Peran Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Medan)
PERAN ANGGARAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
(STUDI KASUS PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “RUMAH UBI” MEDAN)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
JODIE 090907086
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/ BISNIS
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : JODIE
NIM : 090907086
Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis
Judul :Peran Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Medan)
Medan, Agustus 2013
Dosen Pembimbing Ketua Program Studi
Malanthon Rumapea, SE., M.Si., Ak. Prof. Dr.Marlon Sihombing, M.A NIP : 0116116903 NIP: 195908161986111001
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prof.Dr.Badaruddin,Msi NIP : 19680525199203100
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/ BISNIS
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :
Nama : JODIE NIM : 090907086
Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis
Judul : Peran Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Medan).
yang dilaksanakan pada :
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Panitia Penguji
Ketua : ( ……….. )
NIP :
Anggota I : ( ……….. )
NIP :
Anggota II : ( ……….. )
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah AWT, karena atas kesempatan yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PERAN ANGGARAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI (STUDI KASUS PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “RUMAH UBI” MEDAN)“.
Sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Agustus 2013
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari selama menyelesaikan skripsi ini telah banyak menerima bantuan bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya:
1. Kepada Prof.Dr.Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada Prof. Dr.Marlon Sihombing, M.A, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, yang telah menjadi teladan bagi mahasiswa/i Ilmu Administrasi Bisnis dalam menjalankan kegiatan perkuliahan.
3. Kepada Bapak Malanthon Rumapea, SE, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, motivasi, kesabaran dan kepercayaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 4. Kepada Arifin Nasution,S.Sos, MSP, selaku Sekertaris Jurusan Program Studi
Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis dalam tahap-tahap menyelesaikan skripsi.
5. Kepada Dosen-dosen Pendidik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khusunya di Administrasi Bisnis, yang telah memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis selama kuliah.
(6)
6. Seluruh Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Staf Jurusan Administrasi Bisnis, yang selalu memberikan bantuan pada penulis selama masa perkuliahan.
7. Kepada orangtua (Ir. Efri Edianto dan Rayni) serta adik-adik (Vito Erpindo Edianto dan Fernanda Edianto) yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, memanjatkan doa dan sebagai penyemangat penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.
8. Kepada Rizki Maisyarah atas dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini hingga penulis mampu menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
9. Kepada Bayu Andika pemilik industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan atas bantuan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Kepada teman-teman Administrasi Bisnis stambuk’09, khususnya
Rakhmadan, Rendi Rabino dan Nicholas Marpaung yang selama lebih dari empat tahun bersama-sama berjuang demi mencapai kesuksesan.
Akhir kata dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2013
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Tujuan Penelitian... 6
1.5 Manfaat Penelitian... 6
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Anggaran ... 8
2.1.1 Pengertian Anggaran ... 8
2.1.2 Fungsi Anggaran ... 9
2.1.3 Manfaat Anggaran ... 10
2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran ... 11
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran ... 13
2.1.6 Klasifikasi Anggaran ... 14
2.2 Anggaran Penjualan ... 15
2.2.1 Pengertian Anggaran Penjualan ... 15
2.2.2 Manfaat Penyusunan Anggaran Penjualan ... 16
2.2.3 Kegunaan Anggaran ... 16 2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran
(8)
2.3 Anggaran Produksi... 17
2.3.1 Pengertian Anggaran Produksi ... 17
2.3.2 Manfaat Penyusunan Anggaran Produksi ... 18
2.3.3 Faktor-faktor yang Memperngaruhi Penyusunan Anggaran Produksi ... 18
2.3.4 Langkah-langkah Dalam Menyusun Anggaran Produksi ... 19
2.4 Anggaran Bahan Baku Langsung ... 19
2.4.1 Pengertian Anggaran Bahan Baku Langsung ... 19
2.4.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku ... 20
2.4.3 Penyusunan Anggaran Bahan Baku ... 21
2.5 Anggaran Tenaga Kerja Langsung ... 22
2.5.1 Pengertian Anggaran Tenaga Kerja Langsung ... 22
2.5.2 Manfaat Anggaran Tenaga Kerja Langsung ... 22
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyusunan Tenaga Kerja Langsung 23 2.6 Perencanaan ... 23
2.6.1 Pengertian Perencanaan ... 23
2.6.2 Karakteristik Perencanaan ... 24
2.7 Pengendalian ... 24
2.7.1 Pengertian Pengendalian ... 24
2.7.2 Elemen Pengendalian ... 25
2.7.3 Proses Pengendalian ... 25
2.7.4 Pola Pembinaan Keberlangsungan Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 29
3.2 Lokasi Penelitian ... 29
3.3 Sumber dan Jenis Data ... 29
(9)
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.6 Teknik Analisis Data... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deksripsi Lokasi Penelitian ... 33
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 33
4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 34
4.1.3 Struktur Organisasi ... 35
4.1.4 Personalia ... 37
4.1.5 Saluran Distribusi Perusahaan ... 37
4.2 Penyajian Data ... 38
4.2.1 Anggaran Penjualan ... 38
4.2.2 Anggaran Produksi ... 41
4.2.3 Anggaran Bahan Mentah ... 42
4.2.4 Anggaran Tenaga Kerja ... 42
4.2.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 43
4.2.4 Kemasan Produk ... 44
4.2.5 Proses Produksi ... 45
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 46
4.3.1 Anggaran Penjualan ... 46
4.3.2 Anggaran Produksi ... 51
4.3.3 Anggaran Bahan Mentah ... 54
4.3.4 Anggaran Tenaga Kerja ... 68
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” ... 36 Gambar 4.5 Kemasan Ubi Roti (Depan) ... 44 Gambar 4.6 Kemasan Ubi Roti (Belakang) ... 44 Gambar 4.7 Ubi Roti Siap Goreng ... 45
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ... 2
Tabel 1.2 Rencana Penjualan dan Realisasi Penjualan Periode Tahun I-II ... 5
Tabel 4.3 Rencana Penjualan dan Realisasi Penjualan Periode Tahun I ... 39
Tabel 4.4 Rencana Penjualan dan Realisasi Penjualan Periode Tahun II ... 40
Tabel 4.8 Anggaran Penjualan Periode Tahun Pertama dan Periode Tahun Kedua ... 49
Tabel 4.9 Anggaran Penjualan Periode Juli 2013 – Juni 2104 ... 50
Tabel 4.10 Anggaran Produksi Periode Juli 2013 – Juni 2104 ... 53
Tabel 4.11 Standar Penggunaan Bahan Mentah Periode Juli 2013 – Juni 2104 ... 54
Tabel 4.12 Persediaan Awal dan Persediaan Akhir Bahan Mentah Periode Juli 2013 – Juni 2104 ... 55
Tabel 4.13 Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah Ubi Periode Juli 2013 – Juni 2014 ... 56
Tabel 4.14 Anggaran Pembelian Bahan Mentah Ubi Periode Juli 2013 - Juni 2014... 58
Tabel 4.15 Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah Ketumbar Periode Juli 2013 – Juni 2014 ... 59
Tabel 4.16 Anggaran Pembelian bahan Mentah Ketumbar Periode Juli 2013 - Juni 2014 ... 61
Tabel 4.17 Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah Bawang Putih Periode Juli 2013 – Juni 2014 ... 62
Tabel 4.18 Anggaran Pembelian Bahan Mentah Bawang Putih Periode Juli 2013 - Juni 2014 ... 64
Tabel 4.19 Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah Garam Periode Juli 2013 – Juni 2014 ... 65
Tabel 4.20 Anggaran Pembelian Bahan Mentah Garam Periode Juli 2013 - Juni 2014 ... 67
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Syarat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 2 Permohonan Judul Skripsi
Lampiran 3 Penunjukkan Dosen Pembimbing
Lampiran 4 Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 5 Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 6 Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Struktur Organisasi Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Lampiran 9 Daftar Wawancara
(13)
ABSTRAK
PERAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
(Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Medan) Jodie
090907086
Malanthon Rumapea, SE., M.Si., Ak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian produksi pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana teknik pengumpulan data berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif yaitu dengan menguraikan dan menginterpretasikan data yang telah diperolah dari lapangan dan wawancara dengan pemilik.dari industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dikumpulkan, disusun dan dianalisis agar dapat menemukan bagaimana peranan anggaran pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan serta solusi sebagai pemecahan masalah yang dibahas.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anggaran belum memilik peran sebagai alat perencanaan dan pengendalian produksi pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan. Hal tersebut dapat dilihat dari belum disusunnya anggaran penjualan yang sesuai dengan prosedur. Padahal anggaran penjualan merupakan acuan bagi penyusunan anggaran produksi, anggaran bahan baku dan anggaran tenaga kerja.
