Peranan Anggaran Penjualan Sebagai Alat Bantu Manajemen di Dalam Perencanaan dan Pengendalian Penjualan (Studi Kasus Pada PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya, Jawa Barat.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang yang ditujukan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Salah satu aspek penting dalam melaksanakan pembangunan adalah perekonomian. Perekonomian di Indonesia pada abad ini mengalami perkembangan yang pesat. Walaupun Indonesia telah mengalami krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, yang mengakibatkan keterpurukan perekonomian di Indonesia, namun perlahan-lahan keadaan perekonomian ini mulai membaik.

Seiring dengan makin membaiknya perekonomian Indonesia setelah diterpa krisis ekonomi, persaingan antar perusahaan dalam memasarkan produk dan jasa pun turut meningkat. Hal ini menyebabkan tiap perusahaan harus mempunyai suatu perencanaan yang baik supaya perusahaan mampu bertahan hidup serta dapat tumbuh dan berkembang. Pembangunan Indonesia saat ini menitikberatkan pada pembangunan bidang ekonomi untuk mencapai keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor industri serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.


(2)

Dalam rangka mendorong dan memperkuat perekonomian, di Indonesia telah muncul perusahaan-perusahaan yang saling bersaing untuk menjadi lebih baik. Dengan persaingan-persaingan itu, maka masalah yang dihadapi oleh pihak manajemen semakin kompleks sehingga memerlukan penanganan serius dalam menjalankan usahanya agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai

Sebagai perusahaan yang bertujuan mencari laba, manajemen harus merencanakan bagaimana perusahaan dapat memperoleh laba optimum dengan biaya seefisien mungkin. Untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat membantu fungsi perencanaan terlaksana dengan baik, alat ini adalah anggaran. Anggaran merupakan rencana perusahaan yang meliputi jangka waktu tertentu di kemudian hari dinyatakan dalam satuan nilai uang. Anggaran dipakai sebagai pedoman untuk pengendalian perusahaan dengan membandingkan antara anggaran dengan realisasinya, dan menganalisa perbedaan-perbedaan yang tidak memuaskan agar dapat diketahui penyebabnya.

Dalam upaya menyusun anggaran, terlebih dahulu kita menentukan tujuan dasar dari perusahaan yang kemudian dari dasar tujuan tadi, disusun rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek yang bersifat operasional. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan penyusunan - penyusunan aktivitas - aktivatas perusahaan untuk masa yang akan datang. Aktivitas ini meliputi perumusan tujuan yang ingin dicapai, rencana yang akan dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, dimana dan kapan harus dikerjakan serta bagaimana cara menilai hasil-hasilnya. Perencanaan tidak bisa dipisahkan dengan pengendalian. Pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk


(3)

mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang mungkin terjadi dan akan mempengaruhi aktivitas perusahaan. Salah satu cara melakukan pengendalian dalam perusahaan adalah dengan menggunakan anggaran.

Dengan diterapkannya fungsi anggaran sebagai pedoman dasar dalam perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat menilai dan mengukur apakah kegiatan operasi perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, sebagai alat untuk membantu mengkoordinasikan fungsi usaha dan modal perusahaan serta sebagai alat untuk mengambil keputusan yang diperlukan dengan tepat.

Sebagai objek penelitian dipilih suatu perusahaan yang bergerak pada industri deterjen yaitu perusahaan deterjen PT Catur Wangsa Indah, yang berlokasi di Tasikmalaya, dimana perusahaan ini sedang bertumbuh dan mengalami persaingan, sehingga keunggulan harus dimiliki agar dapat bertahan hidup.

Penulis tertarik untuk mengamati apakah perusahaan deterjen yang berlokasi di Tasikmalaya telah menetapkan anggaran penjualan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi, apakah terdapat penyimpangan antara anggaran penjualan dengan realisasinya, serta bagaimana peranan anggaran penjualan sebagai alat bantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian penjualan perusahaan. Fungsi perencanaan adalah fungsi yang sangat penting sebab merupakan awal dari setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.


