Studi Histopatologi Organ Usus dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo.

Buletin Veteriner Udayana
ISSN: 2085-2495

Volume 7 No. 2
Agustus 2015

Studi Histopatologi Organ Usus dan Jantung Anjing
Terinfeksi Virus Parvo
(STUDY OF HISTOPATOLOGY OF INTESTINE AND HEART
IN PARVOVIRUS INFECTED DOG)
Ida Ayu Ary Purnamasari1, I Ketut Berata2, I Made Kardena2.
1
Mahasiswa FKH UNUD
2
Laboratorium Patologi FKH UNUD Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali Tlp. 0361-223791.
Email : ajeknajoo@yahoo.com
ABSTRAK
Parvovirosis pada anjing merupakan penyakit infeksius yang menyerang saluran
pencernaan. Penyakit ini disebabkan oleh Canine Parvovirus tipe 2 (CPV-2). Secara klinis bentuk
parvovirosis ada dua yaitu bentuk enteritis dan miokarditis. Telah dilakukan penelitian mengenai

Studi Histopalogi Organ Usus dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui variasi tingkat keparahan lesi histopatologi pada usus dan otot jantung anjing
terinfeksi virus parvo. Penelitian ini menggunakan 15 sampel organ (usus dan otot jantung) yang
positif terinfeksi canine parvovirosis yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Veteriner,
Universitas Udayana, Denpasar selama periode 2010 -2012. Untuk perhitungan tingkat hemoragi
dan peradangan organ usus dan otot jantung disajikan dalam bentuk persentase. Gambaran umum
histopatologi hemoragi dan peradangan organ usus dan otot jantung dianalisis secara kualitatif,
dengan membandingkan tingkat hemoragi dan peradangan organ usus dan otot jantung pada
anjing yang berumur ≤ 2 bulan dan > 2 bulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa lesi histopatologi usus berupa hemoragi dan peradangan pada infeksi parvovirus anjing
umur > 2 bulan lebih parah dari pada umur ≤ 2 bulan. Lesi histopatologi otot jantung berupa
hemoragi dan peradangan pada infeksi parvovirus anjing umur ≤ 2 bulan lebih parah dari pada
umur > 2 bulan.
Kata kunci : Anak anjing umur ≤ 2 dan > 2 bulan, parvovirus, miokarditis dan enteritis.

ABSTRACT
Parvovirosis is a infectious disease of the gastrointestinal tract. The disease is caused by
Canine Parvovirus tipe 2 (CPV-2). Parvovirosis is clinically divided into two forms namely
enteritis and myocarditis. A research was done on histopatology of intestinal and heart parvovirus
infected dog. This research aims to determine the severity of histopatology lesion in intestine and

myocardium of parvovirus infected dogs. This research used 15 samples of (intestinal and
myocardium), from does that were positively infected by canine parvovirus. The samples were
obtained from Pathology Veterinary Laboratory, Udayana University, Denpasar during periode
2011-2012. Hemorrhage inflammation levels on intestine and myocardium and were quantified
with percentage. In conclusion, histopatological changes of hemmorage and inflammation degress
on intestine in dog with > 2 mount old is to be more severe than the dog that old ≤ 2 mount.
According to the research, it can be concluded that intestine histopsthology lesion formed as
hemorrhage and inflammation at dogs parvovirus infection > 2 months old is more danger than ≤
2 months old. Histopathological changes of hemmorage and inflammation on intestine and
myocardium were analyzed qualitatively, by comparing inflammation degrees based on the dog
samples old (≤ 2 mount-old and > 2 mount-old).
Key words : Dog ≤ 2 and > 2 months old, parvovirus, myocarditis and enteritis.
99

