(Diplomatik) KONVENSI WINA 1961

(1)

HUKUM DIPLOMATIK

DOSEN: NARSIF, SH.,MH


(2)

A. Pengertian :

Pengertian Hukum Diplomatik ini masih belum banyak

diungkapkan,

Namun apa yang ditulis oleh

Eileen Denza

mengenai

Diplomatik Law pada hakikatnya hanya mnenyangkut

komentar terhadap Konvensi Wina mengenai hubungan

diplomatik.

Adapula yang memberikan batasan bahwa Hukum

Diplomatik merupakan cabang dari hukum kebiasaan

internasional yang terdiri dari seperangkat aturan-aturan

dan norma-norma hukum yang menetapkan kedudukan

dan fungsi para diplomat termasuk bentuk-bentuk


(3)

Perkataan diplomasi digunakan secara berbeda-beda:

a. Ada yang menyamakan kata itu dengan politik luarnegeri misalnya

jika dikatakan, “diplomasi RI di Afrika perlu ditingkatkan”

b. Diplomasi dapat pula diartikan sebagai perundingan seperti sering

dinyatakan bahwa, “masalah Timur Tengah hanya dapat

diselesaikan melalui diplomasi”.

Jadi perkataan diplomasi merupakan satu-satunya mekanisme yaitu

melalui perundingan.

c. Dapat pula diplomasi diartikan sebagai dinas luar negeri seperti

dalam ungkapan, “ia bekerja untuk diplomasi”

d. Adanya juga yang menggunakan secara kiasan seperti dalam : “Ia

pandai berdiplomasi”, yang berarti bersilat lidah.


(4)

Dalam Random House Dictionary,

diplomasi diartikan sebagai :

“the conduct by government officials of

negotiations and other relations between

nations; the art of science of conducting such

negotiations; skill in managing negotiations,

handling of people so that there is little or no

ill-will tact”.


(5)

Menurut Sir Ernest Satow, diplomasi

diberkan batasan sebagai berikut:

“Diplomacy is the applicationof intelligence

and tact to the conduct of official relation

between the Government of independent

States, extending sometimes also to their

relations with vassal states; or more briefly

still, the conduct of business between states

by peaceful means”


(6)

Sedangkan Quency Wright dalam

bukunya The Study of International

Relations memberikan batasan dalam

dua cara:

1. The employment of tact, shrewdness, and skill

in any negotiation or transaction.

2. The art of negotiation in order to achieve the

maximum of costs, within a system of politics in

which war is a possibility.


(7)

Menurut Harold Nicholson :

1.

The management of internal relations by

means of negotiation

2.

The method by which these relations are

adjusted and managed by ambassadors and

envoys

3.

The business or art of the diplomatist

4.

Skill or address in the conduct of


(8)

Menurut Ian Brownlie :

“diplomacy comprise any means by which

states establish or maintain mutual relations,

communacate with each other, or carry out

political or legal transactions, in each case

through their authorized agents”


(9)

B. Perkembangan Kodifikasi Hukum

Diplomatik

Pada abad 16 dan 17 dalam pergaulan masyarakat,

negara sudah dikenal semacam missi konsuler

dan diplomatik dalam arti yang sangat umum

seperti yang dikenal sekarang. Peraturan yang

telah disetujui pada waktu itu oleh kongres

hanyalah didasarkan atas hukum kebiasaan

internasional dan juga diambilkan dari

praktek-praktek yang diberlakukan dalam kalangan

negara.


(10)

Sampai dengan tahun 1815 peraturan yang mengatur

pergaulan diplomatik yang didasarka pada hukum

kebiasaan internasional dan didukung oleh praktek

dalam hubungan antar negara, seperti yang terlihat

dalam Kongres Wina 1815 menetapkan hal sebagai

berikut :

i. Duta-duta besar dan utusan ambassador and legates

ii. Mentre berkuasa penuh dan duta luar biasa (minister

plenipontentiary and Envoys Extraordinary)


(11)

Dalam Kongres Aix-la-Capelle 1818 penggolongan itu telah

ditambahkan dengan Minister resident sebagai golongan

ketiga, maka tersusunlah penggolongan baru sebagai

berikut :

i.

Ambassador an legates merupakan penggolongan pertama

dalam wakil diplomatik dan mereka adalah wakil dari negara

yang sepenuhnya berdaulat, mereka diangkat sebagai duta

besar dari negara masing-masing, sedangkan wakil yang

diangkat oleh pope disebut legates.

ii.

Minister Plenipotentiary and envoys Extraordinary merupakan

wakil diplomatik tingkat dua mereka menikmati kekebalan dan

keistimewaan diplomatik yang agak berkurang.

iii.

Minister resident (dalam konvensi wina 1961 tidak lagi

dimasukkan lihat pasal 14)

iv.

Charge d’ affaires: wakil dalam golongan ini tidaklah diangkat

oleh kepala negara melainkan oleh menteri luar negeri dari

negaranya.


(12)

Dari Liga Bangsa-Bangsa, Konfrensi Den Haag sampai

Konfrensi Havana telah diusahakan kodifikasi prinsip Hukum

Diplomatik yakni pada tahun 1927, LBB membentuk suatu

Komite Ahli yang bertugas untuk membahas kodifikasi

kemajuan hukum internasional termasuk hukum diplomatik.

Selanjutnya diadaka Konfrensi Den Haag 1930 untuk

membahas kodifikasi Hukum Internasional dan selanjutnya

Konfrensi keenam negara-negara Amerika yang diadakan di

Havana 1928 membahas masalah yang berkaitan dengan

diplomatik sebagai masalah penting, kemudian menyetujui

dua konvensi :

1. Convention on diplomatic officers

2. Convention on consular agents

Pada tahun 1932 telah dikeluarkan Harvard Research draft

convention on Diploamtic privileges and Immunities.


(13)

Pada Masa PBB yang didirika tahun 1945 dua tahun kemudian

dibentuk ILC yang selama 30 tahun 1949 sampai 1979 komisi

ini telah menangani 27 topik dan sub topik hukum

internasional, 7 diantaranya menyangkut Hukum Diplomatik

yaitu:

1. Pergaulan dan kekebalan diplomatik 2. Pergaulan dan kekebalan konsuler 3. Misi-misi khusus

4. Hubungan antara negara dengan organisasi internasional (bagian pertama)

5. Masalah perlindungan dan tidak diganggu gugatnya para pejabat diplomatik dan orang-orang lainnya yang berhak memperoleh perlindungan khusus menurut Hukum Internasional

6. Status kurir diplomatik dan kantor diplomatik yang tidak diikutsertakan pada kurir diplomatik

7. Hubungan antara negara dengan organisasi internasional (bagian kedua)


(14)

C. Konvensi PBB mengenai Hubungan

Diplomatik/Konvensi Wina 1961 mengenai

Hubungan DIplomatik

Setelah PBB berdiri tahun 1945, kodifikasi Hukum

Diplomatik dimulai tahun 1949 secara intensif oleh ILC

khususnya menyangkut kekebalan dan pergaulan

diplomatik digariskan secara rinci, akhirnya melalui

perjalanan yang panjang selama 12 tahun Konfrensi

berkuasa penuh (Plenipotentiary Confrence) yang

diadakan di Wina Austria tgl 2 Maret – 14 April 1961

mengesahkan suatu konvensi yang berjudul Konvensi

Wina tentang Hukum Diplomatik tanggal 18 April 1961.

Konvensi ini terdiri dari 53 pasal dan 2 protokol pilihan

atau optional protocol.


(15)

Mengenai perolehan kewarganegaraan dan keharusan untuk

menyelesaikan sengketa yang masing-masing terdiri dari 8 dan 10 pasal . Konvensi dan protokol ini diberlakukan semenjak tgl 24 April 1964 dan sampai tgl 31 Desember 1987, 151 negara ttelah menjadi pihak konvensi, 42 diantaranya pihak dalam protokol pilihan mengenai kewarganegaraan dan 52 negara mejadi pihak dalam protokol pilihan mengenai keharusan menyelesaikan sengketa.