(4)

Berawal dari hal-hal tersebut di atas, penulis mencoba melakukan penelitian pada PT Catur Wangsa Indah, sebuah perusahaan di bidang industri deterjen . Berkaitan dengan hal tersebut penulis mengajukan skripsi ini dengan judul : “Peranan Anggaran Penjualan Sebagai Alat Bantu Manajemen di Dalam Perencanaan dan Pengendalian Penjualan “.

1. 2. Indentifikasi Masalah

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh anggaran penjualan terhadap perencanaan dan pengendalian penjualan, maka penulis tertarik untuk membahas : 1. Bagaimana proses penyusunan anggaran penjualan dilakukan oleh

perusahaan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan anggaran penjualan ? 3. Apakah terdapat penyimpangan antara anggaran penjualan dengan

realisasinya?

4. Bagaimana peranan anggaran penjualan di dalam perencanaan dan pengendalian penjualan ?


(5)

1. 3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan anggaran penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan anggaran penjualan.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan antara anggaran penjualan dengan realisasinya.

4. Untuk mengetahui peranan anggaran penjualan di dalam perencanaan dan pengendalian penjualan.

1. 4. Kegunaan Penelitian 1. Perusahaan

Diharapkan penulis dapat memberikan informasi dan masukan yang berguna bagi manajer untuk meningkatkan kualitas perusahaan yang berkenaan dengan perencanaan dan pengendalian penjualan atas anggaran penjualan.

2. Pihak-pihak yang berkepentingan

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca terutama tentang peranan anggaran penjualan sebagai alat bantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian penjualan.


(6)

3. Penulis

Selain untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, yaitu menambah wawasan, pengetahuan, dan gambaran yang jelas mengenai anggaran penjualan sebagai alat bantu manajemen di dalam perencanaan dan pengendalian penjualan di suatu perusahaan sehingga dapat berguna bagi penulis untuk terjun ke dalam dunia kerja dengan membandingkan teori-teori dengan praktik yang ada dalam masyarakat.

1. 5. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan dapat dilihat dari sejauh mana tujuan perusahaan yang telah ditetapkan tercapai. Secara umum tujuan perusahaan adalah menghasilkan laba yang optimal dari waktu ke waktu. Manajemen sebagai pengelola organisasi berkewajiban untuk menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dalam menetapkan langkah-langkah tersebut manajemen harus bertumpu pada fungsi perencanaan dan pengendalian. Kedua fungsi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Perencanaan diperlukan untuk menentukan tindakan apa yang harus dilaksanakan dan bagaimana cara melaksanakannya, sedangkan pengendalian untuk memastikan bahwa hasil yang dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tanpa adanya perencanaan, segala kegiatan perusahaan akan tidak menentu arah dan tujuannya, serta perusahaan tidak dapat bekerja secara efisien.


(7)

Sebaliknya, perencanaan tanpa disertai dengan pengendalian tidak akan berjalan dengan efektif, karena pimpinan perusahaan tidak akan mengetahui apakah rencana yang telah ditetapkan perusahaan telah dilaksanakan dan apakah terdapat penyimpangan yang dapat merugikan perusahaan. Agar perusahaan dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efesien, maka manajemen harus melaksanakan fungsi-fungsi manajerial secara benar. Hal ini dijelaskan oleh Anthony, Welsch dan Reece ( 1989 : 6 ) sebagai berikut: “Two of the important activities in which all manajer engage are (1) planning, and (2) control”.

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang didalamnya ditentukan usaha-usaha atau tindakan-tindakan yang akan atau perlu diambil manajemen dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul di masa yang akan datang. Sekalipun masa yang akan datang sulit untuk diperkirakan secara tepat, akan tetapi dengan memadukan antara pengetahuan dan keahlian manajemen diharapkan perencanaan yang dibuat akan mendekati keadaan yang sebenarnya.

