Uji Sitotoksisitas Ekstrak Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam) Terhadap Kultur Sel Raji.

(1)

ABSTRAK

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP KULTUR SEL RAJI

Skolastika Prima, 2006 Pembimbing : Hana Ratnawati, dr.,MKes.

Kanker penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit infeksi. Saat ini banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai kanker, salah satunya buah merah (Pandanus conoideus Lam.). Konsumsi buah merah diduga dapat menyebabkan kematian sel kanker pada umum dan kematian sel Raji yang berasal dari biopsi sel kanker nasofaring.

Tujuannya untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah merah terhadap kultur sel Raji.

Penelitian dilakukan secara in vitro dengan berbagai dosis ekstrak buah merah, sebagai kontrol positif, doksorubisin 15 μg/ml. Setelah sel-sel Raji perlakuan diinkubasi selama 24, 48 dan 72 jam, dilakukan pengamatan dengan cara menghitung jumlah sel. Selanjutnya jumlah sel hidup dan mati dihitung untuk tiap waktu inkubasi untuk menentukan LC50 (Lethal Concentration 50) yaitu kadar ekstrak buah merah yang dapat menyebabkan kematian sel Raji sebanyak 50%. Data dianalisa dengan Oneway ANOVA dilanjutkan dengan Tukey HSD (α = 0,05).

Pada uji sitotoksisitas terlihat kenaikan persentase kematian sel dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak, dengan nilai LC50 pada 24 jam dan 48 jam yaitu 0,1075 µg/ml dan 0,0750 µg/ml. Secara statistik didapatkan hasil bahwa kematian sel Raji setelah perlakuan berbeda secara bermakna antar kelompok dosis yang berbeda. Dengan analisis uji doubling time terlihat jumlah sel menurun secara linear terhadap waktu inkubasi dan besar dosis buah merah yang digunakan.

Kesimpulan yaitu ekstrak buah merah dapat menyebabkan kematian sel Raji pada kultur.

Kata kunci : Buah merah (Pandanus conoideus Lam.), kanker nasofaring, kultur sel Raji.


(2)

ABSTRACT

CITOTOXICITY TEST OF RED FRUIT EXTRACT

(Pandanus conoideus Lam.) TOWARDS CULTURE OF RAJI CELLS

Skolastika Prima,2006 Tutor : Hana Ratnawati, dr,M.Kes

Cancer is one of the leading causes of death after infectious disease. Today the widespread use of traditionally medicine in treating patients which cancer raises and Red Fruit (Pandanus conoideus Lam.) is one of it. It was suspected that Red Fruit have cytotoxic effect to cancer cell especially Raji cell lines.

The aim of this study was to know the cytotoxic effect of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam.) to Raji cell culture.

The research was done in vitro using several doses of Red Fruit extract, and doxorubicin 15 µg/ml as positive control. The level of LC50 (Lethal Concentration

50) which was based on percentage of the cell death following incubation with the extract. The data were analyzed with Oneway ANOVA, continued by Tukey HSD (α = 0,05).

The result showed that Red Fruit extract was cytotoxic to Raji cell lines, with the LC50 after 24 and 48 hours of incubation is 0,1075µg/ml and 0,0750µg/ml.

Statistically there is a significant different in the Raji cell death (cytotoxic effect) in the treatment culture compare to negative control (p < 0,01).Doubling time test analytical showed to live cells was decreased linearly versus incubation time and Red Fruit doses.

Conclution is that Red Fruit has cytotoxic effect on Raji cell culture.

Keywords : Red fruit (Pandanus conoideus Lam.), nasopharyngeal cancer, Raji cell culture.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ...ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

Prakata ... vi

Daftar Isi ...viii

Daftar Tabel ...xii

Daftar Gambar ...xiii

Daftar Grafik ... xiv

Daftar Diagram ... xv

Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan ... 3

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesa ... 4

1.6. Metodologi ... 5

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

Bab II. Tinjauan Pustaka 2.1. Kanker ... 6

2.1.1. Karsinogenesis ... 7

2.1.2. Faktor Karsinogen... 7

2.1.2.1 Karsinogen Kimia. ... 7

2.1.2.2 Virus Onkogenik ... 9

2.1.2.3 Agen Biologi ... 9

2.1.3 Daur Sel ... 10


(4)

ix

2.2. Kanker Nasofaring ... 11

2.2.1. Struktur Anatomi Nasofaring Normal ... 11

2.2.2. Struktur Histologi Nasofaring Normal ... 12

2.2.3. Epidemiologi Kanker Nasofaring ... 13

2.2.4. Penyebab Kanker Nasofaring ... 14

2.2.4.1. Virus Epstein-Barr ... 14

2.2.4.2. Faktor Lingkungan dan Kebiasaan Makan ... 16

2.2.5. Simtomatologi Kanker Nasofaring ... 16

2.2.6. Histopatologi Karsinoma Nasofaring ... 18

2.2.7. Diagnostik Karsinoma Nasofaring... 18

2.2.8. Klasifikasi Karsinoma Nasofaring ... 19

2.3. Terapi Karsinoma Nasofaring ... 21

2.3.1. Radioterapi ... 21

2.3.2. Kemoterapi ... 22

2.3.3. Terapi Pembedahan ... 22

2.3.4. Efek Samping Terapi ... 23

2.3.5. Terapi Alternatif ... 23

2.4. Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) ... 24

2.4.1. Taksonomi Buah Merah ... 24

2.4.2. Morfologi Buah Merah ... 25

2.4.3. Khasiat Buah Merah ... 26

2.4.4. Zat Aktif yang Terkandung dalam Buah Merah ... 27

2.4.5. Efek Buah Merah Terhadap Penyakit Kanker ... 27

2.5. Uji Sitotoksisitas ... 31

2.6. Uji Doubing Time ... 32

2.7. Kultur Sel ... 33

2.7.1. Cell Line (Sel Turunan) ... 35

2.7.2. Sel Raji ... 36


(5)

x

Bab III. Bahan dan Metode Penelitian

3.1. Alat dan Bahan ... 39

3.2. Pemilihan Tanaman ... 40

3.3. Persiapan Penelitian ... 40

3.3.1. Sterilisasi Alat ... 40

3.3.2. Pembuatan Media Pencuci dan Penumbuhan Sel ... 40

3.3.3. Preparasi Sel Raji ... 41

3.4. Pembuatan Larutan Uji ... 41

3.5. Percobaan Pendahuluan ... 42

3.6 Metode Penelitian ... 42

3.6.1. Desain Penelitian ... 42

3.6.1.1. Uji Sitotoksisitas ... 42

3.6.1.2. Uji Doubling Time ... 43

3.6.2. Variabel Penelitian ... 43

3.6.3. Cara Kerja ... 43

3.6.3.1. Uji Sitotoksisitas dengan Metode Perhitungan Langsung ... 43

3.6.3.2. Uji Doubling Time ... 44

3.7. Analisis Data ... 44

3.7.1. Hipotesis Statistik ... 44

3.7.2. Kriteria Uji ... 45

Bab IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Penelitian Pendahuluan ... 46

