Uji Toksisitas Ekstrak Buah Debregeasia Longifolia (Burm.F.) Wedd. Terhadap Larva Artemia Salina Leach. Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) jurnal

(1)

1

UJI TOKSISITAS EKSTRAK BUAH Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE BRINE SHRIMP

LETHALITY TEST (BSLT) Diagal Wisnu Pamungkas

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRAK

Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. merupakan tumbuhan perdu yang banyak ditemukan di hutan sekunder pegunungan mulai dari 500-2600 mdpl. Tumbuhan ini memiliki kandungan metabolit sekunder seperti fenol, flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin yang berpotensi sebagai antikanker. Alkaloid merupakan senyawa polifenol yang dikenal memiliki aktivitas antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi senyawa bioaktif ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. dari Gunung Lawu dan toksisitasnya terhadap Artemia salina Leach. serta profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. diekstrak dengan metode maserasi, kemudian diuji toksisitasnya dengan metode Brine Shrimp Lethallity Test (BSLT) menggunakan konsentrasi 400 µg/mL, 200 µg/mL, 100 µg/mL, 50 µg/L dan 25 µg/mL. Efek toksisitas ekstrak buah D. Longifolia (Burm.f.) Wedd. dianalisis dengan menghitung LC50 selama 24

jam perlakuan. Masing-masing perlakuan menggunakan 10 ekor larva A. salina Leach. Nilai LC50 ditentukan dari persentase larva A. salina Leach. yang mati pada setiap konsentrasi

pengujian. Kandungan senyawa bioaktif dideteksi dengan reagen semprot spesifik untuk mengetahui profil KLT-nya.

Hasil penelitian menunjukkan nilai LC50 ekstrak kloroform buah D. longifolia

(Burm.f.) Wedd. bernilai 83,34 µg/mL, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut bersifat antikanker. Uji kandungan senyawa dengan metode KLT menunjukkan bahwa ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. positif mengandung senyawa alkaloid yang bersifat antikanker.

Kata kunci: Debregeasia longifolia, BSLT, KLT, maserasi

PENDAHULUAN

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya kerusakan dan ketidaknormalan gen yang mengatur pertumbuhan dan deferensiasi sel-sel yang mengakibatkan timbulnya mutasi genetik yang sangat potensial menghasilkan sel kanker. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyebab kematian sekitar 4,3% dan menduduki peringkat keenam dengan kecenderungan yang semakin meningkat. Di negara maju seperti

Amerika, Jepang dan Inggris, penyakit ini menduduki peringkat kedua setelah kardiovaskuler (Nafrialdi dan Gan, 1995).

Adanya kecenderungan peningkatan jumlah pasien penderita kanker di Indonesia erat kaitannya dengan perubahan perilaku atau gaya hidup (life style) masyarakat yang semakin modern antara lain mengkonsumsi bahan makanan instant atau melalui proses pengolahan yang tidak sehat yang kemungkinan banyak mengandung karsinogen. Selain gaya hidup yang tidak sehat, kanker dapat


(2)

2 disebabkan oleh radiasi, infeksi virus, pemberian hormon tertentu yang berlebihan, dan rangsangan fisik berulang yang mengakibatkan luka atau cedera yang tak kunjung sembuh (Cooper, 2001).

Upaya penemuan obat kanker yang efektif dan selektif sebagai usaha pengobatan kanker secara kemoterapi menjadi sangat penting saat ini di samping pengobatan secara fisik seperti pembedahan dan radioterapi. Pada umumnya obat kanker yang berasal dari senyawa kimia sintetik bekerja tidak selektif karena memiliki mekanisme kerja merusak DNA tidak hanya pada sel kanker tetapi juga pada sel normal disekitarnya. Penggunaan tumbuhan obat untuk bahan antikanker telah banyak diteliti dalam dekade terakhir ini. Diharapkan dari banyaknya penelitian terhadap tumbuhan obat akan ditemukan berbagai obat antikanker baru yang aman, efektif, dan efisien. Salah satunya adalah tumbuhan Debregeasia longifolia (Burm. f.) Wedd. dari famili Urticaceae. Tumbuhan ini cukup melimpah pada habitatnya dan merupakan tumbuhan evergreen (sepanjang tahun ada). Oleh penduduk Asia dan khususnya di India, telah digunakan secara tradisional sebagai obat sakit pencernaan (Jamir et al., 2015) yang tidak menimbulkan efek yang merugikan. Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. juga mempunyai aktivitas antibakteri (Seal and Chauduri, 2015). Namun perlu adanya penelitian spesifik untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif dan pengaruhnya secara klinis sebagai kandidat antikanker.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian awal pada buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. sebagai tumbuhan berpotensi antikanker. Ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. diuji toksisitasnya dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Uji toksisitas yang dilakukan terhadap A. salina Leach. dapat menyebabkan kematian pada fase larva akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bioaktif suatu bahan

alam (Sukardiman dkk., 2004). Selain itu, dilakukan pengujian fitokimia senyawa bioaktif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk mengetahui profil KLT-nya.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia Fakultas MIPA serta Sub. Lab. Kimia Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 hingga Maret 2016.

Alat dan Bahan Penelitian Preparasi sampel.

Kain hitam, bejana kaca, botol kaca, alumunium foil, blender, rotary evaporator, water bath, dan lemari pendingin. Buah matang (termasuk daging, kulit dan biji buah) D. longifolia (Burm.f.) Wedd. 4 kg (dari 3 pohon), Chloroform for analysis 1,4 liter, Etil Asetat 150 mL, Etanol 150 mL dan akuades.

Uji Brine Shrimp Lethality Test (BST). Wadah penetas telur Artemia salina Leach., aerator, lampu pijar 40 watt, mikropipet dan mikrotip, botol flakon ukuran 10ml, gelas ukur, gelas beker, vortex mixer, pipet tetes, dan cawan petri. Telur A. salina Leach., akuades, garam laut 38 g dalam 1 liter air, fermipan dalam 3 mg/5 ml air laut, dan DMSO 1%.

Kromatografi Lapis Tipis.

Kolom chamber, plat silika GF254,

lampu UV254 nm, lampu UV366 nm, botol

semprot, lemari asam dan penggaris. Fase diam plat silika GF254, fase gerak

kloroform : metanol : air (65 : 35 :5), reagen Dragendorf.

Cara Kerja Preparasi sampel.