Fungsi manajemen yang lain adalah pengendalian. Pengendalian dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa semua bagian dalam perusahaan berfungsi sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. Umumnya pengendalian dilakukan dengan cara membandingkan antara rencana dengan pelaksanaannya. Salah satu cara untuk melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian adalah melalui penyusunan anggaran perusahaan. Hal ini didukung oleh Anthony dan Vijay (1989 : 8 ), yang menyatakan : ”…, where as a budget is both a planning tool and control tool”.


(8)

Pengertian anggaran menurut Mulyadi ( 1993 : 2), adalah sebagai berikut :

“Anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun”.

Anggaran merupakan alat bantu manajemen yang cukup penting didalam suatu perusahaan, karena jika anggaran yang direncanakan tidak baik akan menyebabkan ketidaklancaran proses produksi di dalam perusahaan tersebut, maka dari itu suatu anggaran haruslah disusun secara terencana.

Anggaran perusahaan merupakan perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan secara kuantitatif. Sebelum menyusun anggaran perusahaan, manajemen harus memperhatikan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan. Biasanya penyusunan anggaran dimulai dengan menyusun anggaran penjualan, kemudian menyusun anggaran lainnya.

Sebagai alat bantu untuk mewujudkan pengendalian yang memadai, anggaran berfungsi sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi antara rencana yang tertuang dalam anggaran dengan realisasinya. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat pula diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun anggaran periode berikutnya secara lebih matang dan akurat.


(9)

1. 6. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang berusaha untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian akan ditarik suatu kesimpulan. Teknik penelitian yang dilaksanakan merupakan studi kasus yaitu dengan meneliti salah satu ma-salah yang ada dalam suatu perusahaan.

Pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh data-data antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research);

Pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan langsung pada perusa-haan yang diteliti guna memperoleh data primer yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi. Teknik pengumpulan data melalui pendekatan ini dapat dilakukan melalui wawancara.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab terhadap orang-orang yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perusahaan, seperti penyusunan anggaran penjualan yang digunakan dalam perusahaan, sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur perusahaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.


(10)

2. Penelitian kepustakaan (Library Research);

Penelitian kepustakaan yaitu suatu teknik pengumpulan data sekunder dari buku-buku literatur dengan maksud untuk memperoleh landasan teori yang memadai, yang digunakan untuk membahas masalah yang berhubungan dengan topik yang dipilih.

1. 7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Catur Wangsa Indah yang berlokasi di Jl. Mayor. S. L. Tobing No. 46 Tasikmalaya dari bulan Agustus 2006 sampai dengan Desember 2006.


(11)

Anggaran Penjualan Sebagai Alat Bantu Manajemen di Dalam Perencanaan dan Pengendalian Penjualan. Penulis tertarik untuk meneliti masalah ini karena, penjualan merupakan kegiatan yang utama bagi perusahaan yang berperan sebagai produksi barang atau jasa. Anggaran penjualan dapat dijadikan acuan untuk membuat anggaran lainnya. Anggaran penjualan dapat memberikan arah dan target bagi aktivitas penjualan perusahaan.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis ialah metode deskriptif analitis. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur, buku-buku, dan referensi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap anggaran penjualan di PT Catur Wangsa Indah menunjukkan bahwa anggaran penjualan PT Catur Wangsa Indah telah disusun dengan cukup baik, namun belum efektif sebagai alat perencanan dan pengendalian. Penyusunan anggaran penjualan dilakukan per bulan dan per jenis produk per bulan, hanya memuat nilai satuan mata uang tetapi tidak terdapat dalam satuan unit. Perusahaan dalam penyusunan anggaran penjualan dengan menggunakan top down approach sehingga penyusunan anggaran penjualan masih bersifat sentralisasi. Pihak manajemen hanya melakukan analisis varians pada penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavourable) saja. Promosi yang dilakukan perusahaan sebatas pada produk yang dianggap laku saja. Dalam realisasi penjualannya, terdapat perbedaan yang cukup besar antara anggaran penjualan dan realisasi penjualan. Fluktuasi ini memperlihatkan bahwa saat ini penyusunan anggaran penjualan sebagai alat perencanaan dan pengendalian belum efektif disebabkan oleh anggaran penjualan belum disusun dengan mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan.