4.1.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.2. Pembahasan... 47

4.2. Penelitian Uji Sitotoksisitas ... 48

4.2.1. Penelitian Uji Sitotoksisitas dengan Waktu 24 Jam ... 48

4.2.1.1. Hasil Penelitian ... 48

4.2.1.2. Pembahasan ... 49

4.2.2. Penelitian Uji Sitotoksisitas dengan Waktu Inkubasi 48 Jam ... 53


(6)

xi

4.1.2.2. Pembahasan ... 53

4.2.3. Penelitian Uji Sitotoksisitas dengan Waktu Inkubasi 72 Jam ... 58

4.2.3.1. Hasil Penelitian ... 58

4.2.3.2. Pembahasan ... 58

4.3. Penelitian Uji Doubling Time ... 62

4.3.1. Hasil Penelitian Uji Doubling Time ... 62

4.3.2. Pembahasan Uji Doubling Time ... 63

4.4. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 64

4.5. Kesimpulan ... 64

Bab V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 65

Daftar Pustaka ... 66

Lampiran ... 69


(7)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Struktur Anatomi Nasofaring... 12

2.2. Gambaran Histologi Nasofaring ... 13

2.3. Gambaran Histopatologi KNF Tipe Undifferentiated ... 18

2.4. Buah Merah (Pandanus conoideus Lam)... 25

2.5. Struktur Betakaroten ... 28

2.6. Struktur Tokoferol... 29

2.7. Sel Raji ... 37


(8)

DAFTAR TABEL

2.1. Kriteria Sistem TNM Menurut UICC 2002 ... 18 2.2. Klasifikasi Stadium Klinis KNF Menurut IUCC 2002 ... 19 4.1. Hasil Penelitian Pendahuluan Sel Raji dengan Waktu Inkubasi 24 Jam .... 46 4.2. Hasil Penelitian Sel Raji dengan Waktu Inkubasi 24 Jam ... 48 4.3. Hasil Uji Oneway ANOVA Efek Toksik Buah Merah terhadap Sel Raji

pada Pengamatan 24 Jam ... 49 4.4. Hasil Uji Beda Rata-Rata Tukey HSD Kematian Sel Raji Antar

Kelompok Perlakuan (24 Jam)... 50 4.5. Hasil Penelitian Sel Raji dengan Waktu Inkubasi 48 Jam ... 53 4.6. Hasil Uji Oneway ANOVA Efek Toksik Buah Merah terhadap Sel Raji

pada Pengamatan 48 Jam ... 54 4.7. Hasil Uji Beda Rata-Rata Tukey HSD Kematian Sel Raji Antar

Kelompok Perlakuan (48 Jam)... 55 4.8. Hasil Penelitian Sel Raji dengan Waktu Inkubasi 72 Jam ... 58 4.9. Hasil Uji Oneway ANOVA Efek Toksik Buah Merah terhadap Sel Raji

pada Pengamatan 72 Jam ... 59 4.10. Hasil Uji Beda Rata-Rata Tukey HSD Kematian Sel Raji Antar

Kelompok Perlakuan (72 Jam) ... 60 4.11. Jumlah Sel Raji pada Setiap Waktu Inkubasi pada Kadar 0,0625 µg/ml .. 62 4.12. Jumlah Sel Raji pada Setiap Waktu Inkubasi pada Kadar 0,125 µg/ml ... 62


(9)

DAFTAR GRAFIK

4.1. Grafik Penelitian Pendahuluan Persentase Kematian Sel Raji dengan

Waktu Inkubasi 24 Jam ... 47

4.2. Grafik Persentase Kematian Sel Raji dengan Waktu Inkubasi 24 Jam ... 52

4.3. Grafik Persentase Kematian Sel Raji dengan Waktu Inkubasi 48 Jam ... 57

4.4. Grafik Pertumbuhan Sel Raji pada Kadar 0,0625 µg/ml ... 62

4.5. Grafik Pertumbuhan Sel Raji pada Kadar 0,125 µg/ml ... 63


(10)

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Perbandingan Rata-Rata Kematian Sel Raji Antara Kelompok Bahan Uji dengan Kontrol Positif (24 Jam) ... 51 4.2 Perbandingan Rata-Rata Kematian Sel Raji Antara Kelompok Bahan Uji

dengan Kontrol Positif (48 Jam) ... 56 4.3 Perbandingan Rata-Rata Kematian Sel Raji Antara Kelompok Bahan Uji

dengan Kontrol Positif (72 Jam) ... 61


(11)

LAMPIRAN 1

Penghitungan Jumlah Sel Sebelum Perlakuan

Penghitungan sel dilakukan dibawah mikroskop dengan menggunakan kamar hitung Improved Neaubeaur. Penghitungan sel dilakukan pada 4 bidang leukosit (bidang sedang).