Bahan utama berupa buah matang D. longifolia (Burm.f.) Wedd. termasuk kulit, daging dan biji buah diambil dari wilayah Gunung Lawu. Buah D. longifolia


(3)

3 (Burm.f.) Wedd. diambil buah masak sejumlah 4 kg, kemudian buah dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik sehingga mencegah kerusakan sampel dan agar dapat dikemas serta disimpan dalam waktu yang lama, sehingga kualitas bahan tetap terjamin.

Simplisia diblender hingga berbentuk serbuk. Pembuatan sediaan serbuk ini bertujuan untuk memperluas permukaan buah dan mempermudah penetrasi pelarut ke dalam struktur seluler dari jaringan tanaman, sehingga akan mempermudah melarutnya metabolit sekunder yang ada di dalam buah, sehingga senyawa yang akan diekstrak dapat terambil dengan jumlah yang lebih banyak.

Maserasi dilakukan selama 3 hari dengan mengganti pelarut baru setiap harinya. Hal ini bertujuan agar kandungan senyawa yang ada di dalam simplisia dapat tersari dengan optimal. Proses maserasi disertai pula dengan pengadukan agar meningkatkan efisiensi metode maserasi karena kejenuhan dapat terjadi apabila tidak ada perbedaan konsentrasi (Cannel, 1998) sehingga kejenuhan pelarut terjadi lebih cepat dan maserat yang diperoleh lebih homogen. Pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah Chloroform for analysis sebanyak 1,2 liter untuk 800 g serbuk simplisia buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd..

Filtrat yang didapat dari proses maserasi diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator dengan suhu 50 0C. Jika suhu yang digunakan lebih dari titik didih, dikhawatirkan kandungan senyawa dalam ekstrak akan rusak dan dapat ikut menguap bersama menguapnya pelarut. Ekstrak yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam water bath dengan suhu 50 0C hingga berbentuk pasta kental.

Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan pelarut optimal yang

digunakan dalam uji BST. Pelarut yang digunakan adalah kloroform (pelarut nonpolar), etil asetat (pelarut semipolar), dan etanol (pelarut polar). Masing-masing dilakukan maserasi dengan menggunakan 100 g serbuk simplisia dalam 150 mL pelarut. Maserat yang didapat kemudian dipisahkan antara pelarut dan senyawa bioaktifnya menggunakan rotary evaporator. Hasil optimal yang didapat digunakan untuk menentukan pelarut optimal. Penentuan pelarut optimal juga berdasarkan studi literatur yang menyebutkan bahwa ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. bersifat antibakteri (Seal and Chauduri, 2015).

Uji Toksisitas dengan Metode BST (Meyer et al., 1982)

Penetasan telur A. salina Leach. dilakukan dalam wadah penetas telur dengan dua bagian ruang bersekat gelap dan terang. Air laut berupa garam Kristal 3,8 % dilarutkan dalam 1000 mL akuades, dimasukkan ke dalam wadah, serta diaerasi menggunakan aerator. Sejumlah telur A. salina Leach. dimasukkan ke dalam satu ruang, kemudian ruang ini ditutup dengan alumunium foil. Sisi yang lain dibiarkan terbuka dan diberi penerangan dengan cahaya lampu pijar 40 watt agar suhu penetasan 25-30 0C tetap terjaga. Cahaya lampu tersebut akan menarik A. salina Leach. yang telah menetas melalui lubang sekat karena sifatnya yang fototaksis. Telur akan menetas kira-kira setelah 24 jam menjadi larva. Setelah itu, larva ditunggu hingga berumur 48 jam untuk dapat digunakan dalam uji toksisitas (McLaughin, 1991)

Larutan uji dibuat larutan stok 1% (10.000 µg/mL) dengan cara melarutkan ekstrak ke dalam kloroform. Kemudian larutan stok 1% tersebut dipipet ke dalam botol flakon sesuai dengan konsentrasi ekstrak. Flakon berisi sampel dan kontrol yang sudah diangin-anginkan, kemudian ditambahkan DMSO sebanyak 50 µL untuk melarutkan sampel. Kemudian ditambah air laut 1 mL dan divortex


(4)

4 selama 1 menit. Setelah itu dimasukkan 10 larva A. salina Leach. umur 48 jam yang sehat dan bergerak aktif yang dipilih secara acak menggunakan pipet tetes. Satu tetes suspensi ragi fermipan (3 mg/5 mL air laut) ditambahkan ke dalam flakon sebagai makanan larva A. salina Leach. dan ditambahkan air laut sampai 5 mL. Setelah itu, flakon diletakkan di bawah lampu penerangan selama 24 jam untuk mengetahui persentase larva A. salina Leach. yang mati. Kemudian dibandingkan dengan kontrol dan hasilnya dianalisis untuk menentukan harga LC50.

Profil Kromatografi Lapis Tipis

Maserat yang diperoleh ditotolkan sebanyak dua kali pada plat silika GF254

berukuran 1 x 10 cm dengan pipa kapiler dengan jarak pengembangan 8 cm. Kolom chamber diisi dengan fase gerak kloroform : metanol : air (65 : 35 : 5) untuk ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. Plat silika dimasukkan ke dalam kolom chamber dan dielusi sampai tanda batas akhir. Setelah mencapai tanda batas akhir, plat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Plat diperiksa di bawah lampu UV254 nm dan UV366 nm kemudian

dideteksi menggunakan reagen semprot Dragendorf untuk mendeteksi senyawa golongan alkaloid.. Setelah itu dihitung

nilai Rf yang dihasilkan untuk mengetahui profil KLT nya. Pemeriksaan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak menggunakan reagen Dragendorf. Hasil KLT disemprot dengan reagen Dragendorf dan dikeringkan pada oven pada suhu 600C selama 5 menit. Hasil positif akan memberikan bercak berwarna coklat jingga dengan latar belakang kuning untuk hasil positifnya (Santosa dan Hertiani, 2005).

Analisis Data

Efek toksik ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. terhadap larva A. salina Leach. dianalisis dengan cara menghitung persentase kematian larva uji setelah 24 jam perlakuan, dengan rumus :

Apabila pada kontrol ada yang mati, persen kematian ditetapkan dengan rumus Abbott (Meyer et al., 1982) :

Data persentase kematian larva A. salina Leach. digunakan untuk mencari angka probit dengan menggunakan tabel dan dibuat persamaan regresi linier :

dimana y = angka probit dan x = log konsentrasi

Apabila diketahui nilai LC50 dari

sampel yang diujikan di bawah 1000 µg/mL, maka komponen yang terkandung pada sampel tersebut dapat dinyatakan toksik dan memiliki aktivitas antikanker (Meyer et al., 1982).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Pendahuluan dan Deteksi Kandungan Senyawa Alkaloid

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. yang didapat dari Gunung Lawu. Buah dibersihkan dengan menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran kemudian dikeringkan. Buah kering diekstrak dengan metode maserasi dalam bentuk serbuk. Untuk mencari pelarut optimal dalam maserasi dilakukan tahap pendahuluan menggunakan tiga pelarut berbeda, yaitu pelarut polar, semi-polar, dan non-polar. Pelarut polar yang digunakan adalah etanol, etil-asetat pelarut semi-polar, dan kloroform untuk pelarut non-polar.