Perusahaan sebaiknya menyusun anggaran penjualan dalam satuan unit dan satuan mata uang agar dapat melakukan analisis penyimpangan yang lebih baik serta mempertimbangkan faktor eksternal seperti: selera konsumen, hari-hari libur, kebijakan pemerintah, dan persaingan perusahaan sejenis. Perusahaan dalam penyusunan anggaran penjualan sebaiknya menggunakan metode bottom up, sehingga penyusunan anggaran tidak bersifat sentralisasi. Selain itu, pihak manajemen melakukan analisis varians baik yang menguntungkan (favourable) serta tidak menguntungkan (unfavourable). Promosi yang dilakukan oleh perusahaan lebih ditekankan pada produk minoritas dengan tidak mengabaikan produk mayoritas. Pada produk yang mengalami penyimpangan melebihi batas toleransi 10 %, yaitu kemasan gelas dan kemasan ember, sebaiknya perusahaan menurunkan harga dari produk tersebut sehingga nantinya diharapkan penjualannya dapat meningkat dan mengalahkan perusahaan pesaing.


(12)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Pemikiran... 6

1.6. Metode Penelitian ... 9

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anggaran... 11

2.1.1. Definisi Anggaran ... 12

2.1.2. Karakteristik Anggaran ... 13


(13)

2.1.4. Keterbatasan Anggaran ... 16

2.1.5. Prinsip – Prinsip Penyusunan Anggaran... 18

2.1.6. Jenis – Jenis Anggaran... 19

2.1.7. Periode Penyusunan Anggaran ... 21

2.1.7.1. Anggaran Jangka Pendek ... 22

2.1.7.2. Anggaran Jangka Panjang... 23

2.1.8. Perbedaan Anggaran dengan Ramalan (Forecast)... 23

2.2. Anggaran sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian ... 24

2.2.1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan ... 24

2.2.2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian ... 26

2.3. Anggaran Penjualan ... 29

2.3.1. Pengertian Anggaran Penjualan ... 30

2.3.2. Ramalan Penjualan... 32

2.3.3. Manfaat Anggaran Penjualan... 32

2.3.4. Periode Anggaran Penjualan... 33

2.3.5. Pelaporan Realisasi Penjualan ... 35

2.3.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Penjualan... 35

2.3.7. Prosedur Penyusunan Anggaran Penjualan... 37

2.3.8. Proses Pengendalian Kegiatan Penjualan ... 39

2.3.8.1. Pelaporan Kinerja Penjualan... 40

2.3.8.2. Analisis Selisih Penjualan... 41


(14)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian... 43

3.2. Gambaran Umum Perusahaan... 43

3.2.1. Sejarah Singkat PT Catur Wangsa Indah... 43

3.2.2. Struktur Organisasi ... 46

3.2.3. Uraian Tugas ... 47

3.2.4. Jenis Produk ... 54

3.2.5. Saluran Distribusi dan Kebijakan Promosi ... 55

3.3. Metode Penelitian ... 56

3.3.1. Pendekatan Penelitian ... 56

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data... 56

3.3.3. Teknik Pengolahan Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Kegiatan Penjualan ... 59

4.2. Jenis – Jenis Anggaran yang Terdapat Dalam PT Catur Wangsa Indah... 60

4.3. Anggaran Penjualan PT Catur Wangsa Indah Sebagai Alat Perencanaan ... 62

4.3.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Penjualan... 63

4.3.2. Periode Anggaran Penjualan... 65

4.3.3. Prosedur Penyusunan Anggaran Penjualan PT Catur Wangsa Indah ... 65


(15)