Pasal 1 sampai 19 Konvensi Wina 1961 menyangkut pembentukan misi diplomatik hak dan cara-cara untuk pengangkatan serta penyerahan surat-surat kepercayaan kepala perwakilan diplomatik (duta besar) Pasal 20 sampai 28 mengenai kekebalan dan keistimewaan misi

diplomatik termasuk pembebasan berbagai pajak.

Pasal 29 sampai 36 mengenai kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada diplomat dan staf lainnya.

Pasal 37 sampai 47 menyangkut kekebalan dan keistimewaan bagi anggota keluarga diplomat dan staf pelayanan yang bekerja pada mereka.

Pasal 48 sampai 53 berisi berbagai ketentuan mengenai


(16)

Konvensi Wina 1963 mengenai

Hubungan Konsuler

Pertama kali usaha guna mengadakan kodifikasi peraturan tentang lembaga konsul dilakukan dalam konfrensi negara Amerika 1928 di Havana Cuba yang berhasil disetujui Conventions on consuler agents, sesudah itu usaha untuk mengadakan kodifikasi lebih lanjut tentang peraturan hubungan konsuler dibahas dalam komisi hukum

internasional (ILC) 1955 dengan menunjuk Mr. Zourek sebagai

rapporteur khusus, yang kemudian diajukan ke majelis umum PBB pada 1961. Dengan resolusi 1685 (XVI) Majelis Umum PBB menyetujui

rancangan ini untuk menyelenggarakan konfrensi diplomatik dan

menyetuji pada tahun 1963, wakil dari 95 negara berkumpul di Ibukota Austria Wina 4 maret – 22 April 1963 menyetujui rancangan terakhir Konvensi mengenai Hubungan Konsuler termasuk 2 protokol pilihan Akta finalnya ditandatangani tgl 24 April 1963 dan dinyatakan berlaku tgl 15


(17)

Ada 117 negara yang telah meratifikasi dan aksesi, 40 diantaranya telah

menjadi pihak dalam protokol pilihan tentang kewajiban penyelesaian

sengketa. Konvensi ini terdiri dari 79 pasal digolongkan dalam 5 Bab,

Bab I pasal 2 sampai 27 mengenai cara dalam mengadakan hubungan

konsuler termasuk tugas konsul

Bab II pasal 28 sampai 57 berhubungan dengan kekebalan dan

keistimewaan yang diberikan bukan saja pada perwakilan konsuler

tapi juga para pejabat konsuler carrier serta para nggota perwakilan

konsuler lainnya

Bab III pasal 58 sampai 67 khusus ketentuan mengenain lembaga

konsul kehormatan termasuk kantornya

Bab IV Pasal 69 sampai 73 berisi ketentuan umum antara lain mengenai

pelaksanaan tugas konsuler oleh perwakilan diplomatik, hubungan

konvensi ini dengan persetujuan internasional lainnya

Bab V adalah mengenai ketentuan final seprti penandatanganan,

ratifikasi dan aksesi, mulai berlakunya dan lain-lain.


(18)

Konvensi Mengenai Misi Khusus

Konvensi ini disebut Konvensi New York 1969 mengenai

misi khusus. Pada waktu Konvensi Wina mengenai

hubungan diplomatik diselesaikan, bukan hanya terdiri

dari masalah yang berkaitan dengan pertukaran misi

yang bersifat permanen tapi juga melibatkan pengiriman

utusan atau misi dengan tujuan terbatas dikenal sebagai

diplomasi ad hoc. ILC meminta pada rapporteur khusus

mempelajari masalah ini dan melaporkan pada tahun

1960, ILC menyetujui satu rancangan tiga pasal

mengenai misi khusus yang dimasukkan dalam

Konvensi Wina 1961.


(19)

Kemudian Majelis Umum PBB menyetujui pasal-pasal tambahan dan

Konvensi Wina menyetujui suatu resolusi agar majelis umum

memerintahkan untuk merumuskan sebuah instrumen baru

mengenai masalah misi khusus. Rapporteur Khusus ditunjuk oleh

ILC Mr. Bartos, kemudian setelag berhasil secara final melalui

komite 6 majelis PBB merumuskan 50 pasal dan pada sidang ke 24

tahun 1967 serta pada tgl 8 Desember 1969 menyetujui resolusi

2530 (XXIV) menyertakan teks konvensi misi khusus dan

menyatakan terbuka untuk penandatangan ratifikasi dan aksesi.

Konvensi New York 1969 ini beserta protokol pilihannya mengenai

kewajiban menyelesaikan pertikaian berlaku semenjak 21 Juni

1985, diratifikasi oleh 23 negara sampai tgl 31 Desember 1987


(20)

Konvensi New York mengenai pencegahan dan

Penghukuman Kejahatan terhadap orang-orang yang

menurut Hukum Internasional dilindungi termasuk para

diplomat

Dalam tahun 1971 organisasi negara Amerika menyetujui suatu konvensi tentang masalah tersebut dalam sidangnya ke 24 tahun 1971

berhubung meningkatnya kejahatan yang dilakuka terhadap misi diplomatik termasuk para diplomat dan perlunya untuk menghukum para pelanggar. Majelis Umum PBB meminta ILC menyiapkan

rancangan pasal-pasal mengenai pencegahan dan penghukuman

kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang yang dilindungi secara internasional. MU PBB di New York 14 Desember 1973 dengan resolusi 3166 (XXVII) konvensi ini diberlakukan pada 2 Februari 1977 dan sudah tercatat 70 negara menjadi pesertanya. Di dalam mukadimahnya

dikemukakan pentingnya aturan hukum internasional mengenai tidak boleh diganggu gugat dan perlunya proteksi secara khusus bagi orang-orang menurut Hukum Internasional harus dilindungi temasuk


(21)

Konvensi New York terdiri dari 20 pasal, pasal 1

memberikan batasan mengenai orang-orang yang

menurut Hukum Internasional perlu dilindungi termasuk

kepala negara dan pemerintahan, menteri atau wakil

diplomatik serta pejabat negara maupun dari organisasi

internasional lainnya yang memang berhak memperoleh

perlindunagn secara khusus. Konvensi ini juga merinci

apa yang dimaksud dengan tindakan kejahatan yang

disengaja seperti pembunuhan, penculikan serta

tindakan kekerasan lainnya termasuk ancaman yang

ditujukan baik terhadap mereka maupun gedung atau

tempat tinggal mereka, mengatur tentang kerjasama

negara-negara guna mengatasi tindakan kejahatan

dengan mengadakan tukar menukar informasi dan

tindakan lainnya yang perlu dikoordinasikan.


(22)

Konvensi mengenai keterwakilan negara

dalam Hubungannya dengan Organisasi

Internasional yang bersifat Universal

Konvensi ini dikenal sebagai konvensi wina 1975. Perumusan

Konvensi ini tidak sebagaimana konvensi wina 1961 karena

melibatkan 3 aspek subjek hukum yaitu bukan saja organisasi

internasional dan negara anggotanya tetapi juga tuan rumah tempat

markas besar organisasi berada. Situasi yang sangat komplek

seperti ini benar-benar memerlukan hak dan kewajiban para pihak

yang sangat adil dan memadai. Semenjak masalah ini diajukan

kepada ILC tahun 1958 barulah secara subtantif dilakukan tahun

1968 dimana rapporteur khusus yang ditugasi dalam masalah ini

melaporkan tentang rancangan pasal-pasal yang lengkap dengan

komentar mengenai kedudukan hukum dari wakil negaradalam

organisasi internasional. ILC menyetujui rancangan sementara

sebanyak 21 pasal dengan komentar mengenai ruang lingkup,


(23)

selama 1969 sampai 1970 dilanjutkan pembahasan mengenai topik ini dan pada tahun 1971 telah dimajukan 3 masalah :

1. Dampak yang mungkin terjadi dalam eadaan yang luar biasa seperti tidak adanya pengakuan, tidak adanya/putusnya hubungan diplomatik dan konsuler atau adanya pertikaian senjata antara negara anggota organisasi internasional

2. Perlu dimasukkannya ketentuan mengenai penyelesaian sengketa 3. Delegasi peninjau dari negara-negara ke berbagai badan dan

konferensi.

