Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga T1 352010003 BAB II

(1)

8

BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Gender dan Pembangunan

Pembangunan adalah usaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan secara terencana untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta meningkatkan kualitas manusia (Oetama, 2001: 280, Ali, 2009:48).

Untuk mengejar ketinggalan suatu negara diterapkan konsep pembangunan yang disebut paradigma pertumbuhan atau disebut Growth Paradigm dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional. Pada awalnya, pembangunan difokuskan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pelaksanaan pembangunan pada negara berkembang dengan strategi pertumbuhan ekonomi, ternyata sasaran peningkatan GNP tidak menjamin distribusi pendapatan nasional dan harapan “trickle down effect”, bahkan tidak menguntungkan sekelompok masyarakat miskin. Pengamatan para ahli sosial ekonomi, khususnya hasil penelitian pada negara berkembang yang dilakukan Dudley Seers (1972) bahwa penerapan strategi pembangunan ekonomi pada negara berkembang mengabaikan masalah pemerataan baik berupa masalah kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pembagian pendapatan.

Dengan pengalaman tersebut, strategi pembangunan pada negara berkembang mulai bergeser dari strategi pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity). Namun konsep ini masih menimbulkan masalah karena memunculkan kuatnya ketergantungan negara berkembang dari negara maju berupa pola konsumsi, investasi, bantuan luar negeri, dan pinjaman. Hasilnya dapat dirasakan, tetapi ternyata dikhawatirkan terjadi pengurasan sumberdaya alam yang mengancam kelangsungan pembangunan.

Kemudian diterapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan atau “Sustainable Development” yang didukung dengan pendekatan


(2)

9

konsep pembangunan manusia atau Human Development. Dalam pendekatan pembangunan manusia pada negara-negara berkembang lebih dititik beratkan pada pembangunan sosial dan lingkungan agar mendukung pertumbuhan ekonomi, dengan strategi sustainable development yang dicirikan oleh:

a. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial di sektor kesehatan dan gizi, sanitasi, pendidikan, dan pendapatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti mewujudkan keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya, serta menciptakan kedamaian.

c. Pembangunan yang diorientasikan pada manusia untuk berbuat (subjek pembangunan) melalui people-centered development dan promote the empowerment people (United Nation Center for Regional Development:1990)

Salah satu metode yang umum digunakan dalam menilai pengaruh pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat adalah dengan mempelajari distribusi pendapatan. Selain distribusi pendapatan, dampak dan hasil pembangunan juga dapat diukur dengan melihat tingkat kemiskinan (poverty) di suatu negara (Wirihatnolo, 2007: 67). Di sisi lain Darwin (2001:255) menganggap bahwa persoalan mendasar dalam pembangunan adalah adanya hubungan gender yang tidak adil.

Konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural dan bukan sebagai akibat langsung dari jenis kelamin biologis. Maskulinitas dan femininitas di bentuk bukan secara biologis, namun secara sosial, kultural, dan psikologis, yakni atribut yang didapat melalui proses menjadi laki-laki atau perempuan dalam sebuah masyarakat tertentu


(3)

10

dalam kurun waktu tertentu. (Fakih, 2012: 8, Jackson dan Jones, 2009: 228).

Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis kelamin tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda dalam kehidupan. Hal ini akan lebih terasa bila diterapkan dalam kegiatan produktif yang lebih luas, tidak hanya dalam rumah tangga tetapi juga di masyarakat dalam rangka melaksanakan pembangunan (Haryati, 2014: 27).

Meskipun kajian pengembangan masyarakat sebagian besar dihubungkan dengan permasalahan masyarakat di lingkungan sosial dan pelayanan masyarakat (Kenny 1999:3), selama lebih dari dua dekade pendekatan yang berbasis pengembangan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan semakin menjadi perhatian (Bank Dunia 2002a). Sangat wajar kemudian, pengembangan masyarakat lebih difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, kesehatan, infrastruktur, ketenaga-kerjaan dan pendidikan bagi penduduk miskin (Adi 2003:221).