4.4. Anggaran Penjualan PT Catur Wangsa Indah Sebagai Alat

Pengendalian ... 67 4.4.1. Laporan Kinerja PT Catur Wangsa Indah Daerah Tasikmalaya... 69 4.4.1.1. Anggaran Penjualan dan Realisasi Penjualan pada

Tahun 2004 ... 70 4.4.1.2. Anggaran Penjualan dan Realisasi Penjualan pada

Tahun 2005 ... 72 4.4.2. Analisis Selisih Penjualan... 74 4.4.3. Prosedur Tindak Lanjut Atas Penyimpangan yang Terjadi ... 79 4.5. Peranan Anggaran Penjualan Sebagai Alat Perencanaan dan

Pengendalian pada PT Catur Wangsa Indah ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 87 5.2. Saran ... 89


(16)

(17)

3.1 : Tipe Produk Cream Detergent ... 54

4.1 : Laporan Realisasi Penjualan Tahun 2004... 71

4.2 : Laporan Realisasi Penjualan Tahun 2005... 73

4.3 : Laporan Realisasi Penjualan untuk Tiap Produk Tahun 2004... 76


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan anggaran penjualan sebagai alat bantu manajemen di dalam perencanaan dan pengendalian penjualan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT Catur Wangsa Indah telah menyusun anggaran penjualan dengan baik. Anggaran penjualan disusun dengan mempertimbangkan data realisasi penjualan periode tahun lalu, hasil riset pasar, peramalan penjualan, kondisi perekonomian, serta data lainnya yang relevan dalam penyusunan anggaran. Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut maka kegiatan penjualan diharapkan dapat dicapai sesuai dengan anggaran yang dibuat PT Catur Wangsa Indah.

2. Proses penyusunan anggaran penjualan yang dilakukan PT Catur Wangsa Indah dilakukan pada bulan September setiap tahunnya. Setiap bulannya diadakan rapat yang membahas pencapaian hasil realisasi penjualan dan penyimpangan yang terjadi serta dibahas mengenai penyebab penyimpangan tersebut. Dengan alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penyusunan anggaran penjualan pada PT Catur Wangsa Indah sudah berjalan dengan baik. 3. Dari segi pengendalian, perusahaan menggunakan laporan kinerja sebagai

dasar perbandingan untuk menentukan penyimpangan penjualan yang terjadi. Berdasarkan laporan kinerja tersebut, pihak manajemen belum juga


(19)

melakukan perhitungan sales quantity variance dan sales price variance, karena laporan tersebut belum disusun dalam kuantitas dan harga jual, hanya menunjukkan nilai penjualan secara total sehingga analisis dan penekanan yang dilakukan hanya terhadap nilai rupiah penjualan yang dicapai dan untuk anggaran penjualannya tidak dirinci untuk setiap jenis produk yang terjual. 4. Anggaran penjualan pada PT Catur Wangsa Indah masih terdapat beberapa

kelemahan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, yaitu :

a) Penyusunan anggaran penjualan pada PT Catur Wangsa Indah dilakukan dengan menggunakan top down approach sehingga penyusunan anggarannya masih bersifat sentralisasi.

b) PT Catur Wangsa Indah telah menetapkan suatu batas toleransi penyimpangan, yaitu sebesar 10 %. Dalam hal ini, perusahaan hanya melakukan analisis terhadap penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavourable), sedangkan penyimpangan yang menguntungkan (favourable) tidak dianalisis dan dianggap baik bila terjadi.

c) Besarnya fluktuasi di dalam realisasi anggaran penjualan per bulan dan per jenis produk per bulan sangat berfluktuasi dan ini memperlihatkan bahwa saat ini penyusunan anggaran penjualan sebagai perencanaan dan pengendalian belum efektif.

d) Perusahaan hanya melakukan promosi untuk jenis produk yang dianggap laku, sehingga terdapat produk tertentu yang kurang laku yang mengakibatkan hasil penjualannya menurun