(14)
ABSTRACT
BUDGET ROLE AS ONE OF THE PRODUCTION PLANNING AND CONTROLLING (Study Case At “Rumah Ubi” Home Industry Medan)
Jodie 090907086
Malanthon Rumapea, SE., M.Si., Ak
The purpose of this research is to know how is the budget role as the production planning and controlling at Rumah Ubi home industry Medan. Forms of research used in this study was a descriptive study with a qualitative approach, in which data collection techniques based on interviews, documentation, and literature.
Analysis technique data used in this research was descriptive analysis data by explore and interprete the data which obtained from the filed and interview with the owner of Rumah Ubi home industry Medan. The data which obtained from the interview and documentation, was scripted and analysed in order to find the budget role at Rumah Ubi home industry and also to solve the problem discussed.
The result of the research show that there was no budget role as production planning and controlling at Rumah Ubi home industry Medan. That result can be shown that the sales budget didn’t scripted with the right procedure. In fact, the sales budget is the main refference for scripting production budget, raw material budget dan labor budget.
(15)
ABSTRAK
PERAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
(Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Medan) Jodie
090907086
Malanthon Rumapea, SE., M.Si., Ak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian produksi pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana teknik pengumpulan data berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif yaitu dengan menguraikan dan menginterpretasikan data yang telah diperolah dari lapangan dan wawancara dengan pemilik.dari industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dikumpulkan, disusun dan dianalisis agar dapat menemukan bagaimana peranan anggaran pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan serta solusi sebagai pemecahan masalah yang dibahas.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anggaran belum memilik peran sebagai alat perencanaan dan pengendalian produksi pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan. Hal tersebut dapat dilihat dari belum disusunnya anggaran penjualan yang sesuai dengan prosedur. Padahal anggaran penjualan merupakan acuan bagi penyusunan anggaran produksi, anggaran bahan baku dan anggaran tenaga kerja.
(16)
ABSTRACT
BUDGET ROLE AS ONE OF THE PRODUCTION PLANNING AND CONTROLLING (Study Case At “Rumah Ubi” Home Industry Medan)
Jodie 090907086
Malanthon Rumapea, SE., M.Si., Ak
The purpose of this research is to know how is the budget role as the production planning and controlling at Rumah Ubi home industry Medan. Forms of research used in this study was a descriptive study with a qualitative approach, in which data collection techniques based on interviews, documentation, and literature.
Analysis technique data used in this research was descriptive analysis data by explore and interprete the data which obtained from the filed and interview with the owner of Rumah Ubi home industry Medan. The data which obtained from the interview and documentation, was scripted and analysed in order to find the budget role at Rumah Ubi home industry and also to solve the problem discussed.
The result of the research show that there was no budget role as production planning and controlling at Rumah Ubi home industry Medan. That result can be shown that the sales budget didn’t scripted with the right procedure. In fact, the sales budget is the main refference for scripting production budget, raw material budget dan labor budget.
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan yang ingin berkembang pasti memiliki strategi untuk mencapai tujuan. Namun tingkat persaingan yang tinggi saat ini, membuat perusahaan dihadapkan pada kondisi yang tidak pasti. Sehingga perusahaan perlu merumuskan strategi-strategi yang efektif agar dapat mencapai tujuan dan mempertahankan eksistensi perusahaan.
Dalam merumuskan strategi perusahaan, dibutuhkan perencanaan yang baik disertai dengan pengendalian yang efektif. Menurut Adisaputra dan Anggarini (2007:5), perencanaan berarti menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pengendalian yang baik juga dibutuhkan perusahaan sebagai bagian dalam mengembangkan usaha. Pengendalian adalah mengevaluasi kinerja, apakah perusahaan berada dalam jalur yang tepat dalam mencapai tujuan atau tidak, serta dilakukan perbaikan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Salah satu alat yang dapat membantu proses perencanaan dan pengendalian adalah anggaran. Menurut Rudianto (2009:3), anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang diwujudkan dalam kuantitaif, formal, dan sistematis. Menurut Gunawan adisaputra (dalam Haruman dan Rahayu, 2007:3) anggaran adalah suatu pendekatan formal dan sistematisdaripada
(18)
pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
Mengingat anggaran merupakan hal yang penting dalam perusahaan, maka perlu dibuat suatu penyusunan anggaran yang baik. Terdapat dua alternatif penyusunan anggaran, yaitu secara komprehensif dan parsial. Menurut Adisaputra dan Anggraini (2007:21), secara komprehensif berarti perusahaan melakukan penyusunan anggaran dalam ruamg lingkup yang menyeluruh, dimana jenis kegiatan yang dicakupnya meliputi seluruh aktivitas perusahaan. Sedangkan secara parsial adalah penyusunan anggaran dilakukan dengan ruang lingkup yang terbatas mencakup sebagian kegiatan dari perusahaan. Namun tidak semua perusahaan memiliki anggaran, terutama usaha-usaha kecil dan menengah, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengelola usahanya. Masih banyak usaha kecil dan menengah yang sering mengalami kelebihan dan kekuragan produksi akibat tidak adanya penyusunan anggaran. Sehingga usaha tersebut tidak dapat memprediksi dan mengantisipasi kemungkinan adanya ketidakpastian yang terjadi. Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu dengan masalah penerapan anggaran dalam perusahaan.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Jenis
Penelitian
Hasil Penelitian 1 Marlina
(2005)
Penerapan Anggaran Penjualan Sebagai Salah Satu Alat Pengendalian dan Perencanaan
Penjualan (Studi Kasus Pada Pabrik Kompor “Kupu
Deskritif Kuantitatif
Perusahaan Kompr
“Kupu Mas”
Malang belum
melakukan
penyusuna anggaran penjualan sesuai dengan prosedur
(19)
Mas” Malang Perusahaan hanya menyusun anggaran penjualan tiap tahun yang didasarkan pada hasil penjualan tahun lalu.
2 Afrida Asmiati (2006)
Penerapan Anggaran Biaya Produksi
Sebagai Alat
Perencanaan dan Pengendalian
Kinerja Manager (Studi Kasus Pada
PT. Garam
Indonesia di
Surabaya)
Deskriptif Kualitatif
PT. Garam
Indonesia dalam menerapkan
anggaran biaya produksinya telah sesuai dengan tujuan perusahaan,
dan dapat
digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja manager secara baik
3 Farida Ulfa (2008)
Peran Anggaran sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (Studi Kasus Pada Pengelolaan Pembangunan Daerah Sarana dan Prasarana
diPemerintah
Daerah Kabupaten Mojokerto)
Deskriptif Kualitatif
Pemerintah daerah Kabupaten
Mojokerto telah menggunakan sistem anggaran, yaitudengan sistem bottom up, dengan perencanaan
anggaran yang
dimulai dari
struktural terendah hingga tertinggi.
4 Ulfah Rodiyah Rochiani (2008)
Peran Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Stuid Kasus Pada Industri
Rumah Tangga
“Bahan Donat” Malang
Deskriptif Kualitatif
Industri rumah tangga “Bahan Donat” Malang mengalami
kelebihan produksi setiap
tahunnyakarena pengusaha belum melakukan budget dalam kegiatan produksi
(20)
5 Titien Anggereini (2009)
Peran Biaya
Operasional Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Manajemen Pada PT. Bangga Kirana
Deskriptif Kualitatif
PT. Bangga Kirana belum melakukan penyusunan
anggaran
operasional karena terdapat
penyimpangan antara anggaran biaya operasional dengan realisasinya
akibat tidak
diperhitungkannya biaya yang akan timbul sehubungan dilakukannya
perbaikan dan perluasan kantor
Menurut Badan Pusat Statistik, industri rumah tangga adalah industriyang jumlah tenaga kerjanya berjumlah 1-4 orang. Rumah Ubi merupakan industri rumah tangga yang bergerak dibidang makanan dengan memproduksi berbagai makanan dengan bahan utama ubi. Rumah Ubi berlokasi di Jl. Karya Wisata No. 93A Medan Johor. Pada Rumah Ubi terdapat indikasi kurangnya efektivitas dalam perencanaan dan pengendalian produksi. Hal ini dikarenakan beum diterapkannya anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian produksi. Proses produksi hanya sebatas melakukan prediksi terhadap tingkat penjualan, sehingga dapat dikatakan industri rumah tangga Rumah Ubi berjalan dengan mengalir tanpa adanya penyusunan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian produksi. Hal ini tentu membuat industri rumah tangga Rumah Ubi tidak mampu mencapai profit yang maksimal dengan proses produksi yang efektif.
