdapat landasan


(12)

9

berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti; (2) mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; dan (3) berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan kompetensi kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Asumsi yang melandasi penelitian ini adalah : Kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi merupakan kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai seorang yang bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu sekolah pada umumnya dan kinerja guru pada khususnya. Hal ini dikarenakan jika kepala sekolah mempunyai kompetensi manajerial yang baik maka ia akan memiliki kemampuan untuk mengelola sekolah. Selain itu, jika kepala sekolah memiliki kompetensi kewirausahaan yang baik maka ia akan mampu menciptakan inovasi dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan sekolah. Kompetensi supervisi juga harus dimiliki oleh kepala sekolah, jika kompetensi supervisi kepala sekolah baik maka diharapkan terdapat peningkatan profesionalisme guru. Pada akhirnya, dengan kompetensi kepala sekolah yang baik maka kinerja guru akan baik pula.

F. Hipotesis

Untuk menjawab sementara pertanyaan di atas maka diajukan hipotesis :

1.Kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.


(13)

terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.

3.Kompetensi supervisi kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru

4.Kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.

5.Kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi, usia, masa kerja dan jam mengajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SD Negeri kota Banjarbaru.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif karena akan menggambarkan, mengukur dan menganalisis bagaimana hubungan dan pengaruh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi terhadap kinerja guru dengan dan tanpa variabel kontrol usia, masa kerja dan jam mengajar.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan dengan membatasi pada Sekolah Dasar Negeri di kota Banjarbaru yang berjumlah 30 sekolah. Responden penelitian adalah kepala sekolah. Jumlah SD Negeri di kota Banjarbaru adalah 70 sekolah.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif berupa tabel frekuensi dan histogram yang digunakan untuk memudahkan interpretasi gambaran secara umum mengenai kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kinerja guru. Analisis deskriptif yang digunakan untuk mengkategorisasi kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kinerja berupa persentase sehingga dari persentase itu dapat diketahui penggolongan kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kinerja menjadi lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik. Selain itu analisis deskriptif juga diterapkan pada data berupa jenis kelamin, tingkat pendidikan, jalur pendidikan, usia, masa kerja, status kepegawaian, golongan jika pns, jumlah jam mengajar per minggu, pelatihan dan status sertifikat pendidik. Tujuan dari analisis deskriptif pada identitas responden adalah untuk memberikan gambaran mengenai sampel penelitian (kepala sekolah) maupun karakteristik dari guru yang dinilai kinerjanya oleh kepala sekolah. Setelah analisis deskriptif dilanjutkan dengan menstranformasi data dari skala ordinal ke skala interval dengan metode suksesive interval (MSI) kemudian dilanjutkan dengan uji asumsi yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, autokorelasi dan linieritas. Uji asumsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan sbelum dilakukan uji korelasi


(15)

dan regresi. Kemudian dilanjutkan dengan analisis korelasi dan regresi linier berganda.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri dari populasi itu (Zuriah, 2009:116). Populasi penelitian ini adalah semua kepala sekolah SDN di kota Banjarbaru. Terdapat 70 Sekolah Dasar Negeri di kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, berarti terdapat 70 kepala sekolah yang merupakan populasi dari penelitian ini. Daftar dari 70 SD Negeri di kota Banjarbaru dapat dilihat pada tabel di bawah.

Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan karena dua hal berikut :

1.Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.

2.Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas (Sutrisno Hadi, 1980:70).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sampel selalu lebih kecil/sedikit daripada populasinya. Populasi penelitian ini adalah 70 kepala sekolah SD Negeri, dan sampel yang diambil adalah 30 kepala sekolah SD Negeri di kota Banjarbaru. Dibawah ini adalah tabel daftar SD Negeri di kota Banjarbaru


(16)

67

dan tabel SD Negeri yang menjadi tempat pelaksanaan penelitian. Tabel 3.1

Daftar Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru

N0 Nama Sekolah N0 Nama Sekolah

1 SDN BANGKAL 1 36 SDN LANDASAN ULIN BARAT 4 2 SDN BANGKAL 2 37 SDN LANDASAN ULIN TENGAH 1 3 SDN BANGKAL 3 38 SDN LANDASAN ULIN TENGAH 2 4 SDN BANJARBARU KOTA 1 39 SDN LANDASAN ULIN TIMUR 1 5 SDN BANJARBARU KOTA 2 40 SDN LANDASAN ULIN TIMUR 2 6 SDN BANJARBARU KOTA 3 41 SDN LANDASAN ULIN TIMUR 3 7 SDN BANJARBARU KOTA 4 42 SDN LANDASAN ULIN TIMUR 4 8 SDN BANJARBARU KOTA 5 43 SDN LANDASAN ULIN TIMUR 5 9 SDN BANJARBARU KOTA 6 44 SDN LANDASAN ULIN TIMUR 6 10 SDN BANJARBARU KOTA 7 45 SDN LANDASAN ULIN TIMUR 7 11 SDN BANJARBARU KOTA 9 46 SDN LOKTABAT 1

12 SDN BANJARBARU UTARA 1 47 SDN LOKTABAT 2 13 SDN BANJARBARU UTARA 2 48 SDN LOKTABAT 3 14 SDN BANJARBARU UTARA 3 49 SDN LOKTABAT 4 15 SDN BANJARBARU UTARA 4 50 SDN LOKTABAT 5 16 SDN BANJARBARU UTARA 5 51 SDN LOKTABAT 6 17 SDN BANJARBARU UTARA 6 52 SDN LOKTABAT 7 18 SDN BANJARBARU UTARA 7 53 SDN PALAM 1 19 SDN BANJARBARU UTARA 8 54 SDN PALAM 2 20 SDN BATU AMPAR 55 SDN PALAM 3 21 SDN CEMPAKA 1 56 SDN SUNGAI BESAR 1 22 SDN CEMPAKA 2 57 SDN SUNGAI BESAR 2 23 SDN CEMPAKA 3 58 SDN SUNGAI BESAR 3 24 SDN GUNTUNG MANGGIS 59 SDN SUNGAI BESAR 4 25 SDN GUNTUNG PAYUNG 1 60 SDN SUNGAI BESAR 5 26 SDN GUNTUNG PAYUNG 2 61 SDN SUNGAI BESAR 6 27 SDN GUNTUNG PAYUNG 3 62 SDN SUNGAI BESAR 7 28 SDN GUNTUNG PAYUNG 4 63 SDN SUNGAI BESAR 8 29 SDN GUNTUNG PAYUNG 5 64 SDN SUNGAI BESAR 9 30 SDN GUNUNG KUPANG 1 65 SDN SUNGAI SALAK 31 SDN GUNUNG KUPANG 2 66 SDN SUNGAI TIUNG 1 32 SDN IDAMAN RSBI 67 SDN SUNGAI TIUNG 3 33 SDN LANDASAN ULIN BARAT 1 68 SDN SUNGAI TIUNG 4 34 SDN LANDASAN ULIN BARAT 2 69 SDN SUNGAI TIUNG 5 35 SDN LANDASAN ULIN BARAT 3 70 SDN SYAMSUDINNOOR 1


