PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS.

PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN
JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN
LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

I MADE HENDRA MEIRIANATA
I MADE NIKO WINAYA
I WAYAN SUGIRITAMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN...............................................................................................3
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................4
PEMBAHASAN ............................................................................................................7
SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan
olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu dengan tujuan
meningkatkan efisiensi fungsi tubuh yang hasil akhirnya meningkatkan kesegaran jasmani dan
berpengaruh pula pada peningkatan prestasi pada cabang olahraga yang diikuti.1 Setiap cabang
olahraga memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan tujuan tugas-tugas gerak dan
prosedur pelaksanaannya. Terdapat beberapa tujuan dari kegiatan olahraga menurut
kebutuhannya diantaranya: rekreasi, pendidikan, kesehatan, kesegaran jasmani dan prestasi.
Melihat tujuan dari melakukan kegiatan olahraga, pada masa sekarang ini banyak cabang
olahraga yang menjadi kegemaran masyarakat, salah satunya adalah olahraga sepak bola.2
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Fédération Internationale de Football
Association (FIFA) pada tahun 2001 menyatakan bahwa sepak bola adalah olahraga paling

populer dimainkan saat ini. Survei ini menunjukkan bahwa lebih dari 240 juta orang memainkan
olahraga sepak bola di lebih dari 200 negara di hampir setiap bagian dari dunia.3
Pengaruh sepak bola begitu kuat dan populer, bahkan olahraga ini kini berkembang pesat
dengan banyaknya kemunculan tim-tim sepak bola di berbagai sekolah di Indonesia. Bahkan di

Bali, khususnya di sekolah menengah atas, hampir setiap sekolah memiliki tim sepak bola. SMA
N 1 Manggis salah satu dari banyaknya sekolah di Bali yang mempunyai tim sepak bola. Tim ini
rutin mengikuti kejuaraan antar sekolah menengah atas tingkat kabupaten.
Sepak bola adalah bentuk kegiatan fisik yang memberikan manfaat pada kebugaran tubuh
dan mental serta sosial, bahkan lebih dari itu, dalam skala yang lebih luas, yakni prestasi.
Permainan ini masuk dalam aktivitas olahraga karena bentuk aktivitas fisik yang terstruktur
terencana dan berkesinambungan dengan tujuan untuk kebugaran tubuh yang lebih baik.4
Beberapa unsur kebugaran tubuh yang termasuk dalam permainan dan olahraga sepak
bola antara lain: kecepatan (speed), kekuatan (strength), daya tahan otot kardiovaskuler
(endurance), daya ledak (explosive strength), keseimbangan (balance), kelenturan (flexibility),
kelincahan (agility) dan koordinasi (coordination). Semua komponen tersebut diperlukan oleh
pemain saat permainan berlangsung untuk mencapai performa yang maksimal. Beberapa bentuk
aktivitas yang terjadi di lapangan akan terlihat jelas kebutuhan komponen-komponen di atas.4

Salah satu komponen terpenting dalam olahraga, khususnya sepak bola adalah kecepatan.
Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk melalukan suatu aktivitas berulang yang sama
serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Komponen kecepatan gerak
(speed movement) ini erat sekali kaitannya dengan komponen kekuatan, kelincahan,
keseimbangan, koordinasi dan daya tahan.2 Untuk meningkatkan kecepatan diperlukan latihan
yang berkaitan dengan komponen-komponen tersebut.

Latihan yang dapat meningkatkan komponen-komponen tersebut adalah dengan latihan
pliometrik. Latihan pliometrik terdiri atas beberapa komponen latihan yang dapat merangsang
kekuatan otot ( power ). Latihan pliometrik lebih banyak menekankan pada kekuatan otot
(power ) sehingga kapasitas kekuatan otot yang besar dapat meningkatkan kemampuan
kecepatan gerak dan kekuatan pada atlet. 5 Latihan pliometrik adalah salah satu latihan yang
favorit dilakukan oleh pelatih saat ini, terutama kepada cabang olahraga sepak bola yang
membutuhkan kekuatan otot (power ). Konsep latihan pliometrik menggunakan regangan awal
pada otot secara cepat sebelum kontraksi eksentrik pada otot yang sama.6 Latihan pliometrik
merupakan bentuk latihan dengan tujuan agar otot mampu mencapai kekuatan maksimal dalam
waktu yang sesingkat mungkin. Fungsi latihan pliometrik dapat dikemukakan sebagai berikut:
bahwa meningkatkan kemampuan kekuatan merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan
untuk sebagian pencapaian prestasi olahraga.7 Pliometrik adalah latihan-latihan atau ulangan
yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakangerakan eksplosif.8
Latihan pliometrik sendiri terdiri dari beberapa tipe, antara lain: bounding, hopping,
jumping, leaping, skipping dan richochet .9 Masing-masing mempunyai karakter dan teknik

yang berbeda. Adapun jenis latihan pliometrik yang akan diterapkan oleh peneliti adalah tipe
hopping. Dimana dalam pelaksanaanya peneliti akan menerapkan latihan depth jump dan jump
to box. Prinsip latihan depth jump dan jump to box adalah prinsip beban yang progresif.