Hasil dari jumlah sel, dimasukkan dalam rumus :

Jumlah sel dalam 1 ml = n : 10 x 106 4

Jumlah sel hitung (n) = 174

Maka Jumlah sel dalam 1 ml = 44.000.000 Jumlah sel dalam 100 μl = 4.400.000

Penghitungan Kebutuhan Pemberian Jumlah Sel dalam Sumuran

Jumlah sumuran yang dipakai dalam 1 plate (96 sumuran) : Dosis Buah Merah : 8 dosis, 3 replikasi Æ 8 x 3 = 24 Dosis Doksorubisin : 3 dosis, 3 replikasi Æ 3 x 3 = 9 Kontrol (-) : 1 dosis, 3 replikasi Æ 1 x 3 = 3 Jumlah = 36

Dalam percobaan diperlukan 3 plate, karena dilakukan inkubasi selama 24, 48 dan 72 jam. Sehingga jumlah seluruh sumuran yang diperlukan (3 plate) = 36 x 3 = 108 sumuran

Dalam 1 sumuran diperlukan 2 x 104 sel (Freshney)

Maka jumlah sel yang diperlukan dalam 108 sumuran = 2.160.000


(12)

73

Jika dalam 100 μl terdapat 4.400.000 sel, maka untuk mengambil 2.160.000 sel diperlukan 490,909 μl ≈ 500 μl.

Sehingga untuk mengisi seluruh sumuran (3 plate) diambil 500 μl dari flask sel Raji (dalam larutan medium RPMI) menggunakan mikropipet.

Penghitungan Jumlah Sel Hidup

∑ sel hidup : ∑ sel hidup x 10 x 200 4


(13)

74

LAMPIRAN 5

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK KOMPUTER UJI ANOVA DENGAN WAKTU INKUBASI 24 JAM

Oneway - 24 jam

Descriptives nilai24

3 46.67 .577 .333 45.23 48.10 46 47

3 24.00 .000 .000 24.00 24.00 24 24

3 30.67 .577 .333 29.23 32.10 30 31

3 34.33 .577 .333 32.90 35.77 34 35

12 33.92 8.618 2.488 28.44 39.39 24 47

kontrol doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 Total

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean

Min Max

Test of Homogeneity of Variances nilai24

5.333 3 8 .026

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA nilai24

814.917 3 271.639 1086.556 .000

2.000 8 .250

816.917 11

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(14)

75

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: nilai24

Tukey HSD

22.667* .408 .000 21.36 23.97

16.000* .408 .000 14.69 17.31

12.333* .408 .000 11.03 13.64

-22.667* .408 .000 -23.97 -21.36

-6.667* .408 .000 -7.97 -5.36

-10.333* .408 .000 -11.64 -9.03

-16.000* .408 .000 -17.31 -14.69

6.667* .408 .000 5.36 7.97

-3.667* .408 .000 -4.97 -2.36

-12.333* .408 .000 -13.64 -11.03

10.333* .408 .000 9.03 11.64

3.667* .408 .000 2.36 4.97

(J) metode24 doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol doxo 15 dosis 0.0625 kontrol doxo 15 dosis 0.125 (I) metode24 kontrol doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

Homogeneous Subsets

nilai24 Tukey HSDa

3 24.00

3 30.67

3 34.33

3 46.67

1.000 1.000 1.000 1.000 metode24 doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol Sig.

N 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(15)

76

LAMPIRAN 6

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK KOMPUTER UJI ANOVA DENGAN WAKTU INKUBASI 48 JAM

Oneway - 48 jam

Descriptives nilai48

3 58.67 .577 .333 57.23 60.10 58 59

3 24.00 .000 .000 24.00 24.00 24 24

3 25.67 .577 .333 24.23 27.10 25 26

3 31.33 .577 .333 29.90 32.77 31 32

12 34.92 14.607 4.217 25.64 44.20 24 59

kontrol doxo15 dosis 0.125 dosis 0.0625 Total

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean

Min Max

Test of Homogeneity of Variances nilai48

5.333 3 8 .026

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA nilai48

2344.917 3 781.639 3126.556 .000

2.000 8 .250

2346.917 11

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(16)

77

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: nilai48

Tukey HSD

34.667* .408 .000 33.36 35.97

33.000* .408 .000 31.69 34.31

27.333* .408 .000 26.03 28.64

-34.667* .408 .000 -35.97 -33.36

-1.667* .408 .015 -2.97 -.36

-7.333* .408 .000 -8.64 -6.03

-33.000* .408 .000 -34.31 -31.69

1.667* .408 .015 .36 2.97

-5.667* .408 .000 -6.97 -4.36

-27.333* .408 .000 -28.64 -26.03

7.333* .408 .000 6.03 8.64

5.667* .408 .000 4.36 6.97

(J) metode48 doxo15 dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol doxo15 dosis 0.0625 kontrol doxo15 dosis 0.125 (I) metode48 kontrol doxo15 dosis 0.125 dosis 0.0625 Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

Homogeneous Subsets

nilai48 Tukey HSDa

3 24.00

3 25.67

3 31.33

3 58.67

1.000 1.000 1.000 1.000

metode48 doxo15 dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol Sig.

N 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(17)

78

LAMPIRAN 7

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK KOMPUTER UJI ANOVA DENGAN WAKTU INKUBASI 72 JAM

Oneway - 72 jam

Descriptives nilai72

3 78.00 1.000 .577 75.52 80.48 77 79

3 7.67 .577 .333 6.23 9.10 7 8

3 7.67 .577 .333 6.23 9.10 7 8

3 25.67 .577 .333 24.23 27.10 25 26

12 29.75 30.097 8.688 10.63 48.87 7 79

kontrol doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 Total

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean

Min Max

Test of Homogeneity of Variances nilai72

.333 3 8 .802

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA nilai72

9960.250 3 3320.083 6640.167 .000

4.000 8 .500

9964.250 11

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(18)

79

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: nilai72

Tukey HSD

70.333* .577 .000 68.48 72.18

70.333* .577 .000 68.48 72.18

52.333* .577 .000 50.48 54.18

-70.333* .577 .000 -72.18 -68.48

.000 .577 1.000 -1.85 1.85

-18.000* .577 .000 -19.85 -16.15

-70.333* .577 .000 -72.18 -68.48

.000 .577 1.000 -1.85 1.85

-18.000* .577 .000 -19.85 -16.15

-52.333* .577 .000 -54.18 -50.48

18.000* .577 .000 16.15 19.85

18.000* .577 .000 16.15 19.85

(J) metode72 doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol doxo 15 dosis 0.0625 kontrol doxo 15 dosis 0.125 (I) metode72 kontrol doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

Homogeneous Subsets

nilai72 Tukey HSDa

3 7.67

3 7.67

3 25.67

3 78.00

1.000 1.000 1.000

metode72 doxo 15 dosis 0.125 dosis 0.0625 kontrol Sig.