(20)

5.2. Saran

Dengan melihat hasil analisis data yang diperoleh penulis dari PT Catur Wangsa Indah, maka penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan akan berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan peranan anggaran penjualan sebagai alat perencanaan dan pengendalian penjualan, sebagai berikut :

1. PT Catur Wangsa Indah dalam menyusun anggaran sebaiknya menggunakan metode Bottom Up sehingga tidak bersifat sentralisasi. Perusahaan juga sebaiknya menyusun anggaran penjualan dalam kuantitas maupun dalam nilai jual, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat dianalisis lebih lanjut berdasarkan price variance dan sales volume variance.

2. Perusahaan sebaiknya juga melakukan analisis terhadap penyimpangan yang menguntungkan (favourable), sehingga pihak manajemen dapat memperoleh informasi apakah anggaran yang ditetapkan terlalu rendah ataupun dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan aktivitas penjualan yang kurang berhasil.


(21)

3. Dalam menetapkan anggaran penjualan, fluktuasi penjualan per bulan disebabkan karena faktor–faktor seperti: selera konsumen, hari-hari libur, kebijakan pemerintah, dan persaingan perusahaan sejenis, serta kondisi para tenaga penjualan sendiri. Karena dengan pertimbangan tersebut, maka penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat menunjukan nilai wajar sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu, sehingga para tenaga penjualan tidak merasakan target penjualan anggaran sebagai beban melainkan sebagai motivasi dalam mencapai target penjualan tersebut.

4. Perusahaan lebih menekankan promosi pada produk yang minoritas dengan tidak mengabaikan promosi produk yang mayoritas, sehingga produk-produk yang kurang laku dapat meningkat hasil penjualannya.

5. Penyimpangan yang terjadi di dalam perusahaan sebaiknya dianalisis penyebabnya untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut, hal ini untuk menghindari terjadinya penyimpangan yang sama pada tahun berikutnya.

6. Terdapat beberapa produk yang mengalami penyimpangan negatif, yaitu produk Jumbo K, Jumbo B, kemasan gelas, dan kemasan ember. Pada produk kemasan gelas dan kemasan ember telah terjadi penyimpangan negatif yang melebihi batas toleransi. Sebaiknya perusahaan melakukan tindakan dengan cara menurunkan harga produk tersebut, agar produk tersebut tidak kalah dari produk perusahaan pesaing.


(22)

Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Agus Maulana. 1989. Sistem Pengendalian Manajemen. Jilid II. Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.

Anthony, Robert, N., dan Vijay Govindarajan. 2002. Management Control Systems. 11th ed. Richard D. Irwin, Inc, USA.

, Glenn A. Welsch, dan James S. Reece. 1985. Fundamental of Management Accounting. 4th ed. Richard D. Irwin, Inc, Homewood, Illinois.

Arnold, J., dan Tony Hope. 1990. Accounting for Management Decisions. 2nd ed. Prentice Hall International, Inc, Great Brittain.

Gunawan Adisaputro, dan Marwan Asri. 2003. Anggaran Perusahaan : Prinsip, Mekanisme, dan Teknik Penyusunannya. Edisi 2003-2004. BPFE, UGM, Yogyakarta.

Hammer, Lawrence H., William K. Carter, dan Milton F. Usry. 1994. Cost Accounting. 11th ed. South – Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio. Henke, Emerson O., dan Charlene W. Spoede. 1991. Cost Accounting :

Managerial Use of Accounting Data. 1st ed. PWS-KENT Publishing Co., Boston, USA.

Hilton, Ronald W. 2000. Managerial Accounting. 4th ed. Mc Graw Hill, Inc., New Jersey.

Horngren, Charles T., George Foster, dan Srikatn M. Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. 11th ed. Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

Kohler, Eric. L. 1979. A Dictionary for Accountants. 5th ed. Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi.

