PENYELENGGARAAN PELATIHAN TATA RIAS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMANGKASAN RAMBUT BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PEMBERDAYAAN SOSIAL BINA REMAJA CIBABAT-CIMAHI.
PENYELENGGARAAN PELATIHAN TATA RIAS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMANGKASAN RAMBUT
BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PEMBERDAYAAN SOSIAL BINA REMAJA CIBABAT-CIMAHI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Disusun oleh : Vina Novitasanti
0906590
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
(2)
VINA NOVITASANTI 0906590
PENYELENGGARAAN PELATIHAN TATA RIAS DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMANGKASAN RAMBUT BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PEMBERDAYAAN SOSIAL
BINA REMAJA CIBABAT-CIMAHI
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I,
Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003
Pembimbing II,
Dr. AsepSaepudin, M.Pd. NIP. 19700930 200801 1 004
Mengetahui
KetuaJurusanPendidikanLuarSekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003
(3)
PENYELENGGARAAN PELATIHAN TATA RIAS DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMANGKASAN RAMBUT BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI PEMBERDAYAAN SOSIAL
BINA REMAJA CIBABAT-CIMAHI
Oleh : Vina Novitasanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Vina Novitasanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di balai pemberdayaan sosial bina remaja cibabat-cimahi. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui 1) perencanaan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut; 2) mengetahui proses pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut; 3) mengetahui evaluasi pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, tes, dan observasi unjuk kerja. Sumber data dalam penelitian ini sebanyak 26 responden, yaitu 1 orang pengelola, 1 orang sumber belajar, dan 24 orang warga belajar.
Berdasarkan analisisis data disimpulkan : 1) perencanaan program pelatihan tata rias dimulai menentukan waktu, tujuan, melakukan identifikasi, mempersiapkan kelengkapan administrasi, dana, serta jenis pelayanan. 2) proses program pelatihan tata rias dimulai dari menyiapkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, materi, sasaran, metode, dan media 3) evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi program dan evaluasi hasil pembelajaran. Evaluasi program meliputi input, proses,dan output. Evaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan melalui tes pada warga belajar untuk mengetahui peningkatan dari aspek kognitif dan psikomotor warga belajar mengenai materi pemengkasan rambut.
(5)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The problem of the study is to find out cosmetology Training management in improving hair cut skill of dropout teenager in Institution of social empowerment and teenager education In Cibabat – Cimahi. The aims of the study is to find out 1) cosmetology Training management in improving hair cut skill 2) The process of cosmetology Training management in improving hair cut skill, 3) The evaluation of cosmetology Training management in improving hair cut skill.
This study uses Descriptive method with qualitative approach. Data collection is done by interview, test, and performance observation. Data resources of the study are 26 respondents consist of 1 manager, 1 learner resource, and 24 learners.
Based on the data analysis, it can be concluded that: 1) Program planning of cosmetology Training is started by determining the time, aim, doing the identification, preparing the complete administration, fund, and type of service that are going to perform. 2) The process of cosmetology training program is started by preparing the step of learning activities, goals, methods, and media, 3) Evaluation which is performed consist of Program evaluation and Learning outcome evaluation. Program evaluation consist of input, process, and output while outcome Learning Evaluasion is done by test to the learners to find out the improvement in cognitive aspect as well as psychomotor in hair cut skill material.
(6)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Perumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Manajemen Penyelenggaraan Program ... 9
1. Perencanaan ... 9
2. Pelaksanaan ... 12
3. Evaluasi ... 13
B. Konsep Pelatihan ... 16
1. Pengertian Pelatihan ... 16
2. Landasan Pelatihan ... 17
3. Tujuan Pelatihan ... 18
4. Karakteristik Pelatihan ... 19
5. Asas-asas Pelatihan .... ...20
6. Prinsip-prinsip Pelatihan… ... ...22
(7)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. Komponen-komponen Pelatihan ...26
9. Pengembangan Program Pelatihan ...27
C. Konsep Vocational Skill ... 29
1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) ... 29
2. Ciri-ciri Life Skill ... 31
3. Konsep Vocational Skill ... 32
4. Kaitan Pendidikan Keterampilan denngan Pendidikan Luar Sekolah ...33
D. Taksonomi Bloom ... 34
1. Ranah Kognitif ...35
2. Ranah Afektif ...36
3. Ranah Psikomotor ...37
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38
1. Lokasi Penelitian ... 38
2. Subjek Penelitian ... 38
B. Desain Penelitian ... 38
C. Metode Penelitian ... 40
D. Definisi Operasional ... 41
E. Instrumen Penelitian ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 43
G. Analisis Data ... 46
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 48
B. Hasil Penelitian ... 53
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(8)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1 Keterkaitan Antara Komponen dalam Pembelajaran
Masyarakat dalam Satuan dan Program PLS ... 34
4.1 Sumber Daya Manusia BPSBR Cibabat- Cimahi ... 51
4.2 Daftar Sarana dan Prasarana BPSBR Cibabat-Cimahi ... 51
4.3 Identitas Responden ... 53
4.4 Hasil Wawancara Perencanaan Pelatihan ... 54
4.5 Hasil Wawancara Proses Pelatihan ... 58
4.6 Hasil Wawancara Evaluasi Pelatihan ... 60
4.7 Hasil Pre Test ... 63
4.8 Hasil Post Test ... 64
4.9 Selisih Hasil Pre Test dan Post Test ... 66
(9)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
No. Grafik Halaman
4.1 Hasil Pre Test ... 64
4.2 Hasil Post Test ... 65
4.3 Selisih Hasil Pre Test dan Post Test ... 67
(10)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
(11)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Penelitian 2. Pedoman Wawancara
3. Lembar Test (Pre Test dan Post Test) 4. Lembar Observasi Unjuk Kerja 5. Surat Keterangan
a. Surat Keterangan Permohonan Izin dari Rektorat UPI b. Surat Keputusan Pengangkatan pembimbing skripsi
c. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi.
