PEMANFAATAN BIJI MUNGGUR SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN TAHU DENGAN PENAMBAHAN SARI Pemanfaatan Biji Munggur Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tahu Dengan Penambahan Sari Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Dan Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Sebagai Penggum

PEMANFAATAN BIJI MUNGGUR SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN TAHU DENGAN PENAMBAHAN SARI
JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DAN BELIMBING
WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI
PENGGUMPAL

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
IRMA AYUNINGTYAS NOVITASARI
A 420 100 125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PEMANFAATAN BIJI MUNGGUR SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN TAHU DENGAN PENAMBAHAN SARI
JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DAN BELIMBING
WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI

PENGGUMPAL

Irma Ayuningtyas Novitasari, A 420100125, Program Studi Pendidikan
Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2014, 47 Halaman.

ABSTRAK
Tahu merupakan produk makanan berupa padatan lunak yang umumnya
dibuat melalui proses pengolahan kedelai dengan cara pengendapan protein.
Penelitian ini menggunakan biji munggur, sari jeruk nipis, sari belimbing wuluh
sebagai perlakuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar
protein dan organoleptik tahu biji munggur. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dan pola satu faktor berupa jenis koagulan dengan tiga perlakuan
dan tiga kali ulangan. Perlakuannya adalah E0= tanpa penambahan sari jeruk
nipis dan belimbing wuluh, E1= penambahan sari jeruk nipis 20 ml, dan E2=
penambahan sari belimbing wuluh 20 ml. Pada penelitian ini digunakan analisis
data secara deskriptif kualitatif dengan uji kadar protein dan uji organoleptik
tahu. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan E0 (tanpa penambahan
sari jeruk nipis dan belimbing wuluh) dengan persentase sebesar 23,6% dan hasil

uji organoleptiknya berwarna putih, rasa tidak asam, aroma sedap, tekstur
lembut, dan disukai panelis. Adapun kadar protein terendah terdapat pada
perlakuan E1 (penambahan sari jeruk nipis 20 ml) dengan persentase sebesar
19,2% dan hasil uji organoleptiknya berwarna putih pucat, rasa agak asam,
aroma sedap, tekstur lembut, dan disukai panelis. Dengan demikian, dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tahu biji munggur tanpa penambahan
koagulan menunjukkan hasil kadar protein yang lebih tinggi. Kadar protein
menurun setelah dilakukan penambahan sari jeruk nipis dan belimbing wuluh
karena sifat asamnya yang bisa menyebabkan denaturasi protein.

Kata kunci: biji munggur, tahu, jeruk nipis, belimbing wuluh, kadar protein,
organoleptik

A. PENDAHULUAN
Tahu merupakan salah satu produk makanan yang sudah popular di
masyarakat Indonesia. Tahu mengandung beberapa nilai gizi, seperti protein,
lemak, karbohidrat, kalori, mineral, fosfor, dan vitamin B-kompleks. Tahu
juga kerap dijadikan salah satu menu diet rendah kalori karena kandungan
hidrat arangnya yang rendah (Utami, 2012). Selama ini, bahan baku
pembuatan tahu yang telah dikenal hanya kacang kedelai. Padahal, ada

beberapa jenis biji-bijian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif
pembuatan tahu. Salah satu biji-bijian yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan alternatif pembuatan tahu adalah biji munggur. Biji munggur
dihasilkan dari pohon trembesi atau pohon munggur. Tanaman ini mudah
ditemukan karena biasanya ditanam di pinggir jalan, di halaman, dan di
taman sebagai perindang.
Umumnya, tanaman munggur hanya dimanfaatkan kayu dan
daunnya, sedangkan bijinya dibiarkan begitu saja. Sedikit orang yang kreatif
bisa memanfaatkan biji munggur menjadi sesuatu yang bernilai lebih, dengan
cara diolah menjadi camilan, seperti pemanfaatan biji bunga matahari yang
diolah menjadi kwaci. Berdasarkan penelitian Sulistyanto (2005), biji
munggur dalam dunia industri dapat digunakan untuk pembuatan bahan
makanan. Contohnya tempe, tahu, kecap, dan susu, potensi ini belum dapat
dikembangkan oleh masyarakat luas. Selain menggunakan kedelai, tahu dapat
dari biji munggur. Menurut Safuan (1990), biji munggur mempunyai
kandungan gizi, antara lain air 6,57%, protein 42,82%, lemak 12,50%,
karbohidrat 24,20%, abu 2,19%, serat kasar 11,72%, kalsium 1,13%, phosfor
1,01%, dan energi 380,50%.
Dalam pembuatan tahu dibutuhkan proses penggumpalan. Proses
tersebut membutuhkan bahan penggumpal seperti batu tahu, asam cuka,

biang tahu (whey), dan kalsium sulfat. Menurut Rahayu dkk. (2013), jenis
penggumpal yang sering digunakan dalam pembuatan tahu di Indonesia
adalah asam yang berasal dari whey atau kecutan yang telah mengalami
fermentasi alami. Jenis penggumpal juga berpengaruh terhadap rasa.