Ary Purnamasari, dkk

Buletin Veteriner Udayana
ISSN: 2085-2495

lebih parah. Pada pengamatan patologi

anatomi, anak anjing yang mati mendadak
tidak menunjukkan adanya kelainan yang
berarti pada jantung, tetapi edema paru-paru
sering tampak mulai dari derajat yang ringan
hingga parah (Klinkam, 2006).
Infeksi parvovirus bentuk enteritis,
sering juga disebut Canine parvovirus
enteritis, atau infectious hemorrhagic
enteritis, atau epidemic gastroenteritis atau
canine panleucopenia. Perubahan patologi
terjadi secara segmental berupa perubahan
warna pada usus akibat kongesti dan
perdarahan lapisan luar usus. Limfonodus
mesenterika membesar disertai perdarahan.
Timus pada hewan muda mengecil dan
terjadi nekrosa. Pada kasus yang berat, timus
menjadi sangat tipis. Bentuk enteritis
berjalan sangat cepat, terkadang dua hari
pasca infeksi mengalami kematian. Gejala
khas pada anjing yang terinfeksi CPV-2

yaitu muntah berat, diare, anorexia,
dehidrasi, feses berwarna abu kekuningan
kadang bercampur darah. Diare berdarah
pada kasus parvo enteritis biasanya disertai
bau yang khas (amis yang spesifik) yang
membedakan dengan diare berdarah dari
penyakit lain. Pada kasus yang berat, gejala
klinis tersebut biasanya dibarengi dengan
demam,
leukopenia, dan limfopenia
(Honkins, 1995).
Adanya variasi manifestasi klinis
infeksi CPV berdasarkan umur anjing yang
terinfeksi, kemungkinan juga disertai variasi
lesi histopatologi. Tentang hal tersebut,
belum ada yang melaporkan sehingga
penting untuk diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui variasi tingkat keparahan lesi
histopatologi pada usus otot jantung anjing

terinfeksi virus parvo.

PENDAHULUAN
Penyakit parvovirosis pada anjing
disebabkan oleh Canine Parvovirus tipe 2
(CPV-2) merupakan salah satu penyakit
virus yang bersifat sangat kontagius dan
fatal. Canine Parvovirus termasuk dalam
famili parvoviridae (Hagiwara et al., 1980).
Canine Parvovirus merupakan virus yang
menyerang saluran pencernaan pada anjing.
Canine Parvovirus (CPV) sangat stabil pada
pH 3 hingga 9 dan pada suhu 60°C selama
60 menit. Karena virus ini tidak beramplop
maka virus ini sangat tahan terhadap pelarut
lemak, tetapi virus CPV menjadi inaktif
dalam formalin 1%, beta-propiolakton,
hidroksilamin, larutan hipoklorit 3%, dan
sinar ultra violet (Jhonson and Spradbrow,
1979).

Derajat keparahan manifestasi klinis
infeksi CPV sangat tergantung pada umur
anjing, infeksi parasit, stress, status imun,
dan status vaksinasi. Makin muda umur
anjing yang terinfeksi makin parah klinis
yang dihasilkan (Dharmojono, 2001). Infeksi
oleh CPV-2 akan memperlihatkan gejala
yang digolongkan menjadi radang otot
jantung (miokarditis) dan radang usus
(enteritis). Gejala miokarditis terjadi pada
anjing yang terinfeksi CPV sudah sejak
kandungan dan terutama pada induk yang
belum pernah divaksinasi parvovirus. Pada
kondisi ini semua anak anjing sekelahiran
akan menderita miokarditis. Infeksi CPV-2
menyebabkan
pembengkakan
atau
pembesaran jantung sehingga jantung tidak
mampu mengedarkan darah ke seluruh

tubuh. Bentuk miokarditis umumnya terjadi
pada anjing muda, terutama anjing berumur
di bawah 4 minggu, yang ditandai dengan
kematian anak anjing secara mendadak
tanpa menimbulkan gejala klinis. Gambaran
patologi anatomi akibat CPV-2 pada bentuk
miokarditis yaitu gagal jantung yang
ditandai dengan dilatasi ruangan jantung,
edema pulmonum, dan kongesti pasif pada
hati dan kadangkala terdapat ascites. Pada
ventrikel dapat ditemukan garis putih akibat
kematian jaringan otot jantung. Ventrikel
kanan biasanya mengalami kerusakan yang

MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan 15
sampel organ (usus dan otot jantung) yang
positif terinfeksi canine parvovirosis yang
diperoleh dari Laboratorium Patologi
Veteriner, Universitas Udayana, Denpasar

selama periode 2010-2012 yang telah di
100

Buletin Veteriner Udayana
ISSN: 2085-2495

Volume 7 No. 2
Agustus 2015

konfirmasi di Laboratorium Virologi
Veteriner dengan uji PCR. Bahan lain yang
digunakan adalah zat-zat untuk pembuatan
preparat histopatologi seperti netral buffer
formalin 10 %, alkohol berbagai konsentrasi
(70%, 95% dan 100%). Selain itu juga
diperlukan : xylol, granul parafin, entelan,
haematoksilin dan eosin. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian adalah staining
jar, microtome, waterbath, mikroskop, gelas
objek dan gelas cover .

Asal sampel dikelompokan atas
kelompok anjing umur (≤ 2 bulan) yang
berjumlah 5 ekor dan umur (>2 bulan) yang
berjumlah 10 ekor. Pemeriksaan preparat
histopatologi dari organ anjing penderita
canine parvo virus diamati pada mikroskop
dengan pembesaran mulai dari 100x, 200x,
400x.
Data tentang histopatologi berupa
hemoragi dan peradangan pada usus dan otot
jantung sampel dari anjing terinfeksi virus
parvo akan dianalisis secara deskriptif
kualitatif.

Tabel 1. Persentase Derajat Keparahan
Hemoragi dan Peradangan
Pada Anjing Yang Terinfeksi
Parvovirus Berdasarkan Umur
Organ


Usus

Jantung

Perubahan

Pemeriksaan
dilakukan
dengan
memeriksa adanya hemoragi dan peradangan
pada sampel organ usus dan otot jantung
anjing yang positif terinfeksi virus parvo.
Hasil pemeriksaan histopatologi pada organ
usus dan otot jantung anjing terinfeksi
parvovirus ditemukan adanya perubahan
seperti adanya infiltrasi sel-sel radang dan
perdarahan. Setelah ditabulasi berdasarkan
umur maka diperoleh hasil persentase seperti
yang disajikan pada Tabel 1.
Pemeriksaan mikroskopis pada organ

usus ditemukan sel-sel radang tersebar dari
mukosa sampai di submukosa dan terlihat
adanya perdarahan di submukosa. Nekrosis
juga ditemukan pada kriptus liberkhun di
daerah mukosa. Pada jantung ditemukan sel
radang yang tersebar di miokardium juga
dengan disertai perdarahan dan nekrosis.

