ANALISIS DESKRIPTIF SONKEIGO DAN KENJOUGO DALAM ANIME KURO SHITSUJI.

(1)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS DESKRIPTIF SONKEIGO DAN KENJOUGO

DALAM ANIME KURO SHITSUJI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh

Angga Prayudha Sumirat

0906182

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS DESKRIPTIF SONKEIGO DAN KENJOUGO DALAM

ANIME KURO SHITSUJI

oleh

Angga Prayudha Sumirat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Departemen Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Seni

© Angga Prayudha Sumirat 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagaian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

ANGGA PRAYUDHA SUMIRAT

ANALISIS DESKRIPTIF SONKEIGO DAN KENJOUGO DALAM ANIME KURO SHITSUJI

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

PEMBIMBING I

Drs. H. Sudjianto, M. Hum L NIP. 195906051985031004

PEMBIMBING II

Drs. H. Ahmad Dahidi, M. A. NIP. 195802281983031004

Mengetahui,


(4)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dra. Neneng Sutjiati, M. Hum NIP. 196011081986012001


(5)

viii Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Isi

Lembar Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan... iii

Kata Pengantar ... iv

Abstrak... vii

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.2.1 Rumusan Masalah ... 6

1.2.2 Batasan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Definisi Operasional ...8

1.5 Metode Penelitian ...9

1.5.1 Metode Penelitian ...9

1.5.2 Instrumen dan Sumber Data Penelitian...10

1.5.3 Teknik Analisis Data...10

1.6 Sistematika Penulisan ...11

BAB II LANDASAN TEORITIS ...13

2.1 Bahasa ...13

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Ragam Bahasa ...16

2.3 Ragam Bahasa dalam Bahasa Jepang ...16

2.4 Keigo ...18

2.4.1 Sonkeigo ...20

2.4.2 Kenjougo ...23

2.5 Anime...24

2.6 Kuroshitsuji...25


(6)

viii Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(7)

9

3.2 Objek Penelitian...34

3.3 Instrumen Penelitian ...34

BAB IV ANALISIS DATA ...37

4.1 Aspek-aspek Kebahasaan Sonkeigo dan Kenjougo pada Kuro Shitsuji ...37

4.1.1 Verba khusus ...38

4.1.1.1 Kudasaru ...38

4.1.1.2 Nasaru ...42

4.1.1.3 Irassharu ...45

4.1.1.4 Goran ...49

4.1.1.5 Ossharu ...52

4.1.1.6 Meshiagaru ...52

4.1.1.7 Zonjiru...53

4.1.1.8 Oru ...55

4.1.1.9 Itadaku...58

4.1.1.10 Mousu ...61

4.1.1.11 Mairu...62

4.1.1.12 Sashiageru...64

4.1.1.13 Haiken suru ...65

4.1.1.14 Ukagau ...66

4.1.2 Nomina/Promina khusus ...67

4.1.2.1 Anata ...67

4.1.2.2 Bocchan...70

4.1.2.3 Shousei ...74

4.1.2.4 Watakushi ...76

4.1.2.5 Kiden ...78

4.1.2.6 Minnasan...80

4.1.2.7 Goshujin ...82

4.1.3 Prefiks/sufiks sebagai sonkeigo ...84

4.1.3.1 Sama ...84

4.1.3.2 Domo ...88

4.1.3.3 Fujin ...89


(8)

1 0

4.1.3.5 Shishaku ...94

4.1.3.6 Kyou ...96

4.1.3.7 Hakushaku...98

4.1.3.8 Koushaku...99

4.1.4 Verba khusus setelah verba lain ...101

4.1.4.1 Itasu...101

4.1.4.2 Ageru ...104

4.1.5 Menggunakan pola ‘o…ni naru’ dan ‘o…suru’ ...106

4.1.5.1 O…ni naru...106

4.1.5.2 O…suru ...108

4.2 Penggunaan Sonkeigo dan Kenjougo pada Kuro Shitsuji ...122

Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...130

5.1 Kesimpulan ...130

5.1.1 Aspek-aspek Kebahasaan Sonkeigo dan Kenjougo pada Kuro Shitsuji...130

5.1.2 Penggunaan Sonkeigo dan Kenjougo pada Kuro Shitsuji ..131

5.2 Rekomendasi ...135

5.2.1 Rekomendasi untuk Pengajar ...135

5.2.2 Rekomendasi untuk Pembelajar ...135

5.2.3 Rekomendasi untuk Peneliti Selanjutnya...135


(9)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menyampaikan informasi dari pembicara sebagai pemberi informasi ke pendengar sebagai penerima informasi. Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar, perlu ada persamaan persepsi dalam bentuk pembicara dan pendengar mengenai bahasa yang digunakan. Sutedi (2009 : 2) mengatakan bahwa bahasa merupakan bagian terpenting dalam berkomunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain, tetapi hanya ditunjukan pada diri sendiri, seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun dalam hati. Akan tetapi, yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa.

Penyampaian suatu bahasa memerlukan keterampilan dalam berkomunikasi. Penyampaian suatu bahasa memerlukan keterampilan dalam berkomunikasi. Tarigan (1986: 1) dalam bukunya mengatakan bahwa semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Melatih keterampilan berbahasa berarti


(10)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

pula melatih keterampilan berpikir. Bisa disimpulkan menguasai berbagai bahasa merupakan keterampilan yang luar biasa.