6. Lembar Bimbingan Skripsi 7. Dokumentasi Penelitian
(12)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi tidak saja memberikan dampak positif akan tetapi memberikan dampak negatif pula terhadap kehidupan manusia. Dampak positif yang dirasakan yaitu berkembangnya sains dan teknologi yang sangat pesat namun sekaligus mengakibatkan meningkanya kebutuhan-kebutuhan manusia. Salah satu konsekuensi dari pengeruh globalisasi adalah meningkatnya kebutuhan pendidikan agar manusia dapat menguasai dan mengendalikan teknologi. Pendidikan pula merupakan salah satu modal dasar untuk dapat memenuhi kebutuhan lainya. Oleh karena itu pendidikan diberikan kepada manusia baik secara informal, formal, ataupun nonfomal.
Pendidikan merupakan peran penting dalam membentuk manusia agar memiliki kemampuan, keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dan memberikan pembekalan dalam mengatasi permasalahan yang mungkin akan dihadapi dalam suatu kehidupan. Pendidikan juga dapat menjawab persoalan dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan agen pembangunan dan perubahan, tanpa adanya pendidikan, tidak akan ada pembangunan, sehingga tidak akan ada pula perubahan. Kemajuan pada bidang pendidikan akan menunjukkan kemajuan suatu bangsa, begitupun sebaliknya kemunduran pada bidang pendidikan akan menunjukkan kemunduran suatu bangsa. Bangsa yang melek pendidikan adalah bangsa yang orientasi terpenting dalam hidupnya tertuju pada
(13)
2
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dunia pendidikan. Upaya ini diselenggarakan secara sadar dan sistematis oleh pemerintah melalui sistem pendidikan nasional dalam mengembangkan dan membina sumber daya manusia sehingga pada saatnya nanti diharapkan dapat menjadi individu-individu yang mampu menghadapi tantangan bagi dirinya sendiri, masyarakat, maupun negaranya.
Namun hasil survei mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2013 dari United Nations Development Programme (UNDP) bahwa Indonesia menduduki peringkat 121 dari 187 negara. IPM Indonesia masih di bawah rata-rata dunia 0,694 atau regional 0,683. Indonesia dikategorikan sebagai “Negara
Pembangunan Menengah” bersama 45 negara lainnya. Peringkat Indonesia masih jauh di bawah beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina. Mengacu pada data UNDP tersebut, jika setiap anak di Indonesia tidak mendapatkan pendidikan yang baik maka dipastikan tingkat kualitas sumber daya manusia di Indonesia akan semakin jauh tertinggal dari negara lain.
Masalah pendidikan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah besarnya jumlah penduduk yang karena berbagai keterbatasan pendidikan sekolah serta tidak tertampung atau tidak teryalani dengan baik oleh pendidikan sekolah. Ada lima masalah pendidikan yang berkaitan dengan kependudukan, menurut pemaparan Sudjana, D. (2001 : 99), yang meliputi :
(1) Anak usia sekolah yang besar jumlahnya; (2) Banyaknya anak usia sekolah dasar yang tidak tertampung oleh lembaga pendidikan sekolah yang ada; (3) Besanya jumlah orang dewasa yang tidak mempunyai kesempatan mengikuti pendidikan sekolah; (4) Banyaknya anak putus sekolah; dan (5) Besarnya jumlah lulusan suatu jenjang pendidikan sekolah yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tingginya jumlah penduduk dan kurangnya akses pendidikan sekolah tentu meningkatkan angka anak putus sekolah. Terlepas dari peningkatan angka anak yang menempuh pendidikan dasar, masih ada sekitar dua juta anak Indonesia yang tidak bersekolah. Dari angka itu, sekitar 15 persen adalah anak berusia 7 sampai 15 tahun. Sedangkan yang putus sekolah diperkirakan satu juta anak per tahunnya. Mendorong anak untuk tetap bersekolah pada usia remaja menjadi hal mendasar.
(14)
3
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika pendidikan semakin intensif diberikan pada manusia sejak usia remaja, dengan asumsi bahwa remaja adalah generasi penerus bangsa, maka masa depan negara ini akan lebih terjamin. Akan tetapi untuk mempersiapkan generasi remaja yang tangguh dan handal dalam melanjutkan pembangunan sangat tidak mudah. Berbagai hambatan baik dari faktor internal misalnya dari kemiskinan atau lemahnya intelektual remaja itu sendiri, maupun dari faktor eksternal yaitu terbatasnya akses pendidikan atau rendahnya kualitas pendidikan yang diselenggarakan menjadi tantangan dalam mewujudkan generasi muda yang sehat, tangguh, dan cerdas.
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang
Perlindungan Anak menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Dan dalam pasal 48 dalam Undang-Undang yang sama menyatakan bahwa “Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 tahun untuk semua anak”. Kemudian dalam pasal 49 juga menyatakan bahwa “Negara, pernerintah, keluarga, dan orang tua wajib rnemberikan kesempatan yang setuas-luasnya kepada anak untuk mernperoleh pendidikan”.
Begitu banyak pasal yang dalam Undang-Undang yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Namun dengan biaya pendidikan yang sangat mahal membuat anak-anak di Jawa Barat pada khususnya banyak yang tidak memperoleh pendidikan dan terancam putus sekolah. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan nonformal sangat mebantu para remaja putus sekolah khususnya dalam melayani, membina, dan memenuhi kebutuhan belajar mereka.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang terdiri dari pendidikan formal, informal, dan nonformal.
