Waspadai Pelemahan Lembaga-lembaga Negara Produk Reformasi.

KOMISI YUDISIAL 
REPUBLIK INDONESIA 
• 
TOR 
FORUM PEMERHATI HUKUM  
"Mewaspadai Pelemahan Lembaga­Iembaga Negara Produk Reformasi"  
A.  Latar Belakang 
Upaya  Pelemahan  lembaga  negara  produk  reformasi  terns  dilakukan  oleh  kekuatankekuatan  politik  yang  tidak  menghendaki  hukum  sebagai  panglima  di  negeri  ini.  Tak 
kurang dua lembaga negara seperti KY  dan KPK terns dijadikan obyek pelemahan.  Yang 
teranyar  adalah  putusan  MK  nomor 43/PUU­XIII/20l5  yang  membatalkan  wewenang 
Komisi Yudisial dalam seleksi pengangkatan hakim. 
Dalam  putusan  aquo,  MK  menghapus  kata  "bersamd' dan  frasa  44Komisi Yudisiaf'
dalam Pasal  l4A ayat (2)  dan  ayat (3) UU No.  49  Tahoo 2009 tentang Peradilan Umum, 
Pasal  13A  ayat  (2)  dan  ayat  (3) UU No.  50  Tahoo  2009 tentang Peradilan Agama,  dan 
Pasal  14A  ayat  (2)  dan  ayat  (3) UU  No.  51  Tahun  2009 tentang  Peradilan  Tata Usaha 
Negara  (PTUN).  Dengan  putusan  ini,  KY  tidak  berwenang  lagi  dalam  proses  seleksi 
calon hakim di tiga lingkungan peradilan. 
Putusan  tersebut  menjadi  rantai  yang  tidak  terputus  dari  beberapa  indikasi  pelemahan 
Komisi  Yudisial  sebelumnya.  Setidaknya  hingga  hari  ini  ada  empat  upaya  besar  yang 
KY. 
dapat 

dikategorikan 
sebagai 
upaya 
pelemahan 
terhadap 
Pertama, pada  taboo  2006,  Mahkamah Konstitusi  membatalkan  kewenangan  KY  dalam 
melakukan  pengawasan  terhadap  hakim  MK.  Di  tahun  2012,  Mahkamah  Agung 
membatalkan  8  poin  dalam  Surat  Keputusan  Bersama  Mahkamah  Agung  dan  KOplisi 
Yudisial  tentang Kode  Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.  Yang  paling  mutakhir, taboo 
2015  lKAHI  mengajukan  JR  UU  KY  ke  MK  terkait  keterlibatan  KY  dalam  Seleksi 
Pengangkatan  Hakim.  Padahal  keterlibatan  KY  dalam  seleksi  pengangkatan  hakim 
mernpakan  upaya  menjaga  integritas  dan profesionalitas  calon  hakim  demi  peradilan 
bersih dan bermartabat. 

Kedua,  pelemahan KY melalui  kriminalisasi Komisioner.  Beberapa waktu yang  lalu dua 

komisioner  KY,  Suparman  Marzuki  dan  Taufiqurahman  Syahuri,  ditetapkan  sebagai 
tersangka dalam kasus  dugaan pencemaran nama baik Hakim  Sarpin Rizaldi.  Penetapan 
ini  terkesan ganjil  mengingat kedua komisoner tersebut mengeluarkan pernyataan dalam 
rangka melaksanakan tugas KY. 

