Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

(1)

UDANG (Artemia salinaLEACH) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST(BSLT)

Proposal Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Nurul Khafidz Subekti NIM : 1111103000056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat menyelesaikan laporan penlitian ini. Tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nurul Hiedayati, PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak memberikan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini. dr. Nurul Hiedayati, PhD juga selaku PJ Laboratorium Farmakologi yang telah memberikan izin penggunaan laboratorium.

4. Ibu Puteri Amelia, M.Farm, Apt selaku pembimbing 2 yang telah memberikan masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.

5. Dr. Flori Ratna Sari, PhD dan drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab modul Riset yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian.

6. Ayah, Sirwan Nurul Hidayat, SH dan Ibu Ida Purwidyastui yang tak pernah letih mencurahkan kasih sayang, memberikan pengorbanan tanpa pamrih serta doa yang selalu diberikan kepada penulis.

7. Kakak, Nurkholis Setyaningsih, SH yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.


(6)

vi

8. Keluarga besar Eyang Tamirja dan Eyang Wasilem beserta keluarga besar Simbah Pardiyo Tirtowaluyo dan Simbah Siti Salbiyah yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

9. Mbak Rani selaku laboran lab Famakognosi dan Fitofarmaka, dan Mas Rachmadi selaku laboran lab Farmakologi yang telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan penelitian di laboratorium masing-masing.

10. Muflikha Mayazi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa untuk kelancaran dalam penelitian ini.

11. Teman-teman satu kelompok penelitian Akbar Sepadan, Feby Wulandari, Ayu Reskianingsih. Terimakasih atas kerja sama yang luar biasa 1 tahun ini.

12. Teman-teman satu rumah kosan GPL, Bimo Dwi Pramesta, Hanindyo Riezky B, Muhammad Arif Rahman, Andhika Pangestu, Dimas Bagus Pamungkas, Muhammad Fahreza Kautsar dan Lintang Suryaning Bhumi, yang telah memberi dukungan serta doanya.

13. Teman-teman PSPD 2011 yang selalu memberikan dukungan, semangat dan selalu berjuang bersama-sama.

14. Orang-orang yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dan tak bisa penulis satu-persatu sebutkan disini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih belum mendekati sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat di harapkan. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 12 September 2014


(7)

vii

Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salinaLeach) dengan MetodeBrine Shrimp Lethality Test(BSLT). 2014 Laban Abang (Aglaia ellipticaBlume) merupakan tumbuhan dari keluarga Meliaceae

yang dikenal sebagai tanaman obat keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar toksisitas akut (LC50) yang terkandung dalam ekstrak metanol daun Labang Abang. Metode yang digunakan adalah Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT). Uji ini terdiri dari 6 perlakuan konsentrasi yaitu 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm dan 12,5 ppm beserta kontrol negatif yang masing-masing dilakukan tiga kali pengulangan. Pada tiap konsentrasi menggunakan 10 ekor larva

Artemia salina Leach dan dilakukan pengamatan mortalitas larva setelah 48 jam.

Nilai LC50 didapatkan dari analisa probit. Nilai LC50 dari ekstrak metanol daun Laban Abang adalah 68,87 ppm. Hasil LC50 < 1000 ppm menunjukkan ekstrak metanol daun Laban Abang bersifat toksik dan berpotensi sebagai senyawa anti kanker.

Kata kunci : Ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume, BSLT, Artemia salina

Leach, Toksisitas, LC50

ABSTRACT

Nurul Khafidz Subekti. Medical Education Study Program. Acute Toxicity Test

Extract Methanol Laban Abang Leaves (Aglaia elliptica Blume) to Larva Artemia

salinaLeachwith Brine Shrimp Lethality Test(BSLT)Method. 2014

Laban Abang (Aglaia ellipticaBlume) belongs to the family Meliaceae, has been

known as family herbal remedies. The aims of this research is to determine the lethal toxicity value (LC50) in extract methanol Laban Abang leaves. The method that used in this research is Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).The test consisted of six concentration treatments namely 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm and 12,5 ppm and negative control with three replications. In each concentration used 10 Artemia salina Leach larvae, and observations were made during 48 hours of larvae mortality. LC50 value was determined by probit analysis. The result of LC50

from extract methanol Laban Abang leaves is 68,87 ppm. LC50 < 1000 ppm showed

that the crude extract methanol Laban Abang leaves classified as toxic and have potent anti cancer compounds.

Keywords : Extract methanol Aglaia elliptica Blume leaves, BSLT, Artemia salina Leach, Toxicity, LC50


(8)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ...2

1.3 Tujuan penelitian ...2

1.3.1 Tujuan umum ... 2

1.3.2 Tujuan khusus ... 2

1.4 Manfaat penelitian ...3

1.4.1 Bagi masyarakat ... 3

1.4.2 Bagi institusi ... 3

1.4.3 Bagi peneliti ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori... 4

2.1.1 Tumbuhan Sebagai Obat Tradinsional ... 4

2.1.2 TumbuhanAglaia ellipticaBlume... 5

2.1.3 Definisi Toksikologi ... 7

2.1.4 Uji Toksisitas Akut ... 8

2.1.5 Simplisia ... 9

2.1.6 Metode Ekstraksi Simplisia ... 11

2.1.7 L a r v a U d a n g Artemia salinaLeach... 13

2.1.8 Metode BSLT... 16

2.2 Kerangka konsep ... 16

2.3 Definisi operasional ...17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian ... 18

3.2 Waktu dan tempat penelitian ... 18

3.3 Populasi dan sampel ... 18

3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel ... 18

3.3.2.1 Kriteria Inklusi ... 18

3.3.2.2 kriteria Eksklusi ... 18

3.3.2.3 Besar Sampel ... 18


(9)

ix

3.6.1 Alat penelitian ... 19

3.6.2 Bahan penelitian ... 20

3.7 Cara kerja penelitian ... 20

3.7.1 Ekstraksi DaunAglaia ellipticaBlume dengan Maserasi... 20

3.7.2 Penetasan Larva Udang ... 21

3.7.3 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak yang Diuji ... 21

3.7.4 Prosedur uji Toksisitas dengan metode BSLT... 22

3.8 Alur Penelitian ... 24

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Ekstraksi DaunAglaia ellipticaBlume ... 26

4.2 Hasil Uji Toksisitas dengan Metode BSLT ... 27

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50...9 Tabel 3.1 Ilustrasi Konsentrasi Ekstrak padaPlate...23 Tabel 4.1 Data Berat Ekstrak Kental DaunAglaia elliptica Blume ...26 Tabel 4.2 Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol daunAglaia

elliptica Blumeterhadap LarvaArtemia salinaLeach ... 28 Tabel 4.3 Penetapan LC50 ...30


(11)

xi

Gambar 2.2 Artemia salinaLeach ...13 Gambar 2.3 MorfologiArtemia salinaLeach...14 Gambar 2.4 Siklus hidupArtemia salinaLeach ...15 Gambar 4.1 Grafik pengaruh Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Aglaia

ellipticaBlume Terhadap kematian larvaArtemia salinaLeach ...29 Gambar 4.2 Grafik Regresi Linier Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Aglaia


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Determinasi DaunAglaia ellipticaBlume... ...36

Lampiran 2 Tabel Nilai Probit …………...37

Lampiran 3 Gambar Alat dan Bahan………...,,...39

Gambar 6.1 Simplisia daun Aglaia elliptica Blume…………...39

Gambar 6.2 Tabung Maserasi………...39

Gambar 6.3 Penyaringan Hasil Maserasi ...39

Gambar 6.4 Mesinrotatory evaporator………......39

Gambar 6.5 Gambar 6.5 Pembuatan Larutan Induk…………...39

Gambar 6.6 Ekstrak Kental DaunAglaia ellipticaBlume…...39

Gambar 6.7 Penimbangan Eksrak Kental Daun Aglaia ellipticaBlume ...40

Gambar 6.8 MicroplateBSLT………...…...40

Gambar 6.9 Pembuatan Konsentrasi ...40

Gambar 6.10 Kaleng Larva Udang Artemia salina Leach ...40

Gambar 6.11 Media perkembangbiakan Larva ...40

Gambar 6.12 Hasil BSLT...40

Lampiran 4 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Metanol DaunAglaia elliptica Blume...41