Individu-individu yang dikategorikan belum beruntung karena tidak bisa mengenyam pendidikan sekolah (formal), diperlukan adanya suatu kebijakan
(15)
4
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup berbasis masyarakat luas. Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup pada dasarnya tidak untuk merubah sistem pendidikan ataupun yang lainnya, tetapi hanya sebagai latihan berwirausaha dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya. Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup memberikan kesempatan pada setiap individu dalam mengembangkan potensinya, serta memberikan peluang pada individu untuk memperoleh keterampilan yang dapat menjadi bekal dalam kehidupannya.
Pelaksanaan pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah selalu dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat yang tentunya disesuaikan juga dengan tujuan pembangunan nasional. Pendidikan Luar Sekolah sendiri memiliki
tujuan yaitu “Mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta nilai-nilai yang memungkinkan bagi perorangan atau kelompok untuk menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, lingkungan
masyarakat dan bahkan lingkungan negaranya” (Sudjana, 2000:33-34).
Pelatihan merupakan salah satu bentuk dari pendidikan luar sekolah. Dimana pelatihan merupakan pengembangan dalam segi pendidikan yang dilakukan bagi peningkatan sumber daya manusia melalui berbagai macam pendekatan yang bersifat konvnsional. Pelatihan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk keahlian, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu ke arah yang lebih baik. Pelatihan diadakan dan dirancang atas dasar sebuah kebutuhan, karena kebutuhan manusia beraneka ragam, dan pelatihan juga merupakan salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia seperti masalah yang cukup krusial mengenai kenyataan bahwa tidak semua individu dapat melanjutkan pendidikan formal ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi lagi.
Hal ini dalam pelatihan vocational skill merupakan salah satu bagian dari
life skill, dimana vocational skill lebih mengarah pada pemberian kemampuan
tertentu (keterampilan kejuruan) sesuai dengan potensi-potensi yang telah ada. Pendidikan keterampilan yang diberikan kepada individu untuk menghasilkan kehidupan individu tersebut agar lebih baik serta lebih bermartabat di masyarakat.
(16)
5
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan keterampilan ini sangat baik untuk mengatasi beberapa permasalahan seperti pengangguran dan kemiskinan. Oleh karena itu, individu memerlukan pendidikan keterampilan agar dapat dijadikan bekal untuk memasuki dunia kerja ataupun usaha mandiri.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan pendidikan nonformal untuk remaja putus sekolah dengan memberikan pelatihan keterampilan secara gratis. Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) Cibabat-Cimahi ini menjaring remaja putus sekolah dari perwakilan setiap kabupaten di Jawa Barat yang dipilih melalui seleksi setiap tahunya untuk diberikan bekal dan pelatihan keterampilan untuk bekal dalam persaingan di dunia kerja.
Atas dasar pemikiran tersebut di atas penulis mencoba mengkaji dan
meneliti secara mendalam mengenai “Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaanya BPSBR Cibabat-Cimahi menyediakan waktu relatif singkat sedangkan materi yang harus diberikan pada peserta cukup banyak dan harus selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2. Remaja putus sekolah perlu diberikan dorongan untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan untuk bekal hidupnya sehingga pemerintah menyediakan lembaga pelatihan untuk remaja putus sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
3. Latar belakang pendidikan peserta pelatihan yang rendah mengakibatkan kebutuhan adanya keterampilan-keterampilan tambahan untuk memberikan kemampuan dimasa depan.
4. Adanya perbedaan kemampuan daya tangkap terhadap bahan ajar yang disampaikan membutuhkan perhatian maksimal dari instruktur sedangkan waktu yang disediakan untuk pelatihan cenderung terbatas dan instruktur yang
(17)
6
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jumlahnya sedikit mengakibatkan pelatihan keterampilan peserta tidak maksimal.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dapat dibatasi sebagai berikut : Bagaimana Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam
Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi ?
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu :
1. Bagaimana perencanaan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi ? 2. Bagaimana proses pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan
pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi ? 3. Bagaimana evalusai pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan
pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui perencanaan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi.
2. Mengetahui proses pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi. 3. Mengetahui evalusai pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan
pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif berfungsi untuk mengeksplorasi dan memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2011 : 9), yaitu :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
(18)
7
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, test, dan observasi. Adapun penjelasannya yaitu :
1. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2009:231), wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.
2. Tes
Menurut Arikunto (2010 : 266) tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya sesuatu ataupun besarnya kemampuan suatu objek yang diteliti. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan suatu pencapaian ataupun sebuah perstasi yang diraih.
3. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:145), Observasi adalah suatu proses yang kompleks, atau proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penyelenggaraan pelatihan khususnya mengenai perencanaan, proses, serta evaluasi yang dilakukan dalam program pelatihan.
2. Manfaat Praktis
Bagi penyelenggara pelatihan, temuan ini dapat dijadikan bahan referensi dan informasi untuk meningkatkan manajemen pelatihan yang diselenggarakan. 3. Manfaat sebagai bahan referensi
(19)
8
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Apabila ada pihak yang berminat meneliti lebih lanjut terhadap bidang yang sama.
G. Struktur Organisasi Skripsi
Sebagai kerangka dalam penulisan ini, maka sistematika penulisan disusun sebagai berikut:
BAB I :
BAB II :
BAB III :
BAB IV :
BAB V :
Pendahuluan, di dalamnya membahas Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metoda dan Teknik Pengumpulan Data, Definisi Operasional, Dan Sistematika Penulisan.
Kajian teoritis yang di dalamnya membahas beberapa Konsep yang berhubungan dengan judul dan permasalahan.
Metode Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Langkah Pengumpulan Data.
Hasil Telaahan Dan Pembahasan, berisi tentang profil, kondisi obyektif dan pembahasan hasil temuan.
Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Serta membahas implikasi/rekomendasi terhadap pengelola.
(20)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) merupakan lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yang beralamat di Jl. Jend. H. Amir Machmud No. 331 Cibabat – Cimahi. BPSBR ini dibawah naungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. BPSBR menyelenggarakan program pelatiahan kejuruan yang sasaranya adalah remaja putus sekolah yang berusia 15 sampai dengan 21 tahun. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan keterampilan dan sikap untuk membantu meningkatkan kemandirian serta memberikan pengalaman dalam dunia kerja.
2. Subjek Penelitian
Menurut Arikunto (2006:102) subjek penelitian adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana data yang dipermasalahkan melekat. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pengelola, instruktur, supervisor, dan peserta pelatihan.
Sesuai dengan tujuan dari penelitian, maka yang menjadi subjek penelitian yaitu sebanyak 26 orang yang terdiri dari satu orang pengelola, satu orang instruktur, dan 24 orang peserta pelatihan di BPSBR Cibabat-Cimahi.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan tahapan kegiatan peneliti dalam melaksanakan penelitian yang dimulai dari awal sampai akhir penelitian, yang tujuannya untuk memberikan gambaran tentang keseluruhan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, sampai dengan tahap penulisan laporan.
Menurut Moleong (2007:127), mengemukakan bahwa terdapat empat tahapan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu 1) tahap pralapangan, 2) tahap rancangan dan pelaksanaan lapangan, 3) tahap analisis data, dan 4) tahap penulisan laporan.
(21)
39
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tahap Pralapangan
Tahap pralapangan merupakan tahap awal dalam melakukan sebuah penelitian. Pada tahap awal ini peneliti melakukan kegiatan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu BPSBR yang berlokasi di Jl. Jend. H. Amir Machmud No. 331 Cibabat Cimahi. Kegiatan observasi ini dilakukan agar peneliti dapat menyeksikansecara langsung gambaran awal tentang pokok permasalahan yang terdapat di lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian. Pada tahap ini juga peneliti meminta ijin terhadap pihak-pihak terkait, karena BPSBR Cibabat-Cimahi merupakan balai pelatihan yang bernaung dibawah Dinas Sosial Jawa Barat maka peneliti meminta perijinan terlebih dahulu pada pihak Dinas Sosial untuk mendapatkan surat tembusan untuk melakukan penelitian di BPSBR. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara awal terhadap pihak pengelola BPSBR untuk mendapatkan informasi awal untuk dianalisis apakah fokus permasalahan yang ada dilokasi dapat diteliti oleh penulis atau tidak.
2. Tahap Rancangan dan Pelaksanaan Lapangan
Pada tahap rancangan dan pelaksanaa lapangan, peneliti melakukan sebuah rancangan mengenai fokus kajian serta metode dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam penelitia ini. Selanjutnya peneliti menentukan apa yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian, menentukan siapa saja yang akan menjadi subjek penelitian, serta siapa saja yang akan menjadi narasumber dalam penelitian. Setelah membuat rancangan penelitian, peneliti melakukan penyusunan instrumen penelitian, mengumpulkan data yang diperoleh dilapangan, menganalisis data, serta melaporkan hasil temuan penelitian dilapangan.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data peneliti melakukan kegiatan analisis terhadap data yang telah diperoleh dari lapangan. Kegiatan menganalisis data adalah sebuah tahap yang sangat menentukan dalam mecari jawaban atas permasalahan penelitian yang diperoleh dilapangan. Peneliti meggunakan model analisis data yaitu teknik analisis deskriptif karena yang menjadi sasaran penelitian adalah fenomena yang terus berlangsung. Kegiatan analisis data dilakukan dari awal
(22)
40
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampai akhir penelitian. Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara, pengamatan, dokumen pribadi, serta dokumen resmi yang terdapat dilapangan. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diolah sesuai dengan kaidah pengolahan yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data, serta melakukan analisis data secara terus menerus selama proses penelitian data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empirik dengan teoritik, serta pengolahan data sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yeng diperlukan lengkap.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif berfungsi untuk mengeksplorasi dan memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1994:44)
beliau mengemukakan bahwa “pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya
sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu”.
Menurut Winarno Surakhmad (1994:46) ada 2 ciri-ciri dari metode deskriptif, yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat sekarang, pada masalah aktual
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2011 : 9) metode kualitatif adalah:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kialitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
(23)
41
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Masalah yang diteliti penulis adalah mengenai penyelenggaran pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan memangkas rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, maka penulis melakukan beberapa generalisasi mengenai masalah yang sedang diteliti dimulai dari latar belakang hingga evaluasi.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai istilah-istilah dalam penelitian ini maka penulis memeparkan definisi dari istilah yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penyelenggaraan
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan luar sekolah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. (Sudjana Djudju, 1992:9)
2. Pelatihan
Pelatihan adalah upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan lain sebagainya) sebagai upaya memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan organisasi. (Djudju Sudjana, 2007:4).
3. Pelatihan tata rias
Keterampilan tata rias adalah kegiatan untuk memberikan atau memperoleh peningkatan serta pengembangan keterampilan tata rias, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat tata rias tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dati pada teori di bidang tata rias (ictsleman.net)
4. Meningkatkan
Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf, dsb), mempertinggi, memperhebat (produksi dsb). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013)
5. Keterampilan Pemangkasan Rambut
Keterampilan pemangkasan rambut merupakan usaha untuk mengurangi panjang rambut dengan teknik tertentu sesuai mode yang dipilih/dikehendaki. Dalam pemangkasan rambut tidak hanya mode saja yang diperhatikan, akan
(24)
42
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tetapi perlu dilakukan penyesuaian dengan jenis kelamin, bentuk wajah, jenis rambut, postur tubuh, pekerjaan, usia, dan kepribadian agar mendapatkan hasil pangkasan yang sesuai dengan yang dikehendaki serta dapat memberikan nilai tambah dalam penampilan. (Diktat BPSBR, 2010).