Umur
≤2
Bulan
100%

>2
Bulan
20%

Sedang
Berat
Tidak Ada
Lesi

-

10%
70%
-

Peradangan

Ringan
Sedang
Berat
Tidak Ada
Lesi

60%
40%

40%
60%
-

Hemoragi

Ringan
Sedang
Berat
Tidak Ada
Lesi
Ringan
Sedang

20%
80%
-

10%
30%
60%

60%
-

30%

Berat

20%

-

Tidak Ada
Lesi

20%

70%

Hemoragi

Peradangan

Hasil

Tingkat

Ringan

Total 15 sampel anjing terinfeksi
virus parvo terdapat 5 sampel yang berumur
≤ 2 bulan dan 10 sampel yang berumur > 2
bulan. Berdasarkan hasil pengamatan
histopatologi usus dari anjing terinfeksi
virus parvo diperoleh hasil bahwa pada
sampel anjing umur ≤ 2 bulan lesi hemoragi
usus mencapai 100% dengan kategori
ringan, sedangkan infiltrasi sel radang usus
terjadi pada 60% dengan sampel kategori
ringan. Lesi hemoragi jantung pada anjing
umur ≤ 2 bulan teramati pada 80% sampel
dengan kategori sedang, sedangkan infiltrasi
sel radang pada otot jantung teramati pada
60% sampel dengan kategori ringan. Pada
anjing umur > 2 bulan lesi hemoragi usus
terjadi pada 70% seluruh sampel dengan
kategori berat, sedangkan infiltasi sel radang
usus terjadi pada 60% dengan kategosi berat.
Sebaliknya sebanyak 60% tidak ditemukan
lesi hemoragi dan 70% sampel tidak
diinfiltasi sel radang pada otot jantung.
101

Ary Purnamasari, dkk

Buletin Veteriner Udayana
ISSN: 2085-2495

Pada anjing yang terinfeksi virus
parvo, lesi hemoragi ringan pada usus anjing
terinfeksi umur ≤ 2 bulan mencapai 100%,
sedangkan pada anjing umur > 2 bulan
hemoragi parah teramati pada 70% sampel.
Peradangan usus ringan terjadi pada umur ≤
2 bulan sebanyak 60% sampel dari pada
umur > 2 bulan, peradangan yang berat
terjadi pada 60% sampel. Pada anjing yang
terinfeksi virus parvo, lesi hemoragi jantung
kategori sedang lebih banyak (80%) terjadi
pada umur ≤ 2 bulan dibandingkan pada
umur > 2 bulan yaitu mencapai 30% dari
jumlah sampel. Peradangan jantung kategori
ringan lebih banyak (60%) dibandingkan
dengan kategori berat (20%) pada umur ≤ 2
bulan dan pada umur > 2 bulan tidak
teramati infiltrasi sel radang (70% sampel) .
Gambar lesi hemoragi dan peradangan pada
usus maupun otot jantung, disajikan pada
Gambar 1, 2, 3, dan 4.

Gambar 3. Miokarditis et nekrotikan. Sel radang
(tanda panah putih), nekrosis (tanda
panah hitam)
(H & E ; 400x).

Gambar 4. Miokarditis hemoragis. Perdarahan
(tanda panah hitam), sel radang
(tanda panah putih) (H & E ;
400x).

PEMBAHASAN
Pada anjing umur ≤ 2 bulan lebih
banyak
mengalami
hemoragi
dan
peradangan pada jantung dibandingkan pada
usus. Hal ini dapat disebabkan karena dari
induk anjing penderita tidak divaksin
sehingga anak anjing sekelahiran biasanya
menderita parvovirus bentuk miokarditis
(Honkins, 1995). Anjing berumur 3-6
minggu sel-sel jantungnya sedang aktif
berkembang sehingga apabila pada umur
tersebut anak anjing terinfeksi virus parvo,
umumnya menyerang jantung. Hal ini dapat
mengakibatkan kematian mendadak tanpa
didahului dengan adanya gejala klinis,
seperti : diare dan muntah pada anak anjing
(Murphy et al., 2008).
Pada anjing umur > 2 bulan lebih
banyak mengalami hemoragi yang disertai
infiltrasi sel-sel radang pada ususnya. Hal ini
dapat disebabkan karena anjing tersebut
memiliki daya imunitas yang rendah karena
gagalnya respon kekebalan tubuh anjing
oleh vaksin anti parvovirus. Kegagalan
vaksinasi dapat terjadi karena waktu
vaksinasi yang tidak tepat dan tidak

Gambar 1. Terjadi perdarahan serta peradangan
pada vili usus (enteritis hemoragi).
Hemoragi (tanda panah putih), sel
radang (tanda panah hitam). (H &
E ; 200x)

Gambar 2. Enteritis hemoragika et nekrotikan.
Terjadi perdarahan dan nekrosis
pada villi usus. Perdarahan (tanda
panah putih), nekrosis (tanda panah
hitam) ( H & E ; 200x).