(13)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut data dari World Health Organization (WHO), penderita kanker di dunia pada tahun 2012 mencapai 12,7 juta dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka kematian karena kanker juga meningkat dari 7,6 juta jiwa menjadi 8,2 juta jiwa dan 75% diantara penderita kanker tersebut berada di negara berkembang.1

Dalam pengobatan kanker, terdapat berbagai jenis obat antikanker yang tersebar di Indonesia, namun obat tersebut mempunyai efek samping yang beragam diantaranya mukositis, diare, dan trombositopenia. Oleh karena itu tidak sedikit masyarakat Indonesia beralih menggunakan obat-obat tradisional yang berbahan dasar alami.2

Badan kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa 80% dari populasi masyarakat di negara berkembang masih percaya pada obat tradisional, terutama pada obat herbal. Obat tradisional tersebut dapat berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, maupun biota laut. Tumbuhan yang telah berhasil diidentifikasi sebagai obat tradisional sebanyak 1.845 spesies dan 1.300 diantarnya tersebar di hutan tropis di seluruh wilayah Indonesia.3,4

Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai obat antikanker adalah Aglaia elliptica Blume atau sering disebut oleh masyarakat Indonesia sebagai Laban Abang. Tumbuhan ini masuk dalam genusAglaia sp. dan termasuk dalam famili Meliaceae. Aglaia elliptica Blume dapat ditemukan pada ketinggian 0-2000 mdpl. Bagian tumbuhan ini yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional adalah batang, akar, daun, daging buah, dan bijinya.5

Dalam fraksi semi polar ekstrak daun Aglaia elliptica Blume terkandung senyawa pirolidin bisamida (senyawa mayor) yang diidentifikasi sebagai odorin

(C18H24N2O2) dan senyawa aktif rocaglamide (senyawa minor) yang diidentifikasi sebagaidesmethylrocaglamid(C31H35O8N). Senyawa tersebut dapat menghambat proliferasi dari sel-sel kanker.6


(14)

2

Sebagai uji awal untuk mengetahui sifat toksisitas ekstrak daun Aglaia elliptica Blume, dilakukan uji tokisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test(BSLT) dengan pelarut metanol.7

BSLT adalah suatu metode uji toksisitas akut yang sederhana, mudah pengerjaannya, cepat mendapatkan hasil, dan murah dalam pelaksanaannya. Selain itu, BSLT merupakan suatu bioassay-guided fractionation yang dapat digunakan untuk penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari suatu bahan alam.8

Metode BSLT menggunakan larva udang (Artemia salina Leach) sebagai hewan coba. Artemia salina Leach merupakan organisme yang mempunyai kepekaan cukup tinggi terhadap toksik. Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki korelasi positif dengan daya sitotoksik senyawa antikanker. Jika pada uji toksisitas menunjukkan LC50 dibawah 1000 ppm berarti bahan tersebut memiliki potensi sebagai antikanker.8,9

Pada penelitian lain telah dilakukan uji toksisitas akut ekstrak daunAglaia elliptica Blume, namun pada penelitian tersebut menggunakan etanol sebagai pelarutnya.5Pada penilitian ini, peniliti melakukan uji toksisitas akut ekstrak daun

Aglaia ellipticaBlume dengan menggunakan metanol sebagai pelarutnya.

Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai upaya untuk memberikan informasi bahwa ekstrak daun Aglaia elliptica Blume memiliki potensi toksisitas terhadap sel kanker.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah aktivitas sitotoksik ekstrak metanol daun Laban Abang

(Aglaia elliptica Blume) terhadap larva Artemia salina Leach menggunakan

metodeBrine Shrimp Lethality Test(BSLT) ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui aktivitas sitotoksisitas dari ekstrak metanol daun Aglaia

elliptica Blume terhadap larvaArtemia salina Leach menggunakan metodeBrine


(15)

1.3.2 Tujuan Khusus

A. Mengetahui persentase kematian larva udang Artemia salina Leach setelah pemberian ekstrak metanol daunAglaia ellipticaBlume.

B. Mengetahui nilai LC50 dari ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume terhadap larva Artemia salina Leach menggunakan metode

Brine Shrimp Lethality Test(BSLT).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat

Menambah informasi mengenai manfaat tumbuhan Laban Abang yang dapat dijadikan sebagai obat antikanker.

1.4.2 Bagi Intitusi

A. Penelitian ini menambah jumlah dan jenis penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi pada bidang penelitian.

C. Penelitian ini dapat menambah referensi kepustakaan penelitian dan rujukan penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Peneliti

A. Menambah wawasan mengenai obat berbahan dasar alami yang digunakan sebagai obat antikanker.

B. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Memperoleh pengalaman dalam bidang penelitian eksperimental pada bidang kesehatan.

D. Mengimplementasikan ilmu metodologi penelitian yang telah didapat selama perkuliahan di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(16)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berbahan dasar alami, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat. Bagian tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan obat tradisional adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.3

Dalam undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan disebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman maupun yang telah melalui uji pra-klinik/klinik seperti obat herbal terstandar dan fitofarmaka.4

Sebagai landasan penggunaan obat tradisional, telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 131/Menkes/SK/II/2004. Dalam salah satu subsistem SKN disebutkan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional dibutuhkan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.4

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas obat tradisional dengan tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka dilakukan dengan langkah sebagai berikut4:

A. Seleksi

Tumbuhan yang diteliti adalah tumbuhan yang berdasarkan pengalaman memiliki khasiat untuk pengobatan suatu penyakit dan merupakan alternatif pengobatan secara turun-temurun.


(17)

B. Uji Preklinik

Uji preklinik terdiri atas uji toksisitas dan uji farmakodinamik. Uji toksisitas digunakan untuk melihat dan mengetahui keamanannya sedangkan uji farmakodinamik digunakan untuk memprediksi efek pada manusia.

C. Standarisasi

Standarisasi dilakukan dengan cara penentuan identitas dan pembuatan sediaan terstandar. Efek terapi yang ditimbulkan dari sediaan tersebut dapat berbeda karena zat aktif yang terlarut, bentuk sediaan dan prosedur ekstraksinya berbeda sesuai kebutuhan.

D. Uji Klinik

Apabila hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya khasiat dan aman digunakan sebagai obat tradisional pada manusia, maka dapat menjadi pertimbangan penggunaannya di bidang kesehatan formal/profesi dokter.

2.1.2 TumbuhanAglaia ellipticaBlume

TumbuhanAglaia elliptica Blume tumbuh di hutan primer, hutan sekunder, rawa, sisi jalan maupun sepanjang bantaran sungai. Aglaia elliptica Blume tersebar di beberapa negara Asia diantaranya Myanmar, Thailand, Indonesia, dan Filipina.9

Aglaia ellipticaBlume dapat mencapai ketinggian 40 m, mempunyai batang

keras dengan warna coklat kehijauan, daun berwarna hijau dengan 6-19 anak daun dan bunga yang memiliki 5 kelopak. Tanaman ini memiliki buah dengan diameter 2 - 2,5 cm dan satu biji. Daerah hidupnya adalah daerah dengan ketinggian antara 0 hingga 2.000 m diatas permukaan laut.5,9


(18)

(19)

2.1.3 Definisi Toksikologi

Toksikologi merupakan kajian mengenai mekanisme efek berbahaya (efek toksik) dari suatu bahan kimia terhadap makhluk hidup. Toksin mempunyai arti sebagai zat yang berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap organisme tertentu.10

Faktor yang menentukan sifat toksik dari suatu senyawa adalah dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat senyawa tersebut, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan.11

Toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu bahan kimia yang dapat menimbulkan efek berbahaya. Pada umumnya, efek farmakologis timbul apabila terjadi interaksi antara zat kimia dengan organisme hidup.10,11

Uji toksisitas merupakan suatu uji untuk menentukan potensial suatu senyawa sebagai racun, mengenali kondisi biologis setelah efek toksik tersebut timbul dan mengenali karakteristik efek tersebut.10,11

Menurut Weil, terdapat lima pedoman pada uji toksisitas, yaitu12:

1. Menggunakan satu atau lebih spesies yang secara kualitatif memperlakukan suatu bahan mirip dengan manusia.

2. Menggunakan beberapa jumlah dosis, dengan alasan pemberian dosis yang berbeda dapat menimbulkan tingkat efek yang berbeda.