E. Instrumen Penelitian
Peneliti melakukan beberapa kegiatan dalam penyusunan istrumen dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penyusunan kisi-kisi
Pada penyusunan kisi-kisi penelitian, peneliti melakukan dengan cara sistematis yang disesuaikan dengan pertanyaan penelitian, selanjutnya dijabarkan dalam aspek yang diteliti berdasarkan indikator dan sub indikator yang telah ditentukan agar dapat memudahkan dalam pembuatan alat pengumpul data berupa pedoman wawancara, soal test, dan pedoman observasi. Kolom-kolom yang terdapat pada kisi-kisi penelitian penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan memangkas rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi, aspek yang diteliti, indikator, sub indikator, sumber data, teknik pengumpulan data, serta item.
2. Penyusunan pedoman wawancara
Peneliti menyusun pedoman wawancara untuk memudahkan dalam menggali informasi mengenai permasalahan yang akan diteliti. Pedoman wawancara tersebut disusun dari indikator-indikator yang telah ada dan dirumuskan menjadi pertanyaan-pertangaan, kemudian di uji cobakan kepada subjek penelitian yaitu pengelola, dan sumber belajar pelatihan tata rias.
3. Penyusunan tes
Peneliti menyusunan soal test (pre test dan post test) yang disusun dari indikator-indikator dengan soal yang telah disesiuaikan dengan materi pemangkasan rambut yang telah diberikan pada warga belajar. Soal test tersebut di uji cobakan pada warga belajar pelatihan tata rias untuk mengetahui sejauhmana peningkatan aspek kognitif warga belajar pelatihan tata rias terhadap materi pemangkasan rambut.
(25)
43
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Penyusunan pedoman observasi
Peneliti menyusun pedoman observasi unjuk kerja yang dibuat berdasarkan indikator yang terlebih telah disusun sebelumnya, pedoman observasi unjuk kerja ini dibuat berbentuk format penilaian yang harus dinilai oleh peneliti sendiri yang di uji cobakan pada warga belar pelatihan tata rias.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu melihat, mengkaji, dan menganalisis suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya. Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, test (pre test dan post test, serta observasi unjuk kerja. Adapun penjelasan mengenai teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu :
1. Wawancara
Mennurut Esterberg dalam Sugiyono (2009:231), wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu. Penggunaan teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Maka anggapan yang harus dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut:
a. Subyek (responden) adalah orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri b. Yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya c. Interpretasi subyek mengenai pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama denngan apa yang dimaksudkan oleh peneeliti. Sugiyono (2009: 194) mengemukakan beberapa macam wawancara yang dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon, yaitu sebagai berikut:
1) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
2) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
(26)
44
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti menggunakan teknik wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR. Wawancara dilakukan pada pengelola dan sumber belajar keterampilan tata rias.
2. Tes
Menurut Arikunto (2010 : 266) tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya sesuatu ataupun besarnya kemampuan suatu objek yang diteliti. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan suatu pencapaian ataupun sebuah perstasi yang diraih.
Menurut Suharsimi Arikunto (1999 : 162) Ada dua jenis tes, yaitu: a. Tes subjektif
Tes ini pada umumnya berbentuk esai (uraian), tes bentuk esai (uraian) adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
b. Tes objektif
Tes objektif adalah sebuah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif, tes ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada tes subjektif. Ada beberapa jenis tes objektif, diantaranya yaitu:
1) Tes benar – salah (true – false), soal-soalnya berbentuk pernyataan, ada
pernyataan yang benar dan ada yang salah.
2) Tes pilihan ganda (multiple choice test), terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan mengenai suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
3) Menjodohkan (matching test), terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban, masing-masing pertanyaan menpunyai jawabannya yang tercantum pada seri jawaban.
4) Tes isian (completion test), terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.
(27)
45
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian penyelenggaraan pelatihan tata rias ini instrumen tes yang digunakan untuk memngetahui tingkat pemahaman dalam aspek kognitif warga belajar dan aplikasi subjek terhadap materi belajar akan yang diberikan dan setelah diberikan, maka instrumen tes yang digunakan peneliti adalah jenis tes objektif berupa tes pilihan ganda, karena menurut peneliti tes ini dirasa paling tepat untuk digunakan dengan subjek penelitiannya adalah warga belajar remaja putus sekolah yang mengikuti program pelatihan tata rias.
3. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011:145), Observasi adalah suatu proses yang kompleks, atau proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dalam Sugiyono (2011:145) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Observasi Berperanserta (Participant observation)
Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.
b. Observasi Nonpartisipan
Observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku obyek.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini salah satunya adalah obervasi, yang bertujuan untuk menganalisis tentang perilaku obyek mengenai pelatihan tata rias pada keterampilan memangkas rambut. Observasi unjuk kerja dilakukan kepada obyek penelitian dalam hal ini yaitu warga belajar remaja putus sekolah yang mengikuti program pelatihan tata rias di BPSBR.
(28)
46
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Analisis Data
Berkaitan dengan pengolahan dan analisis data, Moleong (2007:248),
mengemukakan bahwa “analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskanya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan pada orang lain”.