Ekstraksi metode maserasi dilakukan untuk masing-masing pelarut, kemudian maserat yang didapat dipisahkan antara pelarut dan senyawa bioaktifnya menggunakan rotary evaporator dan water bath sehingga dihasilkan pasta kental. Pasta yang didapat ditimbang beratnya menggunakan neraca analitik dan diuji kromatografi lapis tipis menggunakan reagen dragendorf untuk melihat kandungan alkaloid. Penentuan pelarut optimal dilakukan berdasarkan hasil positif terhadap uji alkaloid dengan metode


(5)

5 kromatografi lapis tipis serta persentase perbandingan berat awal per berat hasil ekstraksi. Hasil optimal didapatkan dengan pelarut kloroform yang menunjukkan positif mengandung alkaloid dengan persentase hasil ekstraksi tertinggi yaitu 3,38%, sementara pelarut etil asetat hanya didapat 0,93% dan etanol 0,85%. Hal ini berarti tiap 100 gram serbuk buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. dapat menghasilkan seberat 3,38 g ekstrak kloroform, 0,93 g ekstrak etil asetat, dan 0,85 ekstrak etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. memiliki efek antibakteri yang lebih optimal daripada pelarut etanol yang bersifat polar atau etil asetat yang bersifat semipolar (Seal and Chauduri, 2015).

Deteksi kromatogram dengan sinar UV254 memperlihatkan terjadinya

peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa zona gelap pada latar belakang dan berfluoresensi hijau. Peredaman yang terjadi pada UV254 menunjukkan adanya

keberadaan kromofor, sesuatu gugus fungsi yang berfluoresensi pada penyinaran UV gelombang pendek. Sedangkan deteksi menggunakan sinar UV366 memperlihatkan terjadinya

peredaman yang ditandai bercak yang berpendar dan berwarna ungu hingga merah. Peredaman yang terjadi pada UV366

menunjukkan keberadaan senyawa dengan ikatan rangkap terkonjugasi yang panjang sehingga dapat berpendar dengan penyinaran UV gelombang panjang.

Hasil pemeriksaan menunjukkan dalam ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. mengandung senyawa alkaloid dengan ditandai munculnya bercak coklat jingga berlatar belakang kuning pada plat silika GF254.

Senyawa alkaloid yang terkandung dalam bahan alam memiliki efek toksisitas terhadap A. salina Leach. dan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker (Astuti, 2005).

Uji pendahuluan selanjutnya adalah menentukan rentang konsentrasi uji Brine

Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan menggunakan seri konsentrasi 1000 µg/mL, 500 µg/mL, 200 µg/mL, 100 µg/mL, 10 µg/mL, dan perlakuan kontrol (tanpa penambahan bahan uji). Batas atas rentang uji sebesar 1000 µg/mL merupakan batas kategori senyawa bersifat toksik dan berpotensi sebagai antikanker untuk metode BSLT (Meyer et al., 1982). Hasil uji pendahulun didapatkan nilai LC50

sebesar 174,97 µg/mL, sehingga untuk uji selanjutnya digunakan seri konsentrasi yang berada di antara nilai LC50 tersebut,

yaitu 400 µg/mL, 200 µg/mL, 100 µg/mL, 50 µg/mL, 25 µg/mL, dan kontrol 0 µg/mL.

Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Dasar pengujian dengan metode BSLT adalah pada kemampuan senyawa untuk mematikan larva Artemia salina Leach. Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay-guided fractination dari bahan alam, karena mudah, cepat, murah, dan cukup reproducible (Meyer et al., 1982). Dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara toksisitas ekstrak buah Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. dan letalitas A. salina Leach. Nilai toksisitas diukur dengan mengamati kematian pada hewan uji (larva A. salina Leach. umur 24 jam). Kematian hewan uji dianggap sebagai respon terhadap tingkat toksisitas senyawa ekstrak bahan alam (Vidotto et al., 2013).

Berdasarkan hasil uji toksisitas menggunakan metode BSLT diketahui bahwa rata-rata persentase kematian ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. mencapai 50% pada konsentrasi 100 µg/mL, dan pada perlakuan kontrol tidak terjadi kematian (Tabel 4). Persentase kematian tertinggi pada konsentrasi 400 µg/mL, hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pengujian, semakin banyak hewan uji yang mati. Hal ini berarti menunjukkan adanya nilai positif ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung nilai LC50.


(6)

6

A1 B1 C1 A2 B2 C2 A3 B3 C3

Gambar 1. Kromatogram hasil KLT ekstrak buah Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. dengan pereaksi penampak bercak UV254, UV366, dan reagen Dragendorf.

Keterangan:

A : ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. B : ekstrak etil asetat buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. C : ekstrak etanol buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. 1 : UV254

2 : UV366

3 : reagen dragendorf

Fase diam : Silika gel GF254

Fase gerak : kloroform : metanol : air (65 : 35 : 5) Jarak pengembangan : 8 cm

Tabel 1. Hasil kromatogram KLT ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. Rf

Penampakan bercak

UV254 UV366 Dragendorf

A B C A B C A B C

0,3 P - - - CJ - CJ

0,54 - - P - - - -

0,8 - - - CJ

0,91 P - - B - - CJ - -

0,98 P P - B B B CJ - -

Keterangan :

A : ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. B : ekstrak etil asetat buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. C : ekstrak etanol buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. P : Peredaman

B : Berpendar CJ : Coklat Jingga

Tabel 2. Hasil uji kandungan senyawa ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. Sampel Uji buah D. longifolia (Burm.f.)

Wedd. Senyawa Alkaloid

Ekstrak Kloroform Positif

Ekstrak Etil Asetat Negatif

Ekstrak Etanol Positif


(7)

7

Tabel 3. Hasil uji pendahulan toksisitas ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. dari Gunung Lawu terhadap larva A. salina Leach.

Sampel Uji Konsentrasi (µg/mL) Rata-rata persentase kematian larva A. salina Leach. (%)

Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.)