(17)

Berikut ini adalah tabel SD Negeri yang menjadi tempat penelitian: Tabel 3.2

Daftar Sekolah Tempat Penelitian

N0. Sekolah

1 SDN Banjarbaru Kota 2

2 SDN Cempaka 1

3 SDN Loktabat 1

4 SDN Loktabat 7

5 SDN Banjarbaru Utara 1

6 SDN LUT 2

7 SDN LUB 1

8 SDN Loktabat 4

9 SDN Sungai Tiung 4

10 SDN Bangkal 1

11 SDN Loktabat 6

12 SDN Banjarbaru Utara 2

13 SDN Banjarbaru Kota 9

14 SDN Guntung Payung 1

15 SDN Banjarbaru Utara 5

16 SDN Guntung Payung 5

17 SDN Sei Besar 6

18 SDN Banjarbaru kota 6

19 SDN Guntung Payung 3

20 SDN Loktabat 3

21 SDN Banjarbaru utara 8

22 SDN Guntung Payung 2

23 SDN Cempaka 2

24 SDN Banjarbaru Kota 3

25 SDN Loktabat 5

26 SDN LUT 1

27 SDN Sungai Tiung 3

28 SDN Bangkal 3

29 SDN Loktabat 2

30 SDN Banjarbaru Utara 3

Selain 30 kepala sekolah SD Negeri yang menjadi sampel penelitian, tiap kepala sekolah juga menilai kinerja dari guru kelas IV, V dan VI masing-masing satu guru. Jadi setiap sekolah terdapat 3 guru yang dinilai kinerjanya oleh kepala


(18)

69

sekolah, sehingga total jumlah guru ada 90 orang.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling. Yang dimaksud dengan simple random sampling jika suatu sampel dengan n elemen dipilih dari suatu populasi dengan N elemen sedemikian rupa sehingga setiap kemungkinan sampel dengan n elemen mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih. Sampel yang dipilih dengan cara demikian disebut sampel acak sederhana (simple random sample) atau disingkat SAS (Supranto, 1998:81).

Cara pemilihan elemen anggota sampel adalah dengan menggunakan tabel bilangan acak. Tabel bilangan acak (table of random number) ialah tabel yang memuat bilangan atau angka-angka sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk memilih sampel secara acak. Tabel bilangan acak terdiri dari beberapa baris dan kolom.

C. Variabel-variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik, sifat, simbol atau atribut yang diukur, yang kepadanya diberi nilai (Simamora, 2005:3). Pengertian lain dari variabel secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Ada juga yang menganggap variabel sebagai gejala yang bervariasi. Hal yang penting bahwa variabel atau variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Setyosari, 2010:108).


(19)

menjadi :

1.Variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables).

Adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan dan kompetensi supervisi kepala sekolah.

2.Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variables).

Adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti itu (Setyosari, 2010:110). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memudahkan dalam penelitian, setelah variabel-variabel diidentifikasi dan diklasifikasi, peneliti selanjutnya mendefinisikan variabel-variabel itu yang lebih operasional. Artinya, batasan yang memiliki sifat memudahkan peneliti untuk melakukan pengamatan (observasi) terhadap data yang dikumpulkan berdasarkan jenis variabel tersebut.

Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total skor yang diperoleh kepala sekolah setelah mengisi angket tentang


(20)

71

kompetensi kewirausahaan yang menggambarkan kemampuan kepala sekolah dalam 5 indikator seperti yang disebutkan dalam Permendiknas No.13 Tahun 2007.

2. Kompetensi supervisi kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total skor yang diperoleh kepala sekolah setelah mengisi angket tentang kompetensi supervisi yang menggambarkan kemampuan kepala sekolah dalam 3 indikator seperti yang disebutkan dalam Permendiknas No.13 Tahun 2007. 3. Kompetensi manajerial kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah total skor yang diperoleh kepala sekolah setelah mengisi angket tentang kompetensi manajerial yang menggambarkan kemampuan kepala sekolah dalam 16 indikator seperti yang disebutkan dalam Permendiknas No.13 Tahun 2007.

4. Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah total skor yang diberikan kepala sekolah setelah mengisi angket tentang kinerja guru dengan indikator-indikator pengembangan profesi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa angket atau kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada kisi-kisi kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kinerja. Angket yang digunakan ada 2 yaitu pertama adalah angket 3 kompetensi kepala sekolah (taergabung dalam 1 angket) dan kedua adalah angket kinerja guru. Kedua angket


(21)

diisi oleh kepala sekolah sebagai sampel penelitian. Berikut ini adalah kisi-kisi dari pertanyaan angket kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi :

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan

Kompetensi Manajerial, Kewirausahaan dan Supervisi Kepala sekolah

Indikator Sub Indikator No Soal

Manajerial

1.1

Menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan

perencanaan. 1, 2

1.2 Mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan. 3, 4 1.3 Memimpin sekolah/madrasah dalam

rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal. 5 1.4

Mengelola perubahan dan

pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang

efektif. 6

1.5

Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. 7 1.6

Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia

secara optimal. 8, 9

1.7

Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan

secara optimal. 10

1.8

Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah. 11 1.9

Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. 12 1.10 Mengelola pengembangan kurikulum

dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional. 13 1.11

Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. 14 1.12

Mengelola ketatausahaan

sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah. 15


(22)

73

Indikator Sub Indikator No Soal

1.13 Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik

di sekolah/ madrasah. 16

1.14 Mengelola sistem informasi sekolah/ madrasah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan. 17, 18 1.15 Memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/

madrasah. 19, 20

1.16 Melakukan monev secara terencana dan

sistematis. 21

Kewirausahaan 2.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi

pengembangan sekolah/madrasah. 22-25 2.2

Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif. 26, 27 2.3

Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/ madrasah.