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(19)

80

LAMPIRAN 8

PERHITUNGAN REGRESI LINEAR LC50 (24 Jam)

X Y x2 y2 xy

0,200 100 0,04 10000 20

0,175 100 0,030625 10000 17,5

0,150 100 0,0225 10000 15

0,125 34,29 0,015625 1175,804 4,28625

0,0625 26,43 0,003906 698,5449 1,651875 0,7125 360,72 0,112656 31874,35 58,43813

∑ ∑

− −

= 2 ( )2

) )( ( x x n y x xy n b 4067 , 632 ) 7125 , 0 ( ) 1127 , 0 ( 5 ) 72 , 360 )( 7125 , 0 ( ) 4381 , 58 ( 5 2 = − − = b b n x b y

a=

∑ ∑

974 , 17 5 ) 7125 , 0 )( 4067 , 632 ( 72 , 360 − = − = a a ml g x x x bx a y / 1075 , 0 4067 , 632 974 , 17 50 4067 , 632 974 , 17 50 μ = + = + − = + =


(20)

81

LAMPIRAN 9

PERHITUNGAN REGRESI LINEAR LC50 (48 Jam)

x y x2 y2 xy 0,200 100 0,04 10000 20

0,175 100 0,030625 10000 17,5

0,150 100 0,0225 10000 15

0,125 56,25 0,015625 3164,063 7,03125

0,0625 46,59 0,003906 2170,628 2,911875 0,7125 402,84 0,112656 35334,69 62,44313

∑ ∑

− −

= 2 2

) ( ) )( ( x x n y x xy n b 8921 , 452 ) 7125 , 0 ( ) 1127 , 0 ( 5 ) 84 , 402 )( 7125 , 0 ( ) 4431 , 62 ( 5 2 = − − = b b n x b y

a=

∑ ∑

0309 , 16 5 ) 7125 , 0 )( 8921 , 452 ( 84 , 402 = − = a a ml g x x x bx a y / 0750 , 0 8921 , 452 03087 , 16 50 8921 , 452 03087 , 16 50 μ = − = + = + =


(21)

82

LAMPIRAN 10

Foto Peralatan Kultur Sel didalam Inkubator CO2

Foto Laminar Air Flow


(22)

LAMPIRAN 2

HASIL UJI SITOTOKSISITAS BUAH MERAH TERHADAP SEL RAJI (24 JAM)

Sumuran dosis ∑ sel hidup rata-rata ∑ sel mati rata-rata %kematian

µg/ml 1 2 3 1 2 3

Kontrol Negatif 47 46 47 46.67

Doxorubicin 15 24 24 0 16.00 21 20 0 13.67 65.71

Buah merah 0.2 0 0 0 0.00 40 40 41 40.33 100

0.175 0 0 0 0.00 40 40 41 40.33 100

0.15 0 0 0 0.00 40 40 40 40.00 100

0.125 31 30 31 30.67 15 16 16 15.67 34.29

0.0625 34 34 35 34.33 11 11 10 10.67 26.43


(23)

LAMPIRAN 3

HASIL UJI SITOTOKSISITAS BUAH MERAH TERHADAP KULTUR SEL RAJI (48 JAM)

Sumuran dosis ∑ sel hidup rata-rata ∑ sel mati rata-rata %kematian

µg/ml 1 2 3 1 2 3

Kontrol Negatif 58 59 59 58.67

Doxorubicin 15 24 24 24 24.00 27 26 27 26.67 59.09

Buah merah 0.200 0 0 0 0.00 38 39 38 38.33 100

0.175 0 0 0 0.00 40 40 40 40.00 100

0.150 0 0 0 0.00 40 40 40 40.00 100

0.125 25 26 26 25.67 23 23 24 23.33 56.25

0.0625 31 31 32 31.33 16 15 16 15.67 46.59


(24)

LAMPIRAN 4

HASIL UJI SITOTOKSISITAS BUAH MERAH TERHADAP KULTUR SEL RAJI (72 JAM)

Sumuran dosis ∑ sel hidup rata-rata ∑ sel mati rata-rata % kematian

µg/ml 1 2 3 1 2 3

Kontrol Negatif 78 79 77 78.00

Doxorubicin 15 7 8 8 7.67 38 37 37 37.33 90.17

Buah merah 0.200 0 0 0 0.00 37 37 37 37.00 100

0.175 0 0 0 0.00 40 40 40 40.00 100

0.150 0 0 0 0.00 40 39 40 39.67 100

0.125 8 8 7 7.67 37 32 32 33.67 90.17

0.0625 25 26 26 25.67 23 24 22 23.00 67.09


(25)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Skolastika Prima

NRP : 0110113

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/11 Februari 1983

Alamat : Toddopuli Raya F1 No.10 – Makassar

Agama : Katolik

Riwayat Pendidikan :

TK Assisi, Jakarta, Lulus tahun 1989

SD Assisi, Jakarta, Pindah ke SD Don Bosco Semarang Tahun 1992 SD Don Bosco, Semarang, Lulus tahun 1995

SMP Katolik Rajawali, Makassar, Lulus tahun 1998 SMU Katolik Rajawali, Makassar, Lulus tahun 2001


(26)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini tampak adanya peningkatan kasus kanker disebabkan oleh pola hidup yang salah seperti kebiasaan merokok, minuman beralkohol, makanan mengandung lemak jenuh, kehidupan seks bebas, dan lain-lain. Kanker merupakan suatu jenis penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal dan tidak terkendali dari sel-sel tubuh. Secara umum kanker dapat menyerang setiap jaringan tubuh manusia kecuali rambut dan kuku.

Penyebab kanker belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang menjadi pemicu pada beberapa jenis kanker seperti faktor genetis (keturunan) dan faktor lingkungan. Faktor risiko karena genetis tidak bisa dirubah, sedangkan faktor risiko dari lingkungan dapat dihindari dan dikendalikan (Hembing,2004).

Di Indonesia, kanker nasofaring merupakan tumor ganas terbanyak di bidang THT dan merupakan urutan ke-5 terbanyak untuk tumor ganas di seluruh bagian tubuh dengan angka kematian yang tinggi (70%) (Sulistiawan dan Ayu Trisna,2004).

Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan timbulnya tumor ganas nasofaring, walaupun etiologi yang pasti belum diketahui. Ada dugaan faktor yang berperan adalah infeksi virus Epstein-Barr, kerentanan genetik (ras Mongoloid) dan lingkungan termasuk kebiasaan hidup. Faktor lingkunan dan kebiasaan hidup seperti asap kayu yang digunakan untuk memasak, sering kontak dengan zat yang dapat menyebabkan kanker atau zat karsinogenik seperti benzophyrene, gas kimia, asap pabrik, asap obat nyamuk, asap rokok dan nitrosamin yang terdapat pada ikan asin (Sulistiawan dan Ayu Trisna,2004)

Kanker nasofaring tidak menimbulkan gejala khas. Kebanyakan pasien datang berobat setelah kanker berada pada stadium lanjut. . Umumnya pengobatan untuk


(27)

2

kanker nasofaring adalah radioterapi. Namun, bila kankernya sudah menyebar ke organ lain, terapi radiasi yang diberikan terbatas. Maka, di sini perlu dikombinasikan dengan kemoterapi. Obat kanker umumnya merupakan obat sintesis yang harganya relatif mahal dan memilki efek samping yang membahayakan. Hal itu membuat masyarakat berpaling pada pengobatan tradisional.

Obat Tradisional Indonesia menurut UU No. 23/1992 tentang kesehatan adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Dalam GBHN 1998 antara lain disebutkan bahwa pengobatan tradisional yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan harus terus dibina dalam rangka perluasan pemerataan pelayanan kesehatan. Pemeliharaan dan pengembangan pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa harus terus ditingkatkan dan dikembangkan serta dilakukan penelitian obat-obatan dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk pemasyarakatan penggunaan obat tradisional yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan (Muniarti,1998). Banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai obat kanker, salah satunya yang ramai dibicarakan orang saat ini yakni buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dari pedalaman Papua. Buah merah ini diduga mengandung senyawa alami yang berefek sangat baik sebagai antioksidan dan berfungsi mencegah pembiakan sel-sel kanker.(Machmud,Bernard,2005)

Penggunaan buah merah untuk menyembuhkan kanker hanya didorong oleh testimoni dan serangkaian fakta empiris. Ada bukti, banyak yang sembuh dari kanker setelah meminum minyak dari sari buah merah. Di sisi lain, ada pula sejumlah kegagalan, walaupun jenis kanker dan dosis pemakaian sama. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai manfaat buah merah dalam menghambat berkembangnya sel kanker. Untuk itu penulis bermaksud meneliti efek ekstrak buah merah terhadap kultur sel Raji yang berasal dari yang merupakan continues cell line yang diturunkan dari sel B-limfoma manusia


(28)

3

mengandung Epstein-Barr virus (EBV). EBV sangat berperan terhadap terjadinya kanker nasofaring.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : - Apakah pemberian ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lam.)

menyebabkan kematian sel Raji pada kultur.

- Berapa kadar toksik buah merah (Pandanus conoideus Lam.) yang menyebabkan 50 % kematian populasi sel Raji pada kultur.

- Bagaimana pengaruh waktu inkubasi terhadap pertumbuhan sel Raji (uji doubling time) pada kultur yang diberi ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lam.).

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah buah merah mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pengembangan obat antikanker dan untuk mengetahui kadar toksik buah merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap sel Raji.

Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lam.) terhadap kultur sel Raji.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis

Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan farmakologi mengenai tumbuhan obat asli Indonesia, dalam hal ini khususnya khasiat buah merah (Pandanus conoideus Lam.) sebagai obat kanker.


(29)

4

Manfaat Praktis

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mencegah semakin berkembangnya sel kanker.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesa

Kerangka Pemikiran

Tumor terbentuk oleh pertumbuhan sel dan proliferasi secara klonal tidak terkendali melaui proses multistep yang meliputi tahap inisiasi, tahap promosi dan tahap progresi. Perubahan ke arah onkogenesis diakibatkan adanya lesi genetik jamak (multiple genetic lesion), adanya translokasi kromosom, amplifikasi gen, transfer gen, mutasi gen, ataupun integrasi virus.

Pengendalian perkembangan sel normal ditentukan oleh aktivasi protoonkogen dan tumor supresor gene. Salah satu tumor supresor gene yaitu p53 yang akan menghambat proliferasi sel lewat siklus sel dan menghambat diferensiasi. Adanya mutasi pada onkogen akan mempercepat proses proliferasi dan diferensiasi sel. Perubahan kearah keganasan juga dapat disebabkan meningkatnya aktivitas antiapoptosis gen-bcl2. Pada karsinoma nasofaring, infeksi Epstein-Barr virus menyebabkan terjadinya immortalisasi limfosit B akibat peningkatan ekspresi gen bcl2 dan juga terjadi peningkatan proliferasi sel. Sebab itu zat yang dapat menekan proliferasi sel atau meningkatkan proses apoptosis berarti dapat berperan sebagai anti-kanker.

Pada penelitian ini akan dilihat apakah Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) mengandung senyawa aktif yang dapat berperan sebagai anti-kanker. Mekanisme anti-kanker ini dapat bekerja dengan cara penghambatan proliferasi sel atau melalui mekanisme peningkatan apoptosis. Tetapi pada penelitian ini hanya dilihat efeknya terhadap penghambatan proliferasi sel kanker.


(30)

5

Hipotesa Penelitian

Ekstrak buah merah dapat menyebabkan kematian kultur sel Raji.

1.6 Metodologi

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode prospektif eksperimental laboratorium sungguhan, dengan desain RAL (Rancang Acak Lengkap).

Pada uji sitotoksisitas, sesudah pemberian buah merah dengan berbagai dosis, menentukan LC50 (Lethal Concentration 50) yaitu kadar ekstrak buah merah yang menyebabkan 50% kematian populasi sel Raji, menggunakan statistik Oneway ANOVA dan Post Hoc Test metode Tukey HSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05 .