3. Efek yang ditimbulkan pada tingkat dosis yang lebih tinggi bermanfaat untuk menggambarkan mekanisme kerjanya.

4. Uji stastitika untuk uji ini dilakukan hanya pada satuan eksperimental yang secara matematika telah berada diantara dosis dan kelompok kontrol.

5. Efek yang diperoleh melalui suatu jalur pemberian kepada hewan uji tidak semerta-merta dapat diterapkan kepada manusia, namun harus melalui uji lainnya.


(20)

8

2.1.4 Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang digunakan untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar. Suatu senyawa kimia bersifat “racun akut” jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu singkat. Suatu senyawa kimia bersifat “racun kronis” jika senyawa

tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang (karena kontak yang berulang-ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit).13

Ada tiga cara utama bagi senyawa kimia untuk dapat memasuki tubuh, yaitu melalui paru-paru (pernafasan), mulut, dan kulit. Melalui ketiga rute tersebut, senyawa yang bersifat racun dapat masuk ke aliran darah, dan kemudian terbawa ke jaringan tubuh lainnya.14

Salah satu perhatian utama dalam toksisitas adalah kuantitas/dosis senyawa yang diuji. Sebagian besar senyawa yang berada dalam bentuk murninya memiliki sifat racun (toksik). Sebagai contohnya adalah senyawa oksigen yang berada pada tekanan parsial 2 atm mempunyai sifat toksik. Konsentrasi oksigen yang terlalu tinggi dapat merusak sel.11

Median Lethal Concentration (LC50) yaitu konsentrasi yang menyebabkan

kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan pada waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji.15

Berdasarkan waktu yang diperlukan, metode penambahan larutan uji dan berdasarkan tujuannya maka uji toksisitas diklasifikasikan sebagai berikut15: 1. Klasifikasi menurut waktu

A. Uji hayati jangka pendek (short term bioassay) B. Uji hayati jangka menengah (intermediate bioassay) C. Uji hayati jangka panjang (long term bioassay) 2. Klasifikasi menurut metode penambahan larutan

A. Uji hayati statik (static bioassay)

B. Uji hayati pergantian larutan (renewal biossay) C. Uji hayati mengalir (flow trough bioassay)


(21)

3. Klasifikasi menurut tujuan penelitian A. Pemantauan kualitas air limbah

B. Uji bahan atau satu jenis senyawa kimia C. Penentuan toksisitas serta daya tahan D. Pertumbuhan organisme uji

Terdapat dua tahapan dalam penelitian menggunakan LC50, yaitu7:

1. Uji Pendahuluan. Untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50%.

2. Uji Lanjutan. Setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan konsentrasi akut berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi oleh Rochini dkk (1982) diacu dalam Rossiana (2006). Adapun kriteria toksisitas suatu perairan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kategori toksisitas berdasarkan nilai LC50 Kategori Nilai LC50(ug/ml)

Sangat toksik < 30

Toksik 30–1000

Tidak toksik >1000

Sumber: Wagner dkk (1993) dalam Rossiana (2006)

2.1.5 Simplisia

Simplisia adalah suatu bahan alami yang belum mengalami pengolahan apapun selain pengeringan dan dapat digunakan sebagai obat tradisional. Simplisia dapat digolongkan sebagai simplisia hewani dan simplisia tumbuhan.16

Jenis simplisia tumbuhan sangat beragam bergantung jenis dan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan seperti daun, bunga, buah, biji, rimpang, batang dan akar.17


(22)

10

Terdapat beberapa parameter standar umum untuk simplisia yang baik, yaitu16: a) Memiliki 3 kriteria mutu suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi),

kemurnian (bebas dari bahaya kimia, biologis, dan bahaya fisik) dan aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi). Bahaya kimia adalah bahan kimia yang tidak boleh digunakan pada simplisia. Bahaya biologis adalah bahaya dari bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Bahaya fisik adalah benda-benda yang apabila tertelan dapat menimbulkan luka misalnya pecahan gelas, kerikil, dan jarum pentul.

b) Memenuhi 3 kriteria paradigma obat pada umumnya yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-Aman-Manfaat).

c) Mempunyai spesifikasi kimia yaitu informasi mengenai jenis dan kadar dari senyawa yang terkandung di dalamnya.

Tahapan-tahapan dalam pembuatan simplisia adalah sebagai berikut17: a) Pengumpulan bahan baku

Pemilihan bahan baku simplisia dapat berupa buah, biji, daun muda, daun tua, ranting, akar, umbi, dan rimpang bergantung keperluan peneliti.

b) Sortasi basah

Sortasi basah merupakan proses untuk mengurangi bahan kontaminasi yang menempel pada bahan simplisia sebelum proses pengeringan.

c) Pencucian

Pencucian dilakukan menggunakan air mengalir agar air bekas cucian langsung terbuang dan tidak mengkontaminasi ulang bahan yang telah dicuci.

d) Perajangan

Perajangan dilakukan bertujuan untuk memudahkan pengeringan. Perajangan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau ataupun mesin rajang.

e) Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air pada simplisia. Pengeringan biasanya dilakukan pada suhu 30° –90° C .


(23)

f) Sortasi kering

Tahap ini bertujuan untuk memisahkan benda yang tidak digunakan dan mengurangi kontaminasi yang ada setelah pengeringan.

Setelah melalui proses di atas, simplisia dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan diletakkan di tempat yang memiliki suhu kamar 15° - 30° C.17

2.1.6 Metode Ekstraksi Simplisia

Simplisia merupakan bahan alami yang diperlukan sebagai bahan dasar pembuatan obat dan belum mengalami pengolahan. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat digunakan sebagai obat dan terdiri dari seluruh bagian tanaman mulai dari akar, batang dan daun.18

Ekstraksi merupakan proses yang bertujuan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari bagian tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Ekstrak dapat berupa ekstrak kental, padat atau cair dengan cara menyaring simplisia.18

Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut. Ekstraksi yang menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu18,19:

1. Ekstraksi cara dingin a. Maserasi

Maserasi merupakan suatu proses pengeksrtraksian simplisia dengan cara menggunakan pelarut sebagai perendam dan dilakukan beberapa kali pengadukan dengan suhu kamar yang terlindung dari cahaya. Metode ini digunakan untuk menarik kandungan kimia yang mudah larut dalam zat cair.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction). Metode ini umumnya dilakukan pada temperatur ruangan dan dilakukan dengan cara melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam satu perkulator.


(24)

12

2. Ekstraksi cara panas a. Refluks

Refluks merupakan metode ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan menggunakan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk bahan yang tahan terhadap pemanasan.

b. Digesti

Digesti adalah proses maserasi kinetik, yaitu proses pengekstraksian dengan pengadukan terus-menerus pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar (40-500C).

c. Soxhlet

Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak terus-menerus dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

d. Infudasi dan dekoktasi

Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15 menit. Metode ini umunya digunakan untuk mengekstraksi kandungan zat aktif yang larut dalam air. Dekoktasi adalah metode infudasi dengan waktu yang lebih lama dan menggunakan temperatur yang sesuai dengan titik didih air.

e. Destilasi uap

Destilasi uap merupakan metode ekstraksi untuk mendapatkan zat aktif yang mudah menguap dari bahan segar atau simplisia dengan berdasarkan tekanan parsial.