28, 29 2.4

Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala

yang dihadapi sekolah/madrasah. 30-32 2.5

Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/ madrasah sebagai sumber

belajar peserta didik. 33-36

Supervisi

3.1

Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru. 37, 41

3.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

38, 39 43-47 50 3.3 Menindaklanjuti akademik terhadap guru dalam rangka hasil supervisi

peningkatan profesionalisme guru.

40, 42, 48, 49

Kemudian dilanjutkan dengan kisi-kisi dari pertanyaan angket kinerja guru yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini :


(23)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Pertanyaan Kinerja Guru

Indikator Sub Indikator Nomer Soal

Kinerja

1. Pengembangan profesi 1, 2

2. Perencanaan belajar 3, 4

3. Pelaksanaan pembelajaran 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 4. Evaluasi pembelajaran 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebuah tes dapat dikatakn baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas dan reliabilitas.

1.Validitas.

Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu instrument (alat ukur) mampu melakukan fungsinya. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu instrumen adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan (baik berupa item atau butir setiap pertanyaan maupun skor dari faktor atau variabel dengan total skor seluruh pertanyaan (Setyadharma, 2010:5). Secara garis besar ada dua macam validitas yaitu :

 Validitas logis, menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen evaluasi yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan penalaran. Validitas logis terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk.

 Validitas empiris, yaitu apabila instrumen tersebut terdiri dari validitas telah teruji dari pengalaman. Berikut ini adalah rumus uji validitas :


(24)

75

Korelasi Pearson (Product Moment) :

 

)

)

(

)(

)

(

(

)

)(

(

2 2 2 2

y

y

n

x

x

n

y

x

xy

n

r

Pengujian koefisien korelasi menggunakan rumus:

2

1

2

r

n

r

t

Butir (item) atau faktor dari skor pertanyaan dikatakan valid jika : ) 2 ( 025 . 0 ) 2 ( 025 .

0 n

t

,

atau

,

t

t

n

t

2.Reliabilitas.

Reliabilitas instrument berhubungan dengan tingkat kepercayaa (keyakinan) terhadap instrument atau sebuah tes. Suatu instrument atau tes dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi jika instrument atau tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg). Jadi reliabilitas adalah ketetapan (keajegan) suatu instrument atau tes apabila diberikan kepada subjek yang sama. Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah metode Alpha-Cronbach yaitu :

)

1

(

1

2 2 t i

S

S

n

n

R


(25)

dimana : R = Koefisien Reliabilitas

∑ Si2 = Jumlah Ragam tiap-tiap item

St2 = Ragam Total

Uji validitas dan reliabilitas dapat dilakukan sekaligus dengan metode Alpha-Cronbach melalui program SPSS, yaitu sebagai berikut :

1. Pilih Menu Analyze 2. Pilih submenu Scale 3. Klik reliability Analysis

4. Pada kotak dialog statistic, aktifkan kotak cek Item, Scale, Scale if item deleted.

5. Klik continue lalu OK

Cara membaca output yaitu lihat pada bagian Item-total statistic pada kolom Corrected Item Total Coreelation, nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai korelasi butir-butir pertanyaan terhadap skor totalnya. Jika nilai rhitung > rtabel maka butir tersebut dinyatakan valid. Jika ada butir yang tidak valid, maka dikeluarkan butir tersebut dan kemudian proses diulang (ulangi langkah 1 sampai 5 di atas) sampai mendapatkan semua butir valid. Kemudian untuk mendapatkan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha, jika nilai Alpha lebih besar dari nilai rtabel maka dikatakan reliabel. Selain dengan rtabel, bisa juga digunakan kriteria sebagai berikut :


(26)

77

(http://www.azuarjuliandi.com). 3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Tabel 3.5

Hasil Uji Validasi Butir Soal Kompetensi Manajerial

No Soal Nilai r hitung Nilai r tabel keterangan

1 0.585 0.413 Valid

2 0.522 0.413 Valid

3 0.431 0.413 Valid

4 0.582 0.413 Valid

5 0.167 0.413 Tidak Valid

6 0.419 0.413 Valid

7 0.649 0.413 Valid

8 0.666 0.413 Valid

9 0.543 0.413 Valid

10 0.640 0.413 Valid

11 0.470 0.413 Valid

12 0.495 0.413 Valid

13 0.478 0.413 Valid

14 0.173 0.413 Tidak Valid

15 0.515 0.413 Valid

16 0.474 0.413 Valid

17 0.671 0.413 Valid

18 0.631 0.413 Valid

19 0.573 0.413 Valid

20 0.654 0.413 Valid

21 0.468 0.413 Valid

22 0.483 0.413 Valid

23 0.486 0.413 Valid

Dari hasil perhitungan dengan Alpha-Cronbach dapat diketahui pertanyaan nomer berapa saja yang valid dan tidak valid. Keputusan diperoleh dengan membandingkan rhitung dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka butir tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka butir tersebut tidak valid. rtabel untuk kompetensi manajerial yaitu rtabel dengan df= n-2 = 23-2


(27)

= 21 dan alfa 5% didapatkan 0.413. Kemudian bandingkan 0.413 ini dengan masing-masing rhitung pada kolom ketiga di atas. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa butir soal 5 dan 14 tidak valid sehingga kedua butir soal ini tidak diikutsertakan didalam instrumen.

