INTERVENSI PEJABAT DIPLOMATIK TERHADAP URUSAN DALAM NEGERI NEGARA PENERIMA DIHUBUNGKAN DENGAN PRINSIP INVIOLABILITY MENURUT KONVENSI WINA 1961 TENTANG HUBUNGAN DIPLOMATIK.
INTERVENSI PEJABAT DIPLOMATIK TERHADAP URUSAN DALAM
NEGERI NEGARA PENERIMA DIHUBUNGKAN DENGAN PRINSIP
INVIOLABILITY MENURUT KONVENSI WINA 1961 TENTANG
HUBUNGAN DIPLOMATIK
Dewi Juwiwahyu
110110100434
ABSTRAK
Pejabat diplomatik dalam melaksanakan tugas-tugasnya dilindungi
oleh prinsip inviolability sebagaimana telah diatur didalam Pasal 29 Konvensi
Wina 1961. Disamping pelaksanaan tugas-tugasnya, pejabat diplomatik juga
memiliki kewajiban untuk tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam
negeri negara penerima sebagaimana diatur didalam Pasal 41 (1) Konvensi
Wina 1961. Majelis Umum PBB telah membuat suatu resolusi yang mengatur
tentang prinsip-prinsip non-intervensi didalam G.A. Res. 2625 (XXV). Dalam
praktiknya pejabat diplomatik acap kali melakukan kegiatan-kegiatan yang
oleh negara penerima dianggap sebagai suatu tindakan intervensi terhadap
urusan dalam negerinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakantindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan intervensi dan
penerapan prinsip inviolability yang melekat pada pejabat diplomatik terkait
dengan tindakan intervensi yang dilakukannya terhadap urusan dalam negeri
negara penerima menurut Konvensi Wina 1961.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah pendekatan yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang menekankan
pada studi kepustakaan. Metode analisis data yang digunanakan adalah
metode normatif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
penafsiran terhadap Pasal 41 (1) Konvensi Wina 1961 dengan menggunakan
metode penafsiran yang berpegang pada kehendak para penyusun perjanjian
(intentions of the parties school), dapat disimpulkan bahwa ikut campur
terhadap yurisdiksi administrasi dan kekuasaan kehakiman ataupun
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat politik dan kejahatan politik
melalui tindakan subversif merupakan tindakan-tindakan yang termasuk
sebagai intervensi terhadap urusan dalam negeri negara penerima. Tindakan
intervensi terhadap urusan dalam negeri yang dilakukan oleh pejabat
diplomatik tidak dapat mengecualikan prinsip inviolability berdasarkan
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik.
iv
DIPLOMATIC AGENT’S INTERVENTION TOWARDS RECEIVING STATE’S
INTERNAL AFFAIRS RELATED TO INVIOLABILITY PRINCIPLE
ACCORDING TO VIENNA CONVENTION ON DIPLOMATIC RELATIONS
1961
Dewi Juwiwahyu
110110100434
ABSTRACT
Article 29 Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961 provides
the diplomatic agents in performing their functions of diplomatic mission
protected by inviolability principle. They have, however, certain functions of
diplomatic mission towards the receiving state, that is, their duty of noninterference in the internal affairs of the receiving state. This position is now
expressly recognized in the Article 41 (1) Vienna Convention on Diplomatic
Relations 1961. The United Nations General Assembly has made a resolution
to regulate non-intervention principle in the G.A. Res. 2625 (XXV). In the fact,
some receiving states may, on the other hand, regard as improper
interference in their internal affairs words or actions of diplomatic agents. The
aims of this study is to determine what kind of acts that categorize of
intervention act according Article 41 (1) Vienna Convention on Diplomatic
Relations 1961, and to identify the implementation of inviolability principle
involve diplomatic agent’s intervention toward receiving state’s internal affairs
according to Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961.
To further examine the problems in thi research, the author uses
juridical normative approach by researching on literary study. Data analyze
method used the normative-qualitative analyze method.