Ketiga, sejumlah rekomendasi KY tidak ditindaklanjuti.  Takjarang rekomendasi KY atas 
pemeriksaan  dugaan  pelanggaran  kode  etik  tak ditindaklanti  oleh  Mahkamah  Agung. 
Rekomendasi  atas  dugaan  pelanggaran  Kode  Etik  yang  dilakukan  oleh  hakim  sarpin 
hingga kini tak kunjung direspon. 
• 
Keempat, Hakim  menolak  diperiksa  KY.  Hakim  praperadilan  Budi  Gunawan,  Hakim 
pemeriksa  perkara  Antasari  Azhar,  hakim  Kasus  eksekusi  gedung  arthaloka  hingga 
mantan ketua MA Bagir Manan, 
Tak hanya KY,  pelemahan terhadap lembaga negara produk reformasi juga dialami  oleh 
Komisi  Pemberantasan  Korupsi.  Mulai  dari  kriminalisasi  komisionernya  sampai  yang 
teranyar  adalah  diajukannya  ROO  KPK  yang  berpotensi  mem'preteli'  kewenangan 
strategis  yang  selama  ini  menjadi  taring  KPK  dalam  pemberantasan  korupsi.  Beberapa 
pasal dalam ROO KPK yang akan 'mematikan' KPK secara sistemik adalah Pasal 5 ROO 
KPK,  yang  menghendaki  keberadaan  KPK  secara  adhoc  hanya  selama  12  tahun. 
Kemudian  Pasal  Pasal  13  yang  memberi  wewenang  KPK  untuk  menangani  masalah 
korupsi di atas 50 milyar. 
Pasal  pelemahan  KPK  juga  ditunjukkan  pada pasal  Pasal  22  yang  yang  mengatur 
pembentukan '"Dewan Eksekuif' yang diangkat  Presiden  dan berpotensi  mengintervensi 
kerja­kerja  KPK.  Selain  ada  '""Dewan  EkseIrutiF  juga  pada Pasal  39  diatur  Dewan 
Kebonnatan  yang  berlebihan sehingga berpotensi  mengganggu  komisioner KPK  dalam 

menjalankan  tugasnya  Sementara  Surat  Perintah  Penghentian  Penyidikan  (SP3)  yang 
dulu  tidak dikenaI dalam 00 KPK kini melalui Pasal 42 KPK berwenang mengeluarkan 
SP3  dalam  perkara  tindak  pidana  korupsi  setelah  diketahui  tindak  pidana  korupsi  yang 
sedang  ditanganinya  tersebut  tidak  memenuhi  syarat  untuk  dilanjutkan  ke  tahap 
penuntutan sebagaimana diatur pada pasal109 ayat (2) KUHP. 
Pelemahan dua lembaga produk  reformasi  tersebut menjadi  setting besar dibalik agenda 
untuk  melanggengkan  kepentingan­kepentingan  pihak­pihak  yang  ingin  mebunuh 
semangat  dan  cita­cita  reformasi.  Pihak­pihak  yang  tidak  ingin  kejujuran  dan  keadilan 
menjadi warna dari peradaban yang bernama Indonesia. 

Berangkat dari persolan di  atas, Komisi Yudisial sebagai lembaga negara yang dilahirkan 
untuk memanggul  semangat dan cita­cita reformasi,  khususnya di bidang peradilan perIu 
berperan  aktif  untuk  mengambil  langkah­Iangkah  strategis.  Salah  satunya  dengan 

F

..

­


­­­­­­­

membuka  kesadaran  rakyat  dan  mendorong  partisipsi  mereka  melalui  program  forum 
pemerhati hukum.  Program ini  akan menghadirkan Komisioner dari KY,  Dekan Fakultas 
Hukum,  Pemimpin Media, juga para pakar  hukum  serta tokoh masyarakat  untuk:  duduk 
dalam satu forum ilmiah yang dengan format FGD. 
Program ini diharapkan akan mampu memperbesar perhatian dan keterlibatan masyarakat 
di  daerah  untuk  aktif mengawal  cita­cita  dan  semangat  reformasi  khususnya  di  bidang 
hukum  dan  pemberantasan  korupsi.  Dengan  demikian  cita­cita  republik  untuk: 
memberikan keadilan sosial bagi seluwh rakyat Indonesia tidak: gugur di tengahjalan. 