Penggumpal kalsium dapat menyebabkan rasa getir, sedangkan penggumpal
asam menyebabkan rasa asam.
Jeruk nipis dan belimbing wuluh mengandung asam yang dapat
digunakan sebagai penggumpal alami dalam pembuatan tahu. Menurut
penelitian Maharani dkk. (2012), penggunaan agen pengendap komersial
CaSO4 menghasilkan yield yang lebih rendah dibandingkan dengan agen
pengendap alami. Adapun tahu yang dihasilkan dengan pengendap alami
maupun CaSO4 sebagai pengendap komersial ternyata memiliki kadar air
yang hampir sama. Berdasarkan penelitian Purwadi (2010), bahwa kualitas
fisik keju Mozzarella dengan penggunaan konsentrasi jus jeruk nipis yang
lebih tinggi menjadikan keasaman susu lebih tinggi pula, sehingga koagulasi
berlangsung lebih cepat. Konsentrasi jus jeruk nipis 1,9% adalah konsentrasi
terbaik. Hasil penelitian Triswandari (2006), menunjukkan bahwa belimbing
wuluh segar mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, abu, dan vitamin C
yang besarnya masing-masing adalah 95,51%, 1,04%, 0,87%, 3,14%, 0,31%

dan 24,87% mg.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein dan
hasil uji organoleptik pada tahu biji munggur dengan penambahan sari jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).

B. METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian yaitu pembuatan tahu dilaksanakan di
Laboratorium Pangan Gizi dan Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari 2014. Alat yang digunakan adalah kompor gas, panci, sendok,
baskom, timbangan, gelas ukur, corong, kain belacu, blender, pisau, cetakan.
Bahan yang digunakan adalah biji munggur, jeruk nipis, belimbing wuluh
dan air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor. Faktor tersebut yaitu jenis koagulan dengan 3 perlakuan
dan 3 kali ulangan. Adapun faktor perlakuan sebagai berikut:

1. E0 : 100 gram biji munggur tanpa penambahan sari jeruk nipis dan
belimbing wuluh
2. E1 : 100 gram biji munggur dengan penambahan sari jeruk nipis 20 ml
3. E2 : 100 gram biji munggur dengan penambahan sari belimbing wuluh 20

ml
Hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian di uji kadar protein
di Laboratorium Pangan Gizi dan Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Selain itu juga dilakukan
uji organoleptik pada tahu biji munggur dengan menggunakan panelis
sebanyak 20 orang yang kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif
kualitatif.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kadar protein
Tabel 1. Hasil Uji Kadar Protein
No.
1.

Perlaku
an
E0

2.


E1

19,5

19,3

18,7

19,2*

3.

E2

21,0

21,8

21,8


21,5

Keterangan

Ulangan (Kadar Protein (%))
I
II
III
24,1
23,2
23,6

Rata-Rata

Keterangan

23,6**

Tanpa penambahan sari
jeruk nipis dan

belimbing wuluh
Penambahan sari jeruk
nipis 20 ml
Penambahan sari
belimbing wuluh 20 ml

: (*) kadar protein terendah
(**) kadar protein tertinggi

Dari Tabel 1. di atas, kadar protein tahu biji munggur
menunjukkan hasilnya berbeda-beda pada tiap perlakuan. Kadar protein
tertinggi pada tahu biji munggur terdapat pada perlakuan E0 tanpa
penambahan sari jeruk nipis dan sari belimbing wuluh, yaitu kadar
protein sebesar 23,6%. Adapun kadar protein terendah terdapat pada
perlakuan E1, yaitu tahu biji munggur dengan penambahan sari jeruk nipis
20 ml di mana kadar proteinnya sebesar 19,2%. Dari data tersebut bahwa
adanya penambahan koagulan akan berpengaruh terhadap kadar protein

tahu biji munggur. Hal tersebut terjadi karena pada perlakuan E0 tidak ada
penambahan koagulan, yaitu penambahan sari jeruk nipis dan belimbing