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2005, dan bertempat di Laboratorium Hayati Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ; Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung, Bandung.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan

1. Ekstrak buah merah dapat menyebabkan kematian sel Raji pada kultur.

2. Ekstrak buah merah bersifat sitotoksik terhadap sel Raji dan mempunyai harga LC50 pada 24 jam adalah 0,1075µg/ml, pada 48 jam adalah 0,0750µg/ml. 3. Semakin lama waktu inkubasi maka semakin sedikit jumlah sel Raji yang

hidup pada kultur yang diberi perlakukan dengan buah merah.

5.2 Saran

Sebagai akhir dari penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini maka, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa aktif buah merah yang dapat mengatasi penyakit kanker.

2. Perlu diteliti lebih lanjut, mengenai metode dan dosis yang lebih bervariasi dan juga dapat diuji dengan tahap berikutnya yaitu uji klinik terhadap mencit dan manusia.

3. Pemakaian dosis buah merah pada penelitian harus sangat hati-hati karena buah merah mempunyai margin of safety yang sempit.

4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang mekanisme spesifik efek penghambatan pertumbuhan dan kematian sel Raji dari masing-masing senyawa yang terkandung dalam buah merah.

5. Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) sebagai obat tradisional yang belakangan ini populer karena mempunyai kemampuan mengatasi berbagai jenis penyakit berbahaya maka seyogyanya tanaman ini lebih dibudidayakan sebagai salah satu tanaman obat yang potensial.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Pengobatan Kanker Nasofaring. http : // www .republika .co.id /suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=165779&kat_id=105&kat_id1=150. 26 Oktober 2005

BioMed Central Ltd.,1999., Feed Your Immune System., http ://www. Immunecentral .com/infotemplate.cfm-1689-69., Oct 26th , 2005

Bosman F.T. 1999. Aspek-Aspek Fundamnetal Kanker (terj) dalam: Arjono, editor: Onkologi. Edisi 5. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. h. 2,7.

Brenan B. 2004. Nasopharyngeal Carcinoma. http: //www .orpha. net /data /patho/GB/uk-NPC.pdf .,December 22th, 2005

Chan A.T.C., Teo P.M.L, Johnson P.J.,2001., Nasopharyngeal Carcinoma., http: //annonc.oupjournals.org/cgi/contect/full/13/7/1007., January 20th ,2005.

Cheng Her.,2001.,Nasopharyngeal Cancer and the South East Asian Patient., http://www.aafp.org/afp/20010501/1776.pdf., January 20th ,2005.

Chuan Tieh Ciew. 1997. Nasopharynx (The Postnasal Space) In: Kerr A.G., Hibbert J., editors : Scott-Brown’s Otolaryngology Laryngology and Head and Neck Surgery. 6th Ed. London : Butterworth – Heinemann International Edition. P. 274, 276-8, 283-6, 292-3

Cotran R S., Kumar V., Collins T. 1999. Neoplasia in Pathologic Basis of Disease. 6th ed. Philadelphia: W.B.Saunders Co. p.276-305.

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2001. Respiratory System In: Schmitt B., Thorp D., Robbins C.J., editors: Colors Textbook of Histology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. P.349.

Gina White .,2005.,Vitamin A and Carotenoids., http://www.allaboutvision.com/nutrition/vitamin_a.htm., December 22th ,2005.

Geoffrey., 2005., http://www.vrp.com/art/340.asp., Molecular Siblings of Tocopherols with Unique Vitamin E Properties ., December 22th ,2005.

Freshney, R.I. 2000. Biology of Cultured Cells in: Culture of Animal Cells: a Manual of Basic Technique. 4th ed. Canada: Wiley-Liss, Inc. p. 9-16, 89-101, 149-157, 177-181, 309-328, 352


(33)

67

Felix. 2004. Awas! Karsinoma Nasofaring Menyerang Ras Kita. Dalam : Farmacia. Vol III No.12. Juli 2004. Jakarta : Penerbit PT. Amythas Publicita. p. 15-17.

Hembing. 2004. Menghindari Kanker dengan Menerapkan Pola Hidup Sehat. http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Hembing&newsno=107. 26 Oktober 2005

Holsinger F.C., Meyers J.N. 2003. Carcinoma of the Oral Cavity and Pharynx In : Lee K.J., editor : Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8th ed. United States of America : The McGraw Hill Companies, Inc. p.586-9.

I Made Budi. 2005. Seri Agrisehat Buah Merah. Jakarta: Penebar Swadaya. h. 17-23

Ivan L Cameron , Jesus Munoz , Christopher J Barnes and W Elaine Hardman. High dietary level of synthetic vitamin E on lipid peroxidation, membrane fatty acid composition and cytotoxicity in breast cancer xenograft and in mouse host tissue. http://www.cancerci.com/content/3/1/3. August 30th, 2005

Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A. 1996. Virus Tumor dan Onkogen (terj) dalam: Brooks G.F., Butel J.S., Ornston L.N., editor: Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. h. 567-571,583-585

Kumar V. Cotran R.S., Robbins S.L., 2003., Neoplasia in Basic of pathology. 7th ed. Philadelphia: Saunders. p. 178-95

Khe Chee Soo. 1999. Role of Surgery In : Van Hasselt C.A., Gibb A.G., editors : Nasopharyngeal Carcinoma. 2nd ed. Hong Kong : Chinese University Press. p.227.

Laura J. Jenski, Ph.D. Omega-3 Fatty Acid Docosahexaenoic Acid (DHA) http://www.biology.iupui.edu/research/ljenski. Oct 26th, 2005

Leung T.W.T,Chan A.T.C. 1999. Chemotherapy In: Van Hasselt C.A., Gibb A.G., editors Nasopharyngeal Carcinoma. 2nd Ed. Ed Hongkong : Chinese University Press. P. 243-4.

Marks D B, Marks A D & Smith C M. 1996. Onkogen dan Biologi Molekuler Kanker in Basic Medical Chemistry : Aclinical Approach. Philadelphia : Willliam & Wilkins. p 256 – 258.

Machmud H. Yahya & Bernard T. Wahyu Wiryanta. 2005. Khasiat dan Manfaat Buah Merah. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Hal. 13-16


(34)

68

Mohammad Indra Sapta. 2000. Evaluasi Tumor Ganas Pada Penderita yang Berobat Ke Bagian SMF Ilmu Kesehatan THT – KL Fakultas Kedokteran UNPAD / RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode 1 Juli 1999 s/d 30 Juni 2000. Bandung : FK UNPAD. p. 43-46.