Banyak bahasa yang sulit dipelajari di dunia ini, salah satunya adalah bahasa Jepang. Mengingat banyaknya ragam bahasa yang harus dipelajari dalam bahasa Jepang. Mulai dari huruf, tata bahasa hingga perbedaan-perbedaan varian penggunaan ragam bahasa. Salah satunya adalah bahasa hormat yang biasanya digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang lebih tinggi status sosialnya.

Terdapat beragam hal yang dapat menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi. Salah satunya adalah keberadaan bahasa sopan yang hingga kini masih menjadi permasalahan bagi masyarakat Jepang. Pada situasi-situasi tertentu ada saatnya pembelajar bahasa Jepang dituntut menggunakan keigo, namun tidak semua pembelajar bahasa Jepang memahami penggunaan keigo. Sementara tidak sedikit peran pemakaian keigo bagi para penuturnya. Oleh karena itu, pembelajar bahasa Jepang harus menguasainya. Atas dasar tersebut, objek penelitian yang penulis teliti adalah penggunaan keigo.

Keigo dibagi menjadi tiga kelompok, yakni sonkeigo, kenjougo atau kensongo, dan teineigo. Sebagai contoh, Nomura Masaaki dan Koike Seiji dalam Nihongo Jiten (1992 : 54) membagi keigo menjadi sonkeigo, kenjougo, dan teineigo. Lalu dalam Shinkokugo Handobukku (Hirai, 1982 : 131-132) keigo dibagi menjadi teineigo,


(11)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

sonkeigo, dan kensongo. Dalam skripsi ini, objek penelitian yang penulis teliti adalah penggunaan sonkeigo dan kenjougo.

Anime adalah sebuah bentuk seni, khususnya animasi, yang mencakup semua jenis tayangan, tetapi dapat keliru diklasifikasikan sebagai sebuah genre. Anime merupakan produksi animasi dari Jepang yang biasanya menggunakan gambaran tangan atau animasi komputer. Kamus bahasa Inggris mendefinisikan anime sebagai gaya film animasi atau hiburan televisi Jepang. Anime berasal dari singkata kata “animation” dalam bahasa Jepang, dimana kata “animation” lebih merujuk pada semua jenis animasi. Yamamura Koji dalam artikel berjudul Animasi dengan Sentuhan Manusia yang dimuat dalam Majalah Nipponia edisi 27 mengatakan bahwa, di negara-negara yang berbahasa Inggris, semua animasi bergaya manga Jepang disebut 'anime'.

Sejarah karya animasi di Jepang diawali dengan dilakukannya First Experiments in Animation oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro pada tahun 1913. Kemudian diikuti film pendek, hanya berdurasi sekitar 5 menit, karya Oten Shimokawa yang berjudul Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki tahun 1917. Pada saat itu Oten membutuhkan waktu 6 bulan hanya untuk mengerjakan animasi sepanjang 5 menit tersebut dan masih berupa animasi tanpa suara. Karya Oten itu kemudian disusul dengan anime berjudul Saru Kani Kassen dan Momotaro hasil karya Seitaro Kitayama pada tahun 1918, yang dibuat untuk perusahaan film Nihon Katsudo Shashin (Nikatsu). Pada tahun 1918 Seitaro kembali membuat anime dengan


(12)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

judul Taro no Banpei. Tetapi semua catatan tentang anime tersebut dikatakan hilang akibat gempa bumi di Tokyo pada tahun 1923. Selain Oten dan Seitaro, ada juga beberapa animator lain seperti, Junichi Kouichi dengan karyanya Hanahekonai Meitou no Maki pada tahun 1917, Sanae Yamamoto (Obasuteyama, 1924), Noburo Ofuji (Saiyuki, 1926 dan Urashima Taro, 1928), Yasushi Murata (Dobutsu Olympic Taikai, 1928). Pada saat itu, muncul pula anime pertama yang mempunyai sekuel yaitu Sarugashima (1930) dan kelanjutannya yaitu Kaizoku-bune (1931). Pada tahun 1927, Amerika Serikat telah berhasil membuat animasi dengan menggunakan suara (pada saat itu hanya menggunakan background music). Jepang kemudian mengikuti langkah itu dan anime pertama dengan menggunakan suara musik adalah Kujira (1927) karya Noburo Ofuji. Sedangkan anime pertama yang “berbicara” adalah karya Ofuji yang berjudul Kuro Nyago (1930) dan berdurasi 90 detik. Salah satu anime yang tercatat sebelum meletus Perang Dunia II dan merupakan anime pertama dengan menggunakan optic track, seperti yang digunakan pada masa sekarang, adalah Chikara To Onna No Yononaka (1932) karya Kenzo Masaoka. Dalam tahun 1943 Masaoka bersama dengan seorang muridnya, Senoo Kosei, mereka membuat kurang lebih lima episode anime berjudul Momotaro no Umiwashi (Momotaro, the Sea Eagle). Anime yang ditayangkan ini merupakan anime Jepang pertama dengan durasi lebih dari 30 menit (short animated feature film). Mendekati akhir dari Perang Pasifik, yaitu pada bulan April 1945, Senoo telah membuat dan menampilkan kurang lebih sembilan episode anime yang