Tabel 3.6

Hasil Uji Validasi Butir Soal Kompetensi Kewirausahaan

No Soal Nilai r hitung Nilai r tabel keterangan

24 0.537 0.482 Valid

25 0.349 0.482 Tidak Valid

26 0.638 0.482 Valid

27 0.483 0.482 Valid

28 0.497 0.482 Valid

29 0.461 0.482 Valid

30 0.484 0.482 Valid

31 0.222 0.482 Tidak Valid

32 0.586 0.482 Valid

33 0.488 0.482 Valid

34 0.456 0.482 Valid

35 0.737 0.482 Valid

36 0.488 0.482 Valid

37 0.522 0.482 Valid

38 0.488 0.482 Valid

39 0.701 0.482 Valid

40 0.847 0.482 Valid

Untuk kompetensi kewirausahaan, df = 17-2 = 15 dan alfa 5% didapatkan rtabel 0.482. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa butir soal 25 dan 31 tidak valid, sehingga dari 17 soal yang ada untuk kompetensi kewirausahaan, 15 butir soal yang valid dan 2 butir soal tidak valid.

Tabel di bawah ini adalah tabel hasil uji validasi kompetensi supervisi. Banyaknya pertanyaan untuk kompetensi supervisi adalah 15 butir soal, sehingga rtabel dengan df = 15-2 = 13 dan alfa 5% adalah 0.514. Dapt dilihat dari 15 butir soal, 1 butir soal tidak valid yaitu butir soal no 51.


(28)

79

Tabel 3.7

Hasil Uji Validasi Butir Soal Kompetensi Supervisi

No Soal Nilai r hitung Nilai r tabel keterangan

41 0.562 0.514 Valid

42 0.547 0.514 Valid

43 0.522 0.514 Valid

44 0.518 0.514 Valid

45 0.518 0.514 Valid

46 0.884 0.514 Valid

47 0.763 0.514 Valid

48 0.535 0.514 Valid

49 0.727 0.514 Valid

50 0.867 0.514 Valid

51 0.431 0.514 Tidak Valid

52 0.515 0.514 Valid

53 0.846 0.514 Valid

54 0.784 0.514 Valid

55 0.749 0.514 Valid

Setelah uji validitas kemudian dialnjutkan uji reliabilitas. Pada lampiran 1 dapat dilihat masing-masing Alpha-Cronbach untuk kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi secara berurutan 0.880, 0.870, 0.887. Karena nilai alpha-Cronbach lebih besar dari 0.5 maka reliabilitas instrumen tinggi/baik.

Kemudian dilanjutkan dengan uji validitas instrument kedua yaitu kinerja. Tabel di bawah menunjukkan nilai rhitung dari 21 butir soal kinerja guru. Dari 21 butir soal tersebut, 3 butir soal tidak valid yaitu butir soal nomer 2, 8 dan 15. Hal ini dapat ditentukan dari rhitung butir soal 2, 8 dan 15 yang lebih kecil dari rtabel. Untuk uji reliabilitasnya, dapat dilihat pada lampiran 1 bahwa nilai Alpha-Cronbach sebesar 0.903. Karena 0.903>0.05 maka dapat disimpulkan reliabilitasnya tinggi atau baik.


(29)

Tabel 3.8

Hasil Uji Validasi Butir Soal Kinerja

No Soal Nilai r hitung Nilai r tabel keterangan

1 0.482 0.433 valid

2 0.201 0.433 Tidak valid

3 0.446 0.433 valid

4 0.468 0.433 valid

5 0.609 0.433 valid

6 0.661 0.433 valid

7 0.657 0.433 valid

8 0.297 0.433 Tidak valid

9 0.579 0.433 valid

10 0.546 0.433 valid

11 0.668 0.433 valid

12 0.621 0.433 valid

13 0.475 0.433 tvalid

14 0.614 0.433 valid

15 0.223 0.433 Tidak valid

16 0.694 0.433 valid

17 0.481 0.433 valid

18 0.492 0.433 valid

19 0.703 0.433 valid

20 0.685 0.433 valid

21 0.677 0.433 valid

G. Teknik Penilaian Instrument

Terdapat dua instrument yang digunakan dalam penelitian yaitu pertama instrument kompetensi kepala sekolah dan kedua instrumen penilaian kinerja guru. Instrumen kompetensi kepala sekolah mempunyai 50 pertanyaan dengan rincian pertanyaan 1-21 mengenai kompetensi manajerial, pertanyaan 22-36 mengenai kompetensi kewirausahaan dan pertanyaan 37-50 mengenai kompetensi supervisi kepala sekolah. Skala yang digunakan adalah skala likert dengan 5 pilihan dengan bobot nilai terendah adalah 1 dan tertinggi adalah 5. Sehingga skor total tertinggi


(30)

81

untuk kompetensi manajerial adalah 105 dan terendah 21, skor total tertinggi untuk kompetensi kewirausahaan adalah 75 dan terendah 15, dan untuk kompetensi supervisi skor tertingginya 70 dan terendah 14.

Untuk instrumen penilaian kinerja, terdapat 90 angket yang dikumpulkan dari 30 SD Negeri di Banjarbaru dimana masing-masing SD Negeri terdiri dari 3 orang guru yang dinilai kinerjanya oleh kepala sekolah yaitu guru kelas IV, V dan VI. Sehingga langkah yang dilakukan adalah mencari rata-rata skor untuk tiap-tiap pertanyaan sehingga dari 3 skor penilaian kinerja guru didapatkan satu rata-rata skor penilaian kinerja. Setelah dirata-rata baru kemudian ditotal skornya. Instrumen penilaian kinerja guru terdiri dari 18 pertanyaan sehingga skor total tertinggi 90 dan terendah 18.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif berupa persentase dan analisis inferensia yang dilakukan adalah uji asumsi (normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, autokorelasi, linieritas, homogenitas), korelasi dan regresi. Langkah-langkah dalam melakukan analisis deskriptif dan inferensial adalah sebagai berikut:

1. Penskoran Kompetensi Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Kinerja. Dalam analisis deskriptif ini, menurut Mohammad Ali yang dikutip oleh Utami, 2006, perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban dari masing-masing guru ditulis dengan rumus sebagai berikut:

% 100

(%) x

N n


(31)

Dimana :

n = jumlah skor jawaban responden

N = jumlah skor jawaban ideal

Untuk menentukan kategori/jenis deskriptif persentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan ke dalam kalimat. Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut:

 Menentukan angka persentase tertinggi

% 100

x al skormaksim

al skormaksim

% 100 5 5

x

 Menentukan angka persentase terendah %

100 min

x al skormaksim

imal skor

% 100 5 1

x

 Rentang persentase: 100% - 20% = 80%  Interval kelas persentase: 80% : 5 = 16%

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif prosentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria.

