JURNAL GINDA I0209038

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

GEREJA UNIVERSAL DAN FASILITAS RETRET DENGAN
PENDEKATAN METAFISIKA DI BANDUNGAN
Ginda Chriesma Yoga, Widi Suroto, Hardiyati
Program Studi Arsitektur
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : gindachriesma@gmail.com

Abstrak:
Saat ini, di era modern, gaya hidup mulai mengubah kebiasaan manusia yang lebih
mengutamakan kehidupan duniawi dibandingkan kebutuhan mereka akan Tuhan,
sehingga
mereka mengabaikan kelaparan spiritual. Bagi sebagian orang
mengunjungi gereja hanya dianggap sebagai formalitas atau bahkan suatu hal yang
tidak perlu dilakukan. Hal ini yang membuat manusia kurang mengerti tentang
hakekatnya sendiri yang merupakan buah dari karya penciptaan Tuhan. Gereja saat
ini hanya dipandang sebagai bangunan yang berfungsi untuk ibadah, padahal arti
yang benar dari Gereja adalah manusia atau umat itu sendiri. Dekonstruksi makna ini

yang coba penulis putar balikkan kembali sebagai dasar perencanaan dan
perancangan Gereja. Permasalahan yang ditemui dalam mendesain adalah bagaimana
merancang Gereja yang dapat memberi dampak fisik dan psikis kepada
penggunannya. Gereja Universal dengan pendekatan Metafisika paling cocok
diangkat karena elemen-elemen pada Arsitektur Metafisika dapat memberi dampak
secara psikis dan fisik terhadap penggunanya. Sedangkan makna Univesal karena
Gereja ini akan mewadahi seluruh umat Nasrani tidak terbatas pada kepercayaan
Kristen atau Katolik, serta memfasilitasi semua kondisi umat, baik yang normal
maupun yang memiliki cacat fisik. Arsitektur Metafisika dapat diperoleh melalui
beberapa aspek yaitu archetype, alam, cahaya, material, manusia, dan memori yang
pada nantinya akan menciptakan suasana dan atmosfer tertentu pada desain. Sasaran
utama dari perancangan bentuk arsitektur ini adalah penggunanya yaitu manusia.
Seluruh sensor dan indera yang ada pada tubuh manusia akan menjadi esensi dalam
karya ini. Melalui lokasi perencanaan, alam, dan detail-detail arsitektur yang penulis
terapkan pada desain Gereja Universal dan Fasilitas Retret, yang tujuannya adalah
untuk memulihkan hakekat manusia dan dapat ‘menghadirkan’ Tuhan di dalam
desain.
Kata kunci: Manusia dan Tuhan, Fenomena Metafisika, Gereja Universal

commit to user


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

GEREJA UNIVERSAL DAN FASILITAS RETRET DENGAN
PENDEKATAN METAFISIKA DI BANDUNGAN
Ginda Chriesma Yoga, Widi Suroto, Hardiyati
Program Studi Arsitektur
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : gindachriesma@gmail.com

Abstract:
This time, in the modern era, human lifestyle are increasingly changing the human
habit who makes them more concern with a worldly life and tarnished their needs of
God, thus starving of their spirit has been ignored. For some people to go to church
only be regarded as a formality or just things that do not even need to do. This makes
human have lack understanding about the human essence which are part of God
creation. Now, the church only seen as a building which is place to worship, the true
meaning from the church is the human itself. This deconstruction of meaning are

writer try to reverse back as a basis of Church planning and design. The problem in
this design process is how to design church which can make physical and
psychological impact to the user. The Universal Church of Metaphysics approach is
most suitable appointed because the elements of Metaphysics Architecture can give
impact to user psychical and physical. The Universal means intended to accommodate
all of the Nazarenes, not only for Christian or Catholic believes, as well as to
facilitate all people physical condition, normal people or disabilities people.
Metaphysics Architecture can be achieved from some aspects consist of archetype,
nature, light, materials, human, and memories which will be creating particular feel
and atmosphere in the design. The main target of this architecture form is the user
that is human. All of senses and sensors on the human body become essence in this
work. Through planning location, nature, and all of architectural details which writer
implemented to Universal Church and Retreat Facilities design, which have an aim to
restore the human essence and can ‘presenting ’ the God inside of the design.
Keywords: Human and God, Metaphysics Phenomenon, Universal Church

rohani dan membutuhkan waktu dan
I. PENDAHULUAN
Tubuh merupakan unsur lahiriah
wadah/ruang untuk dapat lepas dari hiru