(13)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

merupakan karya besarnya, Momotaro: Umi no Shinpei (Momotaro: Devine Soldier of the Sea). Anime ini merupakan anime Jepang pertama yang berdurasi panjang, yaitu sekitar 72 menit (animated feature film). Keduanya adalah anime propaganda yang mengadaptasi dari cerita legenda terkenal Jepang, Momotaro, dan merupakan salah satu dari anime terpopuler pada masa tersebut. Noburo Ofuji juga pernah mencoba membuat anime yang berwarna. Pada saat itu ia membuat anime Ogon no Hana (1930) dengan hanya 2 warna, tetapi tidak pernah dirilis. Anime pertama yang dirilis dengan warna baru muncul lama setelah itu yaitu Boku no Yakyu (1948) karya Megumi Asano. Setelah Perang Dunia II, industri anime dan manga bangkit kembali berkat Osamu Tezuka. Orang yang dijuluki 漫画の神様 ini pada saat itu baru berusia sekitar 20 tahun dan karyanya adalah Shintakarajima yang muncul pada tahun 1947. Hanya dalam beberapa tahun saja, Tezuka kemudian menjadi sangat terkenal. (Yonezawa, 2003 : 4-16)

Anime pertama yang mencapai kepopuleran yang luas adalah Astro Boy karya Ozamu Tezuka pada tahun 1963. Sekarang anime sudah sangat berkembang jika dibandingkan dengan anime zaman dulu. Dengan grafik yang sudah menggunakan CG sampai alur cerita yang lebih menarik. Masyarakat Jepang sangat antusias menonton anime dan membaca manga. Dari anak-anak sampai orang dewasa. Mereka menganggap, anime itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Hal ini yang membuat beberapa televisi kabel yang terkenal akan beberapa film kartunnya, seperti Cartoon


(14)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Network dan Nickelodeon mengekspor kartunnya. Tidak sedikit orang yang pergi ke Jepang untuk belajar mengenai pembuatan anime (dan manga tentunya) karena tertarik setelah melihat berbagai anime yang telah menyebar ke berbagai pelosok dunia di berbagai benua. Adapun pihak yang membuat hasil karya yang serupa atau bahkan mungkin meniru ciri anime, misalnya Korea dan beberapa negara Asia lainnya.

Bahan penelitian yang digunakan adalah anime, yakni anime Kuro Shitsuji dikarenakan minat, jalan cerita, dan pesan yang terdapat dalam anime Kuro Shitsuji ini. Diharapkan melalui penelitian ini, para pembelajar bahasa Jepang dapat lebih menyenangi dalam memahami dan mendalami keigo dengan menggunakan anime sebagai objek penelitian. Sebagai hiburan, anime juga bisa dijadikan sebagai media pembelajaran. Misalnya menjadi media pembelajaran chokai (聴解) dan kaiwa (会話). Anime yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah Kuro Shitsuji dikarenakan tokoh utamanya seorang pelayan yang menggunakan ragam bahasa hormat.

Selama pembelajaran Bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia umumnya mahasiswa hanya mengetahui “Asa desuyo, okite kudasai” ketika ingin

membangunkan orang lain, atau “Chanto shigoto o shite kudasai” ketika menyuruh

orang lain untuk bekerja, bahkan ungkapan seperti “Okuchi ni au to ii no desuga

ketika menyajikan makanan pun cukup jarang terdengar. Sedangkan dalam anime Kuro Shitsuji contohnya, pada episode 1 Sebastian Michaelis sebagai kepala pelayan


(15)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

mengatakan “Bocchan, omezame no jikan desu yo” untuk membangunkan majikannya

Ciel, kemudian menggunakan “Minna-san konna tokoro de abura o utteru hima ga aru

nara shigoto nasai” kepada pelayan lain agar tidak membuang-buang waktu dan

kepada tamu yang merupakan rekanan bisnis majikannya “Damian-sama ni wa

Funtom-sha no tame ni gojinryoku itadakimashita node semetemo oreigoto kono youna shikou o korashitemimashita” ketika menyajikan makanan. Untuk itu, anime yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah Kuro Shitsuji dikarenakan tokoh utamanya seorang pelayan yang menggunakan ragam bahasa hormat.

Dilatar belakangi oleh hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian dalam skripsi ini bermaksud untuk meneliti kebahasaan dengan judul skripsi “Analisis Deskriptif Sonkeigo dan Kenjougo dalam Anime Kuro Shitsuji”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis utarakan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Aspek-aspek kebahasaan apa yang digunakan dalam sonkeigo dan kenjougo pada anime Kuro Shitsuji?

b. Bagaimanakah penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji? c. Kapankah ragam bahasa sopan digunakan dalam anime Kuro Shitsuji?


(16)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya akan meneliti aspek-aspek kebahasaan yang digunakan dalam sonkeigo dan kenjougo pada anime Kuro Shitsuji.

2. Penelitian ini hanya meneliti sonkeigo dan kenjougo yang terdapat di dalam anime Kuro Shitsuji

3. Penelitian ini hanya akan meneliti kapan digunakannya ragam bahasa sopan dalam anime Kuro Shitsuji.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan yang mempengaruhi sonkeigo dan kenjougo pada anime Kuro Shitsuji.

b. Mendeskripsikan penggunaan sonkeigo dan kenjougo yang terdapat dalam anime Kuro Shitsuji.

c. Untuk mengetahui kapan digunakannya ragam bahasa sopan dalam anime Kuro Shitsuji.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai diatas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(17)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

a. Bagi penulis, penelitian ini memberikan pengetahuan lebih mengenai aspek-aspek kebahasaan yang mempengaruhi sonkeigo dan kenjougo dan fungsinya. b. Bagi pembelajar bahasa Jepang, sebagai bahan referensi mengenai penggunaan

dan fungsi ragam bahasa sopan.

c. Bagi pembaca pada umumnya, memberikan informasi mengenai sonkeigo dan kenjougo.

d. Bagi Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kajian ragam bahasa lisan, sonkeigo dan kenjougo. e. Bagi para penggemar anime, dengan penelitian ini diharapkan semakin tertarik

untuk mempelajari bahasa Jepang lebih mendalam.

f. Bagi penelitian selanjutnya, dengan diadakannya penelitian ini, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan.