Tabel 3.9


(32)

83

No. Rentang % Skor Kriteria

1 84 < Skor ≤ 100 Sangat Tinggi 2 68 < Skor ≤ 84 Tinggi 3 52 < Skor ≤ 68 Cukup 4 36 < Skor ≤ 52 Kurang

5 Skor ≤ 36 Rendah

2. Metode Suksesive Interval (MSI)

Adakalanya kita tidak ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik nonparametrik dengan berbagai pertimbangan. Misalnya kita ingin melakukan uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product Moment,

Partial Corelation, Multiple Corelation, Partial Regresion dan Multiple Regresion,

padahal data yang kita miliki adalah hasil pengukuran dengan skala ordinal, sedangkan persyaratan penggunaan statistik parametrik adalah selain data harus berbentuk interval atau rasio, data harus memiliki distribusi normal. Menurut Al-Rasyid, menaikkan data dengan skala ordinal menjadi skala interval dinamakan transformasi dengan menggunakan metode Suksesiv Interval. Berikut ini adalah langkah-langkah metode suksesive interval :

 Perhatikan banyaknya (frekuensi) responden yang menjawab (memberikan) respon terhadap alternatif (kategori) jawaban yang tersedia.

 Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (n), kemudian tentukan proporsi untuk setiap alternatif jawaban responden tersebut.

 Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga keluar proporsi kumulatif untuk setiap alternatif jawaban responden.

 Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal Baku, hitung nilai z untuk setiap kategori berdasarkan proporsi kumulatif pada setiap alternatif jawaban responden tadi.


(33)

Menghitung nilai skala (scale value) untuk setiap nilai z dengan menggunakan rumus: SV = (Density at lower limit dikurangi Density at upper limit) dibagi (Area under upper limit dikurangi Area under lower limit)

Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai skala ordinal ke nilai skala interval, dengan rumus:Y = SVi + |SVMin|. Dengan catatan, SV yang nilainya kecil atau harga negatif terbesar diubah menjadi sama dengan satu (=1).

3.Uji Normalitas

Cara yang sering digunakan dalam menentukan apakah suatu model berdistribusi normal atau tidak hanya dengan melihat pada histogram residual, apakah memiliki bentuk seperti lonceng atau tidak. Cara ini menjadi fatal karena pengambilan keputusan data berdistribusi normal atau tidak hanya berpatok pada pengamatan gambar saja. Ada cara lain untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis atau dengan uji kolmogorof smirnov (Setyadharma, 2010:2)

Rasio skewness dan rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standard error skewness, sedangkan rasio kutosis adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Sebagai pedoman, bila rasio kurtosis dan skewness berada di antara -2 dan +2, maka distribusi data adalah normal (Santoso, 2000:3).


(34)

85

yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Pada penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorof Smirnov. Berikut ini adalah langkah-langkah uji Kolmogorov Smirnov :

1.Urutkan nilai galat ei dari terkecil sampai terbesar.

2.Transformasi nilai ei menjadi zi = (ei - e)/s dimana e dan s adalah rata-rata dan simpangan baku nilai galat.

3.Tentukan besarnya nilai peluang zi yaitu P(zi) dan peluang proporsional S(zi). 4.Tentukan selisih mutlak IS(zi) - P(zi)I dan IS(zi-1) - P(zi)I

5.Tentukan nilai statistik Kolmogorov-Smirnov D=maksimum IS(zi) - P(zi)I atau IS(zi-1) - P(zi)I.


(35)

6.Bandingkan nilai D dengan Dα(n).

7.Keputusan jika D>Dα(n) maka tolak Ho artinya nilai veriabel galat tidak normal.

4. Uji Autokorelasi

Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin-Watson (DW Test). Hipotesis yang diuji adalah :

Ho: p=0 (tidak ada autokorelasi) H1: p≠0 (ada autokorelasi)

Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah terjadi autokorelasi jika angka Durbin dan Watson (DB) lebih kecil dari 1 dan lebih besar daripada 3. Berikut ini adalah rumus dari uji Durbin-Watson:

T

t t T

t

t t

e

e

e

d

1 2 2

2 1

)

(

dimana T = jumlah observasi.

5. Uji Multikolinieritas

Salah satu cara untuk menentukan apakah suatu model memiliki gejala multikolinieritas adalah dengan uji VIF (variance inflation factor). Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala multikolinieritas.


(36)

87

1.Hitung nilai VIF yang berbeda sejumalh k, satu untuk setiap Xi dengan terlebih dahulu menjalankan regresi kuadrat terkecil yang memiliki Xi sebagai fungsi dari semua variabel penjelas lainnya dalam persamaan pertama.

Jika i = 1, misalnya, persamaan akan berbentuk :

e

c

X

X

X

X

1

2 2

3 3

...

k k

0

2.Kemudian hitung

2

1 1

i

R VIF

 

3. Lihat nilai VIF, jika VIF > 10 maka terdapat gejala multikolinieritas.

6. Uji Heterokedastisitas

Cara yang sering digunakan dalam menentukan apakah suatu model terbebas dari masalah heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan melihat pada Scatter Plot dan dilihat apakah residual memiliki pola tertentu atau tidak. Cara ini menjadi fatal karena pengambilan keputusan apakah suatu model terbebas dari maslah heteroskedastisitas atau tidak hanya berpatok pada pengamatan gambar saja yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas adalah uji Glejser.

Uji Glejser secara umum dinotasikan sebagai berikut: IeI = b1 + b2 x2 + v

Dimana :

IeI = Nilai Absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model x2 = Variabel penjelas


(37)

Langkah-langkah Uji Glajser dengan SPSS 17 :  Analyze ---> Regression ---> Linier

 Masukkan variabel Y pada kotak sebelah kiri ke kotak Dependent, dan variabel bebas ke kotak Independent(s) dengan mengklik tombol tanda panah.

 Pilih save

 Klik Unstandardized pada bagian Residuals  Pilih Continu

 Pilih OK (akan menghasilkan variabel baru bernama Unstandardized Residual atau RES_1).