Akhirnya pada tahun 1972 MU PBB memutuskan untuk

menyelenggarakan konfrensi internasional sesegera mungkin.

Konfrensi PBB ini dilakukan 1975 di Wina Austria tanggal 4 – 14 Maret 1975 yang dihadiri 81 negara, 2 negara peninjau, 7 badan khusus, 3 organisasi antar pemerintah dan 7 wakil dari organisasi pembebasan nasional yang diakui oleh organisasi persatuan Afrika atau Liga Arab. Konfrensi menyetujui terdiri dari 92 pasal dan terbuka untuk

penandatanagan dari 14 maret 31 september 1975 di kementerian luar negeru Australia kemudian tgl 30 maret 1976 di PBB New York.


(24)

D. Sumber Hukum Diplomatik

Sumber hukum diplomatik tidak terlepas dari pasal 38

statuta Mahkamah Internasional yaitu:

a.

Internatioal convention, whether general or particular,

establishing rules expressly recognized by the contesting

states

b.

Internastional costum, as evidence of general practice

accepted as law

c.

The general principle of law reconized by civilized nations

d.

Subject to the provisions of article 59, judicial decisions

and the teachings of the most highly qualified publicists of

the various nations, as subsidiary means for the


(25)

Khususnya dalam rangka Hukum Diplomatik dapat dilihat sebagai sumber hukumnya antara lain sebagai berikut :

1. The final act of the congress of vienna (1815) on diplomatic ranks

2. Vienna Convention on diplomatic relation and optional protocol (1961) termasuk di dalamnya :

- Vienna Convention of Diplomatic Relations

- Optional Protocol concerning acquisition of nationality

- Optional Protocol concerning the compulsary settlement of disputes

3. Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocol (1963) yang di dalamnya memuat:

- Vienna Convention on consular relations

- Optional protocol concerning acquisition of nationality

- Optional protocol concerning the compulsary settlement of disputes 4. Convention on special mission and optional protocol (1969):

- Convention on special missions

- Optional protocol concerning the compulsary settlement of disputes

5. Convention on the preventation and punishment of crimes against internationality protected person, including diplomatic agents (1973)

6. Vienna convention on the representation of states in their relations with international organizations of a Universal Character (1975)


(26)

Istilah-istilah Diplomatik

1.

Accreditation:

akreditasi wilayah negara penerima yang merupakan yuridiksi

diplomatik bagi perwakilan diplomatik suatu negara pengirim yang

ditetapkan menurut prinsip-prinsip hukum diplomatik yang telah

disetujui masyarakat internasional

2. Ad hoc Diplomacy:

Hubungan diplomatik yang mengambil bentuk-bentuk lain yang

berbeda dengan misi diplomatik yang permanen diplomasi ad hoc

meliputi duta besar keliling, konfrensi-konfrensi diplomatik dan

misi- misi khusus yang dikirim ke suatu negara untuk

maksud-maksud tertentu

3. Ad Interim:


(27)

4. Aid Memoire:

Salah satu model yang dipakai dalam surat-menyurat diplomatik

yang isinya merupakan butir-butir pembicaraan yang merupakan

catatan penting yan perlu diketahui

5. Ambassador:

Duta besar biasanya yang dimaksud adalah duta besar luar biasa

dan berkuasa penuh yang diangkat oleh kepala

negara/pemerintahan di suatu negara dan merupakan seorang

kepala perwakilan diplomatik

6. Ambassador Roving:

Duta besar keliling yang juga diangkat oleh kepala/pemerintahan

dengan tugas khusus ia berkedudukan di negaranya da dapat

berhubungan dengan negara-negara tertentu atas dasar mandat

yang telah diberikan kepala negara dan disepakati oleh negara

penerima


(28)

7. Ambassador at Large:

Seorang dutra besar dengan tugas khusus yang juga diangkat oleh kepala negara/pemerintahan, ia tidak mempunyai daerak akreditasi tertentu namun dapat berhubungan dengan semua negara atas dasar mandat yang telah diberikan dan kesepakatan negara-negara

penerima, ia bnerkeduduka di negaranya. 8. Ambassador Designate:

Seorang duta besar yang telah memperoleh aggrement tetapi belum menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada kepala negara atau kepala pemerintahan negara pengirim

9. Ambassador extraordinary and plenipotentiary:

Duta besar luar biasa dan berkuasa penuh (lihat ambassador) 10. Asylum :

Suaka, dimana seorang pengungsi atau pelarian politik mencari perlindungan baik di wilayah suatu negara lain maupun di dalam

lingkungan gedung perwakilan diplomatik dari suatu negara, jika yang dicari itu diberikan, pencari suaka itu dapat kebal dari proses hukum dari negara dimana dia berasal


(29)

11. Attache:

Pangkat diplomatik terendah dalam struktur kepangkatan dinas diplomatik

12. Service/Techinical:

Atase tekni merupakan jabatan-jabatan dalam dinas diplomatik di perwakilan diplomatik yang khusus menangani masalah yang

dianggap teknis seperti, atase pertahanan, penerangan, perdagangan, imigrasi, pendidikan dan kebudayaan, pertanian dan lain-lain

13. Career Diplomatic:

Pejabat diplomatik yang berasal dari Departemen Luar Negeri yang melalui proses jenjang kepangkatan diplomatik yang ada

14. Chancare Chief of:

Kanselarai yaitu kantor kedutaan besar, seorang yang bertanggung jawab terhadap masalah adminstrasi dan keuangan perwakilan

diplomatik yang dalam sistem perwakilan dinas RI di luar negeri lazim disebut Kepala Urusan Tata Usaha dan pernah juga disebut


(30)

15. Charge d’ affareis a.i

Kuasa usaha sementara jika kepala di perwakilan diplomatik kosong atau tidak dapat menjalankan tugasnya, kuasa usaha a.i akan bertindak

sementara sebagai kepala perwakilan, nama kuasa usaha akan diberitahukan baik oleh kepala perwakila atau jika ia tidak dapat

melakukannya maka hal itu dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Negara Pengirim kepada Kementerian Luar Negeri Negara Penerima atau

kementerian lainnya yang disetujui. 16. Charge d’ affareis en pied(-en titre):

Kuasa usaha tetap. Seorang kepala perwakilan diplomatik yang secara tetap mengepalai perwakilan diplomatik bertingkat Kedutaan besar

berpangkat setingkat lebih rendah dari duta besar seperti

mentri/minister/mentri berkuasa penuh (Minister Plenipotentiary) 17. Charge des affaries:

Dalam beberapa hal dimana tidak ada anggota staf diplomatik di suatu perwakilan diplomatik di negara penerima, anggota staf administrasi dan teknis dengan kesepakatan negara penerima dapat ditunjuk oleh negara pengirim sebagai charge des affaries yang hanya bertugas mengenai masalah administrasi perwakilan saja yang sedang berjalan


(31)

18. Comity:

Surat Tauliah

19. Letter of (consular/lettre patente/lettre de provision/comition consulaire) Suatu dokumen resmi yang ditandatangani oleh kepala negara atau meneri luar negeri mengenai penunjukan seorang kepala perwakilan konsuler (Konsul jenderal,Konsul/konsul muda dan sebagainya) di suatu tempat di negara penerima

20. Consent:

Kesepakatan. 21. Principle of –

Azaz kesepakatan bersama 22. Consul:

Tingkat kepangkatan atau gelas dalam sistem perwakilan konsuler setingkat lebih rendah dari konsul jenderal dan di atas pangkat vice consul (konsul muda) yang diterapkan dalam perwakilan konsuler yang bertingkat konsulat jenderal. Konsul dapat berdiri sendiri sebagai kepala perwakilan konsuler yang bertingkat konsulat saja


(32)