102

Buletin Veteriner Udayana
ISSN: 2085-2495

Volume 7 No. 2
Agustus 2015

Bentuk enteritis infeksinya berjalan sangat
cepat terkadang dua hari pasca infeksi,
anjing sudah mengalami kematian. Di
samping itu, ada faktor lain seperti
komplikasi, malnutrisi, infeksi sekunder dan
lain-lain yang dapat mempengaruhi kondisi
tubuh anjing. Jika kondisi tubuh lemah maka
virus akan mudah menginfeksi anjing
tersebut (Honkins, 1995).
Hasil evaluasi gambaran umum
histopatologi
berupa
hemoragi
dan
peradangan pada organ usus dan otot jantung
pada anjing terinfeksi virus parvo pada
pembesaran 200x terlihat adanya hemoragi
pada dinding usus, adanya infiltrasi sel
radang pada vili usus, yang disertai nekrosis.
Vili usus memendek dan menyebabkan
lapisan mukosa usus menghilang sehingga
lapisan submukosa usus terangkat keluar
pada daerah lumen usus (Dharmojono,
2001).
Faktor
lain
yang
dapat
mempengaruhi keparahan infeksi CPV
selain umur yaitu dari ras anjing dan status
vaksinasi
(data
tidak
dipublikasi).
Kemungkinan ada ras-ras anjing tertentu
misalnya rottwailer, pomerian, minipincher,
dan Chihuahua yang mempunyai genetic
lineages yang sama dan rentan terhadap
parvovirus dibandingkan jenis ras lain
(Decaro et al., 2007). Pada status anjing
yang tidak divaksin atau divaksin tetapi
tidak lengkap berisiko 10 kali lebih tinggi
terserang parvovirus dibandingkan dengan
anjing yang memiliki vaksinasi lengkap.
Kejadian parvovirus sangat tinggi pada
anjing yang tidak divaksinasi atau tidak
dilakukan booster vaksinasi. Vaksinasi dapat
membantu mengontrol penyebaran virus
parvo (Carter dan Wise, 2005).

cukupnya antibodi yang dihasilkan untuk
melindungi anjing dari infeksi Canine
Parvovirus (Waner, 2007). Jika infeksi CPV
terjadi pada anjing yang berumur lebih tua,
maka pembelahan sel-sel pada jantungnya
mulai menurun sedangkan pembelahan pada
ususnya mulai meningkat. Hal ini yang
menyebabkan anjing yang terinfeksi CPV
pada umur > 2 bulan lebih banyak menderita
bentuk enteritis dengan gejala seperti diare
dan muntah (Klinkam, 2006)
Peradangan jantung pada anjing
umur ≤ 2 bulan hanya 20%, sehingga lebih
banyak
yang
tidak
menimbulkan
peradangan. Hal ini dapat disebabkan karena
umumnya induk anjing telah divaksinasi,
sehingga anak yang dilahirkan mempunyai
maternal antibodi, yang rata-rata dapat
bertahan hingga 6 minggu. Apabila anjing
terinfeksi berumur lebih dari 6 minggu dan
vaksinasi belum dilakukan, maka tipe
enteritis umumnya lebih sering terjadi jika
anjing tersebut terinfeksi CPV, mengingat
pada umur tersebut derajat pembelahan sel
meningkat di kripta usus sedangkan di
jantung pembelahan sel-sel telah mengalami
penurunan (Sendow, 2003).
Keparahan infeksi CPV sangat
tergantung pada umur, infeksi parasit, stres,
imunitas yang rendah, keadaan di dalam
kandang yang terlalu padat, sanitasi yang
buruk, titer antibodi induk rendah, kegagalan
tubuh membentuk respon kekebalan, dan
tidak divaksinasi. Semakin muda anjing
yang terinfeksi CPV, maka gejala klinis
yang dihasilkan semakin parah. Bentuk
miokarditis terjadi pada anjing yang
berumur ≤ 2 bulan ditandai dengan kematian
mendadak. Hal ini disebabkan oleh dilatasi
ruang
pada
jantung
dan
terjadi
pembengkakan jantung kemudian kegagalan
jantung
yang
mengakibatkan
tidak
berfungsinya peredaran darah. Bentuk
miokarditis ini biasanya ditemukan pada
anak anjing yang baru pertama kali
terinfeksi CPV (Sajuthi, 2001).
Bentuk enteritis terjadi pada anjing
yang berumur > 2 bulan ditandai dengan
muntah dan diare. Hal ini disebabkan oleh
CPV merusak villi usus dan kripta intestinal.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa lesi histopatologi usus
berupa hemoragi dan peradangan pada
infeksi parvovirus anjing umur > 2 bulan
lebih parah dari pada umur ≤ 2 bulan. Lesi
histopatologi otot jantung berupa hemoragi
103