Wedd.

1000 73

500 60

200 53

100 33

10 26

kontrol 0

Tabel 4. Hasil uji toksisitas ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. dari Gunung Lawu terhadap larva A. salina Leach.

Sampel Uji Konsentrasi (µg/mL) Rata-rata persentase kematian larva A. salina Leach. (%)

Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.)

Wedd.

400 80

200 67

100 61

50 37

25 24

kontrol 0

Gambar 2. Kurva regresi linier hasil uji toksisitas ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. terhadap larva A. salina Leach.

Pada perlakuan kontrol dan sampel uji saat 0 jam pemberian ekstrak, larva A. salina Leach. terlihat bergerak aktif mendekati sumber cahaya karena sifat fototaksis positif yang dimiliki oleh larva A. salina Leach. Setelah 24 jam perlakuan kontrol dan uji, terdapat larva yang hidup maupun mati pada flakon dengan pemberian ekstrak berbagai konsentrasi. Selama 24 jam perlakuan, senyawa toksik yang ada di dalam ekstrak masuk ke dalam tubuh larva melalui saluran pencernaan

larva dan menunjukkan efek toksik yang menyebabkan adanya kerusakan fungsional dan metabolisme larva. Kerusakan fungsional ini terjadi pada organ pencernaan A. salina Leach., pada organ mulut terjadi kerusakan reseptor perasa sehingga hewan tersebut tidak mampu mengenali makanannya, akibatnya hewan ini mati kelaparan (Krisyuninda dkk., 2012). Kerusakan metabolisme terjadi setelah senyawa toksik masuk ke dalam organ pencernaan melalui mulut, y = 1.2889x + 2.5242

R² = 0.9742

0 1 2 3 4 5 6 7

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

N

il

ai

P

robi

t

Log Konsentrasi

Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd.


(8)

8 sehingga mengacaukan metabolisme hewan. Perubahan perilaku dari larva yang diberi ekstrak menunjukkan larva yang hidup tapi pergerakannya kurang aktif serta larva yang mati atau tidak bergerak dan berada di dasar flakon.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa senyawa toksik yang terdistribusi ke dalam tubuh larva A. salina Leach. membuat adanya interaksi dengan target seperti lemak, membran sel, enzim, dan asam nukleat serta menyebabkan perubahan gradient konsentrasi di dalam dan luar sel sehingga terjadi kerusakan fungsional dan metabolisme sel A. salina Leach. Persentase kematian larva juga meningkat seiring bertambahnya konsentrasi ekstrak yang diberikan. Hal ini berbeda dengan larva kontrol yang tidak terpengaruh senyawa toksik dalam ekstrak, sehingga masih bergerak aktif karena tidak terjadi kerusakan fungsional dan metabolisme pada tubuhnya.

Jalur pemaparan senyawa toksik pada larva A. salina Leach. dimulai dari bagian oral dan bagian dermal (Raineri, 1981). Pada bagian oral, senyawa toksik ini diabsrobsi masuk ke dalam saluran pencernaan larva A. salina Leach. yang bersifat penyaring tidak selektif (non selective filter feeder), sehingga memudahkan zat toksik untuk masuk melalui mulut (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Pada bagian dermal terjadi proses absorbsi senyawa bioaktif melalui membran sel secara difusi yang dilanjutkan dengan proses distribusi senyawa toksik ke dalam tubuh larva A. salina Leach. dan terjadi proses reaksi metabolisme (Connel and Miler, 1995).

Senyawa toksik yang masuk ke dalam tubuh A. salina Leach. menyebabkan perubahan gradien konsentrasi di dalam dan di luar sel. Struktur anatomi tubuh A. salina Leach. pada tahap larva masih sangat sederhana, sehingga sangat rentan terhadap pengaruh senyawa toksik. Senyawa bioaktif sebagai zat toksik dapat mengacaukan sistem metabolime larva A. salina Leach. karena

merusak fungsi mitokondria. Kerusakan mitokondria akibat zat toksik ini dapat menyebabkan modifikasi permeabilitas membran sehingga mengakibatkan kegagalan sintesis ATP. Reaksi biokimiawi ini mengakibatkan gangguan proses fisiologis larva yang akhirnya dapat menyebabkan kematian (Connel dan Miller, 1995).

Salah satu senyawa bioaktif yang bersifat toksik ini adalah alkaloid yang diharapkan dapat menjadi alternatif bahan alam yang berperan sebagai antikanker. Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang bersifat semipolar, sehingga dalam pergerakannya masuk ke dalam sel diperlukan adanya transport aktif. Alkaloid dapat larut dalam air karena memiliki tingkat polar yang rendah, untuk itu senyawa ini dapat tercampur dengan media hidup A. salina Leach. (air laut) dan masuk sistem pencernaan melalui organ mulut. Senyawa alkaloid yang masuk ke dalam sel melalui transpor aktif dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada permeabilitas membran sehingga dapat mengacaukan transport ion dan penurunan produksi ATP (Krisyuninda dkk., 2012).

Perhitungan nilai LC50 dari uji

toksisitas dihitung menggunakan persamaan yang didapat dari kurva regresi linier yang menunjukkan hubungan log konsentrasi ekstrak buah nilai probit kematian larva A. salina Leach. Nilai probit didapat dari rata-rata persentase kematian larva A. salina Leach. pada setiap konsentrasi menggunakan tabel probit. Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara log kensentrasi sebgai X dan nilai probit sebgai Y sehingga diperoleh persamaan garis lurus. Dari persamaan tersebut dimasukkan nilai Y = 5 (50% dari total hewan uji yaitu 10 ekor larva A. salina Leach.) sebagai variabel terikat dan X sebagai variabel bebas. Nilai X yang diperoleh digunakan untuk mencari antilog dan selanjutnya untuk menentukan nilai LC50. Kurva hubungan antara log

konsentrasi dan nilai probit dapat dilihat pada Gambar 1.


(9)

9 Berdasarkan persamaan kurva regresi linier hasil uji toksisitas ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. diperoleh persamaan linier y = 1.2889x + 2.5242 dan nilai R² = 0.9742. Nilai R2 adalah kisaran nilai 0 – 1, nilai ini menunjukkan korelasi antara faktor utama pengujian (perlakuan) dan faktor luar (di luar pengujian). Jika nilai R2 mendekati angka 1 maka faktor yang mempengaruhi kematian hewan uji, sedangkan apabila nilai R2 menjauhi 1 maka terdapat faktor lain yang menyebabkan kematian uji diluar pengaruh ekstrak yang diberikan. Nilai R2 = 0.9742 berarti 97% kematian larva A. salina Leach. disebabkan oleh perlakuan yang diberikan, dan 3% dari faktor luar lainnya.