1.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang digunakan. Untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan makna istilah-istilah tersebut, penulis mencoba mendeskripskannya sebagai berikut :

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Poerwadarminta, 1984 : 40). Analisis yang dimaksud dalam


(18)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

penelitian ini adalah menegenai pengertian, fungsi, persamaan dan perbedaan, serta penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam konteks kalimat yang digunakan. b. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjabarkan, memotret segala

permasalahan yang dijadikan pusat perhatian peneliti kemudian dibeberkan apa adanya. Dengan demikian, penelitian ini tidak selalu menuntut adanya hipotesis. Variabelnya bias jamak atau tunggal (Sutedi, 2009 : 58)

c. Keigo (敬語) atau honorifik di Jepang secara luas jatuh di bawah tiga kategori utama : sonkeigo, kesongo atau kenjougo, dan teineigo. Pada dasarnya keigo digunakan untuk menghaluskan bahasa yang digunakan orang pertama (pembicara atau penulis) untuk menghormati orang kedua (pendengar atau pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan).

d. Anime (アニメ) (baca: a-ni-me, bukan a-nim) adalah animasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang. Kata anime tampil dalam bentuk tulisan dalam tiga karakter katakana a, ni, dan me (ア ニ メ) yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" (http://id.wikipedia.org/wiki/Anime 16/7/2014 05:30).

Anime yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anime berjudul Kuro Shitsuji yang merupakan anime bertema historis yang mengambil setting Inggris abad


(19)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

pertengahan yang tayang pada jaringan MBS, CBC, TBS, TBC, SBS, RCC, HBC, RKB, dan Animax sebanyak 24 episode dari 3 oktober 2008 hingga 27 maret 2009 (http://en.wikipedia.org/wiki/Black_Butler 16/7/2014 07:58)

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dimana penelitian ini menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi secara apa adanya untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang timbul. Penjabarannya meliputi analisis sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi yang jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian desktiptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah ffenomena, menggambarkan mekanisme sebuah proses, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerical, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan objek penelitian,


(20)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

menjelaskan tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi yang bersifat kontradiktif mengenai objek penelitian.

1.5.2 Instrumen dan Sumber Data Penelitian

Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa conoth-contoh kalimat yang digunakan dalam tulisan ilmiah maupun data yang akurat dari internet (jitsurei). Selain itu, contoh-contoh kalimat lainnya merupakan hasil pemikiran penulis sendiri (sakurei).

1.5.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini melalui beberpasa tahan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Mencakup pengumpulan jisturei dan sakurei yang relevan dengan penelitian 2. Analisis data

Mencakup pengkajian setiap contoh kalimat mengenai kondisi atau situasi uang muncul dalam kalimat tersebut, pengelompokan contoh-contoh kalimat bedasarkan hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya, menganalisis data dengan melihat konteks dimana ungkapan-ungkapan tersebut dapat digunakan atau tidak.


(21)

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

Mencakup kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk menggambarkan pembahasan penelitian secara keseluruhan, penulis merencanakan sistematika pembahasan masing-masing bab diuraikan sebagai berikut. Sebagai pendahuluan, penulis akan membahas latar belakang masalah penelitian beserta pembahasannya, membahas definisi operasional, tujuan penelitian, metode, instrument, teknik penelitian, serta sistematika pembahasan. Kemudian dalam bab landasan teoritis, penulis membahas mengenai ragam bahasa yang mempengaruhi sonkeigo dan kenjougo, uraian mengenai sonkeigo dan kenjougo, anime, dan Kuro Shitsuji. Dalam bab metode penelitian, penulis membahas menegenai pengertian penelitian, metode penelitian, objek penelitian, dan instrument penelitian. Dalam bab analisis data, penulis membahas tentang padanan kata dan makna sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji. Dalam bab terakhir yaitu kesimpulan dan saran, penulis memberikan kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.


(22)

130

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1Kesimpulan

5.1.1Aspek-aspek kebahasaan yang digunakan dalam sonkeigo dan kenjougo pada anime Kuro Shitsuji adalah:

(1) Verba khusus sebagai sonkeigo:

a. Kudasaru digunakan sebanyak 20 kalimat b. Nasaru digunakan sebanyak 17 kalimat c. Irassharu digunakan sebanyak 5 kalimat d. Goran ni naru digunakan sebanyak 4 e. Gozonji digunakan sebanyak 3 kalimat f. Meshiagaru digunakan sebanyak 1 kalimat g. Ossharu digunakan sebanyak 1 kalimat (2) Verba khusus sebagai kenjougo:

a. Oru digunakan sebanyak 16 kalimat b. Itadaku digunakan sebanyak 13 kalimat c. Mousu digunakan sebanyak 8 kalimat d. Mairu digunakan sebanyak 7 kalimat

e. Ageru, Sashiageru digunakan sebanyak 7 kalimat f. Haiken suru digunakan sebanyak 1 kalimat g. Ukagau digunakan sebanyak 1 kalimat (3) Nomina/Pronomina khusus sebagai sonkeigo:

a. Bocchan digunakan sebanyak 41 kalimat b. Anata digunakan sebanyak 34 kalimat c. Minnasan digunakan sebanyak 8 kalimat d. Goshujin digunakan sebanyak 7 kalimat e. Kiden digunakan sebanyak 3 kalimat (4) Nomina/Pronomina khusus sebagai kenjougo:


