PENINGKATAN KEMAMPUAN DIVERGENT THINKING DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN MODIFIED FREE INQUIRY DALAM Peningkatan Kemampuan Divergent Thinking Dengan Menerapkan Pendekatan Modified Free Inquiry Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Pembelajaran Matematika di Ke

PENINGKATAN KEMAMPUAN DIVERGENT THINKING DENGAN
MENERAPKAN PENDEKATAN MODIFIED FREE INQUIRY DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIIE SMP Negeri 5 Sukoharjo)

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikaan Matematika

TRI MULYANTI
A 410 080 230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

III

l,,s'xIN


'lS'141

SluV ue,gos'H's{I

'ue>le0

ualrprpued nurll usp uenm8ey ssqn{uC
quftputuueqnry se{srellun
"1rer1ems

?lre)pmS

ZIOZ

'pd'I{'71'11 1ouels's(I
IS'141'tp?qng

61qd


't

oldtlt'rO 'e
slrpl .I

'V'1a1

"1r"H

:rfn8ue4 rrsateq uermsns

'prerft lFuellleru uaplu.(qp q?Iel uec
1uEEu4 epe4

ZIOZ
1[n6ued ue..trep uedep

O ue>puq4redry qe1o1

0€20800r, Y

IINVATIIIAI Iu,I,
:qelo unsnslp uep uqdursredlq

n

(o[.ruqorlng

S

IraEeN

dI

lS

flIIA

sBIeX Ip sltpuuete141 uurufdlequed

XId)


YXIIYI Ifl IYI^I NYUVfYTfl fl rutrd
IAIYTYC,{ UINONI fl W.{ OflIT IqON NVTY}IflqNfld UVXAVUU\TIIII

TIV5Nf,C ONIXMHT

INfl OtrgLIo NVNdI IVI Ifl)I NYIYXCNINfld
NYITVSfCNfd

t

PENINGKATAN KEMAMPUAN DIVERGENT THINKING DENGAN
MENERAPKAN PENDEKATAN MODIFIED FREEINQUIRY DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIIE SMP Negeri 5 Sukoharjo)
Oleh
Tri Mulyanti1, Idris Harta2, dan Tjipto Subadi3
1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, trymulyanti@yahoo.com

2

3

Staf Pengajar UMS Surakarta, idrisharta@yahoo.com
Staf Pengajar UMS Surakarta, tjiptosubadi@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan tentang: Pendekatan
modified free inquiry dapat meningkatkan kemampuan divergent thinking siswa
dalam pembelajaran matematika. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, yang masing-masing terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi tindakan, refleksi dan evaluasi. Metode
pengumpulan data melalui metode observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan
metode tes. Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/ verifikasi. Keabsahan data digunakan
teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir siklus ke-tiga,
siswa aktif bertanya untuk materi yang belum jelas sebanyak 58.3% dari 13.8%
sebelum tindakan, siswa yang mengungkapkan ide atau gagasan sebanyak 52.7% dari
16,6%, siswa yang menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri sebanyak 41.6%

dari 8.33%, siswa aktif menyelesaikan soal matematika sebanyak 88.8% dari 36.11
%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan divergent thinking siswa mengalami
peningkatan melalui pendekatan modified free inquiry.
Kata Kunci : divergent thinking, modified free inquiry

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses utama dalam menghasilkan SDM yang andal,
salah satu indikatornya adalah pencapaian hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil
yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada
dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar
merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni
perubahan tingkah laku, baik aspek

pengetahuannya, keterampilannya, maupun

aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu.
Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah
mengikuti proses belajar mengajar (Muhammad zainal abidin, 2012)
Menurut Bloom dalam Widyasari (2007: 193-194) menyatakan secara rinci

mengelompokkan hasil belajar kedalam tiga kawasan (ranah) yang dikenal dengan
taksonomi Bloom yaitu; kognitif (Cognitive) dimana hasil belajar mengakibatkan
perubahan padakemampuan berpikir, efektif (affective), lebih ke arah kemampuan
merasakan, dan psikomotorik (psycomotoric) berupa kemampuan keterampilan. Ada
dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, yaitu faktor dari dalam dan
faktor dari luar. Faktor dari dalam peserta didik antara lain adalah sikap, motivasi
dan kemampuan berpikir, sedangkan faktor dari luar peserta didik antara lain adalah
lingkungan, metode, strategi pembelajaran, serta media yang digunakan (Widyasari,
2009).