Satu-satunya pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan perempuan dan semua kerja yang dilakukan perempuan kerja produktif, reproduktif, privat dan publik dan menolak upaya apapun untuk menilai rendah pekerjaan mempertahankan keluarga dan rumah tangga, mulai dikenal sebagai “pemberdayaan”, atau secara lebih umum, pendekatan “Gender dan Pembangunan” (Gender and Development - GAD) terhadap perempuan dalam pembangunan.

Pendekaan ini mempertanyakan teori-teori yang lazim diterima tentang apa yang dibawa oleh pembangunan yang baik, yang menegaskan bahwa ada nilai lebih dalam pembangunan daripada sekedar pertumbuhan ekonomi dan penggunaan uang yang efisien, serta menolak gagasan bahwa perempuan ingin “diintegrasikan” ke dalam arus utama pembangunan yang dirancang Barat, dimana mereka memiliki sedikit peluang menentukan jenis masyarakat apa yang diinginkannya.


(4)

11

Pendekatan pemberdayaan berbeda dengan pedekatan-pendekatan lainnya dalam analisanya terhadap asal, dinamika dan struktur penindasan perempuan, serta bagaimana pendekatan itu berniat mengubah posisi perempuan dunia ketiga.

Pemberdayaan lebih terkait dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) ketimbang pendekatan dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini memahami tujuan pembangunan bagi perempuan dalam pengertian kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak lebih menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan antara laki-laki dan perempuan ketimbang pemberdayaan perempuan itu sendiri untuk berusaha mengubah dan mentransformasikan struktur yang sangat bertentangan dengan mereka seperti undang-undang perburuhan, kontrol laki-laki atas tubuh dan hak reproduktif perempuan, undang-undang sipil, dan hak atas kekayaan (Mosse:2007).

2.2 Gender dan Kemiskinan

Dalam perkembangannya, kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan subjektif (Sunyoto 2010: 125-127).

1. Konsep kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret (a fixed yardstick). Ukuran itu lazimnya berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat (sandang, pangan, papan). Masing-masing negara mempunyai batasan kemiskinan absolut yang berbeda-beda sebab kebutuhan hidup dasar masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang berlainan.

2. Konsep kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan the idea of relative standard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah kemiskinan di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, dan, kemiskinan pada waktu


(5)

12

tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan (in terms of judgment) anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup.

3. Konsep kemiskinan subjektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.

Menurut Ranjabar (2008:129) kemiskinan sendiri dapat disebabkan dari tiga unsur, yaitu:

1. Kemiskinan yang disebabkan oleh “handicap” badaniah ataupun mental seseorang.

2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

3. Kemiskinan buatan, yaitu buatan oleh manusia yang dari manusia dan terhadap manusia, atau lebih sering disebut dengan kemiskinan struktural.

Tantangan terhadap adanya kemiskinan penduduk yang pada umumnya berada di wilayah pedesaan, yaitu berupa tantangan yang bersifat transformasi internal dan eksternal dari masyarakat tersebut. Tantangan transformasi eksternal masyarakat yaitu:

a. Perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi yang sering tidak menguntungkan masyarakat pedesaan bahkan banyak menimbulkan kesenjangan dan goncangan tatanan kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi.

b. Rangsangan media masa yang cenderung membangkitkan keinginan-keinginan terhadap kepemilikan barang konsumtif dan kebutuhan lainnya yang tidak diimbangi dengan kemampuan masyarakat untuk memilikinya , menggunakan dan memeliharanya.


(6)

13

Tantangan transformasi internal masyarakat itu sendiri adalah: a. Tekanan pertambahan penduduk yang tidak diimbangi oleh

pertumbuhan ekonomi yang memadai.

b. Keinginan untuk menghasilkan komoditi untuk sendiri dan produksi yang tidak diimbangi dengan pengetahunan dan keterampilan.

c. Dorongan (push-factor) urbanisasi untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan lainnya di perkotaan yang sarat berbagai fasilitas dibandingkan dengan fasilitas pedesaan (Supriatna: 2000).