Pelarut yang digunakan untuk proses maserasi dapat bermacam-macam bergantung dengan kebutuhan penelitian. Dalam penlitian ini digunakan pelarut metanol. Metanol adalah senyawa kimia dengan rumus CH3OH atau dikenal sebagaimetil alcohol,wood alcoholatauspiritus. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarrna, mudah terbakar, beracun, dan memiliki bau yang khas.20


(25)

(26)

(27)

(28)

16

2.1.8 Metode BSLT

Uji toksisitas dengan metode BSLT ini dapat ditentukan dari jumlah kematianArtemia salinaLeach akibat pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam dengan konsentrasi tertentu yang dinyatakan dalam LC50. Nilai LC50merupakan angka konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan kematian sebesar 50 % dari jumlah hewan uji. Sifat toksisitas dari suatu senyawa dapat diasosiasikan sebagai aktifitas antikanker, namun dalam metode BSLT ini tidak spesifik untuk mendeteksi senyawa antikanker.23

Uji dengan metode BSLT ini merupakan uji awal untuk mengetahui senyawa yang berpotensi sebagai antikanker. Keuntungan dari metode BSLT antara lain pengerjaan yang cepat hanya membutuhkan waktu pengamatan selama 24 jam, murah, merupakan metode yang sederhana, dan hanya dibutuhkan sampel yang sedikit, selain itu dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan keahlian khusus.23

2.2 Kerangka Konsep

Daun Laban Abang (Aglaia ellipticaBlume) dipisahkan dari ranting, dibersihkan, dan dibuat menjadi serbuk halus

Ekstraksi mengunakan pelarut metanol

Ekstrak kental daun Laban Abang (Aglaia elliptica

Blume)

Pembuatan larutan uji

Uji toksisitas akut dengan metode BSLT

Kematian larvaArtemia salinaLeach setelah perlakuan 24 jam


(29)

2.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat

ukur

Skala ukur Hasil ukur 1. Konsentrasi

ekstrak metanol

daunAglaia

ellipticaBlume

Konsentrasi larutan uji dalam ppm (1 μ g/mL)

V1M1=V2M2 Numerik 500 ppm 250 ppm 125 ppm 50 ppm 25 ppm 12,5 ppm 3. Persentase

mortalitas larva

Artemia salina

Leach

Hasil perhitungan total larva yang mati dibagi dengan jumlah larva awal dikali 100% untuk tiap replikasi

Jumlah larva mati dibagi jumlah larva awal dikali 100%

Numerik Persentase kematian larva

4. LC50 Konsentrasi

suatu zat yang diberikan dalam 24 jam pada hewan coba yang dapat membunuh 50% hewan coba tersebut. Ditentukan melalui persamaan garis lurus y=mX+b dengan memasukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi dan antilog sebagai nilai LC50 Kategorik LC50 kurang dari 1000 ppm termasuk senyawa toksik. LC50 lebih dari 1000 ppm senyawa tidak toksik.


(30)

18

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only control group design untuk menguji toksisitas dari ekstrak metanol daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) terhadap larva Artemia salina Leach menggunakan metode BSLT.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014 di Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmaka dan Laboratorium Farmakologi FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penilitian ini adalah larvaArtemia salinaLeach 3.3.2 Sampel

3.3.2.1. Kriteria Inklusi

LarvaArtemia salinaLeach berumur 48 jam yang masih bergerak aktif. 3.3.2.2. Kriteria Eksklusi

Larva Artemia salina Leach yang tidak menunjukkan pergerakan sebelum perlakuan.

3.3.2.3. Besar Sampel

Jumlah larva Artemia salinaLeach yang digunakan adalah 10 ekor larva untuk tiap sumur perlakuan. Pada penilitan ini terdapat 6 konsentrasi yaitu konsentrasi 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 12,5 ppm dan satu kontrol negatif. Kemudian dilakukan replikasi tiga kali untuk kelompok perlakuan. Jadi, jumlah sampel total yang diperlukan adalah 210 ekor larva


(31)

3.3.2.4. Cara Pengambilan Sampel

Sampel diambil secarapurposive random sampling. LarvaArtemia salina

Leach dengan jenis dan cara penyediaan yang sama sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Hal ini disebabkan anggota populasi telah bersihat homogen.

3.4 Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI Bogor. Determinasi dilakukan untuk mengetahui struktur dan morfologi makroskopis daunAglaia ellipticaBlume.

3.5 Bahan yang Diuji

Sejumlah 4 kg daun basah Aglaia elliptica Blume diperoleh dari Kebun Raya Bogor dan dipersiapkan simplisia kering dari daun Aglaia elliptica Blume tersebut. Daun tersebut dipisiahkan dari buah dan rantingnya kemudian dikering-anginkan disuhu ruangan supaya daun tersebut kering dan siap untuk diblender. Daun yang sudah kering dan terpisah dari rantingnya, kemudian dihaluskan dengan cara diblender sampai berbentuk serbuk halus sehingga didapatkan 2 kg serbuk halus simplisia kering daun Aglaia elliptica Blume. Serbuk simplisia kering ini yang akan diekstrak.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

Rotatory evaporator Eyela, refrigerator, oven, destilator, corong, bejana maserasi, Erlenmeyer 100 ml, mikropipet 10 ml, mikropipet 5 ml, mikropipet 1 ml, blender, neraca analitik, pipet tetes, spatula,desk lamp, erator,sendok plastik,

hand gloves,seperangkat alat penetasan telur (wadah plastik berbentuk kotak dan


(32)

20

3.6.2 Bahan Penelitian

Air laut, akuades, aluminium foil, serbuk kering daun Aglaia elliptica

Blume, kertas saring, pelarut metanol teknis (BRATACO), telur udang Artemia

salinaLeach (BBAT),dimetilsulfoksida2% (DMSO 2%)(BIOMATIK≠A2A424).

3.7 Cara Kerja Penelitian

3.7.1 Ekstraksi DaunAglaia ellipticaBlume dengan Maserasi

Metode ekstraksi dilakukan secara maserasi. Simplisia yang sudah berbentuk serbuk kering ditimbang sebanyak 2000 g dan dimasukkan kedalam bejana maserasi (terlindung dari cahaya). Kemudian dimaserasi selama 2 hari dengan menggunakan pelarut metanol yang sebelumnya sudah didestilasi. Selama proses maserasi dilakukan pengocokan sekali sehari agar pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia dan meratakan konsentrasi larutan. Perendaman dilakukan sampai filtrat mendekati bening.24

Selanjutnya, hasil rendaman disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtrat dan ampasnya. Ampasnya diambil dan direndam kembali menggunakan metanol untuk mengulangi proses maserasi selama 2 hari. Selanjutnya filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 450C hingga didapatkan ekstrak kental metanol daun Aglaia elliptica Blume. Ekstrak yang sudah kental kemudian dimasukkan ke dalam cawan penguap. Kemudian ekstrak kental dalam cawan penguap dioven dengan suhu 450C selama tiga hari untuk memastikan ekstrak bebas dari pelarut metanol. Selanjutnya, ekstrak yang sudah bebas dari pelarut metanol ditutup denganaluminium foil dan diletakkan di dalam refrigerator. Hasil akhir didapatkan ekstrak kental metanol daunAglaia ellipticaBlume sebanyak 50 gram. Setelah didapatkan ekstrak kental metanol daun Aglaia elliptica Blume, kemudian dilakukan penghitungan persentase rendaman.


(33)

3.7.2 Penetasan Larva Udang

Wadah plastik berbentuk kotak disiapkan untuk penetasan telur udang. Wadah yang diperlukan sebanyak dua buah. Satu wadah dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang terang dan ruang gelap. Kedua bagian tersebut dibatasi dengan

sterofoam. Pada bawah sterofoam dilubangi sebagai tempat keluarnya telur yang telah menetas.25

Sejumlah 1 liter air laut dimasukkan ke dalam wadah hingga kedua lubang pada sterofoam terendam. Air laut yang digunakan terlebih dahulu diukur pH dengan kertas lakmus, pH yang digunakan berkisar 8-9.3,25

Kemudian salah satu ruang dalam wadah tersebut diberi penerangan dengan cahaya lampu pijar untuk menghangatkan suhu dalam wadah penetasan dan merangasang proses penetasan. Untuk penerangan, lampu dinyalakan selama 24 jam untuk menetaskan telur. Ruangan yang satunya diisi 1 gram telur udang kemudian ditutup dengan aluminium foil dan lakban agar tidak terkena cahaya lampu.25

Setelah 24 jam, telur akan menetas menjadi larva dan akan bergerak secara alamiah menuju ruang terang. Kemudian larva yang sehat dan aktif bergerak dipindahkan ke wadah satunya dengan keadaan yang sama (air laut dengan pH berkisar 8-9 dan seluruh bagian wadah terkena cahaya lampu pijar). Setelah 24 jam kemudian, larva sudah berumur 48 jam. Larva yang digunakan untuk hewan uji pada metode BSLT adalah larva yang sudah berumur 48 jam, aktif bergerak dan bersifat fototropik.3,25

3.7.3 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak yang Diuji

Dalam pembuatan konsentrasi ekstrak yang efektif untuk membunuh larva

Artemia salina Leach, dilakukan trial atau orientasi dengan konsentrasi ekstrak sebesar 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 12,5 ppm.