wuluh yang sama-sama bersifat asam yang bisa menyebabkan denaturasi
protein.
Menurut Triyono (2010), perlakuan penambahan asam dan
pemanasan mengakibatkan gumpalan protein yang banyak pada filtrat
dengan intensitas gumpalan cukup tinggi. Hidrolisis protein dapat
dilakukan dengan penambahan larutan asam kuat (seperti HCl) dan asam
lemah (seperti asam asetat serta asam sitrat) pada suhu tinggi yang dapat
mengakibatkan terjadinya denaturasi. Protein yang menggumpal atau
mengendap merupakan salah satu ciri fisik dari terdenaturasinya suatu
protein. Terjadinya denaturasi pada protein itu disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti pengaruh pemanasan, asam atau basa, garam, dan
pengadukan. Tiap-tiap faktor itu mempunyai pengaruh yang berbedabeda terhadap denaturasi protein.
Daun, biji dan kulit batang Pithecolobium saman mengandung
saponin, di samping itu daun dan bijinya mengandung polifenol dan
tannin (Fadilah, 2011). Tannin adalah suatu senyawa polifenol yang
berasal dari tumbuhan, memiliki rasa pahit dan sedikit asam dan dapat
menggumpalkan protein (Anonymous, 2004). Tannin memiliki peranan
biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat
logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis
(Hagerman, 2002). Selain itu, adanya kandungan kalsium juga dapat

digunakan sebagai koagulan alami. Hal ini disebabkan oleh ion Ca2+ yang
bereaksi dan berikatan dengan protein dan bersama lipid membentuk
gumpalan (Santoso, 1993).
Pada perlakuan E0 tidak ada penambahan asam sebagai koagulan,
tetapi protein dapat menggumpal dan mengendap dengan baik. Hal itu
disebabkan pada biji trembesi mengandung koagulan alami yang
dihasilkan dari tanaman tersebut (Utami, 2011). Koagulan alami yang
terkandung dalam biji trembesi yaitu tannin dan kalsium.

Pada perlakuan E1 (penambahan sari jeruk nipis 20 ml) kadar
proteinnya sebesar 19,2% dan E2 (penambahan sari belimbing wuluh 20
ml) kadar proteinnya sebesar 21,5%. Berdasarkan penjelasan di atas,
perlakuan yang menggunakan penambahan sari belimbing wuluh
memiliki kadar protein lebih tinggi dibandingkan penambahan yang
menggunakan sari jeruk nipis. Penambahan koagulan sari jeruk nipis
menyebabkan denaturasi protein yang lebih besar daripada penambahan
koagulan sari belimbing wuluh. Hal itu terjadi karena adanya kandungan
asam yang berbeda pada kedua koagulan tersebut. Menurut Lingga
(dalam Oktaviana, 2012), kandungan vitamin C dalam buah belimbing
wuluh segar sebesar 25 miligram dalam 100 gram buah segar, sedangkan
kandungan vitamin C jeruk nipis sebesar 27 miligram dalam 100 gram
buah segar.
Menurut penelitian Maharani (2012), tahu berbahan dasar kedelai
dengan agen pengendap belimbing wuluh memiliki kadar protein lebih
tinggi dibandingkan dengan agen pengendap jeruk nipis. Selain
disebabkan kandungan asam yang berbeda pada kedua koagulan,
perbedaan kadar protein juga disebabkan perbedaan konsentrasi yang
digunakan. Menurut Ophart, C.E (dalam Asrullah, 2012), semakin lama
protein bereaksi dengan asam maka kemungkinan besar ikatan peptide
terhidrolisis sehingga struktur primer protein rusak.