(23)

131

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Shousei digunakan sebanyak 9 kalimat (5) Prefiks/Sufiks sebagai sonkeigo

a. -sama digunakan sebanyak 39 kalimat b. Shishaku digunakan sebanyak 12 kalimat c. Hakushaku digunakan sebanyak 8 kalimat d. Kata digunakan sebanyak 8 kalimat e. Fujin digunakan sebanyak 2 kalimat f. Kyou digunakan sebanyak 2 kalimat g. Koushaku digunakan sebanyak 2 kalimat h. -domo digunakan sebanyak 1 kalimat

(6) Verba khusus setelah verba lain sebagai kenjougo a. Itasu digunakan sebanyak 24 kalimat

b. Ageru digunakan sebanyak 6 kalimat (7) Menggunakan pola ‘o…ni naru’ atau ‘o…suru’

a. ‘o…ni naru’ digunakan sebanyak 2 kalimat b. ‘o…suru’ digunakan sebanyak 18 kalimat

5.1.2Penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji

Penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji didominasi oleh banyaknya penggunaan nomina khusus bocchan yang digunakan untuk meninggikan subjek yang dibicarakan atau lawan bicara. Nomina bocchan digunakan untuk menunjukan bahwa kedudukan subjek yang dibicarakan atau lawan bicara lebih tinggi walaupun umurnya lebih muda dari pembicara. Kemudian disusul dengan banyaknya penggunaan sufiks –sama yang mencirikan penggunaan bahasa hormat. Sufiks –sama digunakan untuk tamu atau orang-orang yang berada diluar kelompok sehari-hari. Nomina/pronomina khusus yang menarik perhatian penulis adalah nomina shousei yang digunakan untuk menurunkan kedudukan diri sendiri dan pronominal kiden untuk meninggikan lawan bicara. Serta sufiks fujin yang memiliki arti istri dari seorang bangsawan.

Penggunaan verba khusus kudasaru dan nasaru sebagai sonkeigo banyak digunakan baik untuk lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi ataupun


(24)

132

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang kedudukannya lebih rendah. Verba khusus sebagai kenjougo yang banyak digunakan adalah verba khusus oru dan itadaku untuk merendahkan apa yang pembicara lakukan.

Pronomina dan atau sufiks kyou, koushaku, hakushaku, dan shishaku yang merupakan gelar kebangsawanan mendapatkan perhatian khusus penulis karena kata-kata tersebut tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia.

Mayoritas tokoh dalam anime Kuro Shitsuji yang berlatarkan keluarga bangsawan menjadikan bahasa yang banyak digunakan adalah bahasa hormat.

5.1.3Fungsi penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji

(1) Kudasaru sebagai kata untuk mempersilahkan atau meminta tolong dengan sopan. Diucapkan juga ketika menerima sesuatu dari orang yang kedudukannya lebih tinggi.

(2) Nasaru digunakan untuk menyebut kegiatan yang dilakukan oleh lawan bicara menggunakan kata (bahasa) yang lebih halus atau lebih sopan.

(3) Irassharu digunakan untuk menyebutkan kedatangan, kepergian dan keberadaan seseorang dengan sopan.

(4) Goran ni naru digunakan untuk meminta lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi untuk melihat atau memperhatikan pembicara.

(5) Gozonji digunakan untuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggiuntuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi untuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi.

(6) Meshiagaru untuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi.

(7) Ossharu diucapkan kepada lawan bicara dengan tujuan menyindir.

(8) Oru berfungsi sebagai konjungsi atau kata penghubung (sambung) contohnya menghubungkan subjek dengan keterangan tempat, menghubungkan subjek dengan kata sifat. Sebagai konjungsi subordinatif waktu. Diartikan sebagai 'ada'.


(25)

133

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9) Itadaku digunakan untuk mengekspresikan suatu kata ke dalam bahasa hormat. Diartikan sebagai terkesan yang berarti menerima atau memperoleh kesan. (10) Mousu digunakan untuk memperkenalkan diri menyebutkan nama, panggilan

atau sebutan dengan lebih formal.

(11) Mairu digunakan untuk menyebutkan dengan sopan kata datang dan membawakan yang juga bisa berarti mendatangkan, mendatangkan berasal dari kata datang yang diberi imbuhan me- dan kan-.

(12) Ageru, Sashiageru untuk mengatakan kata memberi kepada orang yang lebih tinggi derajatnya. Dapat pula digunakan untuk menyindir lawan bicara.

(13) Haiken suru digunakan untuk mengatakan melihat pada lawan bicara yang lebih dihormati

(14) Ukagau digunakan untuk mengatakan kata menanyakan kepada orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi darinya menggunakan bahasa hormat. Digunakan untuk mengatakan 'menanyakan' yang dimaknai sebagai bertanya kepada orang ke-3.

(15) Bocchan digunakan sebagai kata ganti orang kedua untuk anak dari orang yg kedudukanny lebih tinggi. Diartikan sebagai tuan muda. Kata bocchan juga digunakan sebagai kata ganti orang ketiga.

(16) Anata digunakan sebagai kata ganti orang kedua yang digunakan untuk lawan bicara yang sederajat atau di bawah.