Ekstrak kental metanol daun Aglaia elliptica Blume ditimbang dengan menggunakan neraca analitik hingga mencapai berat 2000 mg. Ekstrak kental tersebut dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan DMSO 2% sebanyak 2 ml.


(34)

22

Selanjutnya, diaduk dan ditambah akuades sebanyak 98 ml secara perlahan sehingga di dalam tabungErlenmeyerterdapat 100 ml larutan dengan konsentrasi 20.000 ppm, konsentrasi ini yang digunakan sebagai larutan induk.

Kemudian membuat larutan uji dengan konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 50 ppm dan 25 ppm, dengan menggunakan rumus pengenceran :

V1M1=V2M2 Keterangan :

V1 = Volume awal M1 = Konsentrasi awal M2 = Konsentrasi akhir V2 = Volume akhir

Konsentrasi tersebut masing-masing akan menjadi sebesar ½ dari konsentrasi awal karena di dalam microplate sudah terdapat air laut sebanyak 1 ml, sehingga di dalam microplate terdapat 2 ml larutan yang berasal dari air laut sebanyak 1 ml dan larutan konsentrasi awal sebanyak 1 ml.

Dari tindakan tersebut didapatkan konsentrasi akhir masing-masing sebesar 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 25 ppm, dan 12,5 ppm yang ada di dalam

microplate.

3.7.4 Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Pada uji BSLT digunakan microplate yang berisi 24 sumur. Langkah pertama yang dilakukan adalah membagi 6 kelompok sumur untuk masing – masing konsentrasi dan satu kelompok sumur untuk kontrol negatif (air laut). Percobaan ini dilakukan pengulangan 3 kali (triplo) sehingga masing – masing perlakuan mendapatkan 3 sumur.

Sebagian larva Artemia salina Leach berumur 48 jam dan masih bergerak aktif dipindahkan ke dalam cawan petri. Untuk memudahkan pengamatan dan perhitungan larva dapat menggunakan lup. Pada masing-masing sumur, dimasukkan 10 larva udang menggunakan pipet tetes dan dicampur 1 ml air laut yang terlebih dahulu diukur pHnya.


(35)

Setelah itu, pada setiap sumur diteteskan sebanyak 1 ml masing-masing konsentrasi kecuali pada kontrol negatif yang dimasukkan adalah 1 ml air laut. Sehingga volume dalam 1 sumur menjadi 2 ml yaitu 1 ml ekstrak dan 1 ml air laut.

Microplate dibiarkan di udara terbuka selama 24 jam. Setelah 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang masih hidup pada masing-masing tabung reaksi. Kriteria standar untuk mengukur kematian larva udang yaitu apabila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama beberapa detik pengamatan.

Perhitungan secara manual yaitu dengan mengamati larva di dalam tabung reaksi dengan bantuan lup, kemudian diamati dalam kaca arloji dengan bantuan cahaya. Jumlah larva yang mati dihitung dengan mengurangkan jumlah total larva pada tiap konsentrasi dengan jumlah larva yang masih hidup.

Tabel 3.1 Ilustrasi Konsentrasi Ekstrak padamicroplate

1 ml ekstrak 250 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 250 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 250 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 100 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 100 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 100 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 50 ppm + 1 ml

air laut

1 ml ekstrak 50 ppm + 1 ml

air laut

1 ml ekstrak 50 ppm + 1 ml

air laut

1 ml ekstrak 25 ppm + 1 ml

air laut

1 ml ekstrak 25 ppm + 1 ml

air laut

1 ml ekstrak 25 ppm + 1 ml

air laut

2 ml air laut

2 ml air laut

2 ml air laut 1 ml

ekstrak 1000 ppm + 1 ml air

laut

1 ml ekstrak 1000 ppm + 1 ml air

laut

1 ml ekstrak 1000 ppm + 1 ml air

laut

1 ml ekstrak 500 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 500 ppm + 1 ml air laut

1 ml ekstrak 500 ppm + 1 ml air laut


(36)

24

3.8 Alur Penelitian

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

1 gram telurArtemia salinaLeach

Penetasan telurArtemia salinaLeach

LarvaArtemia salinaLeach berumur 48 jam

LarvaArtemia salinaLeach dengan jenis dan cara penyediaan yang sama dan telah bersifat homogen

Pengambilan larva secara random

Sumur A: 10 larva + 1 ml ekstrak 1000 ppm + 1 ml air laut Sumur B : 10 larva + 1 ml ekstrak 500 ppm + 1 ml air laut Sumur C : 10 larva + 1 ml ekstrak 250 ppm + 1 ml air laut Sumur D : 10 larva + 1 ml ekstrak 100 ppm + 1 ml air laut Sumur E : 10 larva + 1 ml ekstrak 50 ppm + 1 ml air laut Sumur F : 10 larva + 1 ml ekstrak 25 ppm + 1 ml air laut Sumur 19–21 : 10 larva + 2 ml air laut

Volume akhir masing masing sumur adalah 2 ml

Dilakukan replikasi 3 kali pada tiap konsentrasi

Setelah 24 jam pemberian ekstrak, dilakukan perhitungan jumlah larva yang mati

Menghitung persentase kematian larva pada tiap konsentrasi


(37)

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Melakukan pengamatan dengan menghitung persentase kematian (mortalitas) larva Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi. Hasil perhitungan kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100% untuk tiap konsentrasi. Setelah itu, dibandingkan dengan kontrol negatif dan dilakukan analisis sehingga didapatkan nilai LC50. Dengan menggunakan metode analisis probit manual, maka dapat diketahui nilai probit dengan mengkonversi nilai persen kematian larva pada tiap konsentrasi ke nilai probit.

Setelah mendapatkan persentase kematian, nilai probit dari tiap kelompok hewan uji ditentukan melalui tabel probit. Kemudian menentukan log konsentrasi dan dibuat grafik dengan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log konsentrasi dengan rumus y=mX+b.21

Nilai slope (m) dihitung dengan rumus :

Nilai Intersep (b) dihitung dengan rumus :

Metode analisis dapat pula menggunakan Microsoft Office Excel dengan membuat grafik persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log konsentrasi. Nilai LC50 dapat dihitung dengan persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 (probit 50% kematian hewan uji) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi. Antilog nilai x tersebut merupakan nilai LC50.21


(38)

6 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Ekstraksi DaunAglaia ellipticaBlume

Penelitian ini menggunakan daunAglaia Elliptica Blume.Sebelumnya daun tersebut dideterminasi terlebih dahulu untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan spesies tanaman. Daun yang sudah disortir dan telah melalui tahap pengeringan, kemudian diblender untuk mendapatkan serbuk simplisia kering. Simplisia yang sudah berbentuk serbuk lebih mudah dalam proses ekstraksi karena semakin tinggi tingkat kehalusan maka permukaan simplisia akan semakin besar sehingga memudahkan pengambilan zat aktif dalam simplisia tersebut. Namun tingkat kehalusan yang terlalu tinggi menyebabkan pelarut akan sulit dipisahkan setelah proses ekstraksi.17

Metode ekstrak yang dilakukan adalah metode maserasi. Metode maserasi lebih mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memerlukan peralatan yang spesifik. Selain itu metode maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa yang tahan panas maupun yang tidak tahan panas dan dapat digunakan untuk jenis senyawa yang belum diidentifikasi.17

Setelah didapatkan hasil maserasi, kemudian dilakukan evaporasi dengan menggunakan rotatory evaporator untuk menguapkan pelarut metanol sehinga didapatkan ekstrak kental daun Laban Abang. Peneliti melakukan pengukuran berat ekstrak kental metanol daunAglaia ellipicaBlume yang diperoleh dari hasil maserasi.