Karena di Indonesia menggunakan konsep kemiskinan absolut dan relatif, maka terdapat indikator atau kriteria yang di gunakan sebagai acuan untuk menentukan orang miskin beberapa indikator tersebut yaitu (Supriatna 2000:124, BPS: 2014):

a. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

c. Tingkat pendidikan pada umunya rendah.

d. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

e. Tidak memiliki tempat tinggal atau kondisi rumah tidak layak huni.

f. Berpenghasilan rendah dan tidak tetap.

g. Memiliki ART (anggota rumah tagga) penyandang kecacatan mental atau fisik tetap.

h. Janda/Duda/Lansia yang tinggal dengan: ART (anggota rumah tangga) yang tidak bekerja atau sebatang kara.

i. Seluruh anggota rumah tangga pengangguran. j. Tidak memiliki aset maupun harta berharga.


(7)

14

k. Peserta program daerah dan penerima manfaat kegiatan sosial keagamaan (zakat, santunan dll).

l. Kepesertaan program kemiskinan lainnya yang tidak termasuk dalam daftar awal.

Sunyoto (2010:128) juga menjelaskan mengenai dua perspektif yang sering digunakan untuk mendekati masalah kemiskinan, yaitu:

1. Perspektif kultural

Perspektif kultural mendekati masalah kemiskinan pada tiga tingkat analisis, yaitu individual, keluarga, dan masyarakat.

a. Pada tingkat individual, kemiskinan ditandai dengan sifat yang lazim disebut a strong feeling of marginality seperti sikap parokial, apatisme, fatalisme atau pasrah pada nasib, boros, tergantung dari inferior.

Sifat pasrah pada nasib inilah yang sering muncul pada istri dari rumah tangga miskin, baik yang bekerja maupun tidak bekerja. Mereka menyerahkan kehidupannya dan juga keberlanjutan hidupnya kepada Tuhan, dan tetap bersyukur dengan segala yang diberikan oleh Tuhan. Hal ini terjadi karena para istri menyadari bahwa kualitas SDM yang mereka miliki tidak mampu bersaing untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

b. Pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan jumlah anggota keluarga yang besar dan free union or consensual marriages. Besarnya jumlah anggota keluarga bukan disebabkan banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga miskin tersebut, melainkan banyaknya jumlah KK yang tinggal di rumah tersebut. Biasanya para anak yang sudah menikah masih tetap tinggal di rumah orang tuannya, karena mereka biasanya


(8)

15

juga menjadi KK miskin dan tidak mampu memiliki rumah sendiri.

Namun, tidak semua keluarga miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo tinggal dalam satu rumah dengan beberapa KK. Karena Kumpulrejo merupakan daerah pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakatnya masih memiliki lahan yang cukup untuk membangun rumah, meskipun hanya seadanya.

c. Pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan oleh tidak teritegrasinya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki masyarakat miskin mengenai program-program bantuan yang seharusnya dapat mereka akses. Persoalan ini di sebabkan kurangnya sosialisasi yang di berikan oleh dinas-dinas terkait kepada masyarakat.

2. Perspektif situasional

Masalah kemiskinan dilihat sebagai dampak dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi kapital dan produk-produk teknologi modern. Penetrasi kapital antara lain mengejawantah dalam program-progrm pembangunan yang dinilai lebih mengutamakan pertumbuhan (growth) dan kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan.

Untuk menangani masalah kemiskinan, Ranjabar (2008:131) menjelaskan dua hal penting dalam menangani masalah kemiskinan struktural, yaitu intervensi pemerintah, dan kesadaran manusia miskin itu sendiri. Dalam pemaknaan ini, kebanyakan kebijakan penanggulangan kemiskinan di Indonesia lebih banyak melihat kemiskinan secara struktural dengan mengintervensi berbagai program penanggulangan kemiskinan. Namun, seiring perkembangannya konsep kemiskinan


(9)

16

subjektif mulai digunakan oleh pemerintah untuk menentukan orang yang dianggap miskin.

Berdasarkan realitas yang ada di masyarakat, saat ini banyak ditemui perempuan, dari rumah tangga miskin yang juga turut bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan keluarganya. Keluarga adalah sebuah organisasi yang di dalamnya bisa terdiri dari seorang suami, seorang istri, baik dengan anak atau tidak, dan mungkin masih ada orang yang lain lagi.