M. Munandar. 2000. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi Kesatu, Cetakan Ketiga belas. BPFE, Yogyakarta.


(23)

Manajemen. Edisi Kesatu, buku 2. STIE YPKN, Yogyakarta.

Stoner, James A.F., R. Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert Jr. 1995. Management. 6th ed. Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey. Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon.1988. Budgeting :

Profit Planning and Control. 5th ed. Prentice Hall, Inc, New Jersey.

Weygant, Jerry J., Donald E. Kieso, dan Paul D. Kimmel. 2002. Accounting Principles. 6th ed. John Wiley and Sons, Inc, USA.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan anggaran penjualan sebagai alat bantu manajemen di dalam perencanaan dan pengendalian penjualan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT Catur Wangsa Indah telah menyusun anggaran penjualan dengan baik. Anggaran penjualan disusun dengan mempertimbangkan data realisasi penjualan periode tahun lalu, hasil riset pasar, peramalan penjualan, kondisi perekonomian, serta data lainnya yang relevan dalam penyusunan anggaran. Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut maka kegiatan penjualan diharapkan dapat dicapai sesuai dengan anggaran yang dibuat PT Catur Wangsa Indah.

2. Proses penyusunan anggaran penjualan yang dilakukan PT Catur Wangsa Indah dilakukan pada bulan September setiap tahunnya. Setiap bulannya diadakan rapat yang membahas pencapaian hasil realisasi penjualan dan penyimpangan yang terjadi serta dibahas mengenai penyebab penyimpangan tersebut. Dengan alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penyusunan anggaran penjualan pada PT Catur Wangsa Indah sudah berjalan dengan baik. 3. Dari segi pengendalian, perusahaan menggunakan laporan kinerja sebagai


(2)

Bab V Kesimpulan dan Saran

melakukan perhitungan sales quantity variance dan sales price variance, karena laporan tersebut belum disusun dalam kuantitas dan harga jual, hanya menunjukkan nilai penjualan secara total sehingga analisis dan penekanan yang dilakukan hanya terhadap nilai rupiah penjualan yang dicapai dan untuk anggaran penjualannya tidak dirinci untuk setiap jenis produk yang terjual. 4. Anggaran penjualan pada PT Catur Wangsa Indah masih terdapat beberapa

kelemahan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, yaitu :

a) Penyusunan anggaran penjualan pada PT Catur Wangsa Indah dilakukan dengan menggunakan top down approach sehingga penyusunan anggarannya masih bersifat sentralisasi.

b) PT Catur Wangsa Indah telah menetapkan suatu batas toleransi penyimpangan, yaitu sebesar 10 %. Dalam hal ini, perusahaan hanya melakukan analisis terhadap penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavourable), sedangkan penyimpangan yang menguntungkan (favourable) tidak dianalisis dan dianggap baik bila terjadi.

c) Besarnya fluktuasi di dalam realisasi anggaran penjualan per bulan dan per jenis produk per bulan sangat berfluktuasi dan ini memperlihatkan bahwa saat ini penyusunan anggaran penjualan sebagai perencanaan dan pengendalian belum efektif.

d) Perusahaan hanya melakukan promosi untuk jenis produk yang dianggap laku, sehingga terdapat produk tertentu yang kurang laku yang mengakibatkan hasil penjualannya menurun


(3)

5.2. Saran

Dengan melihat hasil analisis data yang diperoleh penulis dari PT Catur Wangsa Indah, maka penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan akan berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan peranan anggaran penjualan sebagai alat perencanaan dan pengendalian penjualan, sebagai berikut :

1. PT Catur Wangsa Indah dalam menyusun anggaran sebaiknya menggunakan metode Bottom Up sehingga tidak bersifat sentralisasi. Perusahaan juga sebaiknya menyusun anggaran penjualan dalam kuantitas maupun dalam nilai jual, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat dianalisis lebih lanjut berdasarkan price variance dan sales volume variance.