B.  Tujuan 
•   Merefleksikan kondisi aktual penegakan hukum dan pemberantasan korupsi 
•   Membangun  kesadaran  masyarakat  daerah  untuk  ambit  bagian  merespon  persoalanpersoalan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. 
•   Membangun koordinasi  dan sinergi  peran masing­masing dalam mengawal  peradilan 
bersih dan pemberantasan korupsi 

C. Tema 
"Mewaspadai Pelemahan Lembaga­Iembaga negara produk reformasi" 


D. Bentuk Kegiatan 
­ Focus Group Discussion 

E. Peserta 
Jumlah peserta maksimal sejumlah 40 orang terdiri dari :
­ Komisi Yudisial  
­ Tokoh Masyarakat  
­ Akademisi Hukum  
­NGO  
­ Praktisi Hukum  
­ Media/Jurnalis  

F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 
Hariffanggal 

: Senin, 7 Desember 2015 

Tempat 

: Denpasar 


Waktu 

: PukuI, 08.30­12.00 

G.  Susunan Acara 
Waktu

Acara

Pengisi/Narasumber

Senin/7 Oktober 2015
08.30 - 09.00

Panitia

Registrasi Peserta



Pembukaan:
- Menyanyikan Lagu Indonesia
Raya

09.00 - 09.15

Suwantoro, SE.,MM (Kepala
Bagian HUBLA Komisi Yudisial
RI)

- Sambutan

Dr. H. Imam Anshori Saleh,
S.H., M.Hum (Anggota Komisi
Yudisial, Ketua Bidang
Hubungan Antar Lembaga dan
Layanan Informasi)

II


"Mewaspadai Pelemahan 
Lembaga lembaga Negara 
­
Produk Reformasr' 
T

I
I

; 09.15­11.45 

.

i

I

I

Akademisi


; Prot. Dr. I Made Subawa 

Materi

,SH.,IIH

(Panel)

Jumalis
Rofiqi Hasan (AJI Denpasar)

moderator

LBH Bali

11.45 - 12.00

Penutupan


Me 

12.00

Makan Siang

Panitia

Demikian  Term of Reference kegiatan  forum  Pemerhati  Hukum 
dijadikan acuan dalam pelaksanannya. 

llll

dibuat lIIJtU.k

Penanggung Jawab,
Kepala Biro Umum

Andi Djalal Latief


12/7/2015  

MEWASPADAI PELEMAHAN LEMBAGA·LEMBAGA NEGA
PRODUK REFORMASI

OLEH:
PROF. DR. MADE SUBAWA. SH.MS.
GURU BESAR FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA

II. PEMBAHASAN
I. landasan Teori Pembentukan lembaga Negara
a.   Teori Pemisahan Kekuasaan Negara
b.   Teori Pembagian Kekuasaan Negara
c.   Kedua teori ini melahirkan : lembaga legislative, lembaga eksekutif,
dan lembaga yudikatif
d.   Namun Kedua teori tersebut menghasilkan hubungan antar lembaga
negaranya berbeda
o.   Indonesia (UUDNRI Th 1945) menganut model yang mana?

I.
AHUlUAN
POKOK BAHASAN :
I. landasan teori pembentukan lembaga Negara
2.   Tujuan pembentukan lembaga Negara
1.   Karakter hubungan antar lembaga Negara
4.   Sifat wewenang lembaga Negara
5.   lembaga legislatif, lembaga Eksekutif dan lembaga Yudikatif
adalah lembaga Utama dalam Negara
6.   Produk Negarawan Utama menghasilkan SDM Negarawan dalam
lembaga Negara
7.   Indonesia Negara Hukum
8.   Kunci pembentukan wewenang lembaga Negara セ   "Rechts Mag"
9.   Wewenang merubah kewenangan lembaga Negara
10.  DPD RI
n RI ( termasuk KPK)

2. TUjuan Pembentukan lembaga Negara
Inti tujuan pembentukan lembaga-Iembaga Negara adalah supaya ide
atau tujuan hidup bernegara dapat diwujudkan.
Ide atau tujuan bernegara di Indonesia dapat ditelusuri :
a.   Pembukaan UUDNRI Th 1945;
b.   Pasal 1 ayat (l ),(2), dan (3) UUDNRI Th 1945;
c.   Pasal 18 UUDNRI Th 1945.
d.   DII.



12/7/2015

3. Karakter hubungan antar lembaga Negara
Karakter hUbungan antar lembaga Negara pasca amandemen UUDNRI
Th 1945 adalah "Perhimbangan kekuasaan".