Keluarga sebagai sebuah organisasi, masing-masing organ menempati posisi masing-masing, bersinergi, sehingga roda organisasi itu bisa bergerak dan berfungsi. Masyarakat telah mengkonstruksi kelompok-kelompok terlentu, lengkap dengan labelnya. Pengelompokkan ini menggunakan berbagai dasar, seperti jenis kelamin, suku, ras, tingkatan sosial, profesi, dan sebagainya. Seorang pribadi yang dimasukkan dalam kotak tertentu, ia akan kehilangan jati dirinya, sebab masyarakat menggunakan ukuran untuk menilai sesuai dengan label yang dikonstruksikan (Murniati 2004:197-198).

Dibutuhkan strategi mencari mata pencaharian (livelihoods strategies) agar mampu bertahan dan mengembangkan kehidupan rumah tangganya. Carner (1984) menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh rumah tangga miskin pedesaan, antara lain:

a. Melakukan berbagai macam pekerjaan meskipun dengan memperoleh upah yang rendah.

b. Memanfaatkan ikatan kekerabatan serta pertukaran timbal balik dalam pemberian rasa aman dan perlindungan.

c. Melakukan migrasi ke daerah lain. Biasanya migrasi desa-kota sebagai alternatif terakhir apabila sudah tidak terdapat lagi pilihan sumber pendapatan di desanya.

Selain adanya pilihan, strategi mata pencaharian mengharuskan adanya sumber daya manusia dan modal. Pola hubungan sosial juga turut memberikan warna dalam strategi mata pencaharian (Crow,1989)


(10)

17

Menurut Widodo (2011), peran perempuan juga menjadi salah satu harapan dalam pengembangan strategi mata pencaharian berkelanjutan. Pemanfaatan ikatan sosial antar penduduk yang selama ini sudah mereka lakukan, perlu untuk ditingkatkan sehingga memberi peluang akses mengembangkan mata pencaharian.

Untuk mengetahui kedudukan dan peranan wanita di bidang ekonomi ada beberapa indikator yang bisa digunakan, diantaranya dengan melihat kegiatan yang dilakukan wanita dalam masyarakat, status pekerjaan, jenis pekerjaan serta lapangan usaha. Dari berbagai indikator tersebut diperoleh gambaran apakah wanita melakukan kegiatan produktif yang menghasilkan uang atau imbalan lain yang setara dengan uang (Nurhidayati, 1993).

Bagi perempuan motivasi bekerja bukanlah sekedar mengisi waktu senggang, melanjutkan karier, akan tetapi sungguh-sungguh menambah nafkah sebagai tambahan terhadap penghasilan suami, penghasilan mana tidak mencukupi, juga tidak untuk meminimum mungkin (Hadiz, 2004:18). Hal ini juga ditekankan oleh Wolfman (1993:27), bahwa mereka bekerja hanya untuk bertahan hidup, bukan untuk mendapat jabatan yang lebih tinggi, dan lagi mereka dianggap tidak mampu menduduki jabatan semacam itu.

Livelihood adalah istilah pembangunan yang menggambarkan kemampuan (capabilities), kepemilikan sumber daya (sosial dan material), dan kegiatan yang dibutuhkan seseorang/ masyarakat untuk menjalani kehidupannya (Saragih, dkk 2007).

Sustainable Livelihoods sebagai konsep bermakna gugatan terhadap praktek status quo dalam analisis pembangunan desa dan kemiskinan. Secara etimologis, makna kata livelihood itu meliputi aset atau modal (alam, manusia, finansial, sosial dan fisik), aktifitas dimana akses atas aset dimaksud dimediasi oleh kelembagaan dan relasi sosial yang secara bersama mendikte hasil yang diperoleh oleh individu maupun keluarga (Saragih,dkk 2007). Sementara itu, akses dapat


(11)

18

didefinisikan sebagai suatu aturan dan norma sosial yang mengatur atau mempengaruhi kemampuan yang berbeda antar individu dalam memiliki, mengontrol, mengklaim atau menggunakan sumberdaya seperti penggunaan lahan di pedesaan.