(21)
Seperti yang terlihat pada volume penjualan dua periode tahub sebelumnya, pada periode pertama Juli 2011-Juni 2012 rencana penjualan sebesar 2937 unit, sedangkan realisainya hanya 1479 unit. Begitu juga dengan periode berikutnya, rencana penjualan sebesar 1555 unit dan sebesar 2958 unit adalah rencana penjualan yang direncanakan. Hal tersebut menyebabkan kelebihan produksi akibat tidak disusunya anggaran untuk merencanakan dan mengendalikan produksi.
Tabel 1.2
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi Reancana Penjualan dan Realisasi Penjualan
Dalam Satuan Unit
Periode Rencana Penjualan Realisasi Penjualan Deviasi
I 2937 1479 1458
II 2958 1555 1403
Sumber Data: Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Diolah
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga “Rumah Ubi” Medan).
1.2 Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini dalam hal yang berkaitan dengan anggaran produksi. Kemudian anggaran tersebut dikaji penggunannya dalam perencanaan dan pengendalian produksi pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan.
(22)
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu bagaimana peran anggaran sebagai salah satu alat perencanaan dan pengendalian produksi pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran anggaran sebagai salah satu alat perencanaan dan pengendalian produksi pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Praktis
Dapat dijadikan masukan dalam mengembangkan usaha, baik dalam penyusunan anggaran khususnya anggaran produksi sebagai perencanaan dan pengendalian di perusahaan.
2. Akademis
Dapat menerapkan ilmu serta mengaplikasikan teori yang diperoleh selama masa kuliah serta menambah pengetahuan bagaimana mengembangkan suatu usaha secara menyeluruh, baik segi produksi, sistem anggaran, dan lain-lain dalam perusahaan.
(23)
BAB II
KERANGKA TEORI
2. Kerangka Teori
2.1 Anggaran
2.1.1 Pengertian Anggaran
Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata “budget” dalam bahasa
Inggris. Namun, kata tersebut sebenarnya berasal dari Perancis yaitu “boutgette” yang berarti sebuah tas kecil. Menurut RA Supriyono dalam Haruman dan Rahayu (2007:3), anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dinyatakan dalam satuan uang, untuk perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Menurut Nafarin (2004:12), anggaran adalah suatu keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anthony dan Govindarajan (2005:3), mendefinisikan anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi.
Menurut Adisaputro dan Anggraini (2007:21), anggaran yang komprehensif merupakan suatu proses yang ditujukan untuk membantu melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian secara efektif. Model anggaran ini mencakup:
(24)
1) Pengembangan dan aplikasi tujuan perusahaan dalam arti luas dan jangka panjang (visi dan misi perusahaan)
2) Merumuskan tujuan perusahaan secara khusus
3) Mengembangkan strategi perencanaan laba jangka panjang dalam arti luas
4) Mengembangkan strategi laba jangka pendek secara khusus dengan pertanggungjawaban secara rinci
5) Membuat sistem pelaporan kinerja periodik dengan pertanggungjawaban secara rinci
6) Mengembangkan prosedur tindak lanjut (follow up)
Dengan demikian anggaran dapat diartikan sebagai suatu rencana kerja dalam mengembangkan perusahaan yang dinyatakan dalam satuan uang, dengan jangka waktu atau periode yang ditentukan. Penyusunan anggaran perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan penjualan tahun sebelumnya, sehingga penyusunan anggaran yang dibuat menjadi lebih relaistis dalam mencapai target yang ditetapkan.
2.1.2 Fungsi Anggaran
Anggaran memiliki beberapa fungsi yang disesuaikan dengan strategi-strategi perusahaan dalam mencapai tujuan. Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:5), beberapa fungsi anggaran dalam proses manajemen adalah sebagai berikut :
(25)
1) Di bidang Planning
a. Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala masalah yang berkaitan dengan aktivitas yang akan dilaksanakan
b. Membantu mengarahkan seluruh sumber daya yang ada diperusahaan dalam menentukan arah atau aktivitas yang paling menguntungkan
c. Membantu arah atau menunjang kebijaksanaan perusahaan d. Membantu manajemen memilih tujuan perusahaan
e. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia f. Membantu pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif 2) Di bidang Coordinating
a. Membantu mengkoordinir faktor sumber daya manusia dengan perusahaan
b. Membantu menilai kesesuaian antara rencana aktivitas perusahaan dengan keadaan lingkungan yang dihadapi c. Membantu menempatkan pemakaian modal pada
saluran-saluran yang menguntungkan sesuai dan seimbang dengan program perusahaan
d. Membantu mengetahui kelemahan dalam organisasi 3) Di bidang Controlling
a. Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran b. Membantu mencegah pemborosan
(26)
2.1.3 Manfaat Anggaran
Menurut Halim dan Supomo (2005:167), kegunaan atau manfaat anggaran adalah sebagai berikut:
a. Alat bantu untuk membuat dan mengkoordinasikan perencanaan jangka pendek (short-range plans)
b. Alat komunikasi antara rencana yang disusun dengan para manajer pusat pertanggungjawaban
c. Alat untuk memotivasi para manajer dalam mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya
d. Dasar untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan e. Pedoman untuk mengevaluasi prestasi para manajer dan pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya f. Piranti pendidikan bagi manajer
2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran
Anggaran selain memiliki manfaat bagi perusahaan, juga memiliki kelemahan. Menurut Haruman dan Rahayu (2007:7), dapat disimpulkan beberapa keunggulan yang dapat diperoleh bila perusahaan menerapkan penyusunan anggaran yang baik, antara lain:
a. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu diproyeksikan sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Bagi manajemen, hasil proyeksi ini menciptakan peluang untuk memilih rencana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan
b. Dalam menyusun anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi
(27)
manajemen sekalipun ada pilihan untuk tidak melanjutkan keputusan tersebut.
c. Anggaran merupakan penelitian untuk kerja sehingga dapat dijadikan patokan untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh
d. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya. Anggaran sekaligus berfungsi sebagai alat pengendalian pola kerja karyawan dalam melakukan suatu kegiatan
e. Mengingat setiap manajer dan atau penyelia dilibatkan dalam penyusunan anggaran, maka memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta (sense of participation)
Di samping beberapa keunggulan tersebut diatas, terdapat pula beberapa kelemahan antara lain:
a. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (permintaan efektif, kapasitas produksi dan lain-lain.) maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan tergantung pada ketetapan estimasi tersebut
b. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh
c. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bukan menggantikannya
d. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan sebelumnya, sebab itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes
(28)
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:8), faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran:
a. Faktor intern
Faktor-faktor intern (controlable) antara lain berupa, a) data penjualan pada tahun-tahun yang lalu, b) kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, promosinya, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya, c) kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan, d) tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, bauk jumlahnya maupun keterampilan dan keahliannya, e) modal kerja yang dimiliki perusahaan dan g) kebijakan-kebijakan perusahaan, baik dibidang pemasaran, produksi, pembelanjaan, administrasi maupun di bidang personalia.
b. Faktor ekstern
Faktor-faktor ekstern (uncontrolable) antara lain berupa, a) keadaan persaingan, b) tingkat pertumbuhan penduduk, c) tingkat penghasilan masyarakat, d) tingkat penyebaran penduduk, e) agama, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat, f) berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan, g) keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya.
(29)
2.2 Anggaran Penjualan
2.2.1 Pengertian Anggaran Penjualan
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:45), anggaran penjualan adalah budget yang direncanakan secara lebih terperinci penjualan perusahaan selama periode yang akan datang yang di dalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas) barang yang akan dijual, jumlah (kuantitas), harga barang, waktu penjualan serta tempat/ daerah penjualannya.
2.2.2 Manfaat Penyusunan Anggaran Penjualan
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:45), tujuan penyusnan anggaran penjualan adalah untuk merencanakan setepat setepat mungkin tingkat penjualan pada periode yang akan datang dengan memperhatikan data yang merupakan pencerminan kejadian yang dialami perusahaan di masa lalu, khususnya bidang penjualan.