2. Uji organoleptik
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Tahu Biji Munggur
Perlakuan

Warna

Rasa

Aroma

Tekstur

E0
E1
E2

Putih
Putih pucat
Putih pucat

Tidak asam
Agak asam
Agak asam

Sedap
Sedap
Sedap

Lembut
Lembut
Lembut

Daya
Terima
Suka
Suka
Suka

a. Warna
Warna

tahu

biji

munggur

tiap

sampel

perlakuan

menghasilkan dua warna berbeda yaitu putih dan putih pucat. Pada
perlakuan E0 (tanpa penambahan sari jeruk nipis dan belimbing
wuluh) cenderung memiliki warna putih karena tanpa ditambahkan
koagulan sehingga menghasilkan tahu yang berwarna putih. Warna
putih pucat terdapat pada perlakuan E1 (sari jeruk nipis 20 ml) dan E2
(sari belimbing wuluh 20 ml). Warna putih pucat itu disebabkan
penambahan sari jeruk nipis dan belimbing wuluh yang berwarna
kuning sehingga memengaruhi kualitas dari warna tahu biji munggur.
Penambahan sari jeruk nipis dan belimbing wuluh memengaruhi
warna dari tahu biji munggur. Hal itu karena pada jeruk nipis
mengandung warna kuning (Sujono, 2002). Selain dihasilkan dari
jeruk nipis, warna putih pucat juga dihasilkan dari sari belimbing
wuluh yang berwarna kekuningan.
b. Rasa
Rasa tahu biji munggur tiap sampel perlakuan berbeda, yaitu
tidak asam dan agak asam. Pada perlakuan E0 tidak ada penambahan
koagulan, rasa tahu yang dihasilkan tidak asam. Adapun pada
perlakuan E1 dan E2, rasa tahu yang dihasilkan agak asam karena
adanya penambahan sari jeruk nipis dan belimbing wuluh yang
mempunyai rasa asam. Di dalam 100 gram buah jeruk nipis
terkandung asam askorbat sebanyak 49 mg. (Dewi, 2012). Pada
belimbing wuluh mengandung senyawa kimia, antara lain asam
format, asam askorbat (Vitamin C), dan asam sitrat (Hutajulu dkk,
2009).
c. Aroma
Menurut Setyowati (2011), indera pembau adalah instrument
yang paling berperan untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap
aroma dalam industri makanan. Pengujian terhadap bau penting
karena dengan cepat dapat memberikan hasil penelitian terhadap

suatu produk. Bau lebih kompleks daripada rasa. Bau atau aroma
dapat mempercepat timbulnya rangsangan air liur.
Aroma tahu biji munggur pada semua sampel perlakuan
dalam penelitian ini memiliki aroma yang sama, yaitu sedap. Aroma
sedap itu ditimbulkan oleh aroma khas dari biji munggur yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tahu.
d. Tekstur
Tekstur tahu biji munggur pada semua sampel perlakuan
dalam penelitian ini memiliki tekstur yang sama, yaitu lembut.
Menurut Ratnaningtyas (2003), tekstur sangat menentukan dalam
mutu tahu. Tekstur tahu yang baik adalah strukturnya kompak, halus
dan lembut. Menurut Suprapti (2005), tekstur tahu yang dihasilkan
sangat tergantung dari ukuran atau banyaknya bahan yang digunakan
untuk membuat tahu.
e. Daya Terima
Daya terima merupakan tingkat kesukaan panelis terhadap
tahu biji munggur yang meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur
sehingga dapat diterimanya produk tahu biji munggur dikalangan
masyarakat. Daya terima tahu biji munggur pada semua sampel
perlakuan sama, yaitu suka. Tahu biji munggur tidak berbeda jauh
dengan tahu pada umumnya, sehingga rata-rata panelis mempunyai
penilaian suka terhadap tahu biji munggur dan dapat diterima dalam
masyarakat.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kadar protein tertinggi pada tahu biji munggur terdapat pada perlakuan
E0 (tanpa penambahan sari jeruk nipis dan belimbing wuluh) yaitu
sebesar 23,6%. Sedangkan kadar protein pada perlakuan E1 (penambahan

sari jeruk nipis 20 ml) sebesar 19,2% dan pada perlakuan E2
(penambahan sari belimbing wuluh 20 ml) kadar protein sebesar 21,5%.
2. Hasil uji organoleptik terbaik pada perlakuan E0 dengan warna putih, rasa
tidak asam, aroma sedap, tekstur lembut dan disukai panelis. Sedangkan
hasil uji organoleptik pada perlakuan E1 dan E2 sama, yaitu mempunyai
warna putih pucat, rasa asam, aroma sedap, tekstur lembut, dan disukai
oleh panelis.

E. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. “Natural Phenol-menon: Appreciation Grows for Healthy
Organic
Tannins”
(online),
(http://legacy.jyi.org/volumes/volume11/issue6/features/kinsey.php,
diakses pada tanggal 26 Maret 2014).
Asrullah, Muhammad.dkk. 2012. “Denaturasi dan Daya Cerna Protein pada
Proses Pengolahan Lawa Bale (Makanan Tradisional Sulawesi
Selatan)”. Artikel Penelitian, 1 (2): 84-90.
Dewi, Desintya. 2012. Jeruk Nipis. Surabaya: Stomata.
Fadilah, Anita Rohmah Siti. 2011. “Pengembangan Produk Ketemu (Keripik
Tempe Munggur) Sebagai Alternatif Jajanan Sehat” (online),
(http://catatansipendil.blogspot.com/2011/10/pengembanganproduk-ketemu-keripik.html, diakses pada tanggal 26 Maret 2014).
Hagerman, A. E. 2002. Tannin Handbook. Miami University: Department of
Chemistry and Biochemistry.
Hutajulu, Tiurlan F., Evi Azizah dan Ade Suherman. 2009. “Pemanfaatan
Alfa Hidroksi Karboksilat (AHA) dari Ekstrak Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L) untuk Skin Care”. Jurnal Riset Industri. Vol.
III No. 1: 64-74.
Maharani, Amelia, Dessy Kurniawati, Nita Aryanti. 2012. “Pengaruh Agen
Pengendap Alami terhadap Karakteristik Tahu”. Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri, 1:528-533.
Oktaviana, A. Y. 2012. “Kualitas Minuman Instan Belimbung Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) Dengan Variasi Konsentrasi Maltodekstrin
dan Kajian Suhu Pengering”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Teknobiologi, Universitas Atma Jaya.