Livelihood juga dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan setiap orang untuk memperoleh penghasilan, termasuk kapabilitas mereka, aset yang dapat dihitung seperti ketersediaan dan sumber daya, serta aset yang tak bisa dihitung seperti kalim, dan akses. Dengan kata lain, livelihood atau penghidupan ini dapat dipahami sebagai suatu ketahanan dalam menunjang pemulihan atau perbaikan dari goncangan atau tekanan, kemampuan memelihara atau meningkatkan aset, dan ketahanan menyediakan peluang penghidupan untuk menyokong manfaat penghidupan generasi mendatang dalam skala lokal dan dalam jangka pendek atau panjang.

Pemahaman mengenai konsep mata pencaharian (livelihood) penting dalam rangka fasilitasi bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan produktif atau pekerja untuk merencanakan maupun meningkatkan kontribusi pada mata pencaharian yang dimiliki para pekerja yang bersangkutan. Pemahaman mengenai konsep mata pencaharian terkait dengan hal-hal berikut:

a. Memberikan pemahaman atas elemen-elemen penting tentang mata pencaharian.

b. Memberikan kemudahan dalam merumuskan strategi yang tepat untuk penguatan mata pencaharian.

c. Penguatan mata pencaharian yang memungkinkan pemberian fasilitasi / pendampingan bagi pekerja dalam hal seperti penganekaragaman sumber-sumner mata pencaharian dan menetapkan strategi kegiatan dalam rangka optimalisasi mata pencaharian (Haryati, 2014:61).


(12)

19

FAO (dalam Haryati 2014) menyatakan bahwa ada tiga elemen penting dari konsep mata pencaharian, yakni aset atau sumber, kemampuan dan kegiatan. Sumber-sumber (resources) mencakup:

a. Human capital (modal manusia) yang tercermin antara lain dari keterampilan, pengetahuan, kesehatan maupun kemampuan untuk bekerja.

b. Social capital (modal sosial) dapat berupa jaringan yang dapat dibangun dan diakses.

c. Natural capital (modal alamiah seperti lingkungan dengan segala sumber dayanya).

d. Physical capital (modal fisik) seperti lahan, ternak, bangunan dan sejenisnya.

e. Financial capital berupa uang tunai atau aset yang dapat dinilai dengan uang.

2.3 Penelitian Sebelumnya

Dalam orisinalitas penelitian menjelaskan bahwa topik penelitian yang akan dilakukan benar-benar asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari karya penelitian orang lain, meskipun dalam beberapa hal mempunyai kesamaan, tetapi terdapat hal lain dalam penelitian ini yang berbeda. Perbedaan inilah yang akan menunjukkan mengenai keaslian dari penelitian ini.

Tabel 2.1

Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya Nama

Peneliti

Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian

Y. Titik Haryati

Melampaui

“Kasur -

Sumur-Dapur”

studi tentang peran istri nelayan dalam

1.Menggali peran istri nelayan. 2.Menganalisis

cara kerja istri nelayan dalam menopang kebutuhan

 Jenis penelitian: eksploratif.

 Pendekatan : kualitatif

 Teknik pengumpul an data: wawancara

 Penelitian meunjukkan bahwa istri nelayan memiliki peran ganda dalam rumah tangga.

 Istri nelayan membutuhkan


(13)

20 rumah tangga di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Jawa Tengah rumah tangga. 3.Menganalisis

i strategi istri nelayan dalam menopang kehidupan rumah tangganya. mendalam dan FGD. pengawasan dengan menawarkan strategi yang tepat dan sesuai dengan peluang dan kelemahan yang ada.

 Diperlukan koordinasi antar pihak terkait untuk memastikan bahwa istri menerima bantuan yang mereka butuhkan. Hastuti Kemandiria

n Perempuan Miskin di Kali Tengah Lor, Sisi Selatan Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta 1.Memperole h profil perempuan miskin. 2.Mengkaji kemandirian perempuan miskin.

 Jenis penelitian :

deskriptif.

 Pendekata n:

kualitatif.