The results from this research show, based on intentions of the parties
school, kind of acts that count as intervention act in the internal affairs of the
receiving state according to Article 41 (1) Vienna Convention on Diplomatic
Relations 1961 are interfere with the jurisdiction administrative, or judicial
authorities, nor may he make political activities and political crimes by
performing subversive activities in the receiving state. Diplomatic agent’s
intervention toward receiving state’s internal affairs does not allow to
exception of inviolability principle in protect diplomatic agent according to
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961.
v
NEGERI NEGARA PENERIMA DIHUBUNGKAN DENGAN PRINSIP
INVIOLABILITY MENURUT KONVENSI WINA 1961 TENTANG
HUBUNGAN DIPLOMATIK
Dewi Juwiwahyu
110110100434
ABSTRAK
Pejabat diplomatik dalam melaksanakan tugas-tugasnya dilindungi
oleh prinsip inviolability sebagaimana telah diatur didalam Pasal 29 Konvensi
Wina 1961. Disamping pelaksanaan tugas-tugasnya, pejabat diplomatik juga
memiliki kewajiban untuk tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam
negeri negara penerima sebagaimana diatur didalam Pasal 41 (1) Konvensi
Wina 1961. Majelis Umum PBB telah membuat suatu resolusi yang mengatur
tentang prinsip-prinsip non-intervensi didalam G.A. Res. 2625 (XXV). Dalam
praktiknya pejabat diplomatik acap kali melakukan kegiatan-kegiatan yang
oleh negara penerima dianggap sebagai suatu tindakan intervensi terhadap
urusan dalam negerinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindakantindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan intervensi dan
penerapan prinsip inviolability yang melekat pada pejabat diplomatik terkait
dengan tindakan intervensi yang dilakukannya terhadap urusan dalam negeri
negara penerima menurut Konvensi Wina 1961.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah pendekatan yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang menekankan
pada studi kepustakaan. Metode analisis data yang digunanakan adalah
metode normatif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
penafsiran terhadap Pasal 41 (1) Konvensi Wina 1961 dengan menggunakan
metode penafsiran yang berpegang pada kehendak para penyusun perjanjian
(intentions of the parties school), dapat disimpulkan bahwa ikut campur
terhadap yurisdiksi administrasi dan kekuasaan kehakiman ataupun
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat politik dan kejahatan politik
melalui tindakan subversif merupakan tindakan-tindakan yang termasuk
sebagai intervensi terhadap urusan dalam negeri negara penerima. Tindakan
intervensi terhadap urusan dalam negeri yang dilakukan oleh pejabat
diplomatik tidak dapat mengecualikan prinsip inviolability berdasarkan
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik.
iv
DIPLOMATIC AGENT’S INTERVENTION TOWARDS RECEIVING STATE’S
INTERNAL AFFAIRS RELATED TO INVIOLABILITY PRINCIPLE
ACCORDING TO VIENNA CONVENTION ON DIPLOMATIC RELATIONS
1961
Dewi Juwiwahyu
110110100434
ABSTRACT
Article 29 Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961 provides
the diplomatic agents in performing their functions of diplomatic mission
protected by inviolability principle. They have, however, certain functions of
diplomatic mission towards the receiving state, that is, their duty of noninterference in the internal affairs of the receiving state. This position is now
expressly recognized in the Article 41 (1) Vienna Convention on Diplomatic
Relations 1961. The United Nations General Assembly has made a resolution
to regulate non-intervention principle in the G.A. Res. 2625 (XXV). In the fact,
some receiving states may, on the other hand, regard as improper
interference in their internal affairs words or actions of diplomatic agents. The
aims of this study is to determine what kind of acts that categorize of
intervention act according Article 41 (1) Vienna Convention on Diplomatic
Relations 1961, and to identify the implementation of inviolability principle
involve diplomatic agent’s intervention toward receiving state’s internal affairs
according to Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961.
To further examine the problems in thi research, the author uses
juridical normative approach by researching on literary study. Data analyze
method used the normative-qualitative analyze method.
The results from this research show, based on intentions of the parties
school, kind of acts that count as intervention act in the internal affairs of the
receiving state according to Article 41 (1) Vienna Convention on Diplomatic
Relations 1961 are interfere with the jurisdiction administrative, or judicial
authorities, nor may he make political activities and political crimes by
performing subversive activities in the receiving state. Diplomatic agent’s
intervention toward receiving state’s internal affairs does not allow to
exception of inviolability principle in protect diplomatic agent according to
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961.
v