manusia, unsur daging yang dapat dilihat
pikuk rutinitas duniawi.
didengar, disentuh. Jiwa adalah unsur
Namun dengan seiring perkembangan
batiniah manusia yang tidak dapat dilihat.
zaman dan 'tuntutan lifestyle ' khususnya di
Unsur dari jiwa meliputi pikiran, emosi,
wilayah perkotaan, kebutuhan fisik duniawi
dan kehendak, sedangkan roh adalah
menjadi prioritas utama manusia sehingga
prinsip kehidupan manusia. Roh adalah
mulai memudarkan kebutuhan mereka akan
nafas yang dihembuskan Tuhan ke dalam
Tuhan. Kelaparan Roh mereka sendiri
tubuh duniawi dan pada saatnya nanti akan
sudah tidak diperhatikan. Seharusnya
kembali lagi kepada Tuhan, yang
datang ke Gereja merupakan suatu
merupakan kesatuan spiritual dalam
kebutuhan dasar, sekarang menjadi sebatas

manusia. Roh adalah sifat alami manusia
sebuah 'kewajiban' semata atau bahkan
yang 'imaterial' yang memungkinkan
tidak perlu lagi. Bentuk kehidupan seperti
manusia berkomunikasi dengan Tuhan, dan
inilah yang mulai menghilangkan nilai-nilai
salah satu caranya adalah dengan berdoa. commit to
dasar
manusia sebagai ciptaan Tuhan.
user
Doa merupakan kegiatan yang bersifat

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dalam pernerapan metafisika di dalam
bentuk arsitektur yaitu :
1. Archetype
Dapat diartikan sebagai pola dasar yang

berfungsi sebagai pondasi dalam
mengolah bentuk fisik bangunan pada
perancangan proyek. Contoh archetype
antara lain : gunung, batu, tumbuhan,
air.
2. Alam
Kombinasi antara ruang luar dan ruang
dalam yang menunjukkan kesatuan
antara bentuk-bentuk buatan manusia
(arsitektur) dengan bentuk-bentuk alam
(elemen lansekap) yang membuat
perancangan arsitektur lebih dinamis.
3. Cahaya
Elemen yang sangat penting untuk
pengolahan ruang dalam arsitektur
karena cahaya dapat mendefinisikan
warna dan material yang diterapkankan
pada arsitektur. Selain itu cahaya dapat
mengolah atmosfer atau suasana yang
diinginkan.

4. Material
Material adalah bagian kecil dari alam
yang diproses manusia agar dapat
diterapkankan pada karya arsitektur dan
material itu sendiri dapat terdefinisi
karena adanya cahaya. Penerapan
material perlu adanya pertimbangan
karena elemen ruang luar dan ruang
dalam sangat mempengaruhi kondisi
psikologis pengguna dalam menerima
rangsangan pada perancangan
arsitektur.
5. Manusia
Manusia memiliki panca indera yang
dapat menerima rangsangan dari
sekitarnya. Panca indera inilah yang
digunakan sebagai penerapan konsep
metafisika. Tiap indera akan diterapkan
agar pengguna dapat menerima maksud
yang disajikan dalam bentuk-bentuk

II. METODE
arsitektur.
Dalam proses perancangan proyek ini
6. Memori
ada beberapa hal mengenai elemen-elemen
Memori adalah bagian dari manusia
arsitektur yang perlu ditekankan agar
yang sangat kuat. Kepribadian
konsep metafisika yang diterapkan dapat
seseorang dibentuk oleh peristiwa masa
muncul pada tiap aspek perancangan.
lalu dan masa depannya sangat
Konsep metafisika yang diangkat
terpengaruh oleh pengalaman di masa
diambil menurut teori dari Peter Zumthor
lalu. Cara seseorang berpikir
(1999) yang menjabarkan tentang aspek commit to user
didasarkan pada kesalahan masa lalu
Gereja Universal mewadahi umat
nasrani terbatas pada agama Katolik atau

pun Kristen. Gereja ini hanya akan
memiliki fungsi tunggal, yaitu media
penghubung antara manusia dengan Tuhan.
Fenomena metafisika biasanya dialami
manusia dalam keadaan sadar namun
manusia itu sendiri tidak sadar sedang atau
telah mengalami abstraksi tersebut.
Fenomena ini sebenarnya bisa disadari
namun belum tentu dimengerti dengan
sensor-sensor yang ada di tubuh manusia.
Seperti pada buku karya Lynda
Waggoner (1996) mengenai karya Frank
Lloyd Wright yaitu ‘Falling Water House’,
elemen rancangan yang beliau rancang
tidak mendasar hanya pada bagaimana
ruangan masif yang ditata, namun
menyeluruh dari di mana lokasi bangunan
itu, bentuk kondisi lingkungan yang
diintepretasikan ke dalam bentuk fisik
bangunan, komunikasi antara bangunan,