23. Consulate General :

Susunan kepangkatan perwakilan konsuler bertingkat konsulat

jenderal dapat terdiri dari, - konsul jenderal, - konsul, - konsul muda

24. Consulate :

Susunan kepangkatan untuk perwakilan konsuler bertingkat

konsulat terdiri dari konsul, konsul muda

25. Consular agent:

Ada juga perwakilan konsuler lainnya yang betingkat lebih rendah

dari konsulat seperti konsulat agent yaitu semacam agen atau

seseorang yang mewakili konsul

26. Consular Mission/Consular Office

Perwakilan konsuler/Kantor Konsulat

27. Corps Diplomatique:

Di ibukota negara semua pejabat diplomatik dari

perwakilan-perwakilan diplomatik membentuk suatu kelompok para diplomat

yang lazim di sebut corps diplomatic


(33)

28. Councelor. Consellor:

Pangkat atau gelar diplomatik sesudah sekretaris I dan sebelum minister consellor, struktur kepangkatan atau gelar diplomatik dalam suatu sistem yang diterapkan dalam perwakilan diplomatik mempunyai susunan sebagai berikut :

- Duta besar luar biasa berkuasa penuh - Minister atau duta

- Ministre conselor - Sekretaris I

- Sekretaris II - Sekretaris III - Atase

29. Courtesy Call to pay a

Suatu kunjungan yang biasanya dilakukan oleh kepala perwakilan asing yang baru datang baik kepada pejabat negara penerima

maupun kepada perwakilan lainnya yang sudah lama atau sementara waktu berada di negara penerima


(34)

30. Credentials (lettres du credence/lettre of credence)

Surat-surat kepercayaan. Suatu dokumen resmi yang ditandatangani oleh kepala negara atau pemerintahan yang isinya mengenai

penunjukan seorang warga negaranya yang dianggap terpilih dan terkemuka sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk suatu negara dimana kedua negara tersebut sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik

31. Custody:

Dalam pengertian dan kaitannya dalam hukum diplomatik diartikan sebagai pengawasan dan pemilikan secara ad hoc oleh perwakilan negara ketiga atas gedung perwakilan asing di suatu negara penerima karena negara pengirim tidak lagi mempunyai kapasitas secara hukum berhubungan dengan negara penerima akibat terjadinya pemutusan hubungan diplomatik atau perang antara kedua negara

32. Cypher Code:

Cara persandian yang digunakan oleh negara pengirim dan

perwakilannya di negara penerima dalam mengadakan korespondensi atau komunikasi yang memerlukan kerahasiaan untuik tidak diketahui pihak lain


(35)

33. Dean (doyen) :

Seorang duta besar asing yang paling lama bertugas di suatu negara penerima atau paling dahulu menyerahkan surat kepercayaannya dibandingkan dengan duta besar lainnya dapat ditunuk sebagai ketua corps diplomatic lazim disebut dean/doyen

34. Delegate :

Para anggota delegasi (orangnya) 35. Delegation:

Delegasi yang dikirim oleh suatu negara untuk mewakili pada sesuatu badan atau konferensi

36. D’emarche:

Suatu pernyataan bersama dari beberapa perwakilan asing kepada kementerian luar negeri yang disampaikan baik secara tertulis

maupunlisan yang berisi protes, permintaan, usul, peringatan dan lain-lain 37. Diplomatic Courier:

Seseorang yang bertugas untuk membawa kantong atau bungkusan lainnya yang berisi dokumen penting yang memerlukan kerahasiaan antara pemerintah negara pengirim dan perwakilan di negara penerima


(36)

38. En Clair:

Korespondensi diplomatik yang bukan menggunakan cara sandi (berita terbuka)

39. Envoy Diplomatic Duta, duta besar 40. Envoy special

Wakil khusus yang bertingkat duta besar 41. Ex gratia:

Suatu azaz yang digunakan oleh negara penerima dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan kerusakan gedung perwakilan asing termasuk mobil danmilik lainnya yaitu dengan memberikan kompensasi baik berupa penggantian atau perbaikan terhadap kerusakan atau

kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian negara penerima dalam memberikan perlindungan dan pencegahan

42. Exequatur

Kesepakatan yang diberikan oleh negara penerima terhadap seseorang calon konsul dari negara lain untuk menerima pengangkatannya dan mulai melaksanakan tugasnya di suatu tempat di negara penerima


(37)

43. Exterritorial (extrateritorial)

Sifat kebal dan tidak diganggu gugatnya lingkungan gedung perwakilan asing termasuk tempat kediaman duta besar dan diplomat lainnya dari yuridiksi hukum negara penerima

44. Extraordinary and Plenipontetiary: Lihat ambassador

45. Extradition

Permintaan kepada suatu negara untuk menyerahkan atau mengirimkan seseorang yang melakukan pelangaran hukum termasuk politik untuk diadili di negara dimana terjadi pelanggaran itu, hal ini biasanya dapat dilakukan apabila kedua negara mempunyai perjanjian mengenai hal itu. 46. Laisser Paisser:

Untuk memberikan status diplomatik bagi pejabat-pejabat dari negara lain dan organisasi internasional untuk bepergian secara bebas di

wilayah mereka maka dokumen akan dikeluarkan oleh negara tersebut melalui kedutaan besar masing-masing atau organisasi internasional dan dokumen semacam ini dikenal sebagai laisser paisser


(38)

47. Permanent Mission

Perwakila tetap. Suatu bentuk perwakila diplomatik yang bersifat tetap yang mewakili negara dikirim oleh suatu negara anggota ke organisasi internasional

48. Permanent Representative

Wakil tetap, orang yang ditugaskan oleh negara pengirim dan bertindak sebagai kepala perwakilan tetap dan berstatus sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh.

49. Persona Grata

Dalam hal negara penerima memberikan persetujuan terhadap seseorang yang diusulkan untuk diangkat sebagai duta besar negara pengirim maka orang tersebut dinyatakan persona grata, persetujuan ini diberikan

sebelum pengangkatan itu diumumkan. 50 Persona Non Grata

Penolakan atau tidak adanya persetujuan dari negara penerima terhadap seseorang diplomat baik sebelum atau sesudah pengangkatannya sejak diplomat tersebut dinyatakan persona non grata, maka negara pengirim diwajibkan untuk membuat pengaturan untuk penarikannya segera dari negara penerima.


(39)

51. Premises

Gedung perwakilan diplomatik 52. Primises of the mission

Gedung-gedung atau bagiannya termasuk bidang tanah dimana

gedung atau gedung-gedung didirikan di atasnya tanpa memperhatikan siapa pemiliknya yang digunakan untuk tujuan dan keperluan misi

perwakilan diplomatik termasuk rumah kediaman kepala perwakilan, pengertian gedung perwakilan ini meliputi segala isi, arsip serta

pemilikan lainnya baik barang bergerak maupun tidak bergerak 53. Protocol:

a. Aturan-aturan di dalam etika diplomatik dan praktek-prakek lainnya yang bersifat seremonial termasuk formalitas diplomatik

b. Suatu persetujuan pendahuluan yan ditandatangani oleh wakil dari dua negara atau lebih mengenai kesepakatan yang dicapai dari

pembicaraan

c. Bagian dari perjanjian atau instrumen ukum internasional lainnya yang dibuat oleh negara-negara contoh protocol tambahan (additional protocol), optional protoco (protocol pilihan)


(40)

54. Rapporteur

Suatu penunjukan yang diberikan pada seseorang dengan tugas

membuat catatan dan mempersiapkan laporan mengenai jalannya

suatu persidangan

55. – general

Dala tingkatan yang lebih tingi dari rapporteur mempunyai lingkup

yang lebih luas

56. – special

Rapporteur yang diberi tugas untuk masalah khusus seperti dalam

komisi hukum internasional PPB

57. Recieving States

Negara Penerima, negara yang menurut kesepakatan bersama

telah menyetujui untuk menerima pembukaan suatu perwakilan

diplomatik/konsuler di negaranya

58. Reciprocal:


(41)

59. Recipprocity Principle of –

Azaz timbal balik

60. Representation

Keterwakilan

61. Representaion of state

Keterwakilan negara

62. Representative

Wakil

53. Resolution

Suatu hasil keputusan dari suatu masalah yan telah disetujui

melalui konsesnsus maupun pemungutan suara menurut aturan dan

tata cara yang telah ditetaplan organisasi internasional atau badan

yang bersangkutan. Resolusi ini terdiri dari 2 bagian : - terdiri dari

paragraf yang bersifat mukadimah atau konsideran, - terdiri dari

paragraf operasional atau dictum, mengenai keberlakuannya secara

hukum tergantung dari penafsirannya khususnya konstitusi PBB


(42)

54. Sending State

Negara Pengirim, negara yang atas kesepakatan bersama telah

memutuskan untuk membuka perwakilan diplomatik atau konsuler

di negara lainnya

55. Ultimatum

Dimana suatu negara melalui sebuah komunikasi yang disampaikan

kepada negara lainnya untuk memenuhi kewajiban tertentu menrutu

jam dan tangal yang ditentukan.