2.2.3 Kegunaan Anggaran Penjualan
Menurut Munandar (2007:42), anggaran penjualan mempunyai beberapa kegunaan penting antara lain:
a. Sebagai dasar untuk menyusun Budget Unit yang akan diproduksikan, karena jumlah satuan (unit) yang akan diproduksikan oleh perusahaan ditentukan oleh berapa banyak perusahaan yang bersangkutan mampu menjualnya.
b. Sebagai dasar untuk menyusun Budget Kas, karena penjualan tunai akan mengakibatkan pemasukan Kas.
(30)
c. Sebagai dasar untuk menyusun Budget Piutang, karena penjualan kredit akan mengakibatkan bertambahnya Piutang perusahaan.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Penjualan
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:46), faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran penjualan, yaitu:
1) Faktor-faktor internal
a. Penjualan tahun-tahun yang lalu
b. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penjualan
c. Kapasitas produksi yang dimiliki serta kemungkinan perluasannya
d. Tenaga kerja yang tersedia baik jumlah maupun keahliannya
e. Model kerja yang dimiliki perusahaan f. Fasilitas lain yang menunjang
2) Faktor-faktor eksternal
a. Keadaan persaingan di pasar
b. Posisi perusahaan dalam persaingan c. Tingkat pertumbuhan pernduduk
d. Elastisitas permintaan terhadap harga barang yang dihasilkan
(31)
2.3 Anggaran Produksi
2.3.1 Pengertian Anggaran Produksi
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:57), anggaran produksi adalah suatu perencanaan secara terpisah mengenai jumlah unit produk yang akan diproduksi selama periode yang akan datang, yang didalamnya mencakup rencana mengenai jenis (kualitas), jumlah(kuantitas) waktu (kapan) produksi akan dilakukan.
Menurut Blocher dkk (2000:362), anggaran produksi merupakan rencana perolehan dan pengkombinasian sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan operasi pemanufakturan yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai penjualannya dan mempunyai sejumlah persediaan yang diharapkan pada akhir periode anggaran.
2.3.2 Manfaat Penyusunan Anggaran Produksi
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:58), anggaran produksi merupakan suatu alat perencanaan, koordinasi dan pengendalian kegiatan produksi, sehingga tujuan penyusunan anggaran produksi
a. Menunjang kegiatan berbagai penjualan, sehingga barang dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan
b. Menjaga tingkat persediaan yang optimum
c. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya produksi menjadi minimum
(32)
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran Produksi
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:58), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jumlah barang yang harus diproduksi oleh perusahaan selama periode waktu tertentu adalah:
a. Jumlah barang yang telah direncanakan untuk dijual, sebagaimana yang tercantum dalam anggaran penjualan
b. Kapasitas mesin dan peralatan pabrik
c. Tenaga kerja yang dimiliki yang terkait dengan kualitas maupun kuantitasnya
d. Stabilitas bahan baku e. Modal kerja yang dimiliki f. Fasilitas gudang
2.3.4 Langkah-langkah dalam Menyusun Anggaran Produksi
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:60), di samping itu pula dapat disusun langkah-langkah utama yang dilakukan dalam rangka menyusun anggaran produksi dan pelaksannanya:
1) Tahap Perencanaan
a. Menentukan periode waktu yang dipakai sebagai dasar dalam penyusunan bagian produksi
b. Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan 2) Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan kapan barang diproduksi
(33)
c. Menentukan urutan-urutan proses produksi
d. Menentukan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk mencapai efisiensi
e. Menyusun program tentang penggunaan bahan baku, buruh, service dan peralatan
f. Menyusun standar biaya produksi
g. Membuat perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan
2.4 Anggaran Bahan Baku Langsung
2.4.1 Pengertian Anggaran Bahan Baku Langsung
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dibedakan menjadi dua, yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:73), bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan, sedangkan bahan baku tak langung adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. Anggaran bahan baku hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung. Bahan baku tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik.
2.4.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007;73), tujuan penyusunan bahan baku langsung adalah:
(34)
b. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku langsung yang diperlukan
c. Sebagai dasar memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku langsung
d. Sebagai dasar penentuan harga pokok produksi yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku langsung dalam proses produksi
e. Sebagai dasar melakukan fungsi pengendalian bahan baku langsung
2.4.3 Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:74), anggaran-anggaran yang berhubungan dengan bahan baku antara lain:
a. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang
b. Anggaran pembelian bahan baku
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang harus dibeli pada periode mendatang
c. Anggaran persediaan bahan baku
Anggaran ini merupakan suatu perencanaan terperinci atas kuantitas bahan baku ayng disimpan sebagai persediaan
(35)
d. Anggaran biaya bahan baku habis digunakan dalam produksi (pemakaian bahan baku)
Sebagai bahan baku disimpan sebagai persediaan, dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi, anggaran ini merencanakan nilai bahan baku yang digunakan dalam satuan uang. Tentu saja semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi. Hal ini disebabkan karena dua hal, yakni:
1) Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode berikutnya
2) Perlu adanya persediaan besi (persediaan minimal bahan baku yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi) agar kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku
2.5 Anggaran Tenaga Kerja Langsung
2.5.1 Pengertian Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:87), tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi perusahaan dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan. Tenaga kerja langsung mempunyai sifat:
a. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja ini berhubungan secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi
b. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya variabel
(36)
c. Umumnya dikatakan tenaga kerja jenis ini merupakan tenaga kerja yang kegiatannya langsung dapat dihubungkan denga produk akhir
2.5.2 Manfaat Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:88), manfaat penyusunan anggaran tenaga kerja:
a. Penggunaan tenaga kerja lebih efisien
b. Biaya tenaga kerja dapat direncanakan dan diatur secara lebih efisien
c. Harga pokok produk dapat dihitung secara tepat d. Sebagai alat pengawasan biaya tenaga kerja
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyusunan Tenaga Kerja Langsung
Menurut Rahuman dan Rahayu (2007:88), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran tenaga kerja adalah:
a. Kebutuhan tenaga kerja
b. Pencarian atau penarikan tenaga kerja c. Latihan bagi tenaga kerja baru
d. Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja e. Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja f. Pengawasan tenaga kerja
(37)
2.6 Perencanaan
2.6.1 Pengertian Perencanaan
Menurut Siswanto (2006:42), perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Sehingga perencanaan dapat dikatakan memaksimalkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Didin dan Hendri (2003:77), perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, sebuah keharusan di samping sebagai sebuah kebutuhan.
2.6.2 Karakteristik Perencanaan
Menurut Siswanto (2006:42), perencanaan minimum memiliki tiga karakteristik berikut:
a. Perencanaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang. b. Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau organisasi, yaitu
serangkaian tindakan di masa yang akan datang dan akan diambil oleh perencana.
c. Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi, serta organisasi merupakan unsur yang amat penting dalam setiap perencanaan.
(38)
2.7 Pengendalian
2.7.1 Pengertian Pengendalian
Menurut Siswanto (2006:139), pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untukmenjamin bahwa sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.
Menurut G.R Terry dalam Malayu (2001:242), pengendalian merupakan proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standart, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pekerjaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yitu selaras dengan standart.
2.7.2 Elemen Pengendalian
Dalam pengendalian, terdapat elemen yang satu sama lain saling berhubungan dalam urutan dan bersifat kontinu. Menurut Siswanto (2006:142), keempat pokok pengendalian yang dimaksud adalah:
a. Kondisi atau karakteristik yang dikendalikan
b. Instrumen atau metode sensor untuk mengukur kondisi atau karakterisitik tang dikendalikan
(39)
c. Kelompok, unit, atau instrumen kendali yang akan membandingkan data yang diukur dengan pekerjaan yang direncanakan dan mengarahkan mekanisme perbaikan untuk memenuhi kebutuhan d. Kelompok atau mekanisme yang bergerak dan mampu mengadakan
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Metode yang digunakana dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012:9), penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada industri rumah tangga “Rumah Ubi” yang berada di Jl. Karya Wisata No. 93A Medan Johor.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Sumber dan jenis data yang digunakan yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui proses wawancara dan observasi di lapangan mengenai objek penelitian, dan data tersebut merupakan data yang belum diolah.