(17) Minnasan digunakan sebagai kata ganti orang jamak dalam bentuk formal. Kata minnasan dalam anime Kuro Shitsuji diartikan sebagai kalian dan semuanya, maksudnya pembicara berbicara dengan semua orang yang ada dalam situasi tersebut.

(18) Goshujin digunakan oleh pembicara yang memiliki kedudukan lebih rendah, dalam hal ini digunakan sebagai kata ganti untuk sebutan majikan. Kata ganti tersebut lebih lanjut digunakan sebagai kata ganti orang kedua maupun orang ketiga.


(26)

134

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(19) Kiden digunakan sebagai kata ganti orang kedua digunakan oleh pembicara laki-laki yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari lawan bicara yang juga laki-laki untuk menunjukan superioritas.

(20) Watakushi digunakan sebagai kata ganti orang pertama yang berarti saya dalam bentuk yang paling formal. Digunakan oleh pembicara yang memiliki kedudukan lebih rendah dari lawan bicara.

(21) Shousei digunakan sebagai kata ganti orang pertama yang digunakan untuk menghormati lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Ditafsirkan sebagai hamba.

(22) -sama digunakan untuk menyebut orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi,diartikan sebagai tuan dan nyonya sebelum nama seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pembicara. Digunakan untuk menyebut tamu tanpa diberi tambahan gelar atau panggilan tertentu karena sebutan tamu dalam konteks orang yang di hormati

(23) Shishaku digunakan sebagai sebutan gelar untuk Viscount yakni gelar kebangsawanan di Kerajaan Inggris.

(24) Hakushaku digunakan sebagai sebutan gelar untuk Earl yakni gelar kebangsawanan di Kerajaan Inggris.

(25) Kata digunakan untuk sebutan kata ganti orang ketiga, diterjemahkan sebagai

‘beliau’penggunaanya oleh pembicara yang memiliki kedudukan lebih rendah

atau sederajat (sama-sama berkedudukan tinggi).

(26) Fujin digunakan untuk memanggil istri dari orang yang memiliki kedudukan tinggi.

(27) Kyou digunakan untuk menyebut tuan atau bangsawan, kata tersebut diucapkan pembicara dengan tujuan menjaga jarak dengan lawan bicara. Selanjutnya, kata kyou juga dapat digunakan sebagai sufiks ataupun sebagai kata ganti orang.

(28) Koushaku merupakan sebutan gelar kebangsawanan Duke atau Duchess. (29) -domo digunakan untuk menghormati sebutan orang ketiga dalam bentuk


(27)

135

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(30) Itasu digunakan untuk mengatakan kata melakukan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Diartikan sebagai menyiapkan, makna kata tersebut yakni melakukan persiapan. Diartikan sebagai melindungi, yakni melakukan perlindungan pada seseorang. Jawaban 'dimengerti' dari seorang pelayan maknanya pelayan tersebut akan melakukan peritah dari tuannya. Sedangkan 'permisi' adalah kalimat yang mengekspresikan bahasa hormat untuk undur diri, dalam hal ini meminta izin untuk melakukan kegiatan lain. (31) Ageru digunakan oleh pihak yang memberi bukan penerima atau digunakan

oleh pembicara yang bertindak sebagai pihak yang memberi dan lawan bicara sebagai pihak yang menerima atau dari diri sendiri untuk orang lain.

(32) ‘o…ni naru’ digunakan oleh pembicara yang status sosialnya dibawah lawan bicara untuk meninggikan derajat lawan bicaranya. Meskipun lawan bicara bukanlah orang yang berkedudukan lebih tinggi dari pembicara, namun jika orang yang diperbincangkan memiliki kedudukan yang lebih tinggi tetap digunakan bahasa hormat.

(33) ‘o…suru’ digunakan untuk membuat suatu kalimat menjadi lebih formal atau digunakan dalam bahasa hormat. Digunakan untuk menghormati lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri.

5.2Rekomendasi

5.2.1Rekomendasi untuk pengajar

Diperlukan adanya penjelasan yang lebih mendalam mengenai penggunaan bahasa hormat, terutama untuk sonkeigo dan kenjougo sehingga pembelajar menjadi lebih mudah mengklasifikasikannya dan mengurangi kesalahan penggunaan, serta memperbanyak referensi penunjang mengenai bahasa hormat.

5.2.2Rekomendasi untuk pembelajar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para peminat anime pada khususnya dan pembelajar bahasa Jepang pada umumnya, untuk lebih memahami ragam bahasa hormat terutama sonkeigo dan kenjougo. Seperti diketahui ragam bahasa hormat sering sekali digunakan dalam situasi formal dan terkadang menjadi


(28)

136

Angga Prayudha Sumirat , 2015

Analisis Deskriptif Sonkeigo Dan Kenjougo Dalam Anime Kuro Shitsuji

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang. Sangat banyaknya aspek kebahasaan yang berbeda dengan ragam hormat bahasa Jepang diharapkan meningkatkan motivasi belajar dan lebih berkonsentrasi pada perkuliahan, serta senantiasa melakukan pembelajaran mandiri di luar perkuliahan.

5.2.3Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Penulis bermaksud menyarankan topik yang tidak sempat penulis bahas sebagai referensi bagi yang berminat membahasnya. Antara lain ragam bahasa pria atau ragam bahasa wanita dalam berbagai media, seperti komik, film, atau drama televisi. Atau dapat membahas tentang ragam bahasa hormat lebih mendalam lagi karena masih banyak aspek kebahasaan yang mempengaruhi sonkeigo dan kenjougo.