Proses berpikir dari setiap peserta didik berbeda-beda, ada yang memiliki
kemampuan berpikir konvergen dan ada pula yang divergen. Sekolah pada umumnya
lebih menekankan kepada perkembangan mental intelektual semata-mata. Terbatas
pada penalaran verbal dan pemikiran logis yang perlu pemikiran konvergen (yaitu
pemikiran yang menuju satu jawaaban tunggal), sedangkan berpikir kreatif atau
divergent tidak atau jarang dirangsang (Munandar, 1999). Menurut Anderson dalam
Didin Wahidin (2009) memandang kreatif sebagai suatu proses berpikir, adapun jenis
berpikir yang dapat mencerminkan kreatif adalah tergolong jenis berpikir divergent
(Divergent Thinking), seperti terungkap dari apa yang dikemukakan Yelon
(1977:232) “An important ingredient in creativity is divergent thinking”.

Utami Munandar (1999) merumuskan bahasa yang akrab dengan kita, bahwa
“kreatif (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data
atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepat gunaan dan
keragaman jawaban”. Menurut Tilaar dalam Widyasari (2009:194) Seseorang yang
memiliki kemampuan divergent thinking akan dapat melihat persoalan dari banyak
perspektif, karena seorang yang berpikir divergen akan menghasilkan lebih banyak
alternatif untuk memecahkan suatu masalah.
Dalam kegiatan pembelajaran di SMPN 5 Sukoharjo ditemukan beberapa
permasalahan berpikir kreatif atau disebut juga dengan divergent thinking yaitu
sebagai berikut: (1) dorongan untuk belajar matematika masih rendah, (2) siswa
kurang aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun gagasan atau ide, (3) siswa

tidak berani menyelesaikan masalah atau soal dengan caranya sendiri dan cara
berpikir siswa tiruan dari cara berpikir guru, (4) peran aktif siswa dalam mengerjakan
soal matematika masih kurang. Beberapa masalah tersebut tampak dari: (1) masih
banyak siswa yang berbicara sendiri dengan temannya saat pelajaran berlangsung, (2)
hanya dua atau 4 siswa dari 36 siswa yang memberikan respon ketika diberi
kesempatan untuk bertanya atau menjawab pertanyaan oleh guru, (3) jawaban yang
disampaikan siswa masih text book, dimana hanya buku acuan yang menjadi sumber

informasi, (4) pembelajaran berbasis aktivitas siswa kurang dilaksanakan secara
optimal.
Berdasarkan dari temuan observasi di atas dapat diketahui bahwa
permasalahan yang terjadi di kelas adalah disebabkan karena guru dalam mengajar
masih menggunakan metode yang kurang kreatif dan inovatif. Pembelajaran
disekolah masih menggunakan pembelajaran konvesional. Pada pembelajaran masih
banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Pada pembelajaran sehari-hari peserta didik kurang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung masih bersifat teacher centered. Guru
menyampaikan materi, memberikan latihan soal dan

memberikan tugas rumah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut hendaknya guru melakukan evaluasi
terhadap cara mengajarnya serta mencoba menerapkan beberapa metode yang sesuai
dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar
ini, salah satu diantaranya adalah dengan melakukan perubahan metode atau strategi