2. Data sekunder, yaitu data ynga diperoleh dari perusahaan seperti profil perusahaan, dan data tersebut telah diolah seperti struktur organisasi,
(41)
jumlah karyawan, anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran bahan mentah dan anggaran tenaga kerja.
3.4 Defenisi Konsep
Adapun defenisi konsep dari penelitian ini adalah:
1. Anggaran
Menurut Munandar (2007:1), budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan keuangan (unit moneter), dan berlaku untuk jangan waktu tertentu yang akan datang.
2. Perencanaan
Menurut Didin dan Hendri (2003:77), perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, sebuah keharusan di samping sebagai sebuah kebutuhan.
(42)
3. Pengendalian
Menurut Siswanto (2006:139), dalam pengendalian, mengukur kemajuan ke arah tujuan tersebut dan memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tersebut tepat pada waktunya untuk melakukan tindakan perbaikan sebelum penyimpangan menjadi jauh.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunkan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah pemilihan, pengubahan dan pencatatan serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Pada penelitian ini penulis melakukan pengamatan pada peranan anggaran industri rumah tangga “Rumah Ubi”.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada informan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan tanya jawab dengan pemilik usaha Rumah Ubi untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.
(43)
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui dokumen seperti buku harian, laporan, notulen rapat dan dokumen lainnya. Data tersebut untuk mengetahui data keuangan, produksi dan penjualan.
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yakni menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Umar, 2005:22). Proses analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang sudah di catat dalam catatan lapangan, dokumen, gambar, foto dan sebagainya.
2. Reduksi data, merangkum dan memfokuskan pada hal-hal yang penting agar dapat memberi gambaran yang jelas, dan mempermudah penulis mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada anggaran, perencanaan dan pengendalian dalam produksi.
3. Penyajian data, pada penelitian ini penyajian data dilakukan dengan menyajikan teks yang bersifat naratif.
(44)
4. Verifikasi, hasil kesimpulan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek pada penelitian yang sebelumnya masih belum jelas, setelah dilakukan penelitian menjadi jelas. ( Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2012:249).
(45)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deksripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 2011 telah didirikan sebuah usaha produksi pangan dengan bahan utama ubi yang berlokasi di Jl. Karya Kasih Perumahan Bukit Johor Mas, Medan Johor. Pada awal tahun 2013, industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” pindah lokasi dengan membuka toko di Jl. Karya Wisata No. 93A Medan Johor. Usaha yang diberi nama Rumah Ubi “Rubi” ini memproduksi berbagai macam jenis makanan dengan bahan utama ubi secara home industry.
Rumah Ubi Rubi sejak awal melakukan kegiatan produksi dirumah. Ide membuat makanan dengan bahan utama ubi ini diawali dari hobi orang tua pemilik mengkonsumsi ubi di daerah Deli Serdang. Di daerah tersebut memang banyak tumbuh ubi atau singkong yang rasanya enak dan lembut. Akhirnya muncul ide dari pemilik usaha untuk bereksperimen dan membuka usaha makanan dengan bahan baku ubi. Rumah Ubi Rubi bekerja sama dengan petani ubi di daerah Deli Serdang karena di daerah tersebut tanaman ubi tumbuh dengan baik, selain itu masi banyak lahan yang tersedia bagi petani untuk menanam ubi.
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi Rubi telah bekerja sama dengan pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Koperasi dan UMKM Kota Medan serta Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Dalam memasarkan produk, Rumah Ubi Rubi selain melakukan distribusi penjualan sendiri, juga dibantu oleh pemerintah dengan mengikuti berbagai pameran-pameran yang diselenggarakan di
(46)
Kota Medan seperti Ramadhan Fair, Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), dan lain-lain.
Seiring dengan meningkatnya penjualan, maka industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” akan membutuhkan tambahan tenaga kerja sebagai akibat dari meningkatnya jumlah produk yang harus dihasilkan. Keberhasilan pemerintah dalam memasarkan produk Rumah Ubi “Rubi” akan membuka lapangan kerja baru yang tentunya akan mengurangi beban pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran.
Namun dibalik kerja sama tersebut, sampai saat ini belum ada bantuan langusng yang diterima industri rumah tangga rumah ubi rubi dari pihak pemertintah baik berupa pembinaan usaha, peralatan maupun uang. Oleh karena itu, industri rumah tangga rumah ubi rubi tidak memiliki kewajiban kepada pihak pemerintah, sebagai contoh dengan memberikan laporan keuangan secara berkala.
4.1.2 Lokasi Perusahaan
Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” pindah lokasi yang semula terletak di Perumahan Bukit Johor Mas menuju Jl. Karya Wisata No. 93A Medan Johor. Lokasi usaha yang sebelumnya menggunakan rumah telah beralih menjadi toko. Pemilihan lokasi usaha sangat penting karena dapat mempengaruhi kelangsungan usaha secara keseluruhan. Pemilihan lokasi usaha didasarkan pada:
a. Bahan Baku
Lokasi usaha dekat dengan lokasi pembelian bahan baku sehingga memudahkan pengiriman bahan baku dan menjaga kualitas dari bahan baku itu sendiri sebelum diolah.
(47)
b. Tenaga Kerja
Lokasi yang terletak di Medan Johor, dimana masih banyak tenaga kerja yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagai tenaga kerja produktif perusahaan.
c. Pemasaran
Awal berdirinya industri rumah tangga ini berlokasi di Perumahan Bukit Johor Mas, Medan Johor. Pada awal tahun 2013 pindah lokasi ke Jl. Karya Wisata No. 93A Medan Johor. Alasan pemilihan lokasi yang juga terletak di kawasan Medan Johor merupakan salah satu strategi pemasaran dari pemilik usaha. Hal tersebut untuk memudahkan pelanggan potensial yang banyak berasal dari daerah Medan Johor.
4.1.3 Struktur Organisasi
Dalam suatu usaha dibutuhkan suatu struktur organisasi agar dalam prosesnya terdapat tingkatan wewenang dan tanggung jawab. Tingkat wewenang dan tanggung jawab akan memudahkan pekerja dalam menjalankan dan menyelesaikan pekerjaaan.
Struktur organisasi pada industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” berbentuk lini atau garis, karena usaha ini milik perorangan makan pemilik usaha yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan mengkoordinasi setiap pegawai dalam menjalankan tugas. Struktur organisasi pada Rumah Ubi “Rubi” dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
(48)
Gambar 4.1
Struktur organisasi industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi”
Sumber Data: Industri ruma tangga Rumah Ubi “Rubi” diolah, Tahun 2013 Tugas dan Tanggung jawab:
a. Pemilik
Bertanggung jawab atas usaha secara keseluruhan
Membuat kebijakan usaha, secara umum maupun khusus
Memimpin, mengatur dan mengarahkan seluruh aktivitas yang ada dalam
usaha
b. Manager
Bersama pemilik usaha, merumuskan kebijakan dan mengkoordinasi
kegiatan usaha seperti kebijakan produksi dan pemasaran
Memipin dan mengambil keputusan dilapangan saat pemilik sedang tidak
ditempat
Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas usaha terhadap pemilik usaha
KASIR
PRODUKSI
MANAGER
PEMILIK
(49)
c. Bagian Produksi
Memberi laporan kepada manager mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan produksi
Menjaga ketertiban dan kerapihan kerja
d. Kasir
Mencatat setiap pembelian yang terjadi
Memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen
4.1.4 Personalia
Jumlah karyawan yang bekerja di industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” berjumlah lima orang yang terdiri dari seorang manajer, dua orang karyawan bagian produksi dan dua orang karyawan kasir. Sistem jam kerja yang berlaku bagi karyawan berbeda dimana bagian produksi bekerja selama empat jam sehari, sedangkan kasir bekerja secara bergantian dari pukul 08.00 – 22.00 WIB. Sistem penggajian bagi karyawan di bagian produksi sebesarRp. 5.500 per hari untuk satu orang karyawan.
4.1.5 Saluran Distribusi Perusahaan
Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” menggunakan sistem distrubusi langsung, dimana produk usaha langsung sampai pada konsumen akhir. Konsumen datang ke toko secara langsung untuk melakukan pembelian atau pun memesan produk secara online. Pemesanan secara online dilakukan dengan memesan melalui telepon atau SMS, kemudian produk akan diantar oleh karyawan dan dikenakan tarif kirim pengiriman sesuai jarak tempuh.