(43)

Konvensi Wina 1961:

Vienna Convention on the Diplomatic Relations,

Optional Protocol Concerning Acquisition of

Nationality

Ditandatangani oleh wakil dari 75 negara pad tanggal 18 April 1961 dalam United Nations Confrence on Diplomatic Intercourse and

Immnunities

Mulai Berlaku pada tanggal 24 April 1964 dan telah diratifikasi oleh hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia


(44)

Konvensi Wina 1961

Vienna Convention on the Diplomations, Optional

Protocol Concerning Acquisition of Nationality &

Optional Protocol Concerning the Compulsory

Settlement of Disputes

Antara Lain mengatur tentang :

Pembukaan Perwakila Diplomatik

Pejabat Perwakilan Diplomatik

Tugas-tugas Perwakilan Diplomatik

Hak-hak istimewa dan Kekebalan Diplomatik


(45)

Pembukaan Hubungan Diplomatik

Dilakukan berdasarkan persetujuan antar negara,

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 2 Konvensi Wina

1961, yang berbunyi : “Pembukaan hubungan diplomatik

antara negara-negara dan pembukaan perwakilan tetap

diplomatik dilakukan atas dasar saling kesepakatan.”

Kesepakatan ini biasanya diumumkan dalam bentuk

resmi seperti : komunike bersama, perjanjian

persahabatan dan lain sebagainya.


(46)

Klasifikasi Pejabat Diplomatik

1.

Ambassador

2.

Minister

3.

Minister Counsellor

4.

Counsellor

5.

1’st Secretary

6.

2’nd Secretary

7.

3’rd Secretary

8.

Attache


(47)

Tugas-Tugas Perwakilan Diplomatik

Representing: mewakili Negara Pengirim di Negara Penerima

Protecting

: Melindungi kepentingan Negara Pengirim dan

Kepentingan warga negaranya di Negara Penerima dalam

batas-batas yang diperbolehkan oleh hukum internasional

Negotiating:

Melakukan perundingan dengan Pemerintah

Negara Penerima

Ascertaining

: Memperoleh kepastian dengan semua cara

yang sah tentang keadaan dan perkembangan di Negara

Penerima dan melaporkannya kepada Negara Pengirim

Promoting:

Meningkatkan hubungan persahabatan antara

Negara Pengirim dan Negara Penerima serta

mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmu

pengetahuan


(48)

Hak-Hak Istimewa Korps Diplomatik

Kekebalan Pribadi

: Pejabat diplomatik tidak boleh diganggu

gugat, tidak boleh ditangkap dan ditahan. Mereka harus

diperlakukan dengan penuh hormat dan Negara Penerima

harus mengambil langkah-langkah yang layak untuk

mencegah serangan atas diri, kebebasan dan martabatnya

(Pasal 29 Konvensi Wina 1961)

Kekebalan Yuridiksional

: Bial perbuatan kriminal dilakukan

oleh seorang diplomat, Negara Penerima dapat melaporkan

peristiwa tersebut kepada Pemerintah Negara Pengirim dan

dalam kasus-kasus tertentu dapat memintanya kembali

pulang dan diadili sesuai peraturan perundang-undangan di

negaranya. Isi kekebalan dari kekuasaan hukum ini secara

terperinci diatur dalam Pasal 31 Konvensi


(49)

Hak-Hak Istimewa Korps Diplomatik

Pembebasan Pajak

: seperti pajak barang bergerak atau tidak

bergerak, pajak pusat, daerah dan kotapraja (Pasal 34

Konvensi Wina 1961)

Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Anggota-anggota

Keluarga Pejabat Diplomatik

: anggota-anggota keluarga dari

seorang pejabat diplomatik yang merupakan bagian dari rumah

tangga, meperoleh hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalan.

Kekebalan juga diberikan kepada pejabat-pejabat diplomatik

dan anggota-anggota keluarga yang menemani mereka atau

yang bepergian secara terpisah atau waktu mereka melewati

negara ketiga untuk keperluan transit menuju negara penerima

atau kembali ke negara mereka sendiri (Pasal 37 Konvensi


(50)

Hak-Hak Istimewa Korps Diplomatik

Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Anggota-anggota

Perwakilan lainnya dan Pembantu Rumah Tangga

:

anggota-anggota staf administrasi dan teknik dari

perwakila bersama anggota-anggota keluarga mereka

memperoleh hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalan

kecuali bila kebebasan dari Hukum Perdata dan Tata

Usaha negara penerima tidak meliputi tindakan-tindakan

yang dilakukan di luar tugas mereka


(51)

Hak-Hak Istimewa dan Kekebalan

Perwakilan

Perlindungan terhadap gedung-gedung perwakilan negara

penerima berkewajiban mengambil segala tindakan yang

diperlukan agar kantor-kantor ataupun rumah kediaman para

diplomat bebas dari segala ganguan

Kebebasan Komunikasi: para pejabat diplomatik dalam

menjalankan tugasnya mempunyai kebebsan penuh dan dalam

kerahasiaan untuk berkomunikasi dengan pemerintahnya (Pasal 27

ayat(1) Konvensi Wina 1961)

Kebebasan bergerak : para pejabat diplomatik di suatu negara

mempunyai hak untuk melakukan perjalanan di seluruh wilayah

negara akreditasi


(52)

Hak-Hak Istimewa dan Kekebalan

Perwakilan

Kekebalan Kediaman Pejabat Diplomatik : Kediaman Pejabat

Diplomatik tidak boleh diganggu gugat dan harus memperoleh

perlindungan seperti halnya dengan wisma perwakilan (Pasal

30 Konvensi Wina)

Kantong Diplomatik: Kantong Diplomatik tidak boleh dibuka

atau ditahan. Bungkusan-bungkusan yang dianggap kantong

diplomatik harus mempunyai tanda-tanda luar yang jelas

mengenai sifatnya dan hanya boleh berisi dokumen-dokumen

diplomatik atau barang-barang untuk keperluan resmi (Pasal

27 ayat (3) Konvensi Wina)


(53)

Hak-Hak Istimewa dan Kekebalan

Perwakilan

Kurir Diplomatik : Pembawa surat-surat resmi suatu

negara yang lain, harus dilindungi oleh negara penerima

demikian juga oleh petugas di negara-negara yang


(54)

Persona Non Grata

Negara Penerima setiap waktu dan tanpa penjelasan dapat

memberitahu Negara Pengirim bahwa Kepala Perwakilan

Diplomatik atau salah seorang anggota staf diplomatiknya adalah

persona non grata

dan karena itu harus dipanggil atau mengakhiri

tugasnya di Perwakilan

Apabila Negara Pengirim menolak atau tidak mampu dalam jangka

waktu yang pantas melaksanakan kewajibannya maka Negara

Penerima dapat menolak untuk mengakui pejabat tersebut sebagai

anggota

Ketentuan-ketentuan mengenai

persona non grata

diatur dalam


(55)

Hubungan Luar Negeri

Diatur dalam UU No 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar

Negeri

UU No. 37 Tahun 1999 antara lain memuat tentang :

- Ketentuan Umum

- Penyelenggaraan Hubungan Luar Negeri dan Pelaksanaan

Politik Luar Negeri

- Pembuatan dan Pengesahan Perjanjian Internasional

- Kekebalan, Hak Istimewa dan Pembebasan

- Perlindungan Kepada WNI

- Pemberian suaka dan masalah pengungsi

- Aparatur Hubungan Luar Negeri


(56)

KONVENSI

WINA

1961

TENTANG

HUBUNGAN DIPLOMATIK


(57)

PEMBUKAAN HUBUNGAN DIPLOMATIK

Pasal 2 Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan

Diplomatik menentukan

bahwa :

Pembukaan Hubungan Diplomatik antara

negara-negara terjadi dengan persetujuan timbal balik

demikian pula pengadaan missinya.