 Transform --> Compute Variable

 Pada kotak Target Variable ketik abresid

 Pada kotak Function group pilih All dan dibawahnya akan muncul beberapa pilihan fungsi. Pilihlah Abs.

 Masukkan variabel Unstandardized Residual (RES_1) ke dalam kotak Numeric Expression.

 Pilih OK

 Analyze --> Regression --> Linier

 Masukkan Abresid ke kotak Dependent dan peubah bebas ke kotak Independent(s).

 Klik OK

Keputusan dapat dilihat dari nilai t statistik dari seluruh variabel bebas apakah signifikan atau tidak. Jika nilai t dari seluruh variabel penjelas tidak ada yang signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak


(38)

89

mengalami masalah heteroskedastisitas.

7. Uji Linieritas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah bentuk hubungan antara variabel bebas X dan variabel terikat Y adalah linier. Hubungan linier antara variabel x dengan y dapat dilihat jika nilai-nilai pengamatan setiap variabel x dipasangkan dengan y membentuk persamaan regresi linier sederhana. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi :

X b b Yˆ  01

 

    

n i n i i i n i n i n i i i i i

x

x

n

y

x

y

x

n

b

1 1 2 2

1 1 1

1

)

(

x

b

y

b

0

1

8. Uji Korelasi

Uji korelasi Pearson menggambarkan kekuatan hubungan dari data-data yang bertipe scale (interval atau rasio). Perhitungan koefisien korelasi Pearson dilakukan dengan perumusan sebagai berikut:

 

)

)

(

)(

)

(

(

i2 i 2 i2 i 2

i i i

y

y

n

x

x

n

yi

x

y

x

n

r


(39)

Dimana:

xiyi = perkalian pasangan data ke-i

xi2 = data ke-i yang dikuadratkan, dari variabel x yi2 = data ke-i yang dikuadratkan, dari variabel y

Pada penelitian ini dilakukan korelasi bivariat antara kinerja dengan masing-masing kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi. Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):

 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel  >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah  >0,25 – 0,5: Korelasi cukup

 >0,5 – 0,75: Korelasi kuat

 >0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat  1: Korelasi sempurna


(40)

91

Untuk mengetahui hubungan berarti atau tidak dilakukan pengujian signifikansi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

A. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho: tidak ada hubungan antara variabel A dan B

Ha : ada hubungan antara variabel A dan B B. Menentukan signifikansi.

C. Pengambilan keputusan

Signifikansi > 0.05 maka terima Ho Signifikansi ≤ 0.05 maka tolak Ho

9. Analisis Regresi Linier berganda

Analisis regresi linier digunakan untuk menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau diturunkan (Priyatno, 2009:40). Analisis ini didasarkan pada hubungan satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Jika hanya menggunakan satu variabel independen maka disebut analisis regresi linier sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel independen maka disebut analisis regresi linier berganda (multiple regression).

Persamaan regresi linier sebagai berikut :

A. Dengan 1 variabel independen (regresi sederhana) Y' = bo + b1 X

B. Dengan 2 variabel independen (regresi berganda) Y' = bo + b1 X1 + b2X2


(41)

C.Dengan 3 variabel independen (regresi berganda) Y' = bo + b1 X1 + b2X2 + b3X3

Bentuk umum persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y' = bo + b1 X1 + b2X2 + ... + bkXk

Persamaan regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah persamaan regresi pada C di atas. Setelah didapatkan persamaan regresi kemudian dilanjutkan dengan uji F. Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen., apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.

Ho: b1 = b2 = ... = bk = 0 H1: bo ≠ b1≠ ... = bk≠ 0

Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung F :

        k k n R R

F ( 1)

) 1 ( 2 2 atau ) 1 /( ) 1 ( / 2 2     k n R k R F

Hasil perhitungan nilai F di atas kemudian dilakukan pembandingan dengan nilai Ftabel pada derajat bebas pembilang k dan derajat bebas penyebut adalah n-k-1 serta pada alfa yang ditentukan misalnya 0.05. Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa model berarti dan dapat dipergunakan secara simultan. Kemudian dilanjutkan dengan koefisien determinasi yang merupakan ukuran keterwakilan variabel dependen oleh variabel


(42)

93

independen atau sejauh mana variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen (Suharjo, 2008:79). R2 dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut :

2 2 2 1 1 2

...

y

y

x

b

y

x

b

y

x

b

R

k k

dan

 

n

Y

X

Y

X

y

x

i i

)

)(

(

1

 

n

Y

Y

y

2 2

2

(

)

Proses-proses pengujian di atas merupakan proses pengujian terhadap model secara keseluruhan. Setelah itu akan dilanjutkan dengan proses pengujian model bagian demi bagian atau secara sendiri-sendiri yang dilakukan dengan uji t. Proses uji t dilakukan sebagai berikut :

Hipotesis yang digunakan adalah :

0 : 0 : 1 1 1    H Ho

; : 0 0 : 2 1 2    H Ho

.... : 0 0 : 1   k k H Ho  

Selanjutnya nilai t dihitung dengan perumusan sebagai berikut :

 

)

1

)(

(

)

(

)

(

0

2 2 2 ... 12 . )) 1 ( ( i ij k y i i i k n

R

x

s

b

s

b

s

b

t

Hasil di atas kemudian dibandingkan dengan ttabel dengan derajat bebas n-k-1 dan alfa yang ditentukan, misalnya 0.05. Jika thitung > ttabel maka tolak Ho dan


(43)

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berikut ini adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian :

1.Gambaran kompetensi manajerial kepala sekolah di SD Ngeri Kota Banjarbaru adalah persentase pencapaian tertinggi sebesar 98% (sangat tinggi) yaitu kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal. Pencapaian terendah adalah kemampuan kepala sekolah dalam melakukan monitoring dan evaluasi secara terencana dan sistematis yaitu sebesar 81.33% (tinggi).

2.Gambaran kompetensi kewirausahaan kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah terutama dalam hal motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah mempunyai persentase pencapaian tertinggi sebesar 98.335% (sangat tinggi) dan terendah adalah 80% (tinggi) yaitu kepala sekolah memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.