Terdapat beberapah tahapan dalam pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara wawancara, test, serta observasi unjuk kerja yang dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri atas catatan deskriptif yang merupakan catatan tentang apa yang dilihat, diamati, disaksikan, didengar, dan dialami oleh peneliti sendiri. Pengumpulan data ini menyangkut semua hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi. Catatan deskriptif ini merupakan data alami dari lapangan, tanpa adanya komentar dan tafsiran dari pihak peneliti tentang fenomena yang telah diamati. Sedangkan catatan reflektif merupakan catatan yang berisi tentang kesan, komentar, pendapat, gagasan/ide, dan tafsiran peneliti tentang fenomena yang dijumpai.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhahaan atau menyingkat pada bentuk uraian (laporan yang terinci) dan sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan meberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data itu apabila diperlukan. Proses reduksi data ini dilkukan teru menerus selama penelitian berlangsung.
(29)
47
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan upaya untuk menyajikan data guna melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu penelitian. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif dari catatan lapangan. Agar peneliti tidak mengalami kesalahan dalam pengambilan kesimpulan, maka peneliti melakukan koding data, klarifikasi data, serta melakukan penggolongan kembali sesuai fokus permasalahan berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan dalam pedoman wawancara untuk para subjek penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Pada awalnya kesimpulan sementara masih sangat tentatif, kabur, kemudian dengan bertambahnya data maka kesimpulan akan lebih akurat, dan kesimpulan yang ada senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung. Hal ini juga dilakukan peninjauan ulang terhadap catatan lapangan dan dan sharing dengan pihak yang terlibat dalam penelitian pada penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam menigkatkan keterampilan memangkas rambut.
(30)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil temuan pada saat penelitian dan uraian dari bab-bab sebelumnya
mengenai masalah yang diteliti yaitu “Penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam
meningkatkan keterampilan memangkas rambut bagi remaja putus sekolah di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis, maka dapat disimpulken sebagai berikut :
1. Perencanaan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi
Program pelatihan tata rias ini merupakan suatu kegiatan pemberian bekal keterampilan kepada warga belajar yang merupakan remaja putus sekolah agar memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk dapat hidup mandiri serta dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pada perencanaan penyelenggaraan pelatihan tata rias ini dilaksanakan selama 4 bulan yang dibagi menjadi 2 tahapan yaitu pada 3 bulan pertama peserta mengikuti kegiatan pembelajaran didalam kelas dan 1 bulan terakhir peserta disberikan kesempatan untuk PKL di salon-salon yang telah ditentukan.
Proses perencanaan ini dilakukan secara sistematis dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang dimulai dari identifikasi kebutuhan peserta, penentuan sasaran persiapan materi dalam proses pembelajaran pelatihan tata rias. Kegiatan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan memangkas rambut bagi remaja putus sekolah yang diselenggarakan oleh BPSBR Cibabat-Cimahi dibawah naungan Dinas Sosial Jawa Barat bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada remaja putus sekolah agar dapat hidup mandiri dan meningkatkan taraf kehidupannya.
(31)
80
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Proses pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat – Cimahi
Proses Pelatihan tata rias yang diselenggarakan oleh BPSBR Cibabat-Cimahi dilaksanakan selama 4 bulan dengan 2 tahapan yaitu pada 3 bulan pertama peserta melakukan pembelajaran didalam kelas dan untuk 1 bulan terkhir peserta melakukan PKL ke salon-salon yang telah ditentukan. Pada pelaksanaan pembelajaranya sumber belajar menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan yang paling ditekankan adalah praktek, dengan memnfaatkan media yang telah tersedia.
Menurut hasil wawancara materi yang yang diberikan dalam pelatihan tata rias pada umumnya bersumber dari Diktat yang telah disediakan oleh BPSBR sendiri. Materi disampaikan oleh instruktur tata rias dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan praktek. Dalam proses pembelajarannya, instruktur lebih menekankan pada penggunaan metode praktek dikarenakan materi yang disampaikan lebuh banyak praktek untuk meningkatkan skill yang dimiliki oleh peserta pelatihan. Sedangkan media yang digunakan pada proses pelatihan tata rias yaitu menggunakan media yang tela disediakan oleh pihak BPSBR untuk penunjang proses pembelajaran.
3. Evalusai pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi
Evaluasi program dilakukan oleh seluruh pihak yang bersangkutan yaitu pengelola, sumber belajar, dan warga belajar. Evaluasi pada penyelenggaraan program ini dilakukan selama tiga kesempatan yaitu, pada awal persiapan pelaksanaan kegiatan, pada proses kegiatan berlangsung, dan pada akhir kegiatan sebagai evaluasi besar dan pembahasan tindak lanjut. Evaluasi ini juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program ini berjalan apa sudah bagus atau masih ada yang kurang.
Program pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan memangkas rambut badi remaja putus sekolah ini berupaya memberikan bekal keterampilan
(32)
81
dan pengetahuan agar dapt diaplikasikan di dunia kerja. Oleh karena itu, penyelenggaraan program ini dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait, agar tujuan program dapat tercapai dengan baik, efisien, dan efektif sesuai dengan yang diharapkan pada tujuan awal pembentukan program.
Peningkatan pengetahuan peserta pelatihan dapat dilihat dari data hasil tes yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan pengetahuan peserta dalam menjawab soal pre test dan post test. Nilai peserta pada saat pre test relatif lebih rendah dibandingkan dengan nilai post test yang jauh lebih tinggi setelah peserta mendapatkan treatment.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang didapatkan pada aspek psikomotor yang dilihat dari keterampilan dengan menggunakan observasi unjuk kerja yang dinilai dari 11 aspek diantaranya adalah persiapan area kerja, persiapan alat lenan dan kosmetik, persiapan model, penyisiran rambut, diagnosa kulit kepala dan rambut, pencucian rambut, pengeringan dengan handuk, penyisiran kembali, parting rambut, pemangkasan model bob, dan tahap akhir Hair dryer rambut dan perapihan.