(58)

Fungsi Missi Diplomatik

(Pasal 3 Konvensi)

1.

Mewakili Negara Pengirim di dalam negara penerima

2.

Melindungi di dalam negara penerima semua

kepentingan negara pengirim di dalam batas yang

diijinkan Hk. Internasional

3.

Berunding dengan pemerintah negara penerima

4.

Mengetahui menurut cara yang sah, keadaan &

perkembangan dalam negara penerima.

5.

Memajukan hubungan bersahabat antar kedua negara

dan membangun hubungan ekonomi, kebudayaan dan

ilmiah


(59)

Fungsi Missi Diplomatik dan

Kepentingan Negara Ketiga

Dimungkinkan negara ketiga yang tidak memiliki

wakilnya dinegara penerima, dan meminta kepada

negara pengirim untuk melakukan perlindungan atas

kepentingan negara tersebut dengan persetujuan dari

negara penerima (Pasal 45 dan 46)


(60)

Komposisi Missi Diplomatik

1. Kepala Missi

Adalah Orang yang diberi tugas oleh negara pengirim yang bertindak dalam kapasitas sebagai kepala missi

2. Anggota Missi

Adalah Kepala missi da anggota-anggota staf missi

3. Anggota Staf Missi terdiri dari

a. Anggota-anggota staf diplomatik

b. Anggota-anggota staf administrasi dan teknik

c. Anggota-anggota staf pelayan 4. Agen Diplomatik

Adalah Kepala Missi atau anggota staf diplomatik

5. Pelayan Pribadi

Tidak termasuk sebagai anggota missi karena bukan pegawai negara pengirim missi.


(61)

Kewarganegaraan Anggota Missi (Pasal 8)

Ditentukan oleh Pasal 8 Konvensi, bahwa anggota-anggota

staf

diplomatik

harus berkebangsaan negara pengirim dan tidak boleh

orang-orang yang berkebangsan negara penerima kecuali dengan

persetujuan negara tersebut yang dapat ditarik kembali setiap saat.

Besarnya Missi (Pasal 11)

Diatur dengan perjanjian antara negara pengirim dan penerima.

Apabila tidak ada persetujuan maka negara penerima boleh

mengharuskan bahwa besarnya missi harus dalam batas yang

dianggap layak dan wajar dengan memperhatikan keadaan dan

syarat dalam negara penerima serta pada kebutuhan missi itu

Penunjukan Anggota Staf Missi (Pasal 7)

Negara pengirim bebas mengangkat anggota staf missinya dengan

memperhatikan ketentuan Konvensi Pasal 8


(62)

Pengiriman Kepala Missi atau Anggota Staf

Diplomatik pada Lebih dari Satu Negara dan Kepada

Suatu Organisasi Internasional (Pasal 5)

Negara pengirim boleh mengirimkan kepala missi atau menugaskan

seorang staf diplomatik kepada lebih dari satu negara setelah

memberikan pemberitahuan kepada negara penerima.

Kalau negara pengirim mengirimkan seorang kepala missi kepada

lebih dari satu negara dimana dalam setiap negara kepala missi

tidak mempunyai tempat kedudukan yang tetap maka Negara

Pengirim boleh membentuk suatu missi diplomatik yang dikepalai

oleh seorang “charge d affaires ad interim”

Seorang kepala missi atau setiap anggota staf diplomatik dapat

bertindak sebagai wakil negara pengirim pada sesuatu organisasi

internasional


(63)

Pasal 6 menentukan bahwa jika tidak ada

keberatan dari Negara Penerima, dua atau

lebih negara-negara dapat mengirimkan orang

yang sama sebagai kepala missi kepada satu

negara lainnya.

Seorang Kepala Missi Sebagai Utusan

Beberapa Negara (Pasal 6)


(64)

Agrement, Persona Non Grata atau

Not Acceptable

Negara Pengirim harus memastikan bahwa agrement dari Negara Penerima telah diperoleh untuk orang yang akan diusulkan sebagai kepala missi untuk negara tersebut.

Dan apabila negara penerima menolak memberikan agrement itu, ia tidak berkewajiban memberikan alasan atas penolakannya.

Negara penerima dapat menyatakan kepada negara pengirim bahwa kepala missinya atau seorang anggota staf diplomatiknya adalah persona non grata

atau tidak dapat diterima (non acceptable). Dan negara pengirim harus memanggil orang tersebut atau mengakiri fungsinya dalam missi.

Pernyataan negara penerima itu dapat dinyatakan setiap saat tanpa harus memberikan penjelasan atas keputusannya.

Kalau negara pengirim menolak , maka negara penerima boleh menolak untuk mengakuinya sebagai anggota missi (Pasal 9)


(65)

Pendirian Kantor-kantor Bagian

dari Missi

Negara pengirim tidak boleh mendirikan

kantor-kantor yang merupakan bagian dari missi di

tempat-tempat selain dari tempat yang missi itu

sendiri sendiri telah didirikan tanpa adanya

persetujuan lebih dahulu dari Negara Penerima

(Pasal 12)


(66)

Hubungan dan Pemberitahuan

Kepada Negara Penerima

Semua tugas resmi missi yang dibebankan

negara pengirim dala hubungannya dengan

negara penerima harus dilakukan dengan atau

melalui Kementerian Luar Negeri Negara

Penerima atau Kementerian lainnya yang

disetujui (Pasal 41 ayat 2)


(67)

Orang-orang Tertentu Dari Missi

Negara Penerima harus diberitahu mengenai orang-orang tertentu

dari missi yaitu :

a.

Anggota-anggota missi

mengenai pengangkatannya, kedatangan dan keberangkatannya

yang terakhir atau berakhirnya fungsi-fungsi mereka dalam missi

a.

Orang-orang yang termasuk keluarga dari seorang anggota missi

tentang kedatangan dan keberangkatan terakhir mereka.

b.

Pelayan pribadi yang bekerja pada anggota missi tentang

kedatangan dan keberangkatan terakhir mereka dan

c.

Orang-orang yang berdiam di Negara Penerima sebagai anggota

missi atau pelayan pribadi yang berhak akan hak-hak istiewa dan

kekebalan hukum, mengenai penugasan dan pemberhentian


(68)

Pembagian Golongan Kepala Missi

Kepala missi dibagi dalam tiga golongan yaitu:

a.

Duta Besar atau

Nuncious

y

ang diutus kepada Kepala

Negara, dan kepala missi yang tingkatannya sama

b.

Envoys, ministers dan internuncious

yang dikirimkan

kepada Kepala Negara

c.

Charge d’ Affaires

yang dikirimkan kepada Menteri Luar

Negeri

Perbedaan golongan hanya menimbulkan perbedaan dalam

preseden dan etiket, tidak ada perbedaan lain pada mereka

karena alasan golongan (Pasal 14)

Golongan yang ditetapkan harus ada persetujuan dari

negara-negara yang bersangkutan (Pasal 15)


(69)

Kepala missi dianggap telah mulai

menjalankan fungsinya di dalam negara

penerima dapat ditentukan dengan dua

hal :

1.

Pada saat ia telah menyampaikan

credentials (surat-surat kepercayaan), atau

2.

Ketika ia telah memberitahukan

kedatangannya dan salinan sesuai aslinya

dari surat-surat kepercayaannya telah

disampaikan kepada Kementerian Luar

Negeri Negara Penerima atau kepada

kementrian lainnya yang disetujui


(70)

Tanggung Jawab administrasi missi kalau

anggota staff diplomatik tak ada yan hadir di

negara penerima :

Kalau terjadi hal demikian maka tanggung

jawab dalam hal hubungan administrasi dari

pada missi dapat dilakukan oleh seorang

angota staff teknik dan administrasi yang

diangkat oleh negara pengirim dengan


(71)

Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Hukum

Ditentukan untuk missi di dalam Konvensi

ini yaitu :

1.