Nilai LC50 yang didapat dari

perhitungan persamaan garis linier (Gambar 1) adalah 83,34 µg/mL untuk ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. Nilai LC50 menunjukkan

konsentrasi yang menyebabkan kematian hewan uji. Semakin besar nilai LC50 berarti

toksisitasnya semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil nilai LC50 maka

toksisitasnya semakin besar. Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. tersebut dinyatakan bersifat toksik dan berpotensi sebagai antikanker karena memiliki toksisitas dengan nilai LC50 kurang dari

1000 µg/mL (Meyer et al., 1982). Uji toksisitas ini merupakan skrining awal potensi bahan alam sebagai kandidat antikanker, sehingga perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk mengetahui spesifikasi dari aktifitas senyawa antikanker yang terdapat pada ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. terhadap berbagai sel kanker secara in vitro.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) senyawa bioaktif hasil ekstrak kloroform buah D. longifolia mengandung senyawa alkaloid.

2. Nilai LC50 ekstrak buah Debregeasia

longifolia Burm.f. Wedd. terhadap larva Artemia salina Leach. adalah 83,34 µg/mL. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak buah D. longifolia dari Gunung Lawu berpotensi sebagai kandidat antikanker.

SARAN

Perlu dilakukan uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan variasi pelarut sehingga diketahui lebih spesifik nilai LC50 dari masing-masing pelarut

untuk ekstrak buah D. longifolia dari Gunung Lawu. Perlu dilakukan uji sitotoksitas ekstrak buah D. longifolia dari Gunung Lawu terhadap sel kanker secara in vitro untuk mengetahui lebih lanjut aktifitas antikanker yang terkandung dalam ekstrak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.E., Goetz, McLaughin and Suffness. 1991. A Blind Comparison of Simple Bench Top Bioassays and Human Tumour Cell Cytotoxicities as Antitumour prescreen. Phytochemical Analysis 2 : 107-111.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Astuti, P. 2005. Uji Sitotoksik Senyawa Alkaloid dari Spons Petrosia sp. : Potensial Pengembangan Antikanker. Majalah Farmasi Indonesia. 16(1): 58-62.

Cannel, R.J.P. 1998. How to Approach the Isolation of a Natural Product. Methods in Biotechnology 4 : 1-51. Carballo, J.L., Inda Z.L.H., Perez P.,

Gravalos M.D.G. 2002. A comparison between Two Brine Shrimp Assays to Detect in vitro Cytotoxicity in marine natural


(10)

10 Products. BioMedical Central Biotechnology 2 (17) : 1-5.

Connel, D.W. dan Miller, G.J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Lingkungan. UI Press Jakarta. Cooper, G.M. 2001. The cell a molecular

approach 2st Edition ASM press, Washington, D.C

Cuellar. C., Armando O., Dennis O. 2010. Preliminary Phytochemical and Antimicrobial Evaluation of The Fresh and Dried Whole Plant Extracts From Chommelina benghalensis. Journal Colombiana Science 2 (1):1-6.

Cutler, S.J. and Cutler. 2000. Biologically Active Natural Product : Pharmaceutical. CRC Press. Djajanegara dan Wahyudi. 2009.

Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 7 (1) : 7-11.

Dumitrascu, M. 2011. Artemia salina. Balneo-Research Journal 2 (4) : 119-122.

Dwiatmaka, Y. 2001. Identifikasi Simplek dan Toksisitas Akut Secara BST Ekstrak Kulit Batang Pule (Alstonia scholaris). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gu. Z.M., Zeng, L., Schwedler, J.Y., Wood K.V., and McLaughin, J.L. 1995. New Bioactive Adjacent bis-THF Annonaceous Acetogenins from Annona bullata. Phytochemistry 40:1-7.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi II. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.

Hargono, D. Farouq S., S. Pramono S., Rahayu T.R., Tanuatmajaya U.S. dan Sumarsono 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan

Zooplankton. Cetakan I Kanisius, Yogyakarta.

Jamir H. K., Kruolalie T. and Atoka Z. 2015. Some Indigenous Medicinal Plants and Its Uses In Zunheboto District, Nagaland. International Journal of Development Research 05 (08) : 5195-5200.

Jiarui, C., I. Friis, and M. Willmot-Dear. 2003. Debregeasia. Flora of China 5: 185-187.

Krisyuninda, M.P., Aunurohim, dan Wahyudi A. 2012. Uji Toksisitas Fraksi Spons Callyspongia sp. Dengan Metode Brine Shrimp Test (BST) Dari Pasir Perairan Pasir Putih Situbondo. Paper and Presentation Biology ITS RSBi 571.95: 1-7.

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

McLaughin, J.L. 1991. Crown Gall Tumors on Potato Disc and Brine Shrimp Lethallity : Two Simple Bioassay for Higher Plant Screening and Fractination. Methods in Plants Biochemistry 6 (1) : 1-30.

Meyer, B.N., N. R. Ferrigni, J.E. Putnam, L.B. Jacobson, D.E. Nichols and J.L. McLaughin. 1982. Brine Shrimp : A Convinient General Bioassay for Active Plant Constituents. Plant Medica 45 : 31-41.

Mianingsih, Rr.D.R. 2003. Keanekaragaman, Distribusi, dan Komposisi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Sekitar Puncak Gunung Lawu, Jawa. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta.


(11)

11 Mudjiman, A. 1995. Makanan Ikan.

Penerbit Swadaya, Jakarta.

Nafrialdi dan Gan S. 1995. Antikanker dan Immuno-supresan Dalam Farmakologi dan Terapi ed. IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Panggabean, M.G.L. 1984. Teknik Penetasan dan Pemanenan Artemia salina. Oseana 9 (2) : 57 - 65. Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak

Kasar Daun Acalypha indica terhadap bakteri Salmonella chloraesuis dan Salmonella typhimurium. Skripsi. Biologi FMIPA UNS, Surakarta.

Purnomo, N.A. 2013. Keanekaragamn, Distribusi, dan Kemelimpahan Tumbuhan Obat Berpotensi sebagai Antikanker di Jalur Pendakian Cemoro Sewu Gunung Lawu. Skripsi. Biologi FMIPA UNS, Surakarta.

Raineri, M. 1981. Histochemical Localization of Chitin in Larvae of Artemia salina Leach. (Phyllopoda). Italian Journal of Zoology 48(2): 139-141.