Tabel 4.1 Data Berat Ekstrak Kental DaunAglaia elliptica Blume

Nama Simplisia Berat Ekstrak Kental

Aglaia ellipticaBlume 50 gram

Pada proses ekstraksi dilakukan penambahan larutan DMSO 2% sebanyak 2 ml untuk membantu proses pembuatan larutan ekstrak. DMSO bersifat toksik jika kadar DMSO ≥ 7,5 % , namun pada penelitian ini kadar DMSO yang digunakan≤ 2 %. Kadar DMSO tersebut termasuk kategori tidak toksik.26


(39)

4.2 Hasil Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Daun Laban Abang yang sudah melalui proses ekstraksi dengan pelarut metanol siap digunakan untuk uji BSLT. BSLT sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui kadar toksisitas ekstrak metanol daun Laban Abang. Uji toksisitas dengan metode BSLT lebih mudah dalam pengerjaannya, cepat mendapatkan hasilnya, dan murah dalam pembiayaannya.6

Larutan ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume dibuat menjadi 6 konsentrasi untuk terlebih dahulu digunakan sebagai orientasi, yaitu konsentrasi 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 12,5 ppm dengan ditambah sisipan kontrol negatif yang hanya berisi air laut dan larva udang. Penambahan kontrol negatif dilakukan untuk mengetahui pengaruh air laut maupun faktor lain terhadap kematian larva. Sehingga kematian larva dapat dipastikan karena efek dari ekstrak yang ditambahkan.

Setelah dilakukan orientasi kosentrasi untuk mendapatkan persesentase kematian larva pada rentang 10 % -90 % maka didapatkan konsentrasi uji yaitu 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 12,5 ppm.

Uji BSLT ini dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali perlakuan dan dikerjakan 3 kali pengulangan (triplo) untuk memperoleh keakuratan data dan mengurangi kesalahan dalam proses penelitian.

Pada uji BSLT memerlukan larva Artemia salina Leach yang diperoleh dengan cara penetasan telur Artemia salina Leach. Penetasan telur dapat dilakukan dalam wadah plastik yang berbentuk kotak dengan menggunakan media air laut yang terbagi menjadi bagian terang dan bagian gelap. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh sekat yang berlubang. Pada bagian gelap dimasukkan telur Artemia salina Leach. Selama proses penetasan, larva akan berpindah ke daerah yang terang melalui sekat yang berlubang tersebut. Pada bagian terang diberi penerangan cahaya lampu yang sesuai untuk penetasan, yaitu sebesar 40-60 watt dengan suhu berkisar 25-300C.6

Setelah melalui proses penetasan selama 24 jam, telur menjadi larva atau dengan nama lain nauplii. Nauplii yang digunakan untuk BSLT adalah nauplii

yang berumur 48 jam dan aktif bergerak. Pada fase nauplii ini terjadi fase paling aktif membelah secara mitosis sehingga identik dengan sel kanker.


(40)

28

Nauplii yang berumur dibawah 48 jam mempunyai epitel saluran

pencernaan yang belum dapat berkontak dengan medium eksternal dannaupliiini hanya hidup dari kantung kuning telurnya sehingga dikhawatirkan kematian larva tidak berhubungan dengan efek toksisitas dari ekstrak daun Aglaia elliptica

Blume.25

Larva yang digunakan sebanyak 10 ekor untuk setiap perlakuan konsentrasi ekstrak dengan penambahan kontrol negatif dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk masing-masing perlakuan sehingga jumlah larva Artemia salina

Leach seluruhnya berjumlah 210 ekor larva.

Perlakuan terhadap hewan uji dilakukan dengan 6 konsentrasi ekstrak yaitu 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 12,5 ppm, disertai 1 kontrol negatif yang hanya berisi air laut tanpa penambahan konsentrasi ekstrak. Pada masing-masing sumur perlakuan dimasukkan 1 ml air laut bersamaan dengan 10 ekor larva, kemudian dimasukkan 1 ml dari masing-masing konsentrasi ekstrak kecuali untuk kontrol negatif ditambahkan 1 ml air laut.

Pengamatan dilakukan 24 jam setelah perlakuan konsentrasi ekstrak. Perhitungan kematian larva dilakukan dengan cara mengamati pergerakan larva selama beberapa detik. Kematian larva dihitung jika tidak ada pergerakan pada larva tersebut. Berikut ini hasil uji toksisitas akut dengan metode BSLT dari ekstrak metanol daunAglaia ellipticaBlume.

Tabel 4.2. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol daun Aglaia elliptica

Blume terhadap LarvaArtemia salinaLeach.

Sumur

Angka Kematian LarvaArtemia salinaLeach

dari 10 Larva Kontrol

negatif Konsentrasi ekstrak pada sumur uji (ppm)

500 250 125 50 25 12,5

1 9 8 6 3 2 1 0

2 9 8 7 5 3 1 0

3 10 9 7 4 2 1 0

Total 28 ± 0,58 25 ± 0,58 20 ± 0,58 12 ± 1,00 7 ± 0,58 3 ± 0,00 0 Rata-rata

kematian 0.93 0.83 0.66 0.40 0.23 0.10 0 % kematian 93.33 83.33 66.67 40.00 23.33 10.00 0.00


(41)

Total kematian dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati pada setiap konsentrasi. Rata-rata kematian larva diperoleh dari total kematian larva pada tiap konsentrasi dibagi dengan jumlah total larva awal pada konsentrasi yang sama. Perhitungan persentase kematian larva pada setiap konsentrasi diperoleh dengan cara rata-rata kematian pada tiap konsentrasi dikali 100%.

10.00

23.33

40.00

66.67

83.33

93.33

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

12.5 25 50 125 250 500

Presentase Kematian

Konsentrasi ekstrak pada sumur uji (ppm)

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Aglaia elliptica

Blume Terhadap Kematian LarvaArtemia salinaLeach.

Berdasarkan grafik diatas, jumlah kematian larva terbanyak terdapat pada konsentrasi 500 ppm. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin banyak jumlah larva yang mati. Selain itu dari persentase kematian larva tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak menghasilkan jumlah kematian larva yang semakin tinggi pula.


(42)

30

Tabel 4.3 Penetapan LC50

Konsentrasi Log Persentase Probit (Y) X2 Y2 XY Konsentrasi (X) Kematian

12,5 1.0969 10.00 3.7184 1.2031 13.8264 4.0787

25 1.3979 23.33 4.2710 1.9541 18.2414 5.9704

50 1.6989 40.00 4.7467 2.8862 22.5311 8.0641

125 2.0969 66.67 5.4289 4.3969 29.4729 11.3838

250 2.3979 83.33 5.9661 5.7499 35.5943 14.3075

500 2.6989 93.33 6.4985 7.2840 42.2305 17.5388

Jumlah 11.3874 30.6296 23.4742 162.01 61.3433

Nilai slope (m) dihitung dengan rumus : = 1,7246

Nilai Intersep (b) dihitung dengan rumus :

= 1.8317

Sehingga didapatkan persamaan garis lurus hubungan antara Y (nilai probit dari persentase kematian) dengan X (log konsentrasi) adalah Y=mX+b

Y = 1,7246x + 1,8317 5 = 1,7246x + 1,8317 5–1,8317 = 1,7246x 3,1683 = 1,7246x X = 1,8371

LC50= antilog X = antilog 1,8371 = 68.7226 ppm

Berdasarkan hasil perhitungan manual tersebut didapatkan LC50 sebesar 68,7226 ppm, sehingga ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume memiliki sifat toksisitas yang tinggi.


(43)

Gambar 4.2 Grafik Regresi Linier Konsentrasi Ekstrak Metanol DaunAglaia ellipticaBlume Terhadap Nilai Probit

Log Konsentrasi

Dari grafik diatas didapatkan persamaan garis lurus Y = 1.723x + 1.833. Grafik tersebut menunjukkan log konsentrasi terhadap nilai probit yang didapat dari presentase kematian larva.