manusia, lingkungan, hingga detail seperti
musik alam dari gemericik air terjun yang
menjadi kesatuan dalam karya fenomenal
tersebut. Dari pembelajaran tersebut
arsitektur dapat mempengaruhi sensorsensor manusia dan menghasilkan dampak
secara fisik maupun psikologis pengguna di
dalamnya. Seperti yang diutarakan oleh
Mangunwijaya (1988) inti dalam
berarsitektur adalah menciptakan suasana,
saat seseorang dibawa ke sebuah alam dan
waktu yang berbeda dalam sebuah karya
arsitektur, hal itulah yang menjadikan karya
tersebut fenomenal dan memiliki arti yang
mendalam.
Hal inilah yang coba dimanfaatkan
penulis di dalam desain gereja, yang
bertujuan untuk mengembalikan hakekat
manusia dan dapat 'menghadirkan' Tuhan di
dalamnya.


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Ginda Chriesma Yoga, Widi Suroto, Hardiyati
Gereja Universal dan Fasilitas Retret dengan Pendekatan Metafisika di Bandungan

atau dari pengetahuan yang diperoleh
pada sesaat lalu. Dengan demikian,
memori dalam pengalaman
berarsitektur memainkan peranan yang
sangat penting yang berkaitan dengan
rangsangan yang saat ini diproduksi
oleh lingkungan dengan pengalaman
masa lalu, sehingga perasaan atau
pikiran ini diproduksi dalam kepala
seseorang.
Memori setiap orang pastilah berbeda
antara satu dengan yang lain. Namun,
pasti ada satu titik ada sebuah
pengalaman yang sama pada setiap
individunya, seperti pengalaman saat
sebelum terjadi hujan ada aroma tanah
basah yang terhembus angin, secara
spontan akan muncul pikiran sebentar
lagi akan turun hujan.
Memori semasa kecil juga dapat ambil
bagian dalam perancangan sebuah ide
arsitektur, seperti menyusun balokbalok kayu yang kemudian dibuat
rumah-rumahan atau bentuk tertentu.
Kegembiraan saat itu dapat tercermin
kembali saat seseorang beranjak
dewasa dan menemui aktualisasi dalam
sebuah karya arsitektur menurut
memori masa lampau tersebut.
III. ANALISIS
Proyek tugas akhir Gereja Universal
dan Fasilitas Retret dengan Pendekatan
Metafisika di Bandungan ini berlokasi di
area dataran tinggi dan berkontur, untuk
itu perbedaan ketinggian tanah dapat
digunakan sebagai pemintakatan hierarki
penempatan fungsi dan massa bangunan
menyesuaikan dengan syarat dan
kebutuhan masing-masing bangunan yang
dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada perancangan proyek ini akan
menggunakan massa jamak sehingga tiap
massa akan memiliki fungsinya masingmasing yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Untuk gubahan massa bangunan
didapat dari konsep metafisika yang sudah
dijabarkan. Secara fisik bentuk bangunan
digubah dari beberapa elemen yang ada di
alam sehingga bentuk yang akan muncul
dapat lebih dinamis dan menyatu dengan
alam seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3, 4, dan 5.

Gambar 2. Pemintakatan Mikro Ruang

Gambar 3. Ide Gubahan Massa

commit to user Gambar 4. Ide Gubahan Massa Gereja
Gambar 1. Pemintakatan Hierarki Ruang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dalam akan menggunakan metode wind
catcher yang berupa sebuah menara di atas
bangunan yang dapat mendistribusikan
udara dari luar ruangan seperti contoh
pada Gambar 5.

Gambar 5. Ide Gubahan Massa Asrama

Material yang akan diaplikasikan
pada proyek adalah material-material yang
sederhana dan alami, antara lain: kayu,
tumbuhan, batu, dan kaca. Materialmaterial ini digunakan karena dapat
membentuk atmosfer dan suasana baik di
luar maupun dalam ruang.
Nantinya pada tiap fungsi bangunan
akan ada akses atau ruang transisi
penghubung. Masing-masing ruang
transisi pada khususnya gereja dan area
asrama haruslah memiliki makna yang
dapat dimengerti oleh pengguna.
Terapan pencahayaan alami dalam
ruang akan diterapkan skylight karena
kondisi lingkungan sekitar Bandungan
yang hanya disinari matahari pada jam
11.00 – 14.00, sehingga penempatan
bukaan lebih didominasi pada atap
bangunan.