Dari data hasil observasi unjuk kerja tersebut dapat dibuktikan bahwa keterampilan yang dimiliki peserta pelatihan dalam meningkatkan teknik pemangkasan rambut dinyatakan bahwa seluruh peserta pelatihan tergolong pada kategori terampil.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dibuat rekomendasi untuk para pihak yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagi para pihak Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
a. BPSBR Cibabat-Cimahi sebagai lembaga pelatihan khususnya dibidang pemberdayaan sosial diharapken dapat lebih meningkatkan pelayanan pelatihan dengan tujuan menghasilkan sumber daya menusia yang berkualitas khususnya dalam pemberdayaan remaja putus sekolah.
(33)
82
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. BPSBR Cibabat-Cimahi diharapkan mampu menjadi sumber informasi dan sumber belajar yang lengkap bagi siswa/mahasiswa yang melakukan kegiatan maupun penelitian.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya terbatas pada pengkajian mengenai penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan memangkas rambut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu referensi mengenai program pelatihan khususya mengenai penyelenggaraan pelatihan tata rias. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut sampai pada dampak dari kegiatan pelatihan mengenai pelatihan tata rias bagi remaja putus sekolah.
(34)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Amalia, Eki. (2013). Penyelennggaraan Pendidikan Keterampilan Dalam
Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Warga Belajar Paket B: Studi Kasus pada Kelompok Belajar Pembuat Abon Lele di PKBM Al-Hikmah Indramayu.Jurusan Pendidikan Luar Sekolah PLS UPI
Arikunto, Suharsimi. (1999), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
___________. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
___________. (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : Rineka Cipta
Atmodiwiro, Soebagio. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: PT Ardadizya Jaya
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja. (2010).Diktat Keterampilan Jurusan
Tata Rias, Cimahi: BPSBR
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan ( Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta
Marzuki, M.S, (1992), Strategi dan Model Pelatihan. Malang: IKIP Malang Moeloeng, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Pratama, Dendy Noviandi. (2011). Prosedur Penyusunan Instrumen Evaluasi
Pelatihan yang Digunakan oleh Widyaiswara untuk Mengukur Keberhasilan Pelatihan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah PLS UPI
Soehartono, Irawan. (1995). Metode Penelitian Sosial. Badung: Remaja Rosda Karya
Sudjana, D., (1992), Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung : Nusantara Pers
(35)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
________. (2000). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan Luar
Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Banung: Falah
Production
_________. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Wawasan Sejarah Perkembangan
Falsafah Teori Pendukung Asas). Bandung: Falah Production.
_________. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung: Falah Production
_________. (2004). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan Luar
Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Banung: Falah
Production
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode
Teknik. Bandung : Tarsito Sumber Internet :
Anonim. (2013). Asas-asas Pelatihan. [Online]. Tersedia: http://trainingmenulis.blogdetik.com/asas-asas-pelatihan/. [19 Desember 2013]
Arifin, Ardiansyah. (2010). Pelaksanaan. [Online]. Tersedia: http://ekhardhi.blogspot.com/2010/12/pelaksanaan.html. [20 Desember 2013]
Eukaristia. (2012). Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi.[Online]. Tersedia: http://animenekoi.blogspot.com/2012/06/pengertian-tujuan-dan-fungsi-evaluasi.html. [20 Desember 2013]
Martha, Jaya. (2009). Evaluasi Kegiatan. [Online]. Tersedia: http://www.idb-unj.info/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=5 2. [22 Desember 2013]
Sodikin, Hendrik DKK. (2011). Konsep Pelatihan. [Online]. Tersedia : http://p2pnfi8.wordpress.com/about/. [25 Desember 2013]
(36)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Yulianti, Irma. (2011). Kurikulum PLS. [Online]. Tersedia: http://irma-yulianti.blogspot.com/2011/03/kurikulum-pls.html. [25 Desember 2013]
Yunus, Dadang. (2008). Ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life Skills). [Online]. Tersedia:
http://pkbmpls.wordpress.com/category/life-skills/. [19 Desember 2013]
Sumber Kebijakan :
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 3 Pereturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991
(1)
80
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Proses pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat – Cimahi
Proses Pelatihan tata rias yang diselenggarakan oleh BPSBR Cibabat-Cimahi dilaksanakan selama 4 bulan dengan 2 tahapan yaitu pada 3 bulan pertama peserta melakukan pembelajaran didalam kelas dan untuk 1 bulan terkhir peserta melakukan PKL ke salon-salon yang telah ditentukan. Pada pelaksanaan pembelajaranya sumber belajar menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan yang paling ditekankan adalah praktek, dengan memnfaatkan media yang telah tersedia.
Menurut hasil wawancara materi yang yang diberikan dalam pelatihan tata rias pada umumnya bersumber dari Diktat yang telah disediakan oleh BPSBR sendiri. Materi disampaikan oleh instruktur tata rias dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan praktek. Dalam proses pembelajarannya, instruktur lebih menekankan pada penggunaan metode praktek dikarenakan materi yang disampaikan lebuh banyak praktek untuk meningkatkan skill yang dimiliki oleh peserta pelatihan. Sedangkan media yang digunakan pada proses pelatihan tata rias yaitu menggunakan media yang tela disediakan oleh pihak BPSBR untuk penunjang proses pembelajaran.
3. Evalusai pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan pemangkasan rambut bagi remaja putus sekolah di BPSBR Cibabat-Cimahi
Evaluasi program dilakukan oleh seluruh pihak yang bersangkutan yaitu pengelola, sumber belajar, dan warga belajar. Evaluasi pada penyelenggaraan program ini dilakukan selama tiga kesempatan yaitu, pada awal persiapan pelaksanaan kegiatan, pada proses kegiatan berlangsung, dan pada akhir kegiatan sebagai evaluasi besar dan pembahasan tindak lanjut. Evaluasi ini juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program ini berjalan apa sudah bagus atau masih ada yang kurang.