Bertambahnya kekuatan (power ) akan meningkatkan kecepatan berlari. Peningkatan kekuatan
untuk kelompok otot tertentu terjadi dengan adaptasi kekuatan otot tersebut sehingga
menciptakan efek latihan tertentu. Selain itu, latihan ini tidak hanya tercapai dengan beban kerja
lebih pada tingkat resistif dan temporal saja, melainkan pada tingkat ruang atau tempat. Beban
resistif, temporal dan spa-tial adalah pertimbangan-pertimbangan yang penting, begitu pula
frekuensi, intensitas dan durasi latihan serta kekhususan latihan.10

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah pretest-postest two group design .11 Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran umum latihan pliometrik depth jump dan latihan pliometrik
jump to box tehadap peningkatan kecepatan lari pada pemain sepak bola. Alat ukur dari

penelitian ini adalah stopwatch untuk mengukur kecepatan lari.
Populasi dan Sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pemain sepak bola. Populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah pemain sepak bola di SMA N 1 Manggis usia 16-19
tahun. Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan jumlah
sampel 24 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok.


Instrunmen Penelitian
Alat yang digunakan adalah Box terbuat dari kayu dengan ketinggian 12 inci / 30 cm
untuk melalakukan latihan depth jump dan jump to box, stopwacth untuk mengukur waktu
tempuh lari, antropometer untuk mengukur tinggi badan, meteran untuk mengukur jarak tempuh
pelatihan, timbangan berat badan untuk mengukur berat badan, bendera sebagai penanda, kamera
untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian, buku dan alat tulis untuk mencatat hasil sebelum
dan sesudah penerapan, komputer untuk menyimpan dan mengolah hasil penelitian
Software komputer dipakai untuk menganalisis data dan dilakukan beberapa uji statistik
yaitu: Uji Statistik Deskriptif, Saphiro-Wilk Test untuk Uji Normalitas, Levene’s test untuk Uji
Homogenitas, dan paired sample T-test dan Independent sample T-test untuk Uji hipotesis.

HASIL PENELTIAN
Karakteristik Sampel
Uji analisis hasil penelitian dianalisis setelah peneliti

memberikan deskriptif atau

gambaran sampel mengenai karakteristik sampel yang dideskriptifkan dalam penelitian pada
kelompok 1 dan kelompok 2. Karakteristik sampel penelitian terdiri dari umur dan Indeks Massa

Tubuh (IMT).

Tabel 1. Distribusi Data Sampel Berdasarkan Umur
Karakteristik

Rata-rataStandar Deviasi

Sampel

Kelompok I (n=12)

Kelompok II (n=12)

Umur

16,670,651

16,350,492

Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian kelompok 1 memiliki

rerata umur (16,670,651) tahun dan pada kelompok 2 memiliki rerata umur (16,350,492)
tahun.

Tabel 2. Distribusi Data Sampel Berdasarkan IMT
Karakteristik

Rata-rataStandar Deviasi

Sampel

Kelompok I (n=12)

Kelompok II (n=12)

IMT

20,390,74

20,260,85


Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian kelompok 1 memiliki
rerata IMT (20,390,74) dan pada kelompok 2 memiliki rerata IMT (20,260,85).
Uji normalitas dan uji homogenitas data hasil test sebelum dan sesudah pelatihan. Uji
normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk Test, sedangkan uji homogenitas
menggunakan Lavene Test, yang hasilnya tertera pada tabel 3

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Peningkatan Kecepatan Lari Pada Pemain
Sepak Bola
Uji Normalitas
Uji

(Shapiro Wilk Test)
Kelompok
Data

Sebelum
Pelatihan

Homogenitas
Kelompok 1


Kelompok 2

Statistik

P

Statistik

P

0,910

0,216

0,946

0,580

(Levene’s

Test)

0,925

Sesudah
Pelatihan

0,928

0,357

0,958

0,762

0,390

Berdasarkan hasil uji normalitas (Shapiro Wilk Test) dan uji homogenitas (Levene Test)
data rerata kecepatan lari sebelum pelatihan, menunjukkan bahwa dari dua uji tersebut pada
kedua kelompok perlakuan memiliki nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05), yang berarti data

rerata kecepatan lari sebelum pelatihan berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan data
rerata kecepatan lari sesudah pelatihan juga menunjukkan bahwa dari uji normalitas memiliki
nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05) dan uji homogenitas diperoleh nilai p lebih besar dari 0,05
(p>0,05), yang berarti data rerata kecepatan lari berdistribusi normal dan homogen.
Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian yang ditetapkan
dalam penelitian ini, didapatkan nilai sebagai berikut :

Tabel 4 Hasil Uji T-Berpasangan (Paired Sample T-test) Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Sebelum