 Teknik pengump ulan data: wawancar a, dokumen tertulis. 1. Profil perempuan miskin memiliki kehidupan sederhana mulai dari makan, pakaian, dan perumahan. 2.Perempuan miskin memiliki kemandirian dalam bekerja untuk memperoleh pendapatan, mengelola rumah tangga serta memenuhi kebutuhan sendiri. Kemandirian perempuan miskin juga tampak pada pergaulan dilingkunganny a, secara leluasa


(14)

21 perempuan miskin dapat melakukan silaturahmi dengan kerabat, tetangga dan melakukan kegiatan sosial kemasyarakata n. 3.Makna kemandirian bagi perempuan miskin bukan berarti perempuan miskin memutuskan segala sesuatu tanpa musyawarah dengan suami atau anggota rumah tangga lain. Kemandirian memiliki makna bahwa perempuan miskin tidak menggantungk an kepada suami secara ekonomi. Hastuti dan Dyah Respati Model Pemberday aan Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaata n Sumberday a Pedesaan Upaya Pengentasa n Kemiskinan Merumuskan model pemberdayaan perempuan miskin berbasis pemanfaatan lahan upaya pengentasan kemiskinan di pedesaan mengingat sumberdaya pedesaan dan

 Pendekata n:

Kualitatif.

 Teknik pengumpul an data: studi pustaka, observasi, wawancara , FGD. 1.Perempuan lebih berperan dalam kegiatan kerumahtangga an ketimbang laki-laki. 2.Pemanfaatan sumberdaya pedesaan strategis banyak di kuasai laki-laki ketimbang perempuan.


(15)

22 di Pedesaan. perempuan miskin merupakan elemen utama dalam pengentasan kemiskinan Indonesia. 3.Dalam kemiskinan perempuan kurang mendapat prioritas dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia sehingga semakin terperosok dalam ketidak berdayaan. 4.Penguatan perempuan miskin merupakan inti pemberdayaan perempuan dan akan optimal apabila perempuan di beri kesempatan setara dengan laki-laki dalam pemanfaatan sumberdaya di pedesaan. Muktasam Kajian

Kritis atas Fenomena dan Program Pengentasan Kemiskinan pada Masyarakat sekitar hutan di Pulau Lombok. Mengetahui bagaimana masyarakat lokal memandang kemiskinan, indikator kemiskinan, penyebab kemiskinan, dan efektifitas program-program pengentasan kemiskinan.

 Pendekata n penelitian: Modified Participat ory Action Research (MPAR)

 Teknik pengumpu lan data: survei, wawancar a, FGD. 1.Menurut masyarakat desa kemiskinan adalah kondisi dimana rumahtangga pedesaan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka karena keterbatasan kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya seperti keterbatasan


(16)

23 akses terhadap pasar dan lembaga keuangan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, jaringan irigasi, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. 2.Faktor penyebab kurang berhasilnya program pengentasan kemiskinan antara lain kurangnya partisipasi, pendekatan

yang “

top-down”, tidak sesuainya antara program dengan kebutuhan real masyarakat, terbatasnya koordinasi antat lembaga, dan tidak adanya pembelajaran dalam masyarakat dan organisasi. Riswan Lumban Gaol Kontribusi Buruh Tani Perempuan dalam Ekonomi Keluarga di Desa Sirube-Rube Kecamatan Melihat bagaimana kontribusi petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa

Sirube- Pendekata n:

kuantitatif.

 Teknik pengumpul an data: angket, wawancara . Petani perempun memberikan kontribusi yang besar dan baik dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga. Hal tersebut terlihat dari kemampuan


(17)

24 Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun . rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun. mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penghasilan bekerja sebagai petani dan keterlibatan responden serta peran dalam kehidupan sosial. Yunisa Adi Prabaning sih Perempuan Dalam Menopang Keberlanjut an Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga 1.Mendeskrips ikan peran perempuan pada RTM dalam menopang kehidupan rumah tangga. 2.Menganalisis

strategi yang di gunakan perempuan RTM dalam menopang keberlanjuta n hidup rumah tangga.

 Jenis penelitian: deskriptif dan eksplanat oris

 Pendekata n:

kualitatif

 Teknik pengumpu lan data: wawancar a mendalam , observasi, data sekunder Upaya yang dilakukan perempuan untuk menopang keberlanjutan hidup rumah tangganya hanya sebatas pemenuhan kebutuhan hidup jangka pendek, dengan mengandalkan modal sosial, tanpa mengembangkan modal-modal yang dimiliki.