3.Untuk kompetensi supervisi kepala sekolah SD Negeri Kota Banjarbaru, dari ketiga indikator diketahui bahwa pelaksanaan supervisi akademik merupakan persentase percapaian terkecil yaitu sebesar 85.5% (sangat tinggi), ini berarti kepala sekolah tidak melaksanakan supervisi secara optimal. Persentase pencapaian tertinggi adalah menindaklanjuti hasil supervisi yaitu 88.3% (sangat


(45)

tinggi), ini berarti kepala sekolah sudah menindaklanjuti hasil supervisi walaupun dalam pelaksanaan supervisinya kurang optimal.

4. Gambaran kinerja guru SD Negeri Kota Banjarbaru yaitu persentase pencapaian kinerja terendah adalah pengembangan profesi sebesar 57.8% (cukup) dan tertinggi adalah pelaksanaan pembelajaran sebesar 68.7% (tinggi). Ini berarti guru masih kurang perhatian dalam pengembangan profesinya melalui seminar atau lokakarya dan diklat. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran sudah tinggi hal ini dibuktikan dengan kegiatan pendahuluan yang guru lakukan, konsep materi yang disampaikan dan sebagainya.

5. Kompetensi manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Ini berarti kompetensi manajerial merupakan faktor yang penting yang berpengaruh terhadap kinerja guru. Kompetensi manajerial kepala sekolah penting karena dengan kemampuan manajerial ini kepala sekolah akan dapat mengelola atau memanage sekolah dengan baik.

6. Pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja guru juga positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Kemampuan kewirausahaan kepala sekolah ini dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki kepala sekolah dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi sekolah juga yang berkenaan dengan sifat yang harus dimiliki kepala sekolah seperti suka bekerja keras, pantang menyerah dan memiliki motivasi yang kuat.

7. Kompetensi supervisi kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Dengan kemampuan supervisi yang baik maka kepala sekolah dapat mengobservasi bagian mana dari kegiatan sekolah yang negatif


(46)

141

untuk diupayakan menjadi positif dan melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya.

8. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru. Ini berarti kinerja guru dipengaruhi secara simultan oleh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi.

9. Berdasarkan pengaruh interaksi antara usia, masa kerja dan jumlah jam mengajar kepala sekolah dapat diinterpretasikan bahwa kompetensi kewirausahaan tinggi pada kepala sekolah yang usianya lebih muda, masa kerjanya lebih sedikit dan jumlah jam mengajar yang sedikit pula. Artinya, kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh masing-masing yang signifikan bagi kepala sekolah yang usianya lebih muda dan masa kerja yang relatif masih sedikit dan kepala sekolah yang tidak disibukkan dengan tugas mengajar.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1.LPMP memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam upaya meningkatkan kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah yang berkaitan erat juga dengan peningkatan kinerja guru.

2.Melaksanakan kemitraan program peningkatan kompetensi kepala sekolah maupun guru antara LPMP dan Dinas Pendidikan Kota ataupun instansi lain


(47)

yang terkait.

3.Melakukan layanan teknis dalam bentuk supervisi pendidikan dengan bekerjasama antara LPMP dan Dinas Pendidikan.

4.LPMP bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kab/Kota memaksimalkan peran Kelompok Kegiatan Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dengan melakukan pembinaan, diklat ataupun kegiatan lainnya.

5. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru.


(48)

143

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

As’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Bacal, R., 2001. Performance Management. Terjemahan: Surya Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Danim S., 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Fatah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hisrich, R.D. & Peters, M.P. 2002. Entrepreneurship. Fifth Edistion. New York: McGraw Hill Irwin.

Intanghina, 2010. Profesionalisme Kepala Sekolah. Tersedia: http://perpusunpas.wordpress.com/2010/04/16/profesionalisme-kepala-sek olah/, [17 Desember 2010].

Kenezeich, Stepen J.1984. Adminstration of Publik Education, New York: Harper Collins Publisher.

Kuratko, D.E., & Hodgetts, R.M. 1989. Entrepreneurship A Contemporary

Approach. Chicago: The Dryden Press.

Khairil dan Danim, S. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Maisah dan Yamin, M. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: GP Press.

Marks, et al. 1991. Handbook of Educational Supervision: A Guide for the

Practitioner, Boston: Allyn and Bacon Inc.

Mulyasa, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi), Bandung: Remaja Rosda Karya.

Munandar, Utami, 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah;

Petunjuk bagi para Guru dan Orang Tua, Jakarta: Grasindo.

Nurhayati dan Hadis, A. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Pidarta, 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia. Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta.


(49)

Rosdakarya.

Priyatno, D. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Yogyakarta: Gava Media.

Rahmat, A. 2009. Think Teacher! Think Prpfessional!. Bandung: MQS Publishing. Sagala, S. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Sarwono, J. 2006. Teori Analisis Korelasi, Mengenal Analisis Korelasi. Tersedia:

http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm. [2006].

Satori, Dj. 2006. Transparansi Materi Kuliah Supervisi Pendidikan IPA. Bandung: SPs UPI tidak diterbitkan.

Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.

Sudjana, 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, A. 2008. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/02/kemampuan-manajerial-kepala-sekolah/. [21 Desember 2010]

Sudrajat, A. 2010. Tentang Kewirausahaan Kepala Sekolah. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/14/tentang-kewirausahaan-kepala-sekolah/. [25 Desember 2010]

Sudrajat, A. 2008. Pengawas Sekolah - Supervisi Manajerial. Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/11/20/supervisi-manajerial/, [23 desember 2010]

Suharjo, B. 2008. Analisis Regresi Terapan dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah

dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1)

62-70.

Suparno, A. Suhaenah, 2000. Membangun Kompetensi Belajar, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Supranto, J. 1998. Teknik sampling, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sutisna, O. 1983. Administrasi Pendidikan, dasar Teoritis Untuk Praktek


(50)

145

Setyadharma, A. 2010. Uji Asumsi Klasik dengan SPSS 16, Semarang: Universitas Negeri Semarang

Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Spencer, L., Spencer, S., 1993. Competence at Work. Canada:John Wiley & Sons, Inc.

Swardi, 2008. Manajemen Pembelajaran (Mencipta Guru Kreatif dan

Berkompetensi), Surabaya: Temprina Media Grafika.

Tauhid LM, 1987. Kepribadian Kretif Keterkaitannya dengan Kualitas Interaksi

Guru dan Siswa , Mataram: Universitas Mataram.