Grafik analisis regresi diatas menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin besar nilai persentase kematian larva

Artemia salinaLeach

Perhitungan LC50 menggunakan Microsoft Office Excel didapatkan hasil sebagai berikut :

Y = 1,723x + 1,833 5 = 1,723x + 1,833 5–1,833 = 1,723x 3, 167 = 1,723x X = 1,838


(44)

32

Perhitungan dengan cara manual dan menggunakan Microsoft Office Excel

menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu pada cara manual didapatkan LC50sebesar 68,7226 ppm sedangkan perhitungan dengan Microsoft Office Excel didapatkan LC50 sebesar 68,87 ppm. Perbedaan hasil tersebut tidak signifikan karena termasuk dalam kategori toksik namun untuk mengindari human error

dalam perhitungan LC50, peniliti mengambil hasil dari perhitungan menggunakan

Microsoft Office Excel.

Berdasarkan penelitian lain mengenai uji toksisitas akut ekstrak etanol daun

Aglaia elliptica Blume didapatkan hasil LC50 sebesar 373,23 ppm. Penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini memiliki kesamaan dalam penggunaan daun Aglaia elliptica Blume, namun memiliki perbedaan dalam penggunaan pelarut. Perbedaan tersebut menyebabkan hasil uji toksisitas akut ekstrak daunAglaia ellipticaBlume berbeda.8

Pengujian terhadap ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume didapatkan konsentrasi untuk membunuh 50% larva Artemia salinaLeach (LC50) adalah 68,87 ppm sehingga ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume pada penelitian ini termasuk dalam kategori toksik dan memiliki potensi sebagai senyawa antitumor atau antikanker.5


(45)

5.1 Simpulan

1. Hasil perhitungan nilai LC50 dari ekstrak metanol daun Laban Abang

(Aglaia elliptica Blume) dengan menggunakan analisis probit dan

Microsoft Office Excel adalah 68,87 ppm sehingga diklasifikasikan

sebagai toksik.

2. Ekstrak metanol daun Aglaia ellipticaBlume memiliki potensi toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach dengan menggunkan metode

Brine Shrimp Lethality test (BSLT) dan berpotensi sebagai senyawa antitumor atau antikanker.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui kandungan zat yang memiliki potensi toksik di dalam ekstrak metanol daun Aglaia ellipticaBlume.

2. Perlu melakukan pengukuran kadar abu dan kadar air pada ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume supaya nilai toksisitas akut LC50 lebih terukur.

3. Membandingkan aktivitas antikanker ekstrak daun Aglaia elliptica

Blume dengan obat antikanker yang lazim digunakan oleh masyarakat seperti methotrexate.

4. Perhitungan LC50pada penelitian ini dilakukan oleh lebih dari satu orang untuk menghindari kesalahan pada saat perhitungan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. International Agency for Research on Cancer. Globocan 2008: Estimated cancer Incidence, Mortality, Prevalence and Disability-adjusted life years (DALYs) Worldwide in 2008 [Internet]. 2014 [cited 2014 Jun 21]. Available from: http://www.globocan.iarc.fr/

2. Klasco RK. Methotrexate [Internet]. 2006 [cited 2014 Jun 23]. Available from: http://www.periodicos.capes.gov.br/

3. Pa Batugal, J Kanniah, Lee SY and JT Oliver. Medicinal Plants Research in Asia. 2004;1(8):33-36.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 381/MENKES/SK/III/2007 mengenai Kebijakan Obat Tradisional Nasional [internet]. 2007 [cited 13 Juli 2014]; Available from: http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/

5. Ranasasmita, Raafqi. Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daun Aglaia elliptica Blume pada Tikus Betina yang Diinduksi 7,12-dimetilbenz antrasena. Bogor: FMIPA; 2008.

6. Pisutthanan, Sirintorn. Brine Shrimp Lethality Activity of Thai Medicinal Plants in the Family Meliaceae. Naresuan University Journal. 2004; 12(2): 13-18.

7. Juniarti, Delvi Osmeli, Yuhernita. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-Diphenyl-2-Pikrilhydrazyl) Dari Ekstrak daun Saga (Abrus Precatorius L.). Makara Sains. 2009 April;13(1): 50-54.

8. Wibowo, Agung. Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Dan Fraksi-fraksinya Terhadap Galur Sel kanker Payudara MCF-7. Jakarta: Pusat Teknologi Farmasi dan Medik; 2009.

9. Dung, Vu Van. Vietnam Forest Trees [internet]. 1996 [cited 26 Jun 2014]; Available from: http://www.biotik.org/laos/species/a/aglel/aglel_en.html

10. Frank CL. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. 2nd ed. Jakarta: UI Press; 1995.

11. Priyanto. Toksikologi: Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko. Depok: Leskonfi; 2009.

12. Hodgson, E. Dan Levi, P.E. ATextbook of Modern Toxicology. 2nd ed. Singapore: McGraw-Hill Higher Education; 2000.


(47)

13. Dhahiyat, Yayat. Uji Toksisitas Akut Lc-50 Dan Kronis Terhadap Daphnia Carinata King. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2009.

14. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI; 2007.

15. Pourfraidon, Zahra. Biological activity of prominent anti-cancer plants using Brine Shrimp Lethality Test. Journal of Microbial World. 2009.

16. Depkes R.I. Parameter Standar umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Media Litbang kesehatan [internet]. 2002 [cited 13 Juli 2014]; Available from: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/download/1070/553 17. Herawati, Dian. Cara Produksi Simplisia yang Baik. Bogor: Seafast center;

2012.

18. Agoes, Goeswin. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB; 2007. 19. Tiwari P. Phytochemical screening and extraction: A review. Internationale

Pharmaceutica Sciencia (IPS). 2011.

20. Paine A, Davan AD. Methanol [internet]. 2004 [cited 2014 May 5]; Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8490201.

21. Asem A, Pouyani NR dan Escalente PD LR. The genus Artemia Leach. Iran: Lat. Am. J Aquat Res; 2010. P. 501-506.

22. Ramdhini, RN. Uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach dan toksisitas akut komponen bioaktif Pandanu conoideus var. Conoideus Lam sebagai kandidat antikanker. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2010.

23. McLauughlin, JL and Rogers LL. The use of biological assays to evaluate botanicals. Drug Information Journal. 1998;32:512-524.

24. Nurhayati APD, Abdulgani N, Febrianto R. Uji Toksisitas Ekstrak Eucheuma Alvarezii Terhadap Artemia Salina Sebagai Studi Pendahuluan Potensi Antikanker. Akta Kimindo. 2006;2:4146.

25. Panggabean, MG. Teknik penetasan dan pemanenan Artemia salina Leach. Jakarta: Pusat Penelitian Ekologi Laut, Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI; 1984:9(2): 57-65.

26. Amalia FR. Pengaruh Glutathione Terhadap Kualitas Semen Kambing Boer Post Thawing Dalam Pengencer Yang Mengandung Dimetylsulfoxie (DMSO). Malang: Universitas Brawijaya; 2012.


(48)

6 36

LAMPIRAN

36


(49)

(50)

(51)

Gambar 6.3 Penyaringan Hasil Maserasi Gambar 6.4 Mesinrotatory evaporator

Gambar 6.5 Pembuatan Larutan Induk Gambar 6.6 Eksrak Kental DaunAglaia


(52)

Gambar 6.7 Penimbangan Ekstrak Kental DaunAglaia ellipticaBlume

Gambar 6.8MicroplateBSLT

Gambar 6.9 Pembuatan Konsentrasi Gambar 6.10 Kaleng Larva UdangArtemia salinaLeach

Gambar 6.11 Media Perkembangbiakan larva


(53)

Lampiran 4 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Metanol DaunAglaia ellipticaBlume

Konsentrasi larutan induk

=

ekstrak metanol daunAglaia ellipticaBlume (ug) Volume aquades (mL)

= 2 g

(98 mLaquades + 2 mL DMSO 2%)

= . .