(18)

25 2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Proses pembangunan yang ada saat ini memunculkan persoalan kemiskinan yang salah satunya juga dirasakan oleh perempuan. Kemiskinan sendiri dapat di ukur dan di tentukan berdasarkaan indikator kemiskinan yang dikeluarkan oleh badan-badan yang terkait. Untuk menanggulangi persoalan kemiskinan yang mereka alami, saat ini banyak di jumpai perempuan yang bekerja di luar rumah. Namun, dalam kenyataannya indikator kemiskinan yang dikeluarkan oleh pihak terkait cukup berbeda dengan indikator kemiskinan dari perempuan. Indikator kemiskinan perempuan inilah yang berpengaruh terhadap kinerja perempuan dalam menopang keberlanjutan rumah tangganya. Perbedaan pandangan mengenai indikator kemiskinan inilah yang membuat persoalan kemiskinan di masyarakat akan terus ada dan sulit untuk diatasi.

Pembangunan Tidak Kerja di

Luar Rumah

Perempuan Kemiskinan

Indikator Kemiskinan

Perempuan Dalam Menopang Keberlanjutan

Hidup Rumah Tangga

Strategi & Peran Bekerja di Luar Rumah


(1)

20 rumah

tangga di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Jawa Tengah

rumah tangga. 3.Menganalisis

i strategi istri nelayan dalam menopang kehidupan rumah tangganya.

mendalam dan FGD.

pengawasan dengan menawarkan strategi yang tepat dan sesuai dengan peluang dan kelemahan yang ada.  Diperlukan

koordinasi antar pihak terkait untuk memastikan bahwa istri menerima bantuan yang mereka butuhkan. Hastuti Kemandiria

n

Perempuan Miskin di Kali Tengah Lor, Sisi Selatan Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta

1.Memperole h profil perempuan miskin. 2.Mengkaji

kemandirian perempuan miskin.

 Jenis penelitian :

deskriptif.  Pendekata

n:

kualitatif.  Teknik

pengump ulan data: wawancar a,

dokumen tertulis.

1. Profil perempuan miskin memiliki kehidupan sederhana mulai dari makan, pakaian, dan perumahan. 2.Perempuan

miskin memiliki kemandirian dalam bekerja untuk

memperoleh pendapatan, mengelola rumah tangga serta

memenuhi kebutuhan sendiri. Kemandirian perempuan miskin juga tampak pada pergaulan dilingkunganny a, secara leluasa


(2)

21

perempuan miskin dapat melakukan silaturahmi dengan kerabat, tetangga dan melakukan kegiatan sosial kemasyarakata n.

3.Makna kemandirian bagi

perempuan miskin bukan berarti perempuan miskin memutuskan segala sesuatu tanpa

musyawarah dengan suami atau anggota rumah tangga lain.

Kemandirian memiliki makna bahwa perempuan miskin tidak menggantungk an kepada suami secara ekonomi. Hastuti

dan Dyah Respati

Model Pemberday aan

Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaata n

Sumberday a Pedesaan Upaya Pengentasa n

Kemiskinan

Merumuskan model

pemberdayaan perempuan miskin berbasis pemanfaatan lahan upaya pengentasan kemiskinan di pedesaan mengingat sumberdaya pedesaan dan

 Pendekata n:

Kualitatif.  Teknik

pengumpul an data: studi pustaka, observasi, wawancara , FGD.

1.Perempuan lebih berperan dalam kegiatan kerumahtangga an ketimbang laki-laki. 2.Pemanfaatan

sumberdaya pedesaan strategis banyak di kuasai laki-laki ketimbang perempuan.


(3)

22 di

Pedesaan.

perempuan miskin merupakan elemen utama dalam

pengentasan kemiskinan Indonesia.

3.Dalam kemiskinan perempuan kurang mendapat prioritas dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia sehingga semakin terperosok dalam ketidak berdayaan. 4.Penguatan

perempuan miskin

merupakan inti pemberdayaan perempuan dan akan optimal apabila perempuan di beri

kesempatan setara dengan laki-laki dalam pemanfaatan sumberdaya di pedesaan. Muktasam Kajian

Kritis atas Fenomena dan Program Pengentasan Kemiskinan pada Masyarakat sekitar hutan di Pulau Lombok.