Mukawi, Suryanti, Widyaputra. 1995. Histopatologi Karsinoma Nasofaring. Edisi 1. Bandung : Bagian Patologi Anatomi FK Unpad. Hal 1 – 9.

Murray R.K.2000. Kanker, Gen kanker & Faktor Pertumbuhan dalam Biokimia Harpers. Edisi 25. Toronto. Apleton & Lange. Hal. 779-796.

Redaksi Agromedia. 2005. Pro dan Kontra Buah Merah. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Hal. 1-12

Redaksi Trubus. 2005. Buah Merah Bukti Empiris dan Ilmiah. Cetakan Pertama. Jakarta: Tribus. Hal. 1-30

Sjamsuhidajat R. 2003. Neoplasia dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC. Hal 137-139.

Snell, R.S., 1997., Anatomi Klinik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal 146-148.

Sobin L.H., Wittekind C. 2002. UICC TNM Classification of Malignant Tumours. 6th ed. New York: A John Wiley & Sons, Inc., Publication. P.29,31,33.

Sulistiawan dan Ayu Trisna. Deteksi Dini Kanker ''Nasofaring''. http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/6/20/ink1.html. 26 Oktober 2005 Susworo R. 2004. Kanker Nasofaring-Epidemiologi dan Pengobatan Mutakhir.

Dalam : Cermin Dunia Kedokteran No.144. Jakarta : Penerbit PT. Kalbe Farma Tbk. p.16-19.

Underwood J.C.E. 1999. Karsinogenesis dan Neoplasia dalam Patologi Umum dan Sistemik. 2nd ed. Jakarta: EGC. Hal. 273; 279-284.

Young L.S.,Dawson C.W.,Eliopoulos A.G.,2000.,The Expression and Function of Epstein-Barr Virus Encoded Latent Genes., http://mp.bmjjournals.com/cgi/ content/full/53/5/238., January 20th ,2005.


(1)

4

Manfaat Praktis

Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mencegah semakin berkembangnya sel kanker.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesa

Kerangka Pemikiran

Tumor terbentuk oleh pertumbuhan sel dan proliferasi secara klonal tidak terkendali melaui proses multistep yang meliputi tahap inisiasi, tahap promosi dan tahap progresi. Perubahan ke arah onkogenesis diakibatkan adanya lesi genetik jamak (multiple genetic lesion), adanya translokasi kromosom, amplifikasi gen, transfer gen, mutasi gen, ataupun integrasi virus.

Pengendalian perkembangan sel normal ditentukan oleh aktivasi protoonkogen dan tumor supresor gene. Salah satu tumor supresor gene yaitu p53 yang akan menghambat proliferasi sel lewat siklus sel dan menghambat diferensiasi. Adanya mutasi pada onkogen akan mempercepat proses proliferasi dan diferensiasi sel. Perubahan kearah keganasan juga dapat disebabkan meningkatnya aktivitas antiapoptosis gen-bcl2. Pada karsinoma nasofaring, infeksi Epstein-Barr virus menyebabkan terjadinya immortalisasi limfosit B akibat peningkatan ekspresi gen bcl2 dan juga terjadi peningkatan proliferasi sel. Sebab itu zat yang dapat menekan proliferasi sel atau meningkatkan proses apoptosis berarti dapat berperan sebagai anti-kanker.

Pada penelitian ini akan dilihat apakah Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) mengandung senyawa aktif yang dapat berperan sebagai anti-kanker. Mekanisme anti-kanker ini dapat bekerja dengan cara penghambatan proliferasi sel atau melalui mekanisme peningkatan apoptosis. Tetapi pada penelitian ini hanya dilihat efeknya terhadap penghambatan proliferasi sel kanker.


(2)

Hipotesa Penelitian

Ekstrak buah merah dapat menyebabkan kematian kultur sel Raji.

1.6 Metodologi

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode prospektif eksperimental laboratorium sungguhan, dengan desain RAL (Rancang Acak Lengkap).

Pada uji sitotoksisitas, sesudah pemberian buah merah dengan berbagai dosis, menentukan LC50 (Lethal Concentration 50) yaitu kadar ekstrak buah merah yang menyebabkan 50% kematian populasi sel Raji, menggunakan statistik Oneway ANOVA dan Post Hoc Test metode Tukey HSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05 .

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2005, dan bertempat di Laboratorium Hayati Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ; Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung, Bandung.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan

1. Ekstrak buah merah dapat menyebabkan kematian sel Raji pada kultur.

2. Ekstrak buah merah bersifat sitotoksik terhadap sel Raji dan mempunyai harga LC50 pada 24 jam adalah 0,1075µg/ml, pada 48 jam adalah 0,0750µg/ml. 3. Semakin lama waktu inkubasi maka semakin sedikit jumlah sel Raji yang

hidup pada kultur yang diberi perlakukan dengan buah merah.

5.2 Saran

Sebagai akhir dari penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini maka, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa aktif buah merah yang dapat mengatasi penyakit kanker.

2. Perlu diteliti lebih lanjut, mengenai metode dan dosis yang lebih bervariasi dan juga dapat diuji dengan tahap berikutnya yaitu uji klinik terhadap mencit dan manusia.

3. Pemakaian dosis buah merah pada penelitian harus sangat hati-hati karena buah merah mempunyai margin of safety yang sempit.

4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang mekanisme spesifik efek penghambatan pertumbuhan dan kematian sel Raji dari masing-masing senyawa yang terkandung dalam buah merah.

5. Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) sebagai obat tradisional yang belakangan ini populer karena mempunyai kemampuan mengatasi berbagai


(4)

Anonim. 2005. Pengobatan Kanker Nasofaring. http : // www .republika .co.id /suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=165779&kat_id=105&kat_id1=150. 26 Oktober 2005

BioMed Central Ltd.,1999., Feed Your Immune System., http ://www. Immunecentral .com/infotemplate.cfm-1689-69., Oct 26th , 2005

Bosman F.T. 1999. Aspek-Aspek Fundamnetal Kanker (terj) dalam: Arjono, editor: Onkologi. Edisi 5. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. h. 2,7.