5. lembaga Negara Utama
lembaga Negara utama dalam UUDNRI Th 1945 adalah :
a.   Bab VII Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif);
b.   Bab III Kekuasaan Pemerintahan Negara (Eksekutif); dan
c.   Bab IX Kekuasaan Kehakiman (Yudikatif).
d.   KY merupakan lembaga negara utama yang ada pada rumpun
kekuasaan kehakiman.

4. 5ifat wewenang lembaga Negara
Berdasarkan Teori kewenangan ada tiga :
a.   Atribusi wewenang;
b.   Delegasi wewenang; dan
c. Mandat
Sifat wewenang lembaga Negara dalam UUDNRI Th 1945 adalah bersifat
"atribusi".

6. SDM Negarawan dalam lembaga negara.
Hal yang utama dan sangat mendasar adalah sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki karakter negarawan berdasarkan spirit
Pancasila.
b.   Seharusnya Partai Politik sebagai Produk SDM Negarawan yang
berkarakter Pancasila.
c.   KPU menentukan syarat-syarat minimal SDM calon negarawan
utamanya dalam pemilihan DPR,DPD,DPRD, Presiden dan Kepala
Daerah.

a.  



12/7/2015

7. Indonesia Negara Hukum
Hukum yang dianut adalah hukum yang bersumber Pada Pancasila.
(Periksa Pasal 2 UU No.12 tahun 2011 : "Pancasila adalah sumber
dari segala sumber hukum Negara".
b.   Prinsip-prinsip hukum harus mengutamakan :
• Keadilan;
• kemanfaatan; dan
• Kepastian hukum.
Demikian pula halnya dalam penyelenggaraan kewenangan lembagalembaga negara di Indonesia.

8. Dasar pembentukan lembaga Negara adalah Hukum (Rechts Mag)
Dasar pembentukan lembaga Negara adalah berdasarkan hukum bukan
berdasarkan kekuasaan, jadi kuncinya "Rechts Mag). Demikian pula
halnya di dalam penyelengaraan kewenangan lembaga-Iembaga negara
harus berdasarkan prinsip-prinsip hukum.

9. Wewenang merubah kewenangan lembaga Negara
Karakter wewenang lembaga-Iembaga Negara adalah atribusi, yakni
yang dibentuk oleh pembentuk Konstitusi (UUD). Di Indonesia yang
berwenang merubah UUD atau kewenangan atribusi dalam UUDNRI Th
1945 adalah MPR Rl (Pasal 37). Demikian pula halnya dengan KY,
bahwa kewenangan yang ada pada KY adalah bersifat atribusi.

lEMBAGA NEGARA PRODUK REFORMASI YANG lEMAH :
10. DPD RI.
*DPD RI lemah dalam membentuk UU
*Iihat Pasal 20 dan
*Pasal 22 D UUDNRI Th 1945

a.  

12/7/2015  

11. Presiden RI
Dalam system Pemerintahan Presidensiil;
*kedudukan Prsiden kuat,
'wakil Presiden "Ban serep",
*Menteri-menteri Negara adalah pembantu Presiden.
Bagaimanakah seharusnya system kepartaian dalam system
Pemerintahan Presidensiil untuk mendapat kedudukan Presiden "kuat"?
Bagaimana pula praktek sistem Pemerintahan Presidensiil di Indonesia

12. KY RI
Dalam Pasal 24B ayat (l)  UUDNRI Th 1945 ditentukan :
a.   Komisi Yudisial bersifat mandiri;
b.   Berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung; dan

MemOUnVili wewenilng Jilin dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan keluhuran martabat. serta
perilaku hakim.



III. PENUTUP
A.Kesimpulan
I. lembaga negara, khususnya KY dibentuk oleh MPR RI.
2.   Mengurangi, menambah ataupun meniadakan kewenangan dari
lembaga-Iembaga negara , khususnya kewenangan KY adalah
merupakan kewenangan MPR RI.
B. Rekomendasi
Mahkamah Konstitusi menjaga, mengajegkan dan meluhurkan
Konstitusi termasuk lembaga-Iembaga negara yang ada di
dalamnya(UUDNRI Th 1945).
2.   Bila ada penambahan, pengurangan ataupun menghapuskan
kewenangan lembaga-Iembaga negara dalam UUDNRI Th 1945, itu
h merupakan kewenangan MPR RI.
I.