Program pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan memangkas rambut badi remaja putus sekolah ini berupaya memberikan bekal keterampilan
(2)
81
dan pengetahuan agar dapt diaplikasikan di dunia kerja. Oleh karena itu, penyelenggaraan program ini dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait, agar tujuan program dapat tercapai dengan baik, efisien, dan efektif sesuai dengan yang diharapkan pada tujuan awal pembentukan program.
Peningkatan pengetahuan peserta pelatihan dapat dilihat dari data hasil tes yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Peningkatan tersebut ditandai dengan peningkatan pengetahuan peserta dalam menjawab soal pre test dan post test. Nilai peserta pada saat pre test relatif lebih rendah dibandingkan dengan nilai post test yang jauh lebih tinggi setelah peserta mendapatkan treatment.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang didapatkan pada aspek psikomotor yang dilihat dari keterampilan dengan menggunakan observasi unjuk kerja yang dinilai dari 11 aspek diantaranya adalah persiapan area kerja, persiapan alat lenan dan kosmetik, persiapan model, penyisiran rambut, diagnosa kulit kepala dan rambut, pencucian rambut, pengeringan dengan handuk, penyisiran kembali, parting rambut, pemangkasan model bob, dan tahap akhir Hair dryer rambut dan perapihan.
Dari data hasil observasi unjuk kerja tersebut dapat dibuktikan bahwa keterampilan yang dimiliki peserta pelatihan dalam meningkatkan teknik pemangkasan rambut dinyatakan bahwa seluruh peserta pelatihan tergolong pada kategori terampil.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dibuat rekomendasi untuk para pihak yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagi para pihak Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
a. BPSBR Cibabat-Cimahi sebagai lembaga pelatihan khususnya dibidang pemberdayaan sosial diharapken dapat lebih meningkatkan pelayanan pelatihan dengan tujuan menghasilkan sumber daya menusia yang berkualitas khususnya dalam pemberdayaan remaja putus sekolah.
(3)
82
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. BPSBR Cibabat-Cimahi diharapkan mampu menjadi sumber informasi dan sumber belajar yang lengkap bagi siswa/mahasiswa yang melakukan kegiatan maupun penelitian.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya terbatas pada pengkajian mengenai penyelenggaraan pelatihan tata rias dalam meningkatkan keterampilan memangkas rambut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu referensi mengenai program pelatihan khususya mengenai penyelenggaraan pelatihan tata rias. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut sampai pada dampak dari kegiatan pelatihan mengenai pelatihan tata rias bagi remaja putus sekolah.
(4)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Amalia, Eki. (2013). Penyelennggaraan Pendidikan Keterampilan Dalam
Meningkatkan Kemampuan Wirausaha Warga Belajar Paket B: Studi Kasus pada Kelompok Belajar Pembuat Abon Lele di PKBM Al-Hikmah
Indramayu.Jurusan Pendidikan Luar Sekolah PLS UPI
Arikunto, Suharsimi. (1999), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
___________. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
___________. (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : Rineka Cipta
Atmodiwiro, Soebagio. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: PT Ardadizya Jaya
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja. (2010).Diktat Keterampilan Jurusan
Tata Rias, Cimahi: BPSBR
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan ( Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta
Marzuki, M.S, (1992), Strategi dan Model Pelatihan. Malang: IKIP Malang Moeloeng, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Pratama, Dendy Noviandi. (2011). Prosedur Penyusunan Instrumen Evaluasi
Pelatihan yang Digunakan oleh Widyaiswara untuk Mengukur Keberhasilan Pelatihan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah PLS UPI
Soehartono, Irawan. (1995). Metode Penelitian Sosial. Badung: Remaja Rosda Karya
Sudjana, D., (1992), Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung : Nusantara Pers
(5)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
________. (2000). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan Luar
Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Banung: Falah
Production
_________. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Wawasan Sejarah Perkembangan
Falsafah Teori Pendukung Asas). Bandung: Falah Production.
_________. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung: Falah Production
_________. (2004). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan Luar
Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Banung: Falah
Production
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode
Teknik. Bandung : Tarsito
Sumber Internet :
Anonim. (2013). Asas-asas Pelatihan. [Online]. Tersedia: http://trainingmenulis.blogdetik.com/asas-asas-pelatihan/. [19 Desember 2013]
Arifin, Ardiansyah. (2010). Pelaksanaan. [Online]. Tersedia: http://ekhardhi.blogspot.com/2010/12/pelaksanaan.html. [20 Desember 2013]
Eukaristia. (2012). Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi.[Online]. Tersedia: http://animenekoi.blogspot.com/2012/06/pengertian-tujuan-dan-fungsi-evaluasi.html. [20 Desember 2013]
Martha, Jaya. (2009). Evaluasi Kegiatan. [Online]. Tersedia: http://www.idb-unj.info/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=5 2. [22 Desember 2013]
Sodikin, Hendrik DKK. (2011). Konsep Pelatihan. [Online]. Tersedia : http://p2pnfi8.wordpress.com/about/. [25 Desember 2013]
(6)
Vina Novitasanti, 2014
Penyelenggaraan Pelatihan Tata Rias Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemangkasan Rambut Bagi Remaja Putus Sekolah Di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Cibabat-Cimahi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Yulianti, Irma. (2011). Kurikulum PLS. [Online]. Tersedia: http://irma-yulianti.blogspot.com/2011/03/kurikulum-pls.html. [25 Desember 2013]
Yunus, Dadang. (2008). Ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life Skills). [Online]. Tersedia:
http://pkbmpls.wordpress.com/category/life-skills/. [19 Desember 2013]
Sumber Kebijakan :
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 3 Pereturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991