Ary Purnamasari, dkk

Buletin Veteriner Udayana
ISSN: 2085-2495

dan peradangan pada infeksi parvovirus
anjing umur ≤ 2 bulan lebih parah dari pada
umur > 2 bulan.

Honkins, J. D., 1995 Canine Parvo-virus, the
evolving syndrome. Journal of
Infectious Disease Bulletin. Vol 19.,
No 8.

Saran

Johnson, R.H and P.B. Spradbrow. 1979.
Isolation from dogs with severe
enteritis of a parvovirus related to
feline panleucopenia virus. Aust.
Vet. J., 55: 151

Perlu dilakukan penelitian lanjutan
tentang hubungan infeksi parvo virus dengan
faktor-faktor resiko lainnya, misalkan ras,
status vaksinasi, jenis kelamin dan pakan.

Klinkam M. 2006. Parvo and Parvovirus of
the Canine Dog. NorthWest K9
Training. NorthWest. Hal 1.

DAFTAR PUSTAKA
Carter GR, Wise DJ, and Flores EF(Eds).
2005. Parvoviridae. In: A Concise
Review of Veterinary Virology. New
York. Vet. J., 34:105

Murphy, F. A.,E.P.J. Gibbs, M.C. Horzinek,
M. J. Studdert. 2008. Veterinary
Virology. Ed 3th. Academic Press.
USA.

Decaro N, Desario C, Addie DD, Martella
V, Vieira MJ, Elia G, Zicola A,
Davis Thompson G, Thiry’s C,
Truyen U, and Buonavoglia G. 2007.
Molecular Epidemiology of Canine
Parvovirus, Europe. University of
Bari, Bari, Italy; University of
Glasgow, Glasgow, Scotland, UK;
University of Porto, Porto, Portugal;
University of Liege, Liege, Belgium;
and University of Leipzig, Leipzig,
Gemany. Vol. 13, No. 8. pp 12221224.

Sajuthi CK. 2001. Diagnosa dan pengobatan
Infeksi Virus Parno pada Anjing. Di
dalam : Dunia Veteriner Indonesia.
Edisi 4. PDHI. Jakarta. 16- 17.
Sendow, I. 2003. Canine parvovirus pada
anjing. Balai Penelitian Veteriner,
Bogor. Vol 13(2):56-64.
Waner T. 2007. Response of Puppies to
Vaccination with Canine Distemper
and Canine Parvovirus. Rehovot.
Israel. Rehovot Veterinary Referral
Clinic. Rehovot. Journal of Imunoogi
27: 344-349

Dharmojono, H. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran
Hewan
Veteriner
(Hewan Kecil). Pustaka Populer
Obor. Jakarta.
Hagiwara MK, July JR., Baccaro MR. and
Angelo MJO. 1980. Enterite
Hemoraghi caes a associada
infeccao por um parvovirus.
Arquivos do instituto de biology. Vol
12, No.7. pp.47- 49.

104