IV. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN)
Konsep rancangan Gereja Universal
dan Fasilitas Retret mengacu pada proses
mengembalikan hakikat manusia dan
hubungannya dengan Tuhan. Kehidupan
yang semakin modern, maka membuat
manusia lupa akan keberadaannya di dunia
karena Tuhan. Maka dari itu, pendekatan
Metafisika digunakan. Dengan
menggunakan kekuatan alam sebagai
ciptaan Tuhan yang pada akhirnya akan
membuat manusia secara tidak sadar
mengagumi dan kembali mengingat Tuhan
bukan hanya karena formalitas, namun
juga karena kesadaran diri sendiri.
Nama
: Gereja Universal dan
Retret
Lokasi
: Bandungan,
Semarang, Jawa Tengah
Luas Lahan : 25.000 m2
Kegiatan : Beribadah, Retret dan
Rekreasi
Penerapan hierarki fungsi dapat
dilihat pada Lampiran. Penggunaan elevasi
tanah untuk membedakan persyaratan
masing-masing area. Untuk area publik
ruangan yang ada antara lain : area parkir,
penerima, kantin, area asrama, area retret,
dan komunal. Area semi publik adalah
area gereja karena di dalamnya
menampung kegiatan ibadah yang masih
ada bentuk komunikasi antar penguna.
Area privat adalah area untuk bermeditasi
yang berada di dataran yang paling tinggi.

Gambar 6. Gambar Wind Catcher
(sumber :
https://www.pinterest.com/pin/35529185807
8714376/ )

Untuk terapan penghawaan akan
menggunakan metode umum yaitu cross
circulation, sehingga dapat menjaga
kondisi suhu dan kelembaban dalam
ruangan. Sedangkan pada area asrama
yang rencana akan diletakkan pada
selubung tanah maka penghawaan ruang commit to user

Gambar 7. Gereja

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Ginda Chriesma Yoga, Widi Suroto, Hardiyati
Gereja Universal dan Fasilitas Retret dengan Pendekatan Metafisika di Bandungan

Bentuk massa utama gereja dan asrama
retret dibentuk dari archetype atau pola-pola
dasar yang diambil dari alam yang kemudian
diolah sedemikian rupa agar bentuknya
dinamis dan menyatu dengan alam yang dapat
dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 8. Area asrama

Penciptaan atmosfer dan suasana yang
sakral pada ruang dalam gereja dan aula
dengan cara menerapan skylight agar dapat
mendistribusikan cahaya alami ke dalam ruang
yang dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar
10.

Gambar 9. Interior Gereja

Gambar 10. Interior Aula

REFERENSI
Lynda S. Waggoner, 1996, Fallingwater:
Frank Lloyd Wright's Romance With
Nature, Pennsylvania : Universe
Publishing
Mangunwijaya, Y.B, 1988, Wastu Citra ,
Jakarta : Gramedia
Zumthor, Peter, 1999, Thinking Architecture,
commit to user
Basel; Boston; Berlin : Birkhäuser

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

commit to user

Dokumen yang terkait

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN KREATIF PADA ANAK KELOMPOK B Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Kreatif Pada Anak Kelompok B TK Az Zahra Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 3 8

AMBITION OF MINKE REFLECTED AT PRAMOEDYA ANANTA TOER’S NOVEL THIS EARTH OF MANKIND (1975): Ambition Of Minke Reflected At Pramoedya Ananta Toer’s Novel This Earth Of Mankind (1975): A Psychoanalytic Approach.

0 2 18

NASKAH PUBLIKASI Perancangan Ulang Stasiun Kerja Mesin Pemintal Benang Afval Ditinjau Dari Aspek Ergonomis (Studi Kasus terhadap kelompok pengrajin desa Jombor, Klaten).

0 0 11

VARIASI BAHASA DALAM INTERAKSI SOSIAL WARGA DUKUH NGARES, DESA KADIRESO, KECAMATAN TERAS, KABUPATEN Variasi Bahasa dalam Interaksi Sosial Warga Dukuh Ngares, Desa Kadireso, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali (Kajian Sosiolinguistik).

0 5 18

ANXIETY OF IWAN SETYAWAN IN THE NOVEL 9 Anxiety Of Iwan Setyawan In The Novel 9 Summers 10 Autumns Written By Iwan Setyawan And Translated By Maggie Tiojakin (2011): A Psychoanalytic Approach.

0 1 17

Wisuda Pertama dan Terakhir untuk Ginda.

0 1 1

Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah

0 4 11

Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah Jurnal Ilmiah

0 0 26

PROFIL ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF ALQUR’A

0 1 10

DINAMIKA DAKWAH ISLAM DALAM PERSPEKTIF MANAGEMEN PERUBAHAN DI KECAMATAN TAMPAN Ginda Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Email: gindauin-suska.ac.id Abstrak - DINAMIKA DAKW

0 0 21