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini peneliti mencoba menerapkan

pendekatan Inquiry dalam pembelajaran matematika. Pendekatan pembelajaran
inquiry merupakan salah satu alternatif yang tepat, dikarenakan

pembelajaran

berbasis inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa pada
permasalahan yang terbuka, bersifat student-centered. Selain itu, pendekatan inquiry
juga merupakan teknik pemikiran divergen dan tujuan dari pembelajaran inquiry itu
sendiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan
kritis.
Menurut Sund & Throwbridge dalam Asri (2008) menyatakan bahwa
pendekatan inquiry terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya,
yaitu guided inquiry (Inkuiri Terbimbing), free inquiry (Inkuiri Bebas), dan modified
free inquiry (Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi). Pendekatan inquiry yang dipilih
sebagai tindakan dalam penelitian ini adalah modified free inquiry.
Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Modified Free Inquiry dapat
meningkatkan kemampuan divergent thinking siswa, (Asri Widowati, 2008).
Pendekatan ini merupakan kolaborasi dari dua pendekatan inquiry sebelumnya, yaitu
pendekatan guided inquiry dan free inquiry. Dalam pendekatan ini siswa tidak dapat

memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara mandiri. Siswa yang
belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan
tetap memperoleh bimbingan, tetapi bimbingan yang diberikan lebih sedikit, agar
siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri dengan harapan siswa dapat

menemukan sendiri penyelesaiannya. Maka dengan pendekatan ini, kemampuan
divergent thinking siswa benar-benar akan dikembangkan.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini termasuk PTK yang merupakan bagian dari penelitian
kualitatif yang bergerak pada paradigm definisi sosial yang merupakan kajian
mikro. Menurut Gall dan Borg dalam (Tjipto Subadi: 2011) yang merupakan studi
mikro untuk membangun ekspresi konkrit dan praktis aspirasi perubahan di dunia
sosial termasuk pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja
para praktisinya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model
kolaborasi yang mengutamakan kerjasama antara kepala sekolah, guru dan
peneliti. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan upaya untuk mengkaji
apa yang terjadi dan telah dihasilkan atau belum tuntas pada langkah upaya
sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam
upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata lain refleksi merupakan pengkajian
terhadap keberhasilan atau kegagalan terhadap pencapaian tujuan tindakan
pembelajaran. Penelitian tindakan ini sebagai upaya peningkatan kemampuan
divergent thinking siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan modified free inquiry.
Penelitian

Tindakan

Kelas

(PTK) merupakan kegiatan

pemecahan

masalah yang dimulai dari a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) mengumpulkan

data (observasi), d) menganalisis data atau informasi untuk memusatkan sejauh
mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut.
Sebelum merencanakan tindakan kelas diadakan dialog awal yang
dilakukan untuk mencari permasalahan-permasalahan pendidikan dan berdiskusi
membahas masalah yang terjadi di kelas. Ditemukan beberapa masalah
diantaranya rendahnya kemampuan divergent thinking siswa dalam pembelajaran
matematika..
Perencanaan dan penyusunan dilakukan dengan mengadakan identifikasi
masalah, dan diharapkan dapat merumuskan permasalahan siswa terutama yang
berhubungan dengan kemampuan divergent thinking siswa dalam pembelajaran
matematika. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasarkan pada perencanaan.
Selanjutnya, dari perencanaan yang ada diimplemetasikan melalui penerapan
pendekatan modified free inquiry dalam pembelajaran matematika.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: 1) Metode observasi untuk mengetahui kegiatan siswa dalam
mempersiapkan dan menerima pelajaran dari guru selama proses belajar berlangsung,
2) Catatan lapangan digunakan untuk mencatat observasi, analisis dan refleksi pada
waktu diskusi antara peneliti dan guru dan berbagai reaksi terhadap kejadian-kejadian
penting yang muncul pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung, model
catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan, 3)
Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda dan sebagainya. Metode
dokumentasi dalam penelitian ini yang digunakan untuk memperoleh data- data
berupa data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa, nomor induk siswa
dengan melihat dokumentasi yang ada di sekolah, 4) metode tes digunakan untuk
memperoleh data hasil belajar pada pokok bahasan Jajar genjang, dan jenis tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan bentuk soal essay atau
uraian.