Mengetahui bagaimana masyarakat lokal memandang kemiskinan, indikator kemiskinan, penyebab kemiskinan, dan efektifitas program-program pengentasan kemiskinan.

 Pendekata n

penelitian: Modified Participat ory Action Research (MPAR)  Teknik

pengumpu lan data: survei, wawancar a, FGD.

1.Menurut masyarakat desa kemiskinan adalah kondisi dimana rumahtangga pedesaan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka karena keterbatasan kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya seperti


(4)

23

akses terhadap pasar dan lembaga keuangan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, jaringan irigasi, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. 2.Faktor

penyebab kurang berhasilnya program pengentasan kemiskinan antara lain kurangnya partisipasi, pendekatan yang “ top-down”, tidak sesuainya antara program dengan

kebutuhan real masyarakat, terbatasnya koordinasi antat lembaga, dan tidak adanya pembelajaran dalam

masyarakat dan organisasi. Riswan

Lumban Gaol

Kontribusi Buruh Tani Perempuan dalam Ekonomi Keluarga di Desa Sirube-Rube Kecamatan

Melihat bagaimana kontribusi petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa

Sirube- Pendekata n:

kuantitatif.  Teknik

pengumpul an data: angket, wawancara .

Petani perempun memberikan kontribusi yang besar dan baik dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga. Hal tersebut terlihat dari kemampuan


(5)

24 Pematang

Sidamanik Kabupaten Simalungun .

rube Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dari

penghasilan bekerja sebagai petani dan keterlibatan responden serta peran dalam kehidupan sosial. Yunisa

Adi Prabaning sih

Perempuan Dalam Menopang Keberlanjut an Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga

1.Mendeskrips ikan peran perempuan pada RTM dalam menopang kehidupan rumah tangga. 2.Menganalisis

strategi yang di gunakan perempuan RTM dalam menopang keberlanjuta n hidup rumah tangga.

 Jenis penelitian: deskriptif dan eksplanat oris  Pendekata

n: kualitatif  Teknik

pengumpu lan data: wawancar a

mendalam ,

observasi, data sekunder

Upaya yang dilakukan perempuan untuk menopang keberlanjutan hidup rumah tangganya hanya sebatas

pemenuhan kebutuhan hidup jangka pendek, dengan

mengandalkan modal sosial, tanpa

mengembangkan modal-modal yang dimiliki.


(6)

25

2.4

Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Proses pembangunan yang ada saat ini memunculkan persoalan

kemiskinan yang salah satunya juga dirasakan oleh perempuan. Kemiskinan

sendiri dapat di ukur dan di tentukan berdasarkaan indikator kemiskinan yang

dikeluarkan oleh badan-badan yang terkait. Untuk menanggulangi persoalan

kemiskinan yang mereka alami, saat ini banyak di jumpai perempuan yang

bekerja di luar rumah. Namun, dalam kenyataannya indikator kemiskinan yang

dikeluarkan oleh pihak terkait cukup berbeda dengan indikator kemiskinan dari

perempuan. Indikator kemiskinan perempuan inilah yang berpengaruh terhadap

kinerja perempuan dalam menopang keberlanjutan rumah tangganya. Perbedaan

pandangan mengenai indikator kemiskinan inilah yang membuat persoalan

kemiskinan di masyarakat akan terus ada dan sulit untuk diatasi.

Pembangunan Tidak Kerja di

Luar Rumah Perempuan

Kemiskinan

Indikator Kemiskinan

Perempuan Dalam Menopang Keberlanjutan

Hidup Rumah Tangga

Strategi & Peran Bekerja di Luar Rumah


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga T1 352010003 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga T1 352010003 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga T1 352010003 BAB V

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga T1 352010003 BAB VI

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dalam Menopang Keberlanjutan Hidup Rumah Tangga di Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB II

0 0 10

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Perempuan (Istri) Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga T1 BAB II

0 0 47

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB II

0 0 12