Ridwan, M. 2013. Studi Keragaman Tumbuhan Pakan Jalak Gading (Turdus policephalus stressmanni Bartels.) di Gunung Lawu. Skripsi. Biologi FMIPA UNS, Surakarta. Sasidharan. 2004. Biodiversity

Documentation for Kerala- Flowering Plants. Part 6: 431. http://www.biotik.org/ [ Tanggal akses 17 September 2015]

Sameer S.M., Manigandan P., Sivaraj C., Sekar Babu H., Arumugam P., Sindhu S. 2014. Antioxidant and Antiproliferative Activities of Methanol Extract of Leaves of Debregeasia longifolia Linn. International Journal of

Pharmacognosy and

Phytochemical Research 6 (3) : 567-572.

Seal, T. and Chaudhuri T. 2014. Ethnobotanical importance and nutritional potential of wild edible fruits of Meghalaya state in India. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 6 (10) : 680-684.

Seal, T. and Chaudhuri T. 2015. Antioxidant Activities of Five Wild Edible Fruits of Meghalaya State In India and Effect of Solvent Extraction System. IJPSR 6(12): 5134-5140.

Sulistijowati, A. dan Gunawan D. 2001. Efek Ekstrak Daun Kembang Bulan (Thitonis diversifolia) terhadap Candida albicans serta profil kromatografinya. Cermin Dunia Kedokteran (130) : 32-36. Sukardiman, Rahman dan Pratiwi. 2004.

Uji Praskrining Aktivitas Antikanker Ekstrak Eter dan Ekstrak Etanol Marchantia planiloba Steph. Dengan metode Uji Kematian Larva Udang dan Profil Densitometri Ekstrak Aktif. Majalah Farmasi Airlangga (3) : 97-100.

Steenis, C.G.G.J.V. 2008. Flora untuk Sek2olah di Indonesia. Penerjemah Surjonowinoto, Moeso. Pradnya Paramita, Jakarta.

Vidotto, C., D. B. Da Silva, R. Patussi, L. F. G. Brandão, J. D. Tibúrcio, S. N. Alves, J. M. De Siqueira. 2013. Brine Shrimp Lethality Test As A Biological Model For Preliminary Selection Of Pediculicidal Components From Natural Source. Bioscience Journal, Uberlândia 29 (1): 255-263

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. (Penerjemah Soendani dan Soewardji). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


(1)

6

A1 B1 C1 A2 B2 C2 A3 B3 C3

Gambar 1. Kromatogram hasil KLT ekstrak buah Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. dengan pereaksi penampak bercak UV254, UV366, dan reagen Dragendorf.

Keterangan:

A : ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. B : ekstrak etil asetat buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. C : ekstrak etanol buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. 1 : UV254

2 : UV366

3 : reagen dragendorf

Fase diam : Silika gel GF254

Fase gerak : kloroform : metanol : air (65 : 35 : 5) Jarak pengembangan : 8 cm

Tabel 1. Hasil kromatogram KLT ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. Rf

Penampakan bercak

UV254 UV366 Dragendorf

A B C A B C A B C

0,3 P - - - CJ - CJ

0,54 - - P - - - -

0,8 - - - CJ

0,91 P - - B - - CJ - -

0,98 P P - B B B CJ - -

Keterangan :

A : ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. B : ekstrak etil asetat buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. C : ekstrak etanol buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. P : Peredaman

B : Berpendar CJ : Coklat Jingga

Tabel 2. Hasil uji kandungan senyawa ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. Sampel Uji buah D. longifolia (Burm.f.)

Wedd. Senyawa Alkaloid

Ekstrak Kloroform Positif

Ekstrak Etil Asetat Negatif

Ekstrak Etanol Positif


(2)

7

Tabel 3. Hasil uji pendahulan toksisitas ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. dari Gunung Lawu terhadap larva A. salina Leach.

Sampel Uji Konsentrasi (µg/mL) Rata-rata persentase kematian larva A. salina Leach. (%)

Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.)

Wedd.

1000 73

500 60

200 53

100 33

10 26

kontrol 0

Tabel 4. Hasil uji toksisitas ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. dari Gunung Lawu terhadap larva A. salina Leach.

Sampel Uji Konsentrasi (µg/mL) Rata-rata persentase kematian larva A. salina Leach. (%)

Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.)

Wedd.

400 80

200 67

100 61

50 37

25 24

kontrol 0

Gambar 2. Kurva regresi linier hasil uji toksisitas ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. terhadap larva A. salina Leach.

Pada perlakuan kontrol dan sampel uji saat 0 jam pemberian ekstrak, larva A. salina Leach. terlihat bergerak aktif mendekati sumber cahaya karena sifat fototaksis positif yang dimiliki oleh larva A. salina Leach. Setelah 24 jam perlakuan kontrol dan uji, terdapat larva yang hidup maupun mati pada flakon dengan pemberian ekstrak berbagai konsentrasi. Selama 24 jam perlakuan, senyawa toksik yang ada di dalam ekstrak masuk ke dalam tubuh larva melalui saluran pencernaan

larva dan menunjukkan efek toksik yang menyebabkan adanya kerusakan fungsional dan metabolisme larva. Kerusakan fungsional ini terjadi pada organ pencernaan A. salina Leach., pada organ mulut terjadi kerusakan reseptor perasa sehingga hewan tersebut tidak mampu mengenali makanannya, akibatnya hewan ini mati kelaparan (Krisyuninda dkk., 2012). Kerusakan metabolisme terjadi setelah senyawa toksik masuk ke dalam organ pencernaan melalui mulut, y = 1.2889x + 2.5242

R² = 0.9742

0 1 2 3 4 5 6 7

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

N

il

ai

P

robi

t

Log Konsentrasi

Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd.


(3)

8 sehingga mengacaukan metabolisme hewan. Perubahan perilaku dari larva yang diberi ekstrak menunjukkan larva yang hidup tapi pergerakannya kurang aktif serta larva yang mati atau tidak bergerak dan berada di dasar flakon.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa senyawa toksik yang terdistribusi ke dalam tubuh larva A. salina Leach. membuat adanya interaksi dengan target seperti lemak, membran sel, enzim, dan asam nukleat serta menyebabkan perubahan gradient konsentrasi di dalam dan luar sel sehingga terjadi kerusakan fungsional dan metabolisme sel A. salina Leach. Persentase kematian larva juga meningkat seiring bertambahnya konsentrasi ekstrak yang diberikan. Hal ini berbeda dengan larva kontrol yang tidak terpengaruh senyawa toksik dalam ekstrak, sehingga masih bergerak aktif karena tidak terjadi kerusakan fungsional dan metabolisme pada tubuhnya.