2. Perusahaan sebaiknya juga melakukan analisis terhadap penyimpangan yang menguntungkan (favourable), sehingga pihak manajemen dapat memperoleh informasi apakah anggaran yang ditetapkan terlalu rendah ataupun dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan aktivitas penjualan yang kurang berhasil.


(4)

Bab V Kesimpulan dan Saran

3. Dalam menetapkan anggaran penjualan, fluktuasi penjualan per bulan disebabkan karena faktor–faktor seperti: selera konsumen, hari-hari libur, kebijakan pemerintah, dan persaingan perusahaan sejenis, serta kondisi para tenaga penjualan sendiri. Karena dengan pertimbangan tersebut, maka penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat menunjukan nilai wajar sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu, sehingga para tenaga penjualan tidak merasakan target penjualan anggaran sebagai beban melainkan sebagai motivasi dalam mencapai target penjualan tersebut.

4. Perusahaan lebih menekankan promosi pada produk yang minoritas dengan tidak mengabaikan promosi produk yang mayoritas, sehingga produk-produk yang kurang laku dapat meningkat hasil penjualannya.

5. Penyimpangan yang terjadi di dalam perusahaan sebaiknya dianalisis penyebabnya untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut, hal ini untuk menghindari terjadinya penyimpangan yang sama pada tahun berikutnya.

6. Terdapat beberapa produk yang mengalami penyimpangan negatif, yaitu produk Jumbo K, Jumbo B, kemasan gelas, dan kemasan ember. Pada produk kemasan gelas dan kemasan ember telah terjadi penyimpangan negatif yang melebihi batas toleransi. Sebaiknya perusahaan melakukan tindakan dengan cara menurunkan harga produk tersebut, agar produk tersebut tidak kalah dari produk perusahaan pesaing.


(5)

Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Agus Maulana. 1989. Sistem Pengendalian Manajemen. Jilid II. Edisi Keenam. Erlangga, Jakarta.

Anthony, Robert, N., dan Vijay Govindarajan. 2002. Management Control Systems. 11th ed. Richard D. Irwin, Inc, USA.

, Glenn A. Welsch, dan James S. Reece. 1985. Fundamental of Management Accounting. 4th ed. Richard D. Irwin, Inc, Homewood, Illinois.

Arnold, J., dan Tony Hope. 1990. Accounting for Management Decisions. 2nd ed. Prentice Hall International, Inc, Great Brittain.

Gunawan Adisaputro, dan Marwan Asri. 2003. Anggaran Perusahaan : Prinsip, Mekanisme, dan Teknik Penyusunannya. Edisi 2003-2004. BPFE, UGM, Yogyakarta.

Hammer, Lawrence H., William K. Carter, dan Milton F. Usry. 1994. Cost Accounting. 11th ed. South – Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio. Henke, Emerson O., dan Charlene W. Spoede. 1991. Cost Accounting :

Managerial Use of Accounting Data. 1st ed. PWS-KENT Publishing Co., Boston, USA.

Hilton, Ronald W. 2000. Managerial Accounting. 4th ed. Mc Graw Hill, Inc., New Jersey.

Horngren, Charles T., George Foster, dan Srikatn M. Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. 11th ed. Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

Kohler, Eric. L. 1979. A Dictionary for Accountants. 5th ed. Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi.

M. Munandar. 2000. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi Kesatu, Cetakan Ketiga belas. BPFE, Yogyakarta.


(6)

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi Ketiga. STIE YKPN, Yogyakarta.

R.A Supriyono. 2000. Akuntansi Manajemen 3 : Proses Pengendalian Manajemen. Edisi Kesatu, buku 2. STIE YPKN, Yogyakarta.

Stoner, James A.F., R. Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert Jr. 1995. Management. 6th ed. Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey. Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon.1988. Budgeting :

Profit Planning and Control. 5th ed. Prentice Hall, Inc, New Jersey.

Weygant, Jerry J., Donald E. Kieso, dan Paul D. Kimmel. 2002. Accounting Principles. 6th ed. John Wiley and Sons, Inc, USA.