Memperoleh gedung missi dan akomodasi

2.

Bendera dan emblem (lambang) Negara Pengirim

3.

Pembebasan dari iuran (dues) dan pajak (taxes)

4.

Kebebasan bergerak dan berpergian

5.

Kemudahan komunikasi dan kekebalan kurir diplomatik

6.

Tas diplomatik

7.

Kekebalan gedung missi

8.

Kekebalan alat pengangkutan dari pada missi

9.

Kekebalan arsip, dokumen dan korespondensi

10.

Kekebalan tempat kediaman pribadi agen diplomatik

bersambung


(72)

11. Kekebalan Agen Diplomatik

a. Orang agen diplomatik tidak dapat diganggu gugat (inviolable) b. Seorang agen diplomatik tidak berkewajiban menjadi saksi untuk memberikan bukti

c. Seorang agen diplomatik kebal dari yurisdiksi sipil dan administratif negara penerima, kecuali dalam hal :

i. suatu perkara yang berhubungan dengan barang- barang tetap yang terletak di dalam wilayah negara penerima jika ia memegangnya itu tidak untuk pihak pengirim untuk tujuan-tujuan missi

ii. Suau perkaran yang berhubungan dengan suksesi dimana agen diplomatik termasuk sebagai eksekutor, administrator,

ahli waris atau legate sebagai orang privat dan tidak untuk pihak negara pengirim

iii Suatu perkara yang berhubungan dengan setiap kegiatan profesional atau dagan yang dijalankan oleh agen diplomatik di dalam negara penerima di laur fungsi resminya


(73)

d. Tiada tindakan eksekusi boleh diambil terhadap agen

diplomatik kecuali di dalam hal-hal yang termasuk dalam

huruf i, ii, iii

e. Pemulaian sidang oleh agen diplomatik akan menghalangi

untuk mengajukan kekebalan terhadap yurisdiksi dalam hal

tuntutan balik yang secara langsung berhubungan dengan

gugatan pokok

f. Kekebalan agen diplomatik terhadap yurisdiksi negara

penerima tidak membebaskannya dari yurisdiksi negara

pengirim

g. Kekebalan terhadap yurisdiksi dari agen-agen diplomatik

dapat ditanggalkan oleh negara pengirim dan pelepasan

kekebalan harus dinyatakan dengan tegas

h. Penanggalan kekebalan terhadap yurisdiksi dalam hal

sidang-sidang sipil atau administratif tidak dapat dipakai untuk

menyatakan secara tidak langsung adanya penangalan

kekebalan dalam hal eksekusi keputusan, yang untuk ini

suatu penangalan terpisah diperlukan


(74)

12. Pembebasan dari kewajiban keamanan sosial

a. Agen diplomatik bebas dari ketentuan keamanan sosial yang mungkin berlaku di dalam negara penerima

b. Pembebasan demikian juga berlaku untuk pelayan-pelayan pribadi yang di dalam pemekerjaan tersendiri dari agen diplomatik dengan syarat :

i. mereka bukan warga negara atau tidak berdiam menetap di negara penerima; dan

ii. Mereka terkena ketentuan keamanan sosial yang

mungkin berlaku di dalam negara penerima atau suatu negara ketiga

c. Agen diplomatik yang mempekerjakan orang yang

pembebasan tersebut di atas tidak berlaku baginya, harus mematuhi kewajiban ketentuan keamanan sosial negara penerima yang

dibebankan kepada pemakai tenaga kerja

d. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas tida mempengaruhi perjanjian-perjanjian bilateral ataupun multilaeral mengenai keamanan sosial yan ditutup sebelumnya dan tida akan mencegah penutupan perjanjian demikian ini di masa mendatang


(75)

13. Pembebasan dari pelayanan pribadi, pelayanan umum dan militer.

14. Hak-hak istimewa dan kekebalan hukum orang-orang lainnya selain agen diplomatik

a. Anggota keluarga agen diplomatik

b. Anggota staff administrasi dan teknik dari pada missi bersama dengan anggota keluarga mereka

c. Anggota staff pelayan missi yang bukan warga negara dari atau tidak berdiam menetap di negara penerima

d. Pelayan pribadi dari pada missi

15. Orang di dalam missi yang berkewarganegaraan dari atau berdiam menetap di negara penerima

a. Agen diplomatik. Hanya mendapat kekebalan terhadap yurisdiksi dan inviolabilitas atas perbuatan resmi yan dilakukan di dalam fungsi-fungsinya, kecuali sejauh mendapat penambahan dari negera penerima atas hak-hak istimewa dan kekebalan hukum b. Anggota lainnya dari staff missi dan pelayan-pelaya pribadi

mendapat hak istimewa dan kekebalan hukum sejauh yan diakui oleh negara penerima


(76)

Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Hukum

A. Mulainya ada hak-hak istimewa dan kekebalan hukum yang

diperoleh setiap orang yang berhak adalah:

- Sejak saat ia memasuki wilayah negera penerima dalam

proses menempati posnya atau

- Kalau ia suda di dalam wilayah negara penerima, sejak

saat pengangkatannya itu diberitahukan kepada

kementerian luar negeri atau kementerian lainnya yang

disetujui


(77)

b. Kalau fungsi-fungsi dari orang yang mendapat

hak-hak istimewa dan kekebalan hukum itu berakhir :

- hak-hak istimewa dan kekebalan hukum tersebut

akan berakhir secara normal pada saat ia

meninggalkan negara itu, atau

- berakhir pada saat berakhirnya suatu periode

yang layak untuk demikian, namun tetap ada

sampai saat tersebut, meskipun kalau terjadi

konflik bersenjata

- Terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan

orang tersebut di dalam pelaksanaan

fungsinya sebagai anggota missi, kekebalan tetap

terus ada


(78)

c. Kalau seorang anggota missi meninggal.

Kekabalan dan hak-hak istimewa dari anggota-anggota keluarganya

yang merupakan hak mereka itu terus diperoleh sampai

berakhirnya suatu periode untuk meninggalkan negara tersebut

d. Dalam hal kematian seorang anggota missi yang bukan warga

negara atau tidak berdiam menetap di negara penerima, atau

seorang anggota keluarganya yang membentuk rumah tangganya:

- negara penerima harus memperkenankan penarikan

kembali barang-barang bergerak si almarhum, dengan

perkecualian untuk barang yang diperoleh di dalam negara

itu ekspornya dilarang pada saat kematiannya itu; dan

- bea-bea kekayaan, suksesi dan warisan tidak boleh

dipungut atas barang-barang bergerak yang adanya di

dalam negara penerima itu semata-mata karena hadirnya

disitu si almarhum sebagai seorang anggota missi atau sebagai

anggota keluarga dari seorang anggota missi tersebut.


(79)

16.

Kemudahan untuk meninggalkan negara penerima.

Untuk orang-orang dalam missi yang mendapatkan

hak-hak istimewa dan kekebalan hukum, selain warga

negara penerima, negara penerima berkewajiban:

- memberi kemudahan untuk memudahkan

orang tersebut meninggalkan negara penerima pada

saat yang secepat-cepatnya:

- khususnya, negara penerima menyediakan untuk

mereka itu sarana-sarana pengangkutan yang perlu

untuk mereka sendiri dan barang-barangnya.

Kemudahan tersebut juga berlaku untuk

anggota-anggota keluarga orang-orang tersebut.