Harapan penulis semoga dalam pengajaran bahasa Jepang hasil penelitian ini akan menjadi referensi dalam memahami bahasa Jepang yang digunakan pada situasi formal. Juga diharapkan dapat membantu bagi pembuat karya tulis dengan tema serupa.


(1)

b. Shousei digunakan sebanyak 9 kalimat (5) Prefiks/Sufiks sebagai sonkeigo

a. -sama digunakan sebanyak 39 kalimat b. Shishaku digunakan sebanyak 12 kalimat c. Hakushaku digunakan sebanyak 8 kalimat d. Kata digunakan sebanyak 8 kalimat e. Fujin digunakan sebanyak 2 kalimat f. Kyou digunakan sebanyak 2 kalimat g. Koushaku digunakan sebanyak 2 kalimat h. -domo digunakan sebanyak 1 kalimat

(6) Verba khusus setelah verba lain sebagai kenjougo a. Itasu digunakan sebanyak 24 kalimat

b. Ageru digunakan sebanyak 6 kalimat (7) Menggunakan pola ‘o…ni naru’ atau ‘o…suru’

a. ‘o…ni naru’ digunakan sebanyak 2 kalimat

b. ‘o…suru’ digunakan sebanyak 18 kalimat

5.1.2Penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji

Penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji didominasi oleh banyaknya penggunaan nomina khusus bocchan yang digunakan untuk meninggikan subjek yang dibicarakan atau lawan bicara. Nomina bocchan digunakan untuk menunjukan bahwa kedudukan subjek yang dibicarakan atau lawan bicara lebih tinggi walaupun umurnya lebih muda dari pembicara. Kemudian disusul dengan banyaknya penggunaan sufiks –sama yang mencirikan penggunaan bahasa hormat. Sufiks –sama digunakan untuk tamu atau orang-orang yang berada diluar kelompok sehari-hari. Nomina/pronomina khusus yang menarik perhatian penulis adalah nomina shousei yang digunakan untuk menurunkan kedudukan diri sendiri dan pronominal kiden untuk meninggikan lawan bicara. Serta sufiks fujin yang memiliki arti istri dari seorang bangsawan.

Penggunaan verba khusus kudasaru dan nasaru sebagai sonkeigo banyak digunakan baik untuk lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi ataupun


(2)

yang kedudukannya lebih rendah. Verba khusus sebagai kenjougo yang banyak digunakan adalah verba khusus oru dan itadaku untuk merendahkan apa yang pembicara lakukan.

Pronomina dan atau sufiks kyou, koushaku, hakushaku, dan shishaku yang merupakan gelar kebangsawanan mendapatkan perhatian khusus penulis karena kata-kata tersebut tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia.

Mayoritas tokoh dalam anime Kuro Shitsuji yang berlatarkan keluarga bangsawan menjadikan bahasa yang banyak digunakan adalah bahasa hormat.

5.1.3Fungsi penggunaan sonkeigo dan kenjougo dalam anime Kuro Shitsuji

(1) Kudasaru sebagai kata untuk mempersilahkan atau meminta tolong dengan sopan. Diucapkan juga ketika menerima sesuatu dari orang yang kedudukannya lebih tinggi.

(2) Nasaru digunakan untuk menyebut kegiatan yang dilakukan oleh lawan bicara menggunakan kata (bahasa) yang lebih halus atau lebih sopan.

(3) Irassharu digunakan untuk menyebutkan kedatangan, kepergian dan keberadaan seseorang dengan sopan.

(4) Goran ni naru digunakan untuk meminta lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi untuk melihat atau memperhatikan pembicara.

(5) Gozonji digunakan untuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggiuntuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi untuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi.

(6) Meshiagaru untuk mengucapkan kata makan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi.

(7) Ossharu diucapkan kepada lawan bicara dengan tujuan menyindir.

(8) Oru berfungsi sebagai konjungsi atau kata penghubung (sambung) contohnya menghubungkan subjek dengan keterangan tempat, menghubungkan subjek


(3)

(9) Itadaku digunakan untuk mengekspresikan suatu kata ke dalam bahasa hormat. Diartikan sebagai terkesan yang berarti menerima atau memperoleh kesan. (10) Mousu digunakan untuk memperkenalkan diri menyebutkan nama, panggilan

atau sebutan dengan lebih formal.

(11) Mairu digunakan untuk menyebutkan dengan sopan kata datang dan membawakan yang juga bisa berarti mendatangkan, mendatangkan berasal dari kata datang yang diberi imbuhan me- dan kan-.

(12) Ageru, Sashiageru untuk mengatakan kata memberi kepada orang yang lebih tinggi derajatnya. Dapat pula digunakan untuk menyindir lawan bicara.

(13) Haiken suru digunakan untuk mengatakan melihat pada lawan bicara yang lebih dihormati

(14) Ukagau digunakan untuk mengatakan kata menanyakan kepada orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi darinya menggunakan bahasa hormat. Digunakan untuk mengatakan 'menanyakan' yang dimaknai sebagai bertanya kepada orang ke-3.

(15) Bocchan digunakan sebagai kata ganti orang kedua untuk anak dari orang yg kedudukanny lebih tinggi. Diartikan sebagai tuan muda. Kata bocchan juga digunakan sebagai kata ganti orang ketiga.

(16) Anata digunakan sebagai kata ganti orang kedua yang digunakan untuk lawan bicara yang sederajat atau di bawah.