(50)
Saluran distribusi industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” dapat digambarkan sebagai berikut:
Produsen Konsumen
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Anggaran Penjualan
Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” belum menyusun laporan keuangan, sehingga data yang diperoleh hanya sebatas rencana penjualan, realisasi penjualan dan deviasi tiap periode tahun. Penyusunan laporan realisasi penjualan yang dilakukan oleh industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” dalam satu periode tahun dimulai dari bulan Juli hingga bulan Junii.
Data yang diperoleh dimulai dari bulan Juli tahun 2011 hingga bulan Juni tahun 2013, yang dibagi menjadi dua periode tahun yaitu periode tahun pertama bulan Juli 2011-Juni 2012 dan periode tahun kedua bulan Juli 2012-Juni 2013. Data tersebut bertujuan agar peneliti dapat menyusun anggaran yang dimulai pada bulan Juli tahun 2013 hingga bulan Juni 2014 karena penelitian dimulai saat tengah berjalan yaitu pada Juni 2013 dan menyesuaikan dengan laporan rencana penjualan dan realisasi penjualan yang dibuat oleh industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi”.
Data yang diperoleh dari dua periode tahun sebelumnya adalah sebagai berikut:
(51)
Tabel 4.3
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “Rubi” Rencana Penjualan dan Realisasi Penjualan
Periode Tahun I Juli 2011-Juni 2012 Bulan Rencana Penjualan
(Unit)
Realisasi Penjualan
(Unit) Deviasi
Juli 240 114 126
Agustus 236 137 99
September 249 102 147
Oktober 267 107 160
November 220 108 112
Desember 232 141 91
Januari 261 153 108
Febuari 258 126 132
Maret 252 102 150
April 240 128 112
Mei 232 124 108
Juni 250 137 113
TOTAL 2.937 1479 1.458
Sumber Data: Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” diolah
Tabel diatas adalah data hasil penjualan industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” pada periode tahun pertama. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rancana penjualan ubi roti sebesar 2.937 unit, tetapi pengusaha hanya mampu merealisasikan penjualan sebesar 1.479 unit. Maka penyimpangan yang terjadi pada periode tahun pertama adalah 1.458 unit, yang diperoleh dari:
Deviasi Periode Tahun I = jumlah rencana penjualan - jumlah realisasi penjualan = 2.937 unit – 1.479 unit
(52)
Tabel 4.4
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “Rubi” Rencana Penjualan dan Realisasi Penjualan
Periode Tahun II Juli 2012-Juni 2013 Bulan Rencana Penjualan
(Unit)
Realisasi
Penjualan (Unit) Deviasi
Juli 233 118 115
Agustus 235 134 101
September 237 126 111
Oktober 231 119 112
November 232 121 111
Desember 261 142 119
Januari 288 161 127
Febuari 248 113 135
Maret 265 119 146
April 236 128 108
Mei 234 137 97
Juni 258 137 121
TOTAL 2.958 1.555 1.403
Sumber Data: Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” diolah
Tabel diatas merupakan data hasil penjualan industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” pada periode tahun kedua. Dari data tersebut diketahui bahwa rencana penjualan ubi roti sebesar 2.958 unit, namun pengusaha hanya mampu merrealisasikan penjualan ubi roti sebesar 1.555 unit. Maka dapat diketahui bahwa terjadi penyimpangan penjualan sebesar 1.403 unit. Penyimpangan penjualan tersebut didapat dari:
Deviasi Tahun Periode II = jumlah rencana penjualan – jumlah realisasi penjualan = 2.958 unit – 1.555 unit
(53)
Dari data diatas, diketahui bahwa masih seringkali terjadi penyimpangan penjualan yang dialami industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi”. Jika terjadi kekurangan produksi, maka pengusaha memproduksi kembali produk ubi dimana proses penambahan tersebut dapat menimbulkan kelebihan produksi untuk periode berikutnya dan mengakibatkan kerugian. Hal tersebut diakibatkan tidak adanya perencanaan yang baik dalam proses kegiatan produksi.
4.2.2 Anggaran Produksi
Pada industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi”, penyusunan anggaran produksi tidak didasari hasil pada penyusunan anggaran penjualan. Pengusaha fokus untuk menjaga tersedianya jumlah produk dalam jumlah yang banyak sebagai antisipasi terjadinya kekurangan produksi. Data yang diperoleh menunjukan bahwa proses produksi dilakukan sebanyak empat kali dalam sebulan. Dimana dalam setiap produksinya, industri rumah tangga Rumah Ubi memproduksi sebesar 60 unit ubi roti, dengan satuan unit ubi roti sebesar 500 gram.
Besarnya jumlah persediaan awal diketahui dengan melihat berapa banyak sisa produk yang tidak terjual pada periode lalu. Sedangkan jika terjadi kekuarangan produksi, pengusaha kembali memproduksi ubi roti. Persediaan akhir tidak direncanakan jumlahnya. Jumlah persediaan akhir pada industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” dilihat dari berapa banyak jumlah produk yang tidak terjual.
(54)
4.2.3 Anggaran Bahan Mentah
Penyusunan anggaran bahan baku belum dilakukan. Data yang diperoleh dilapangan, bahwa industri tumah tangga Rumah Ubi “Rubi” menggunakan ubi mentah, ketumbar, garam dan bawang putih untuk menghasilkan ubi roti. Proses pengerjaan dilakukan oleh bagian produksi perusahaan, dimana dalam sekali produksi menghasilkan 60 unit ubi roti.
Untuk memproduksi 60 unit ubi roti, diperlukan ubi mentah sebanyak 30 Kg, ketumbar sebesar 400 gram, garam sebesar 100 gram dan bawang putih sebesar 200 gram. Khusus bahan mentah ubi, industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” langsung memproses kegiatan produksi setelah bahan mentah ubi masuk, karena bahan mentah ubi hanya mampu bertahan selama dua hari. Jika ubi mentah telah diproses menjadi ubi roti, daya tahan 60 unit ubi roti yang diproduksi perusahaan mampu bertahan selama tiga bulan. Bahan mentah lain seperti ketumbar, bawang putih dan garam memliki daya tahan yang lebih lama, sehingga kelebihan bahan mentah disimpang untuk proses produksi berikutnya.
4.2.4 Anggaran Tenaga Kerja
Penyusunan anggaran tenaga kerja belum dilakukan. Data yang diperoleh dari industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi”, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak dua orang dengan upah masing-masing tenaga kerja sebesar Rp. 5.500 per jam. Jam kerja yang berlaku bagi tenaga kerja bagian produksi selama empat jam yang dimulai dari pukul 08.00-12.00 WIB.
Kebijakan pengusaha atas jam kerja yang berlaku pada industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi”, bertujuan agar upah yang dikeluarkan bagi tenaga
(55)
kerja produksi menjadi efisien. Tenaga kerja produksi menerima upah sesuai dengan jumlah jam kerja yang mereka lakukan. Sehingga tidak terjadi pemborosan upah bagi tenaga kerja produksi sebagai akibat dari tidak adanya kegiatan produksi lebih yang dilakukan.
4.2.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Pada tahap perencanaan, industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” fokus untuk menjaga jumlah persediaan produk ubi roti. Hal ini dikarenakan produk ubi roti memiliki tingkat penjualan yang lebih besar dbandingkan dengan produk lainnya.
Proses produksi yang dilakukan sebanyak empat kali dalam sebulan merupakan strategi pengusaha dalam mencapai rencana yang telah ditetapkan. Dengan jumlah produksi yang banyak, maka kemungkinan terjadinya kekurangan produksi dapat dihindari pengusaha.
Pada tahap pengendalian, pengusaha melakukan quality control terhadap hasil produksi. Hasil produksi yang dihasilkan harus optimal agar tidak mengecewakan konsumen dan pelanggan. Untuk itu industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” menerima setiap kritik dan saran dari para konsumen yang merasa tidak puas atas kualitas produk yang mereka beli. Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” memberikan tawaran untuk mengganti produk yang telah dibeli konsumen dengan produk yang baru, sebagai strategi untuk menjaga kepercayaan konsumen atas produk yang ditawarkan.