(80)

Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Hukum

Missi dan Negara Ketiga

a. Untuk Agen Diplomatik

Kalau seorang agen diploatik melalui atau berada di dalam wilayah negara ketiga yang telah memberinya visa paspor kalau visa

diperlukan untuk : - menuju ke posnya - kembali ke posnya - kembali ke negaranya

Negara ketiga harus memberinya inviolabilitas dan kekebalan yang diperlukan untuk menjamin transitnya atau perjalanan pulangnya.

b. Hal yang sama seperti a, untuk dalam hal seorang anggota keluarganya yang mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum itu :

- menyertai agen diplomatik tersebut

- bepergian secara terpisah untuk mengikutinya - untuk kembali ke negara mereka


(81)

c. Untuk staff administrasi dan teknik atau staff pelayan daripada

missi termasuk anggota-anggota keluarga mereka dalam hal

yang sama dengan a dan b di atas, negara ketiga tidak boleh

mengganggu lewatnya mereka melalui wilayahnya

d. Korespondensi dan komunikasi resmi dari missi, termasuk

pula pesan-pesan dengan kode atau sandi, negara ketiga

harus memberikan perlindungan kemerdekaan atasnya, di

dalam transitnya (perjalanannya) itu.

e. Bila karena

force majeure

menyebabkan keberadaan

orang-orang tersebut di atas serta komunikasi resmi dan tas-tas

diplomatiknya ada di dalam wilayah negara ketiga, kewajiban

negara ketiga di dalam a,b, c tersebut di atas berlaku


(82)

Kewajiban dari pada Missi

a. Gedung missi tidak boleh dipergunakan dalam cara yang tidak

selaras dengan fungsi missi sebagai yang dituangkan di dalam

- Konvensi ini;

- Aturan-aturan umum hukum internasional, atau;

- Perjanjian khusus yang berlaku di negara pengirim dan

negara penerima

b. Semua orang yang mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan

hukum tanpa merugikan hak-hak istimewa dan kekebalan hukum

mereka, mereka harus:

- menghormati hukum dan peraturan negara penerima dan

- tidak mencampuri urusan dalam negeri negara penerima

Larangan bagi agen diplomatik ialah mereka tidak boleh di dalam

negara penerima itu melakukan untuk keuntungan pribadinya,

sesuatu kegiatan profesional atau perdagangan


(83)

Berakhirnya fungsi seorang agen

diplomatik:

a.

Karena pemberitahuan oleh negara

pengirim kepada negara penerima bahwa

fungsi agen diplomatik itu berakhir.

b.

Karena pemberitahuan oleh negara

penerima kepada negara pengirim, menurut

pasal 9 ayat 2, negara penerima menolak

mengakui agen diplomatik itu sebagai


(84)

Kalau Hubungan Diplomatik Terputus atau

Missi Dipanggil Pulang ke Negaranya.

a. Negara penerima harus, bahkan kalau terjadi konflik bersenjata,

menghormati dan melindungi missi, bersama-sama dengan

barang-barangnya dan arsip-arsipnya.

b. Negara Pengirim :

- boleh mempercayakan pemeliharaan gedung missi,

sama dengan barang-barangnya dan arsip-arsipnya, kepada

suatu negara ketiga yang dapat diterima oleh negara penerima

- boleh mempercayakan perlindungan atas

kepentingannya dan kepentingan-kepentingan

warganegaranya kepada suatu negara ketiga yang dapat

diterima oleh negara penerima (pasal 45)


(85)

Konvensi menentukan bahwa negara penerima

di dalam penerapan ketentuan konvensi ini,

tidak boleh mendiskriminasikan di antara

negara-negara. Meskipun begitu, diskriminasi

tidak akan dianggap ada dalam hal:

-

Negara penerima menerapkan sesuatu ketentuan konvensi ini

secara terbatas disebabkan oleh penerapan yang terbatas

ketentuan-ketentuan tersebut terhadap missinya di dalam

negara pengirim

- Dimana karena kebiasaan atau perjanjian negara-negara

memperluas kepada mereka satu sama lainnya suatu

perlakuan yang lebih menguntungkan dari pada yang

diisyaratkan


(86)

Bagian pembukaan konvensi ini menentukan

bahwa untuk hal-hal yang tidak secara tegas

diatur oleh konvensi ini tetap terus diatur oleh

hukum kebiasaan internasional yang ada

Berlakunya Konvensi ini :

Konvensi ini berlaku pada hari ketigapuluh

setelah tanggal penyimpanan instrumen

ratifikasi atau aksesi yang ke duapuluh dua

pada Sekretaris Jenderal Perserikatan

Bangsa-Bangsa (pasal 51). Syarat ini telah terpenuhi

dan konvensi mulai berlaku pada tangal 24 April

1964


(1)

c. Untuk staff administrasi dan teknik atau staff pelayan daripada missi termasuk anggota-anggota keluarga mereka dalam hal yang sama dengan a dan b di atas, negara ketiga tidak boleh mengganggu lewatnya mereka melalui wilayahnya

d. Korespondensi dan komunikasi resmi dari missi, termasuk pula pesan-pesan dengan kode atau sandi, negara ketiga harus memberikan perlindungan kemerdekaan atasnya, di dalam transitnya (perjalanannya) itu.

e. Bila karena force majeure menyebabkan keberadaan orang-orang tersebut di atas serta komunikasi resmi dan tas-tas

diplomatiknya ada di dalam wilayah negara ketiga, kewajiban negara ketiga di dalam a,b, c tersebut di atas berlaku


(2)

Kewajiban dari pada Missi

a. Gedung missi tidak boleh dipergunakan dalam cara yang tidak selaras dengan fungsi missi sebagai yang dituangkan di dalam - Konvensi ini;

- Aturan-aturan umum hukum internasional, atau;

- Perjanjian khusus yang berlaku di negara pengirim dan negara penerima

b. Semua orang yang mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum tanpa merugikan hak-hak istimewa dan kekebalan hukum mereka, mereka harus:

- menghormati hukum dan peraturan negara penerima dan - tidak mencampuri urusan dalam negeri negara penerima

Larangan bagi agen diplomatik ialah mereka tidak boleh di dalam negara penerima itu melakukan untuk keuntungan pribadinya, sesuatu kegiatan profesional atau perdagangan


(3)

Berakhirnya fungsi seorang agen

diplomatik:

a.

Karena pemberitahuan oleh negara

pengirim kepada negara penerima bahwa

fungsi agen diplomatik itu berakhir.

b.

Karena pemberitahuan oleh negara

penerima kepada negara pengirim, menurut

pasal 9 ayat 2, negara penerima menolak

mengakui agen diplomatik itu sebagai


(4)

Kalau Hubungan Diplomatik Terputus atau

Missi Dipanggil Pulang ke Negaranya.

a. Negara penerima harus, bahkan kalau terjadi konflik bersenjata, menghormati dan melindungi missi, bersama-sama dengan

barang-barangnya dan arsip-arsipnya. b. Negara Pengirim :

- boleh mempercayakan pemeliharaan gedung missi, sama dengan barang-barangnya dan arsip-arsipnya, kepada suatu negara ketiga yang dapat diterima oleh negara penerima

- boleh mempercayakan perlindungan atas

kepentingannya dan kepentingan-kepentingan warganegaranya kepada suatu negara ketiga yang dapat diterima oleh negara penerima (pasal 45)


(5)

Konvensi menentukan bahwa negara penerima

di dalam penerapan ketentuan konvensi ini,

tidak boleh mendiskriminasikan di antara

negara-negara. Meskipun begitu, diskriminasi

tidak akan dianggap ada dalam hal:

- Negara penerima menerapkan sesuatu ketentuan konvensi ini

secara terbatas disebabkan oleh penerapan yang terbatas ketentuan-ketentuan tersebut terhadap missinya di dalam negara pengirim

- Dimana karena kebiasaan atau perjanjian negara-negara memperluas kepada mereka satu sama lainnya suatu perlakuan yang lebih menguntungkan dari pada yang diisyaratkan


(6)

Bagian pembukaan konvensi ini menentukan

bahwa untuk hal-hal yang tidak secara tegas

diatur oleh konvensi ini tetap terus diatur oleh

hukum kebiasaan internasional yang ada

Berlakunya Konvensi ini :

Konvensi ini berlaku pada hari ketigapuluh

setelah tanggal penyimpanan instrumen

ratifikasi atau aksesi yang ke duapuluh dua

pada Sekretaris Jenderal Perserikatan

Bangsa-Bangsa (pasal 51). Syarat ini telah terpenuhi

dan konvensi mulai berlaku pada tangal 24 April

1964