(17) Minnasan digunakan sebagai kata ganti orang jamak dalam bentuk formal. Kata minnasan dalam anime Kuro Shitsuji diartikan sebagai kalian dan semuanya, maksudnya pembicara berbicara dengan semua orang yang ada dalam situasi tersebut.

(18) Goshujin digunakan oleh pembicara yang memiliki kedudukan lebih rendah, dalam hal ini digunakan sebagai kata ganti untuk sebutan majikan. Kata ganti tersebut lebih lanjut digunakan sebagai kata ganti orang kedua maupun orang ketiga.


(4)

(19) Kiden digunakan sebagai kata ganti orang kedua digunakan oleh pembicara laki-laki yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari lawan bicara yang juga laki-laki untuk menunjukan superioritas.

(20) Watakushi digunakan sebagai kata ganti orang pertama yang berarti saya dalam bentuk yang paling formal. Digunakan oleh pembicara yang memiliki kedudukan lebih rendah dari lawan bicara.

(21) Shousei digunakan sebagai kata ganti orang pertama yang digunakan untuk menghormati lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Ditafsirkan sebagai hamba.

(22) -sama digunakan untuk menyebut orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi,diartikan sebagai tuan dan nyonya sebelum nama seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pembicara. Digunakan untuk menyebut tamu tanpa diberi tambahan gelar atau panggilan tertentu karena sebutan tamu dalam konteks orang yang di hormati

(23) Shishaku digunakan sebagai sebutan gelar untuk Viscount yakni gelar kebangsawanan di Kerajaan Inggris.

(24) Hakushaku digunakan sebagai sebutan gelar untuk Earl yakni gelar kebangsawanan di Kerajaan Inggris.

(25) Kata digunakan untuk sebutan kata ganti orang ketiga, diterjemahkan sebagai

‘beliau’penggunaanya oleh pembicara yang memiliki kedudukan lebih rendah

atau sederajat (sama-sama berkedudukan tinggi).

(26) Fujin digunakan untuk memanggil istri dari orang yang memiliki kedudukan tinggi.

(27) Kyou digunakan untuk menyebut tuan atau bangsawan, kata tersebut diucapkan pembicara dengan tujuan menjaga jarak dengan lawan bicara. Selanjutnya, kata kyou juga dapat digunakan sebagai sufiks ataupun sebagai kata ganti orang.


(5)

(30) Itasu digunakan untuk mengatakan kata melakukan kepada lawan bicara yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Diartikan sebagai menyiapkan, makna kata tersebut yakni melakukan persiapan. Diartikan sebagai melindungi, yakni melakukan perlindungan pada seseorang. Jawaban 'dimengerti' dari seorang pelayan maknanya pelayan tersebut akan melakukan peritah dari tuannya. Sedangkan 'permisi' adalah kalimat yang mengekspresikan bahasa hormat untuk undur diri, dalam hal ini meminta izin untuk melakukan kegiatan lain. (31) Ageru digunakan oleh pihak yang memberi bukan penerima atau digunakan

oleh pembicara yang bertindak sebagai pihak yang memberi dan lawan bicara sebagai pihak yang menerima atau dari diri sendiri untuk orang lain.

(32) ‘o…ni naru’ digunakan oleh pembicara yang status sosialnya dibawah lawan

bicara untuk meninggikan derajat lawan bicaranya. Meskipun lawan bicara bukanlah orang yang berkedudukan lebih tinggi dari pembicara, namun jika orang yang diperbincangkan memiliki kedudukan yang lebih tinggi tetap digunakan bahasa hormat.

(33) ‘o…suru’ digunakan untuk membuat suatu kalimat menjadi lebih formal atau

digunakan dalam bahasa hormat. Digunakan untuk menghormati lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri.

5.2Rekomendasi

5.2.1Rekomendasi untuk pengajar

Diperlukan adanya penjelasan yang lebih mendalam mengenai penggunaan bahasa hormat, terutama untuk sonkeigo dan kenjougo sehingga pembelajar menjadi lebih mudah mengklasifikasikannya dan mengurangi kesalahan penggunaan, serta memperbanyak referensi penunjang mengenai bahasa hormat.

5.2.2Rekomendasi untuk pembelajar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para peminat anime pada khususnya dan pembelajar bahasa Jepang pada umumnya, untuk lebih memahami ragam bahasa hormat terutama sonkeigo dan kenjougo. Seperti diketahui ragam bahasa hormat sering sekali digunakan dalam situasi formal dan terkadang menjadi


(6)

kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang. Sangat banyaknya aspek kebahasaan yang berbeda dengan ragam hormat bahasa Jepang diharapkan meningkatkan motivasi belajar dan lebih berkonsentrasi pada perkuliahan, serta senantiasa melakukan pembelajaran mandiri di luar perkuliahan.

5.2.3Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Penulis bermaksud menyarankan topik yang tidak sempat penulis bahas sebagai referensi bagi yang berminat membahasnya. Antara lain ragam bahasa pria atau ragam bahasa wanita dalam berbagai media, seperti komik, film, atau drama televisi. Atau dapat membahas tentang ragam bahasa hormat lebih mendalam lagi karena masih banyak aspek kebahasaan yang mempengaruhi sonkeigo dan kenjougo.

Harapan penulis semoga dalam pengajaran bahasa Jepang hasil penelitian ini akan menjadi referensi dalam memahami bahasa Jepang yang digunakan pada situasi formal. Juga diharapkan dapat membantu bagi pembuat karya tulis dengan tema serupa.