(56)
4.2.4 Kemasan Produk
Gambar 4.5
Kemasan Ubi Roti (Depan)
Sumber Data: Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” diolah, Tahun 2013
Gambar 4.6
Kemasan Ubi Roti (Belakang)
(57)
Gambar 4.7 Ubi Roti Siap Goreng
Sumber Data: Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” diolah, Tahun 2013
4.2.5 Proses Produksi
Proses produksi industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” dilakukan oleh bagian produksi. Dalam sekali produksi, industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” mampu memproduksi 60 unit ubi roti dengan berat tiap unit sebesar 500 gram. Proses produksi dilakukan sebanyak empat kali dalam sebulan, sebagai antisipasi jika terjadi kekurangan kebutuhan perusahaan.
Pembelian bahan untuk produksi dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan produksi yang telah ditentukan. Bahan baku yang telah masuk segera diproses untuk menjaga kualitas dari bahan baku itu sendiri. Proses pembuatan ubi roti pada industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” sebagai berikut:
(58)
a. Mengupas kulit ubi dan mencuci hingga bersih b. Memotong ubi menjadi bagian kecil
c. Mencampur ubi dengan bahan untuk membuat ubi roti, yaitu ketumbar, garam dan bawang putih
d. Ubi yang telah campur dengan bahan lain kemudian dikukus
e. Ubi roti dimasukan kedalam plastik dengan berat 500 gram untuk masing-masing plastik
f. Ubi roti dalam kemasan plastik disimpan dalam lemari pendingin
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan disusun untuk merencanakan penjualan pada periode tahun berikutnya berdasarkan tingkat volume penjualan perusahaan pada periode-periode sebelumnya sebagai pencerminan. Anggaran penjualan juga menjadi pedoman bagi penyusunan anggaran produksi, anggaran bahan baku dan anggaran tenaga kerja.
Dari data yang telah diperoleh, dapat ditemukan penyebab dari kelebihan produksi yang dialami industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” pada dua periode tahun sebelumnya. Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” tidak menggunakan hasil rencana penjualan dan realisasi penjualan pada periode sebelumnya dalam menyusun anggaran penjualan.
Jumlah produksi tiap bulan tidak didasari pada faktor-faktor yang menyebabkan penjualan meningkat atau menurun pada tiap-tiap bulannya. Padahal dari data penjualan dua periode sebelumnya, dapat diketahui bahwa
(59)
industri tumah tangga Rumah Ubi “Rubi” mendapat tingkat penjualan tertinggi pada bulan-bulan tertentu, seperti pada bulan Desember, Januari, April, Mei dan Juni.
Rumah Ubi “Rubi” sebagai sebuah industri rumah tangga, menentukan rencana produksi yang tidak realistis. Kemampuan produksi industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” masih dapat dikatakan kecil. Hal ini dapat dilihat dari berbagai faktor seperti sistem distribusi, jumlah tenaga kerja, strategi pemasaran. Saluran distribusi yang digunakan pada industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” dari produsen mencapai konsumen akhir secara langsung. Strategi yang dilakukan dengan membuka toko dan sistem pembelian produk secara online. Sehingga target pasar yang dapat dikuasai oleh pengusaha hanya konsumen yang tinggal didekat lokasi toko berdiri. Sedangkan sistem online yang dibuat oleh pengusaha dengan menggunakan pemesanan melalui telepon atau SMS, sehingga strategi online tersebut hanya dapat diakses oleh para pelanggan yang telah mengetahui keberadaan sistem online tersebut.
Strategi pemasaran juga belum dilakukan secara efektif. Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” menggunakan strategi pemasaran untuk mengenalkan produk hanya dengan mengikuti pameran atau bazaar yang diselenggarakan oleh Badan Ketahana Pangan dan Dinas Koperasi dan UMKM. Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan produksi berjumlah dua orang dengan masa kerja empat jam dalam sehari. Jumlah tersebut masih sangat kecil apabila pengusaha ingin merencanakan jumlah produksi yang besar.
Untuk dapat meningkatkan penjualan, industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” harus mampu menyusun strategi yang lebih efektif agar penyusunan
(60)
anggaran yang dibuat dapat tercapai. Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa volume penjualan tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, April, Mei dan Juni. Bulan-bulan tersebut merupakan bulan dimana banyak terjadi perayaan nasional seperti Natal dan Tahun Baru. Selain itu, pada bulan-bulan tersebut juga terdapat libur panjang sekolah. Namun pada bulan Ramadhan, penjualan menurun akibat kurangnya minat masyarakat mengkonsumsi produk industri rumah tangga Rumah Ubi Rubi dan memilih makanan ringan seperti gorengan dan minuman dingin.
Memperluas sistem distribusi dapat memperluas pasar sehingga pengusaha mampu untuk mendapatkan konsumen baru. Dengan menitipkan produk ke toko lain, maka produk industri rumah tangga Rumah Ubi ‘Rubi” akan lebih dikenal oleh konsumen baru, yang selama ini tidak terjangkau oleh pengusaha jika tetap menggunakan saluran distribusi yang lama. Sistem online yang berlaku juga harus diperluas dengan menggunakan jejaring sosial yang sedang marak digunakan seperti membuat website, facebook dan twitter. Pengunaan media jejaring sosial tersebut tidak memerlukan biaya yang besar, namun dampak yang diberikan sangat baik bagi perkembangan usaha. Karena penggunaan jejaring sosial dapat menjangkau konsumen secara langsung, meningkatkan citra indsutri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” di pasaran, dan bahkan untuk sebagai tempat promosi. Pengusaha tidak perlu menambah tenaga kerja untuk mengurus penggunaan jejaring sosial karena sistem dari jejaring sosial tersebut mudah digunakan. Maka sebaiknya pihak manajer atau pemilik usaha itu sendiri yang turun tangan dalam melakukan pemasaran dari jejaring sosial.
(61)
Oleh karena itu, industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” harus dapat merumuskan strategi-strategi baru dan mengoptimalkan strategi yang sudah ada agar dapat mencapai target secara efektif dan efisien. Dalam upaya mencapai target secara efektif dan efisien diperlukan suatu perencanaan dan pengendalian yang dibuat dalam bentuk anggaran.
Dari analisis yang telah dilakukan berdasarkan data yang ditemukan dilapangan, maka dapat disusun anggaran penjualan yang ideal sesuai dengan kondisi usaha. Data yang didapat merupakan data volume penjualan industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” pada periode tahun pertama dan periode tahun kedua, yaitu Juli 2011-Juni 2012 dan Juli 2012-Juni 2013. Data tersebut digunakan sebagai pencerminan untuk menyusun rencana penjualan pada Juli 2013-Juni 2014.
Tabel 4.8
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “Rubi” Anggaran Penjualan
Periode Tahun Pertama dan Periode Tahun Kedua Bulan Volume Penjualan Rata-Rata Juli 2011-Juni 2012 Juli 2012-Juni 2013
Juli 114 118 116
Agustus 137 134 136
September 102 126 114
Oktober 107 119 113
November 108 121 115
Desember 141 142 142
Januari 153 161 157
Febuari 126 113 120
Maret 102 119 111
April 128 128 128
Mei 124 137 131
Juni 137 137 137
(62)
Rencana penjualan untuk periode Juli 2013-Juni 2014 sebesar 1.520 unit yang didapat dari hasil rata-rata volume penjualan periode tahun pertama dan periode tahun kedua, dengan perhitungan sebagai berikut:
Rata-rata penjualan = (jumlah penjualan periode tahun I + jumlah penjualan periode tahun II) /2
= (1.479 unit + 1.555 unit)/2 = 1.520 unit
Hasil rencana penjualan sebesar 1.520 unit, dapat disusun anggaran penjualan dengan mengalikan rencana penjualan periode berikutnya dengan harga jual per plastik Rp. 8.000. Maka penyusunan anggaran penjualan periode Juli 2013- Juni 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Anggaran Penjualan
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “Rubi” Periode Juli 2013 – Juni 2104
Bulan Rencana Penjualan (Unit)
Harga Jual Per Unit
(Rp) Jumlah (Rp)
Juli 116 8.000 92.8000
Agustus 136 8.000 1.088.000
September 114 8.000 912.000
Oktober 113 8.000 904.000
November 115 8.000 920.000
Desember 142 8.000 1.136.000
Januari 157 8.000 1.256.000
Febuari 120 8.000 960.000
Maret 111 8.000 888.000
April 128 8.000 1.024.000
Mei 131 8.000 1.048.000
Juni 137 8.000 1.096.000
TOTAL 1.520 8.000 12.160.000
(63)
Jumlah anggaran penjualan periode Juli 2013 – Juni 2014 adalah sebesar Rp. 12.160.000 untuk 1.520 unit, dengan perhitungan sebagai berikut:
Anggaran Penjualan = jumlah rencana penjualan x harga jual per unit = 1.520 x Rp. 8.000
= Rp. 12.160.000
4.3.2 Anggaran Produksi
Anggaran produksi disusun untuk menunjang anggaran penjualan, selain itu anggaran produksi disusun untuk menentukan jumlah barang yang diproduksi dengan memperhitungkan tingkat persediaan awal tahun dan persediaan akhir tahun oleh perusahaan selama satu periode.