Brenan B. 2004. Nasopharyngeal Carcinoma. http: //www .orpha. net /data /patho/GB/uk-NPC.pdf .,December 22th, 2005

Chan A.T.C., Teo P.M.L, Johnson P.J.,2001., Nasopharyngeal Carcinoma., http: //annonc.oupjournals.org/cgi/contect/full/13/7/1007., January 20th ,2005.

Cheng Her.,2001.,Nasopharyngeal Cancer and the South East Asian Patient., http://www.aafp.org/afp/20010501/1776.pdf., January 20th ,2005.

Chuan Tieh Ciew. 1997. Nasopharynx (The Postnasal Space) In: Kerr A.G., Hibbert J., editors : Scott-Brown’s Otolaryngology Laryngology and Head and Neck Surgery. 6th Ed. London : Butterworth – Heinemann International Edition. P. 274, 276-8, 283-6, 292-3

Cotran R S., Kumar V., Collins T. 1999. Neoplasia in Pathologic Basis of Disease. 6th ed. Philadelphia: W.B.Saunders Co. p.276-305.

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2001. Respiratory System In: Schmitt B., Thorp D., Robbins C.J., editors: Colors Textbook of Histology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. P.349.

Gina White .,2005.,Vitamin A and Carotenoids., http://www.allaboutvision.com/nutrition/vitamin_a.htm., December 22th ,2005.

Geoffrey., 2005., http://www.vrp.com/art/340.asp., Molecular Siblings of Tocopherols with Unique Vitamin E Properties ., December 22th ,2005.

Freshney, R.I. 2000. Biology of Cultured Cells in: Culture of Animal Cells: a Manual of Basic Technique. 4th ed. Canada: Wiley-Liss, Inc. p. 9-16, 89-101, 149-157, 177-181, 309-328, 352


(5)

67

Felix. 2004. Awas! Karsinoma Nasofaring Menyerang Ras Kita. Dalam : Farmacia. Vol III No.12. Juli 2004. Jakarta : Penerbit PT. Amythas Publicita. p. 15-17.

Hembing. 2004. Menghindari Kanker dengan Menerapkan Pola Hidup Sehat. http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Hembing&newsno=107. 26 Oktober 2005

Holsinger F.C., Meyers J.N. 2003. Carcinoma of the Oral Cavity and Pharynx In : Lee K.J., editor : Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8th ed. United States of America : The McGraw Hill Companies, Inc. p.586-9.

I Made Budi. 2005. Seri Agrisehat Buah Merah. Jakarta: Penebar Swadaya. h. 17-23

Ivan L Cameron , Jesus Munoz , Christopher J Barnes and W Elaine Hardman. High dietary level of synthetic vitamin E on lipid peroxidation, membrane fatty acid composition and cytotoxicity in breast cancer xenograft and in mouse host tissue. http://www.cancerci.com/content/3/1/3. August 30th, 2005

Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A. 1996. Virus Tumor dan Onkogen (terj) dalam: Brooks G.F., Butel J.S., Ornston L.N., editor: Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. h. 567-571,583-585

Kumar V. Cotran R.S., Robbins S.L., 2003., Neoplasia in Basic of pathology. 7th ed. Philadelphia: Saunders. p. 178-95

Khe Chee Soo. 1999. Role of Surgery In : Van Hasselt C.A., Gibb A.G., editors : Nasopharyngeal Carcinoma. 2nd ed. Hong Kong : Chinese University Press. p.227.

Laura J. Jenski, Ph.D. Omega-3 Fatty Acid Docosahexaenoic Acid (DHA) http://www.biology.iupui.edu/research/ljenski. Oct 26th, 2005

Leung T.W.T,Chan A.T.C. 1999. Chemotherapy In: Van Hasselt C.A., Gibb A.G., editors Nasopharyngeal Carcinoma. 2nd Ed. Ed Hongkong : Chinese University Press. P. 243-4.

Marks D B, Marks A D & Smith C M. 1996. Onkogen dan Biologi Molekuler Kanker in Basic Medical Chemistry : Aclinical Approach. Philadelphia : Willliam & Wilkins. p 256 – 258.


(6)

Mohammad Indra Sapta. 2000. Evaluasi Tumor Ganas Pada Penderita yang Berobat Ke Bagian SMF Ilmu Kesehatan THT – KL Fakultas Kedokteran UNPAD / RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode 1 Juli 1999 s/d 30 Juni 2000. Bandung : FK UNPAD. p. 43-46.

Mukawi, Suryanti, Widyaputra. 1995. Histopatologi Karsinoma Nasofaring. Edisi 1. Bandung : Bagian Patologi Anatomi FK Unpad. Hal 1 – 9.

Murray R.K.2000. Kanker, Gen kanker & Faktor Pertumbuhan dalam Biokimia Harpers. Edisi 25. Toronto. Apleton & Lange. Hal. 779-796.

Redaksi Agromedia. 2005. Pro dan Kontra Buah Merah. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Hal. 1-12

Redaksi Trubus. 2005. Buah Merah Bukti Empiris dan Ilmiah. Cetakan Pertama. Jakarta: Tribus. Hal. 1-30

Sjamsuhidajat R. 2003. Neoplasia dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC. Hal 137-139.

Snell, R.S., 1997., Anatomi Klinik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal 146-148.

Sobin L.H., Wittekind C. 2002. UICC TNM Classification of Malignant Tumours. 6th ed. New York: A John Wiley & Sons, Inc., Publication. P.29,31,33.

Sulistiawan dan Ayu Trisna. Deteksi Dini Kanker ''Nasofaring''. http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/6/20/ink1.html. 26 Oktober 2005 Susworo R. 2004. Kanker Nasofaring-Epidemiologi dan Pengobatan Mutakhir.

Dalam : Cermin Dunia Kedokteran No.144. Jakarta : Penerbit PT. Kalbe Farma Tbk. p.16-19.

Underwood J.C.E. 1999. Karsinogenesis dan Neoplasia dalam Patologi Umum dan Sistemik. 2nd ed. Jakarta: EGC. Hal. 273; 279-284.

Young L.S.,Dawson C.W.,Eliopoulos A.G.,2000.,The Expression and Function of Epstein-Barr Virus Encoded Latent Genes., http://mp.bmjjournals.com/cgi/ content/full/53/5/238., January 20th ,2005.