Setelah

Pelatihan

Pelatihan

1

17,18

Kelompok

16.99

Selisih

P

16,19

0,99

0,000

15.20

1,79

0,000

Kelompok

2

Tabel 4 memperlihatkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda rerata tberpasangan (Paired Sample T-test) didapatkan nilai kelompok 1, p = 0,000 (p < 0,005) yang
berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata kecepatan lari sebelum dan
sesudah melakukan latihan pliometrik depth jump.
Pada Kelompok 2 didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,005) yang juga berarti bahwa ada
perbedaan yang bermakna pada nilai rerata kecepatan lari sebelum dan sesudah melakukan
latihan pliometrik jump to box. Hal ini menunjukkan bahwa baik perlakuan pada Kelompok 1
maupun Kelompok 2 memberikan peningkatan yang bermakna terhadap kecepatan lari.
Dari hasil perbandingan data Kelompok 1 dan Kelompok 2 menggunakan instrumen
penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini didapatkan nilai sebagai berikut :

Tabel 5 Hasil Uji Independent Sample T-test
Kelompok

N

Rerata±SB

Sebelum

Kelompok 1

12

17,17±0,577

Pelatihan

Kelompok 2

12

16,99±0,599

Sesudah

Kelompok 1

12

16,18±0,639

Pelatihan

Kelompok 2

12

15,20±0,562

Kelompok 1

12

0,99±0,320

Kelompok 2

12

1,79±0,309

Selisih

P
0,476

0,001

0,000

Dari Tabel 5 dapat dilihat hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Independent
Sample T-test untuk membandingkan beda rerata peningkatan kecepatan lari sebelum dan

sesudah pelatihan antar kelompok diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti ada
perbedaan yang bermakna pada latihan pliometrik depth jump dengan latihan pliometrik jump to
box terhadap peningkatan kecepatan lari pada pemain sepak bola.

Tabel 6 Persentase Hasil Penurunan Waktu Tempuh Lari 100 Meter Pada Pemain Sepak Bola
Kelompok

Hasil
Analisis

Kelompok

Waktu

Waktu

Selisih

Persentase

Sebelum

Setelah

Penurunan

Penurunan

Pelatihan

Pelatihan

Waktu

Waktu

17,17

16,18

0,99

5,76%

16,99

15,20

1,79

6,88%

1
Kelompok
2

Berdasarkan Tabel 6 yang memperlihatkan persentase penurunan waktu tempuh lari 100
meter pada pemain sepak bola setelah dilakukan pelatihan. Pada Kelompok 1 terjadi penurunan
waktu setelah diberikan pelatihan sebesar 5,76% sedangkan pada Kelompok 2 sebesar 6,88%.
Hal ini menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi pada Kelompok 2 lebih banyak daripada
Kelompok 1 yang berarti latihan jump to box lebih baik daripada latihan depth jump dalam
peningkatan kecepatan lari pada pemain sepak bola.

PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel
Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok 1 memiliki rerata umur
(16,670,651) tahun dan pada kelompok 2 memiliki rerata umur (16,350,492) tahun.
Karakteristik tersebut menunjukkan jumlah rerata umur sampel relatif sama antara kelompok 1
dan kelompok 2. Umur 15-24 tahun merupakan puncak umur yang baik untuk meningkatkan
performa kekuatan otot, dimana kekuatan otot merupakan komponen penting dalam peningkatan
kecepatan berlari.2
Berdasarkan karakteristik IMT (Indeks Massa Tubuh) diberoleh nilai kelompok 1
memiliki rerata IMT (20,390,74) dan pada kelompok 2 memiliki rerata IMT (20,260,85).
Selisih nilai rerata IMT antara kelompok 1 dan kelompok 2 tidak terlalu jauh (0,13), serta
masih memenuhi standar normal IMT untuk orang Asia yang ditetapkan oleh WHO (World
Health Organization) yakni 18.50- 22,90.12

Peningkatan Kecepatan Lari pada Latihan Pliometrik Depth Jump
Uji statistik menggunakan uji beda rerata t-berpasangan (paired sample t-test) pada
kelompok 1 dengan pelatihan pliometrik depth jump. Hasilnya p = 0.000 (p

Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA ATLET BOLAVOLI KLUB TUGUMUDA KOTA SEMARANG

3 22 87

PERBEDAAN PENGARUH HASIL LATIHAN PLIOMETRIK ANTARA SQUAT DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI SMP MTA

5 78 55

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Squat Jump Terhadap Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Di SMK Negeri 1 Geneng.

0 2 10

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Squat Jump Terhadap Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Di SMK Negeri 1 Geneng.

0 2 14

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Terhadap Power Otot Tungkai Pada Pemain Bulutangkis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2 6 15

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN PLANK TRAINING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Plank Training Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Dan Kekuatan Otot Perut Pada Pemain Sepak Bola Pemula.

1 2 21

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Plank Training Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Dan Kekuatan Otot Perut Pada Pemain Sepak Bola Pemula.

0 1 5

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP HASIL TENDANGAN LAMBUNG ATLIT SEPAK BOLA PEMULA DI SMP AL-FIRDAUS SURAKARTA.

0 2 9

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DEPTH JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN VERTICAL JUMP PADA PEMAIN BOLA VOLI

0 3 13

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN JUMP TO BOX DAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN AGILITY NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN JUMP TO BOX DAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN AGILITY - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 12