=

20.000 ug/mL = 20.000 ppm

Perhitungan Penggunaan DMSO

Perhitungan kadar DMSO 2 % pada larutan induk 20.000 ppm = 2 ml DMSO 2 %

100 ml aquades x 100 % = 0,02 x 100 %

= 2 %

Untuk mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 12,5 ppm dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu V1M1= V2M2

a. Konsentrasi ekstrak 500 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 500 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 1000 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 20 mL

V1M1= V2M2

V1x 20.000 ug/mL = 1000 ug/mL x 20 mL V1=

20.000 ug


(54)

Maka diambil 1 mL dari larutan induk dan 19 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 500 ppm di dalam

microplatedidapatkan dengan cara : V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 500 ug/mL x 2 mL V1=

1000ug

1000 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi dengan 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalammicroplatemenjadi 500 ppm.

b. Konsentrasi ekstrak 250 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 250 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 500 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL

V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 500 ug/mL x 4 mL V1=

2000 ug

1000 ug/mL = 2 mL

Maka diambil 2 mL dari larutan 1000 ppm dan 2 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 250 ppm di dalam

microplatedidapatkan dengan cara : V1M1= V2M2

V1x 500 ug/mL = 250 ug/mL x 2 mL V1=

500ug

500 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 500 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam


(55)

c. Konsentrasi ekstrak 125 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 125 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 250 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL

V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 250 ug/mL x 4 mL V1= 1000 ug

500 ug/mL = 2 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan 1000 ppm dan 2 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 125 ppm di dalam

microplatedidapatkan dengan cara : V1M1= V2M2

V1x 250 ug/mL = 125 ug/mL x 2 mL V1=

250ug

250 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 250 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam

microplatemenjadi 125 ppm.

d. Konsentrasi ekstrak 50 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 50 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 100 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL

V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 100 ug/mL x 4 mL V1=

400 ug


(56)

Maka diambil 0,4 mL dari larutan 1000 ppm dan 3,6 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 50 ppm di dalammicroplatedidapatkan dengan cara :

V1M1= V2M2

V1x 100 ug/mL = 50 ug/mL x 2 mL V1= 100 ug

100 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 100 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam

microplatemenjadi 50 ppm.

e. Konsentrasi ekstrak 25 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 25 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 50 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 50 ug/mL x 4 mL V1= 200 ug

1000 ug/mL = 0,2 mL

Maka diambil 0,2 mL dari larutan 1000 ppm dan 3,8 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 25 ppm di dalammicroplatedidapatkan dengan cara :

V1M1= V2M2

V1x 50 ug/mL = 25 ug/mL x 2 mL V1= 50ug

50 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 50 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam


(57)

f. Konsentrasi ekstrak 12,5 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 12,5 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 25 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 25 ug/mL x 4 mL V1= 100 ug

1000ug/mL = 0,1 mL

Maka diambil 0,1 mL dari larutan 1000 ppm dan 3,9 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 12,5 ppm di dalammicroplatedidapatkan dengan cara :

V1M1= V2M2

V1x 25 ug/mL = 12,5 ug/mL x 2 mL V1= 25ug

25 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 25 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam


(58)

6

Lampiran 5 RIWAYAT PENULIS

IDENTITAS

Nama : Nurul Khafidz Subekti

Tempat, tanggal lahir : Cilacap, 11 Juli 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Iroyudan Rt 001 Kel. Guwosari Kec. Pajangan Kab. Bantul Yogyakarta

No. HP : +62 856 4368 6470

Email : khafidzsubekti@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1997-1999 : TK Masyithoh Bantul Yogyakarta 2. 1999-2005 : SDN 1 Iroyudan Bantul Yogyakarta

3. 2005-2008 : SMPN 1 Bantul Yogyakarta

4. 2008-2011 : SMAN 1 Bantul Yogyakarta

5. 2011- sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

Lampiran 4 Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Metanol DaunAglaia ellipticaBlume

Konsentrasi larutan induk

=

ekstrak metanol daunAglaia ellipticaBlume (ug) Volume aquades (mL)

= 2 g

(98 mLaquades + 2 mL DMSO 2%)

= . .

=

20.000 ug/mL = 20.000 ppm

Perhitungan Penggunaan DMSO

Perhitungan kadar DMSO 2 % pada larutan induk 20.000 ppm = 2 ml DMSO 2 %

100 ml aquades x 100 %

= 0,02 x 100 % = 2 %

Untuk mendapatkan ekstrak dengan konsentrasi 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 12,5 ppm dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu V1M1= V2M2

a. Konsentrasi ekstrak 500 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 500 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 1000 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 20 mL

V1M1= V2M2

V1x 20.000 ug/mL = 1000 ug/mL x 20 mL

V1=

20.000 ug


(2)

Maka diambil 1 mL dari larutan induk dan 19 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 500 ppm di dalam

microplatedidapatkan dengan cara : V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 500 ug/mL x 2 mL

V1=

1000ug

1000 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi dengan 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalammicroplatemenjadi 500 ppm.

b. Konsentrasi ekstrak 250 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 250 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 500 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL

V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 500 ug/mL x 4 mL

V1=

2000 ug

1000 ug/mL = 2 mL

Maka diambil 2 mL dari larutan 1000 ppm dan 2 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 250 ppm di dalam

microplatedidapatkan dengan cara : V1M1= V2M2

V1x 500 ug/mL = 250 ug/mL x 2 mL

V1=

500ug

500 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 500 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam


(3)

c. Konsentrasi ekstrak 125 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 125 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 250 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL

V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 250 ug/mL x 4 mL

V1=

1000 ug

500 ug/mL = 2 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan 1000 ppm dan 2 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 125 ppm di dalam

microplatedidapatkan dengan cara : V1M1= V2M2

V1x 250 ug/mL = 125 ug/mL x 2 mL

V1=

250ug

250 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 250 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam

microplatemenjadi 125 ppm.

d. Konsentrasi ekstrak 50 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 50 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 100 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL

V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 100 ug/mL x 4 mL

V1=

400 ug


(4)

Maka diambil 0,4 mL dari larutan 1000 ppm dan 3,6 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 50 ppm di dalammicroplatedidapatkan dengan cara :

V1M1= V2M2

V1x 100 ug/mL = 50 ug/mL x 2 mL

V1= 100 ug

100 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 100 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam

microplatemenjadi 50 ppm.

e. Konsentrasi ekstrak 25 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 25 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 50 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 50 ug/mL x 4 mL

V1=

200 ug

1000 ug/mL = 0,2 mL

Maka diambil 0,2 mL dari larutan 1000 ppm dan 3,8 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 25 ppm di dalammicroplatedidapatkan dengan cara :

V1M1= V2M2

V1x 50 ug/mL = 25 ug/mL x 2 mL

V1=

50ug

50 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 50 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam


(5)

f. Konsentrasi ekstrak 12,5 ppm

Untuk mendapatkan konsentrasi 12,5 ppm di dalam microplate, dibuat konsentrasi 25 ppm terlebih dahulu di dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL V1M1= V2M2

V1x 1000 ug/mL = 25 ug/mL x 4 mL

V1=

100 ug

1000ug/mL = 0,1 mL

Maka diambil 0,1 mL dari larutan 1000 ppm dan 3,9 mL aquades kemudian dimasukkan ke tabung reaksi. Konsentrasi ekstrak 12,5 ppm di dalammicroplatedidapatkan dengan cara :

V1M1= V2M2

V1x 25 ug/mL = 12,5 ug/mL x 2 mL

V1=

25ug

25 ug/mL = 1 mL

Maka diambil 1 mL dari larutan konsentrasi 25 ppm kemudian di masukkan ke dalam microplate yang sebelumnya telah diisi 1 mL air laut beserta 10 ekor larva udang, sehingga konsentrasi ekstrak di dalam


(6)

6

Lampiran 5 RIWAYAT PENULIS

IDENTITAS

Nama : Nurul Khafidz Subekti

Tempat, tanggal lahir : Cilacap, 11 Juli 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Iroyudan Rt 001 Kel. Guwosari Kec. Pajangan Kab. Bantul Yogyakarta

No. HP : +62 856 4368 6470

Email : khafidzsubekti@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1997-1999 : TK Masyithoh Bantul Yogyakarta

2. 1999-2005 : SDN 1 Iroyudan Bantul Yogyakarta

3. 2005-2008 : SMPN 1 Bantul Yogyakarta

4. 2008-2011 : SMAN 1 Bantul Yogyakarta

5. 2011- sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Dokumen yang terkait

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Paku Pedang (Nephrolepis falcata) terhadap Larva Artemia Salina L dengan metode Brain Shirmp Lethaly Test (BSLT)

0 45 48

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 4 58

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 23 64