Purwadi. 2010. “Kualitas Fisik Keju Mozzarella dengan Bahan Pengasam
Jus Jeruk Nipis”. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 2 (5):3340.
Rahayu, Endang Sutriswati dkk. 2013. Teknologi Proses Produksi Tahu.
Yogyakarta: Kanisius.
Ratnaningtyas, Astari. 2003. ”Tahu dari Kacang Kedelai Non Kedelai; Studi
Kasus Kacang Komak”. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Safuan, S. 1990. Tanaman Khas Pedesaan. Yogyakarta: Sinar Jaya.
Santoso, H. B. 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai Bahan Makanan
Bergizi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Setyowati, Lilis. 2011. ”Kualitas Fruitghurt Hasil Fermentasi Kulit Pisang
(Musa paradisiacal) oleh Lactobacillus bulgaricus dengan
Konsentrasi yang Berbeda”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sujono, Adi Loka. 2002. Terapi Buah. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sulistiyanto, Erfin Budi dkk. 2005. PMKT Pembuatan Susu dari Biji
Munggur. Bandung: STT Telkom.
Suprapti, Lies. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Kanisius.
Triswandari, Nurmala. 2006. “Pembuatan Minuman Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi) – Jahe (Zingiber officinale) dan Pengujian
Stabilitasnya selama Penyimpanan”. Skripsi. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Triyono, Agus. 2010. “Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam
Pada Proses Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat
Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.)”. Semarang: Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.
Utami, Citra Perdani, Sukma Ayu Fitrianingrum, Ir. Kristinah Haryani, M.T.
2012. “Pemanfaatan Iles-iles (Amorphophallus oncophylus)
sebagai Bahan Pengenyal pada Pembuatan Tahu”. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, 1:79-85.

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI BAHAN BAKU TAHU DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK PEPAYA DAN LAMA PERENDAMAN Pemanfaatan Biji Turi Sebagai Bahan Baku Tahu Dengan Penambahan Ekstrak Pepaya Dan Lama Perendaman Berbeda.

0 2 15

DAYA SIMPAN BOLU KUKUS DENGAN PENAMBAHAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) dan JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) Daya Simpan Bolu Kukus Dengan Penambahan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Pengawet Alami.

0 3 16

PENDAHULUAN Daya Simpan Bolu Kukus Dengan Penambahan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Pengawet Alami.

0 2 4

DAFTAR PUSTAKA Daya Simpan Bolu Kukus Dengan Penambahan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Pengawet Alami.

0 5 4

DAYA SIMPAN BOLU KUKUS DENGAN PENAMBAHAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) dan JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) Daya Simpan Bolu Kukus Dengan Penambahan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Pengawet Alami.

0 5 15

PEMANFAATAN BIJI KETAPANG SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN TAHU DENGAN LAMA PERENDAMAN DAN PEMANFAATAN BIJI KETAPANG SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN TAHU DENGAN LAMA PERENDAMAN DAN KOAGULAN YANG BERBEDA.

0 4 15

PEMANFAATAN BIJI MUNGGUR SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN TAHU DENGAN PENAMBAHAN SARI Pemanfaatan Biji Munggur Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tahu Dengan Penambahan Sari Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Dan Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Sebagai Penggum

0 1 15

PENDAHULUAN Pemanfaatan Biji Munggur Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tahu Dengan Penambahan Sari Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Dan Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Sebagai Penggumpal.

1 3 7

DAFTAR PUSTAKA Pemanfaatan Biji Munggur Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tahu Dengan Penambahan Sari Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Dan Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Sebagai Penggumpal.

0 9 4

PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus ) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN SUSU DENGAN PENAMBAHAN Pemanfaatan Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus ) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Susu Dengan Penambahan Ekstrak Jahe Merah ( Zingiber Offici

0 1 14