Jalur pemaparan senyawa toksik pada larva A. salina Leach. dimulai dari bagian oral dan bagian dermal (Raineri, 1981). Pada bagian oral, senyawa toksik ini diabsrobsi masuk ke dalam saluran pencernaan larva A. salina Leach. yang bersifat penyaring tidak selektif (non selective filter feeder), sehingga memudahkan zat toksik untuk masuk melalui mulut (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Pada bagian dermal terjadi proses absorbsi senyawa bioaktif melalui membran sel secara difusi yang dilanjutkan dengan proses distribusi senyawa toksik ke dalam tubuh larva A. salina Leach. dan terjadi proses reaksi metabolisme (Connel and Miler, 1995).

Senyawa toksik yang masuk ke dalam tubuh A. salina Leach. menyebabkan perubahan gradien konsentrasi di dalam dan di luar sel. Struktur anatomi tubuh A. salina Leach. pada tahap larva masih sangat sederhana, sehingga sangat rentan terhadap pengaruh senyawa toksik. Senyawa bioaktif sebagai zat toksik dapat mengacaukan sistem metabolime larva A. salina Leach. karena

merusak fungsi mitokondria. Kerusakan mitokondria akibat zat toksik ini dapat menyebabkan modifikasi permeabilitas membran sehingga mengakibatkan kegagalan sintesis ATP. Reaksi biokimiawi ini mengakibatkan gangguan proses fisiologis larva yang akhirnya dapat menyebabkan kematian (Connel dan Miller, 1995).

Salah satu senyawa bioaktif yang bersifat toksik ini adalah alkaloid yang diharapkan dapat menjadi alternatif bahan alam yang berperan sebagai antikanker. Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang bersifat semipolar, sehingga dalam pergerakannya masuk ke dalam sel diperlukan adanya transport aktif. Alkaloid dapat larut dalam air karena memiliki tingkat polar yang rendah, untuk itu senyawa ini dapat tercampur dengan media hidup A. salina Leach. (air laut) dan masuk sistem pencernaan melalui organ mulut. Senyawa alkaloid yang masuk ke dalam sel melalui transpor aktif dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada permeabilitas membran sehingga dapat mengacaukan transport ion dan penurunan produksi ATP (Krisyuninda dkk., 2012).

Perhitungan nilai LC50 dari uji

toksisitas dihitung menggunakan persamaan yang didapat dari kurva regresi linier yang menunjukkan hubungan log konsentrasi ekstrak buah nilai probit kematian larva A. salina Leach. Nilai probit didapat dari rata-rata persentase kematian larva A. salina Leach. pada setiap konsentrasi menggunakan tabel probit. Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara log kensentrasi sebgai X dan nilai probit sebgai Y sehingga diperoleh persamaan garis lurus. Dari persamaan tersebut dimasukkan nilai Y = 5 (50% dari total hewan uji yaitu 10 ekor larva A. salina Leach.) sebagai variabel terikat dan X sebagai variabel bebas. Nilai X yang diperoleh digunakan untuk mencari antilog dan selanjutnya untuk menentukan nilai LC50. Kurva hubungan antara log

konsentrasi dan nilai probit dapat dilihat pada Gambar 1.


(4)

9 Berdasarkan persamaan kurva regresi linier hasil uji toksisitas ekstrak kloroform buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. diperoleh persamaan linier y = 1.2889x + 2.5242 dan nilai R² = 0.9742. Nilai R2 adalah kisaran nilai 0 – 1, nilai ini menunjukkan korelasi antara faktor utama pengujian (perlakuan) dan faktor luar (di luar pengujian). Jika nilai R2 mendekati angka 1 maka faktor yang mempengaruhi kematian hewan uji, sedangkan apabila nilai R2 menjauhi 1 maka terdapat faktor lain yang menyebabkan kematian uji diluar pengaruh ekstrak yang diberikan. Nilai R2 = 0.9742 berarti 97% kematian larva A. salina Leach. disebabkan oleh perlakuan yang diberikan, dan 3% dari faktor luar lainnya.

Nilai LC50 yang didapat dari

perhitungan persamaan garis linier (Gambar 1) adalah 83,34 µg/mL untuk ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. Nilai LC50 menunjukkan

konsentrasi yang menyebabkan kematian hewan uji. Semakin besar nilai LC50 berarti

toksisitasnya semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil nilai LC50 maka

toksisitasnya semakin besar. Ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. tersebut dinyatakan bersifat toksik dan berpotensi sebagai antikanker karena memiliki toksisitas dengan nilai LC50 kurang dari

1000 µg/mL (Meyer et al., 1982). Uji toksisitas ini merupakan skrining awal potensi bahan alam sebagai kandidat antikanker, sehingga perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk mengetahui spesifikasi dari aktifitas senyawa antikanker yang terdapat pada ekstrak buah D. longifolia (Burm.f.) Wedd. terhadap berbagai sel kanker secara in vitro.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) senyawa bioaktif hasil ekstrak kloroform buah D. longifolia mengandung senyawa alkaloid.

2. Nilai LC50 ekstrak buah Debregeasia

longifolia Burm.f. Wedd. terhadap larva Artemia salina Leach. adalah 83,34 µg/mL. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak buah D. longifolia dari Gunung Lawu berpotensi sebagai kandidat antikanker.

SARAN

Perlu dilakukan uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan variasi pelarut sehingga diketahui lebih spesifik nilai LC50 dari masing-masing pelarut

untuk ekstrak buah D. longifolia dari Gunung Lawu. Perlu dilakukan uji sitotoksitas ekstrak buah D. longifolia dari Gunung Lawu terhadap sel kanker secara in vitro untuk mengetahui lebih lanjut aktifitas antikanker yang terkandung dalam ekstrak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.E., Goetz, McLaughin and Suffness. 1991. A Blind Comparison of Simple Bench Top Bioassays and Human Tumour Cell Cytotoxicities as Antitumour prescreen. Phytochemical Analysis 2 : 107-111.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Astuti, P. 2005. Uji Sitotoksik Senyawa Alkaloid dari Spons Petrosia sp. : Potensial Pengembangan Antikanker. Majalah Farmasi Indonesia. 16(1): 58-62.