Selanjutnya

pendekatan

modified

free

inquiry

diaplikasikan

pada

pembelajaran matematika tentang jajar genjang pada siswa kelas VII E SMP Negeri 5
Sukoharjo dengan melibatkan guru pelajaran matematika.
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama guru matematika,
untuk menguji validitas data pada penelitian ini digunakan teknik triangulasi, yaitu
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan penegecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam
penelitian ini, keabsahan dilakukan dengan triangulasi sumber, yaitu membandingkan
data hasil pengamatan tes dengan hasil observasi lain.
Analisis data dilakukan sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan
dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode alur yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan pendekatan modified free inquiry mendapat tanggapan yang positif
dari guru matematika dan siswa, hal ini terbukti dari adanya peningkatan indikatorindikator kemampuan divergent thinking siswa dalam pembelajaran matematika yang
meliputi siswa aktif bertanya untuk materi yang belum jelas,mengemukakan ide atau
gagasan, menyelesaikan masalah matematika dengan caranya sendiri dan aktif dalam
mengerjakan latihan soal matematika.
Hasil penelitiaan tindakan kelas yang dilakukan dapat dituliskan pada tabel 1
berikut ini:
Tabel 1
Data Hasil Peningkatan Kemampuan Divergent Thinking Siswadalam
Pembelajaran Matematika
Aspek yang
diamati

Sebelum Tindakan

Putaran I

Putaran II

Putaran III

(5 Siswa)

(11 siswa)

(17 siswa)

(21 siswa)

13.8%

30.5%

47.2%

58.3%

Berani
Memberikan ide
atau gagasan

(6 Siswa)

(9 siswa)

(14 siswa)

(19 siswa)

16.6 %

25.71%

38.88%

52.77%

Menyelesaikan
Soal dngan
Caranya sendiri

(3 Siswa)

(5 siswa)

(11 siswa)

(15 siswa)

8.33%

14.28%

30.55%

41.66%

Aktif mengerjakan
Soal Matematika

(13 Siswa)

(15 siswa)

(22 siswa)

(32 siswa)

36.11%

42.85%

61.11%%

88.88%

Aktif Bertanya

Gambar dibawah ini menunjukkan grafik peningkatan kemampuan divergent
thinking siswa dalam pembelajaran matematika.
Grafik Peningkatan Kemampuan Divergent Thinking
dengan Pendekatan Modified Free Inquiry
100
90

Jumlah Siswa

80
Aktif mengerjakan Soal

70
60

Menyelesaikan Soal Dengan
Caranya Sendiri

50
40
30

Berani Memberikan Ide/
Gagasan

20

Aktif Bertanya

10
0
Sebelum
Tindakan

Putaran I

Putaran II

Putaran III

Gambar 1
Grafik Peningkatan Kemampuan Divergent Thinking Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika

Dari putaran I sampai putaran III, kemampuan berpikir divergent siswa dalam
pembelajaran matematika sudah mengalami peningkatan berarti, hal ini dapat dilihat
dari indikatornya yaitupada akhir penelitiansiswa yang aktif

dalam mengajukan

pertanyaan sebanyak 21 siswa (58.33 %), siswa yang berani memberikan gagasan
atau ide sebanyak 19 siswa (52.77%), siswa yang berani menyelesaikan masalah atau
soal dengan caranya sendiri

sebanyak 15 siswa (41.66%), siswa yang aktif

mengerjakankan soal matematika atau tugas sebanyak 32 siswa (88.88%).

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan modified free
inquiryakan meningkatkan kemampuan berpikir divergent siswakelas VIIE SMP
Negeri Sukoharjo pada sub pokok bahasan jajargenjang.
Peningkatan kemampuan divergent thinking siwa juga mempengaruhi hasil
belajar siswa. Data peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
melalui pendekatan modified free inquiry diambil dari aspek kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal oleh guru. Data tingkat hasil belajar siswa diperoleh dari
alat ukur (instrumen) tes mandiri. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika
memperoleh nilai lebih besar sama dengan nilai KKM yaitu 65.
Nilai hasil belajar siswa menunjukkan tingkat penguasaan materi pelajaran
sudah cukup tinggi. Kenaikan rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan modified free inquiry dapat memudahkan siswa
mamahami materi ajar sehingga mampu meningkatkan kemampuan divergent
thinking yang akan juga berakibat pada peningkatan hasil belajar matematika siswa.
Hal ini di dukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asri (2008) yang
menyatakan “Pembelajaran sains dengan pendekatan modified free inquiry dapat
meningkatkan kemampuan divergent thinking siswa kelas XC SMA PIRI 1
Yogyakarta” dan penelitian yang dilakukan oleh Ari (2007) yang menyatakan,
“Melalui

pendekatan

inquiry

membuat

siswa

memiliki

menyelesaikan masalah matematika dengan caranya sendiri.