Utami, M.R, 2006. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah

Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 8 Semarang. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Zuriah, N. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.


(1)

tinggi), ini berarti kepala sekolah sudah menindaklanjuti hasil supervisi walaupun dalam pelaksanaan supervisinya kurang optimal.

4. Gambaran kinerja guru SD Negeri Kota Banjarbaru yaitu persentase pencapaian kinerja terendah adalah pengembangan profesi sebesar 57.8% (cukup) dan tertinggi adalah pelaksanaan pembelajaran sebesar 68.7% (tinggi). Ini berarti guru masih kurang perhatian dalam pengembangan profesinya melalui seminar atau lokakarya dan diklat. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran sudah tinggi hal ini dibuktikan dengan kegiatan pendahuluan yang guru lakukan, konsep materi yang disampaikan dan sebagainya.

5. Kompetensi manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Ini berarti kompetensi manajerial merupakan faktor yang penting yang berpengaruh terhadap kinerja guru. Kompetensi manajerial kepala sekolah penting karena dengan kemampuan manajerial ini kepala sekolah akan dapat mengelola atau memanage sekolah dengan baik.

6. Pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap kinerja guru juga positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Kemampuan kewirausahaan kepala sekolah ini dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki kepala sekolah dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi sekolah juga yang berkenaan dengan sifat yang harus dimiliki kepala sekolah seperti suka bekerja keras, pantang menyerah dan memiliki motivasi yang kuat.

7. Kompetensi supervisi kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Dengan kemampuan supervisi yang baik maka kepala sekolah dapat mengobservasi bagian mana dari kegiatan sekolah yang negatif


(2)

untuk diupayakan menjadi positif dan melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya.

8. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru. Ini berarti kinerja guru dipengaruhi secara simultan oleh kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi.

9. Berdasarkan pengaruh interaksi antara usia, masa kerja dan jumlah jam mengajar kepala sekolah dapat diinterpretasikan bahwa kompetensi kewirausahaan tinggi pada kepala sekolah yang usianya lebih muda, masa kerjanya lebih sedikit dan jumlah jam mengajar yang sedikit pula. Artinya, kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh masing-masing yang signifikan bagi kepala sekolah yang usianya lebih muda dan masa kerja yang relatif masih sedikit dan kepala sekolah yang tidak disibukkan dengan tugas mengajar.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1.LPMP memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam upaya meningkatkan

kompetensi manajerial, kewirausahaan dan supervisi kepala sekolah yang berkaitan erat juga dengan peningkatan kinerja guru.

2.Melaksanakan kemitraan program peningkatan kompetensi kepala sekolah


(3)

yang terkait.

3.Melakukan layanan teknis dalam bentuk supervisi pendidikan dengan

bekerjasama antara LPMP dan Dinas Pendidikan.

4.LPMP bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kab/Kota memaksimalkan peran

Kelompok Kegiatan Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dengan melakukan pembinaan, diklat ataupun kegiatan lainnya.

5. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

As’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Bacal, R., 2001. Performance Management. Terjemahan: Surya Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Danim S., 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Fatah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hisrich, R.D. & Peters, M.P. 2002. Entrepreneurship. Fifth Edistion. New York: McGraw Hill Irwin.

Intanghina, 2010. Profesionalisme Kepala Sekolah. Tersedia:

http://perpusunpas.wordpress.com/2010/04/16/profesionalisme-kepala-sek olah/, [17 Desember 2010].

Kenezeich, Stepen J.1984. Adminstration of Publik Education, New York: Harper Collins Publisher.

Kuratko, D.E., & Hodgetts, R.M. 1989. Entrepreneurship A Contemporary

Approach. Chicago: The Dryden Press.

Khairil dan Danim, S. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Maisah dan Yamin, M. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: GP Press.

Marks, et al. 1991. Handbook of Educational Supervision: A Guide for the

Practitioner, Boston: Allyn and Bacon Inc.

Mulyasa, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi), Bandung: Remaja Rosda Karya.

Munandar, Utami, 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah;

Petunjuk bagi para Guru dan Orang Tua, Jakarta: Grasindo.

Nurhayati dan Hadis, A. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Pidarta, 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta.


(5)

Rosdakarya.

Priyatno, D. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Yogyakarta: Gava Media.

Rahmat, A. 2009. Think Teacher! Think Prpfessional!. Bandung: MQS Publishing. Sagala, S. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Sarwono, J. 2006. Teori Analisis Korelasi, Mengenal Analisis Korelasi. Tersedia:

http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm. [2006].

Satori, Dj. 2006. Transparansi Materi Kuliah Supervisi Pendidikan IPA. Bandung: SPs UPI tidak diterbitkan.

Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.

Sudjana, 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, A. 2008. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/02/kemampuan-manajerial-kepala-sekolah/. [21 Desember 2010]

Sudrajat, A. 2010. Tentang Kewirausahaan Kepala Sekolah. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/14/tentang-kewirausahaan-kepala-sekolah/. [25 Desember 2010]

Sudrajat, A. 2008. Pengawas Sekolah - Supervisi Manajerial. Tersedia: http://

akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/11/20/supervisi-manajerial/, [23

desember 2010]

Suharjo, B. 2008. Analisis Regresi Terapan dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1) 62-70.

Suparno, A. Suhaenah, 2000. Membangun Kompetensi Belajar, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Supranto, J. 1998. Teknik sampling, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sutisna, O. 1983. Administrasi Pendidikan, dasar Teoritis Untuk Praktek


(6)

Setyadharma, A. 2010. Uji Asumsi Klasik dengan SPSS 16, Semarang: Universitas Negeri Semarang

Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Spencer, L., Spencer, S., 1993. Competence at Work. Canada:John Wiley & Sons, Inc.

Swardi, 2008. Manajemen Pembelajaran (Mencipta Guru Kreatif dan

Berkompetensi), Surabaya: Temprina Media Grafika.

Tauhid LM, 1987. Kepribadian Kretif Keterkaitannya dengan Kualitas Interaksi

Guru dan Siswa , Mataram: Universitas Mataram.

Utami, M.R, 2006. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah

Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 8 Semarang. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Zuriah, N. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.