Cannel, R.J.P. 1998. How to Approach the Isolation of a Natural Product. Methods in Biotechnology 4 : 1-51. Carballo, J.L., Inda Z.L.H., Perez P.,

Gravalos M.D.G. 2002. A comparison between Two Brine Shrimp Assays to Detect in vitro Cytotoxicity in marine natural


(5)

10 Products. BioMedical Central Biotechnology 2 (17) : 1-5.

Connel, D.W. dan Miller, G.J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Lingkungan. UI Press Jakarta. Cooper, G.M. 2001. The cell a molecular

approach 2st Edition ASM press, Washington, D.C

Cuellar. C., Armando O., Dennis O. 2010. Preliminary Phytochemical and Antimicrobial Evaluation of The Fresh and Dried Whole Plant Extracts From Chommelina benghalensis. Journal Colombiana Science 2 (1):1-6.

Cutler, S.J. and Cutler. 2000. Biologically Active Natural Product : Pharmaceutical. CRC Press. Djajanegara dan Wahyudi. 2009.

Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 7 (1) : 7-11.

Dumitrascu, M. 2011. Artemia salina. Balneo-Research Journal 2 (4) : 119-122.

Dwiatmaka, Y. 2001. Identifikasi Simplek dan Toksisitas Akut Secara BST Ekstrak Kulit Batang Pule (Alstonia scholaris). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gu. Z.M., Zeng, L., Schwedler, J.Y., Wood K.V., and McLaughin, J.L. 1995. New Bioactive Adjacent bis-THF Annonaceous Acetogenins from Annona bullata. Phytochemistry 40:1-7.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi II. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.

Hargono, D. Farouq S., S. Pramono S., Rahayu T.R., Tanuatmajaya U.S. dan Sumarsono 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan

Zooplankton. Cetakan I Kanisius, Yogyakarta.

Jamir H. K., Kruolalie T. and Atoka Z. 2015. Some Indigenous Medicinal Plants and Its Uses In Zunheboto District, Nagaland. International Journal of Development Research 05 (08) : 5195-5200.

Jiarui, C., I. Friis, and M. Willmot-Dear. 2003. Debregeasia. Flora of China 5: 185-187.

Krisyuninda, M.P., Aunurohim, dan Wahyudi A. 2012. Uji Toksisitas Fraksi Spons Callyspongia sp. Dengan Metode Brine Shrimp Test (BST) Dari Pasir Perairan Pasir Putih Situbondo. Paper and Presentation Biology ITS RSBi 571.95: 1-7.

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

McLaughin, J.L. 1991. Crown Gall Tumors on Potato Disc and Brine Shrimp Lethallity : Two Simple Bioassay for Higher Plant Screening and Fractination. Methods in Plants Biochemistry 6 (1) : 1-30.

Meyer, B.N., N. R. Ferrigni, J.E. Putnam, L.B. Jacobson, D.E. Nichols and J.L. McLaughin. 1982. Brine Shrimp : A Convinient General Bioassay for Active Plant Constituents. Plant Medica 45 : 31-41.

Mianingsih, Rr.D.R. 2003. Keanekaragaman, Distribusi, dan Komposisi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Sekitar Puncak Gunung Lawu, Jawa. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta.


(6)

11 Mudjiman, A. 1995. Makanan Ikan.

Penerbit Swadaya, Jakarta.

Nafrialdi dan Gan S. 1995. Antikanker dan Immuno-supresan Dalam Farmakologi dan Terapi ed. IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Panggabean, M.G.L. 1984. Teknik Penetasan dan Pemanenan Artemia salina. Oseana 9 (2) : 57 - 65. Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak

Kasar Daun Acalypha indica terhadap bakteri Salmonella chloraesuis dan Salmonella typhimurium. Skripsi. Biologi FMIPA UNS, Surakarta.

Purnomo, N.A. 2013. Keanekaragamn, Distribusi, dan Kemelimpahan Tumbuhan Obat Berpotensi sebagai Antikanker di Jalur Pendakian Cemoro Sewu Gunung Lawu. Skripsi. Biologi FMIPA UNS, Surakarta.

Raineri, M. 1981. Histochemical Localization of Chitin in Larvae of Artemia salina Leach. (Phyllopoda). Italian Journal of Zoology 48(2): 139-141.

Ridwan, M. 2013. Studi Keragaman Tumbuhan Pakan Jalak Gading (Turdus policephalus stressmanni Bartels.) di Gunung Lawu. Skripsi. Biologi FMIPA UNS, Surakarta. Sasidharan. 2004. Biodiversity

Documentation for Kerala- Flowering Plants. Part 6: 431. http://www.biotik.org/ [ Tanggal akses 17 September 2015]

Sameer S.M., Manigandan P., Sivaraj C., Sekar Babu H., Arumugam P., Sindhu S. 2014. Antioxidant and Antiproliferative Activities of Methanol Extract of Leaves of Debregeasia longifolia Linn. International Journal of

Pharmacognosy and

Phytochemical Research 6 (3) : 567-572.

Seal, T. and Chaudhuri T. 2014. Ethnobotanical importance and nutritional potential of wild edible fruits of Meghalaya state in India. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 6 (10) : 680-684.

Seal, T. and Chaudhuri T. 2015. Antioxidant Activities of Five Wild Edible Fruits of Meghalaya State In India and Effect of Solvent Extraction System. IJPSR 6(12): 5134-5140.

Sulistijowati, A. dan Gunawan D. 2001. Efek Ekstrak Daun Kembang Bulan (Thitonis diversifolia) terhadap Candida albicans serta profil kromatografinya. Cermin Dunia Kedokteran (130) : 32-36. Sukardiman, Rahman dan Pratiwi. 2004.

Uji Praskrining Aktivitas Antikanker Ekstrak Eter dan Ekstrak Etanol Marchantia planiloba Steph. Dengan metode Uji Kematian Larva Udang dan Profil Densitometri Ekstrak Aktif. Majalah Farmasi Airlangga (3) : 97-100.

Steenis, C.G.G.J.V. 2008. Flora untuk Sek2olah di Indonesia. Penerjemah Surjonowinoto, Moeso. Pradnya Paramita, Jakarta.

Vidotto, C., D. B. Da Silva, R. Patussi, L. F. G. Brandão, J. D. Tibúrcio, S. N. Alves, J. M. De Siqueira. 2013. Brine Shrimp Lethality Test As A Biological Model For Preliminary Selection Of Pediculicidal Components From Natural Source. Bioscience Journal, Uberlândia 29 (1): 255-263

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. (Penerjemah Soendani dan Soewardji). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 23 64

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Plantago lanceolata L. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

0 0 14