keberanian

untuk

SIMPULAN
Proses pembelajaran matematika pada materi jajar genjang dengan
pendekatan modified free inquiry sebagai upaya peningkatan kemampuan divergent
thinking berjalan sesuai apa yang diharapkan. Proses pembelajaran dengan
memberikan permasalahan kepada siswa untuk dipecahkan sesuai dengan cara
berpikir siswa sendiri, akan melatih proses berpikir divergen siswa.
Proses pembelajaran dengan pendekatan modified free inquiry membuat siswa
lebih aktif. Siswa di berikan kebebasan baik dalam bertanya maupun mengeluarkan
ide atau gagasan-gagasan yang mereka miliki, untuk menyelesaikan permasalahan
yang diberikan.Guru hanya berperan sebagai fasilitator, yang akan membantu siswa
yang mengalami kesulitan. Selain itu, guru juga merespon pendapat-pendapat yang
dimiliki oleh siswa dan membimbing untuk dapat menyimpulkan materi yang sedang
dipelajari. Terdapat peningkatan kemampuan divergent thinking yang juga berakibat
pada peningkatan hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
meningkatnya indikator-indikator kemampuan berpikir divergen dan hasil belajar
matematika siswa
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Didin Wahidin. 2009. Berpikir Kreatif.
http://didin-uninus.blogspot.com/2009/03/berpikir-kreatif.html
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fajari, Atik Fitriya Nurul. 2008. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Kreatif Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam

Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Aljabar (Kelas VII SMPN 2
Kartasura). Skripsi. Surakarta: UMS
Gibson, Crystal. 2009. Enhanced divergent thinking and creativity in musicians: A
behavioral and near-infrared spetroscopy study. Hal 162-169. Journal
homepage: www.elsevier.com/locate/b&c
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiaswara
Haryanto. Pengembangan Cara Berpikir Divergen-Konvergen Sebagai Isu Kritis
Dalam Proses Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran Nomor 1
Volume 2 Mei 2006, hal 6-7. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
FIP UNY.
Hudoyo, Herma. 1990. Mengajar Belajar Matematika. Malang: PT. Sinar Baru
Jogiyanto. 2006. Filosofi, Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus
Untuk Dosen Dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi Offset
Muhammad zainal abidin. 2012. Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli.
http://www.masbied.com/2012/02/21/pengertian-hasil-belajar-menurut-paraahli/
Munandar, utami. 1999. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: grasindo
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Karunia
Rosmawati, Ari. 2007. Peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika
melalui pendekatan inquiry (PTK pembelajaran matematika pokok bahasan
simetri lipat dan pencerminan di kelas V SDN Makamhaji di Surakarta tahun
pelajaran 2005/ 2006). Skripsi. Surakarta: UMS
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja
Rodaskarya
Sund, Robert B. & Leslie W. Trowbridge. (1973). Teaching science by inquiry in the
secondary school. Second edition. London: Charles E. Merrill Publishing
Company
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan (Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK).
Semarang: CV. Citra Mandiri Utama.
Widowati, Asri. 2008. Peningkatan kemampuan divergent thinking dengan
menerapkan pendekatan modified free inquiry dalam pembelajaran sains.
Nomor 1, Tahun XI, 2008. Jurnal penelitian dan evaluasi pendidikan.
Widyasari. Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta
Didik Terhadap Hasil Belajar IPA Terpadu. Jurnal Teknologi Pendidikan
Vol.9 No. 3 Desember 2007

Wu, Weidong. Development Trend Study of Divergent Thinking among Student from
Primary to Middle School. International Journal of Psychological Studies
No. 1, Vol. 2 June 2010.