Anggaran penjualan yang telah disusun dapat menjadi acuan pengusaha dalam menyusun anggaran produksi. Jadwal produksi industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” yang dilakukan sebanyak empat kali dalam sebulan menjadi salah satu penyebab terjadinya kelebihan produksi. Hal ini tentu berakibat pada pemborosan pengusaha ubi dalam hal produksi.
Dengan mengetahui jumlah unit yang harus diproduksi berdasarkan penyusununan anggaran penjualan, maka pengusaha ubi harus mengurangi jadwal produksi dalam sebulan. Kegiatan produksi yang semula sebanyak empat kali dalam sebulan, dikurangi menjadi hanya dua kali atau dua setengah kali dalam sebulan sesuai kebutuhan. Pengurangan jadwal produksi tersebut disesuaikan dengan jumlah anggaran penjualan yang dijadikan acuan.
Jumlah persediaan juga harus diperhatikan untuk mengantisipasi adanya kekurangan produksi, namun jumlah persediaan tersebut harus
(64)
diperhitungkan dengan melihat kemampuan usaha dalam kegiatan produksi. Maka pengusaha industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” harus dapat menentukan jumlah persediaan akhir produk ubi roti dalam satu periode, karena persediaan akhir tersebut akan menjadi jumlah persediaan awal untuk periode tahun berikutnya. Jumlah persediaan akhir dapat ditentukan dengan membandingkan jumlah persediaan akhir pada dua periode tahun sebelumnya.
Untuk penyusunan anggaran produksi industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” periode Juli 2013 – Juni 2014, diketahui total anggaran penjualan sebesar 1.520 unit. Persediaan awal ubi roti sebesar 121 unit, sedangkan persediaan akhir ubi roti sebesar 117 unit. Jumlah persediaan akhir sebesar 117 unit merupakan hasil perkiraan dengan membandingkan jumlah persediaan akhir pada dua periode tahun sebelumnya. Maka jumlah unit yang harus diproduksi adalah sebagai berikut:
Penjualan Periode Juli 2013-Juni2014 1.520 unit
Persediaan Akhir 117 unit +
Jumlah 1.637 unit
Persediaan Awal 121 unit −
Unit yang diproduksi 1.516 unit
Jumlah unit yang harus di produksi pada periode Juli 2013 – Juni 2104 selama satu tahun sebesar 1.516 unit, dengan tingkat produksi per bulan 124 unit. Jika perusahaan memproduksi 124 unit per bulan, maka terdapat kekurangannya adalah 1.516 unit – (124 unit x 12) = 28 unit. Kekurangan produksi sebesar 28 unit dialokasikan kepada bulan dengan tingkat penjualan tertinggi selama satu periode, yaitu bulan Desember, Januari, April,Mei dan Juni. Maka anggaran produksi untuk periode Juli 2013 – Juli 2014 adalah:
(65)
Tabel 4.10
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “Rubi” Anggaran Produksi
Periode Juni 2013 – Juli 2014 Dalam Satuan Unit Bulan Rencana
Penjualan
Persediaan
Akhir Kebutuhan
Persediaan Awal
Anggaran Produksi
Juli 116 129 245 121 124
Agustus 136 119 255 131 124
September 114 131 245 121 124
Oktober 113 144 257 133 124
November 115 155 270 146 124
Desember 142 147 289 157 132
Januari 157 118 275 143 132
Febuari 120 118 238 114 124
Maret 111 133 244 120 124
April 128 135 263 135 128
Mei 131 130 261 133 128
Juni 137 117 254 126 128
TOTAL 1.520 1.576 3.096 1.580 1.516
Sumber Data: Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” diolah
Anggaran produksi industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” pada periode Juni 2013 – Juli 2014 adaah 1.516 unit. Pada bulan Desember dan bulan Januari, unit yang di produksi sebesar 132 unit karena bulan-bulan tersebut memiliki volume penjualan tertinggi pada periode tahun sebelumnya. Sedangkan bulan April, Mei dan Juni memiliki penjualan yang cukup tinggi, maka unit produksinya sebesar 128 unit. Dengan memperhatikan jumlah produksi tiap bulan, maka perusahaan dapat meminimalisir kelebihan produksi dan memaksimalkan penjualan pada bulan dengan volume penjualan yang tinggi.
(66)
4.3.3 Anggaran Bahan Mentah
Bahan mentah merupakan bahan yang mendukung terbentuknya suatu unit produk. Dalam menyusun anggaran bahan mentah, sebaiknya perusahaan menggunakan anggaran produksi sebagai pedoman agar jumlah pembelian dan persediaan bahan mentah sesuai dengan jumlah kebutuhan. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya kekuarangan dan kelebihan jumlah bahan mentah yang digunakan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam memproduksi ubi roti sebanyak 60 unit adalah sebagai berikut
Tabel 4.11
Industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” Standar Bahan Mentah Per 60 Unit
Jenis Bahan Baku
Ukuran Bahan Baku
(Kg)
Harga Per Kg
(Rp) Total
Ubi 30 2.500 75.000
Ketumbar 0,4 20.000 8.000
Bawang Putih 0,2 19.000 3.800
Garam 0,1 5.000 500
Sumber Data: Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “Rubi” Diolah
Dalam penelitian ini, bahan mentah yang diteliti adalah bahan mentah dalam pembuatan ubi roti yang terdiri dari ubi, ketumbar, bawang putih dan garam. Persediaan akhir bahan mentah periode Juli 2013 – Juni 2014 dan persediaan awal bahan mentah dari periode sebelumnya untuk tiap-tiap bahan adalah sebagai berikut:
(67)
Tabel 4.12
Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “Rubi” Diolah Persediaan Awal dan Persediaan Akhir Bahan Mentah
Jenis Bahan Baku Persediaan Awal Persediaan Akhir
Ubi 90 Kg 67,5 Kg
Ketumbar 1200 gr 900 gr
Bawang Putih 600 gr 450 gr
Garam 300 gr 225 gr
Sumber Data: Industri Rumah Tangga Rumah Ubi “ Rubi” Diolah
Dalam menyusun anggaran bahan baku, dibutuhkan Standard Usage Rate (SUR). SUR merupakan bilangan yang menunjukan berapa satuan bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan produk jadi. Dari data yang diperoleh dilapangan, maka dapat diketahui SUR untuk produksi per 60 unit. Maka dapat disusun anggaran bahan mentah tiap-tiap bahan sebagai berikut:
a. Anggaran Kebutuhan dan Pembelian Bahan Mentah Ubi
Anggaran kebutuhan bahan mentah ubi merupakan perhitungan berapa banyak kebutuhan bahan mentah ubi yang dibutuhkan dalam memproduksi ubi roti. Anggaran kebutuhan bahan mentah ubi untuk periode Juli 2013 – Juni 2014 adalah sebagai berikut:
(1)
volume penjualan sebesar 1479 : (12 X (4 X 26)) = 1,18 plastik. Selama satu jam, industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” mampu memproduksi 1,18 plastik, maka untuk satu plastik ubi roti dapat diselesaikan selama 0,84 jam yang diperoleh dari (1 : 1,18 plastik) X 1 jam = 0,84 jam. Maka untuk memproduksi 60 plastik ubi roti dibutuhkan 50,4 jam.
Pada periode tahun kedua, volume penjualan industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” sebesar 1555 : (12 X (4 X 26)) = 1,24 plastik. Hasil 1,24 plastik merupakan jumlah yang dapat diproduksi dalam waktu satu jam, maka satu plastik ubi roti dapat diselesaikan selama 0,80 jam yang diperoleh dari (1 : 1,24 plastik) X 1 jam = 0,80 jam. Maka untuk memproduksi 60 plastik ubi roti dibutuhkan 48 jam.
Berdasarkan data tersebut, maka standar jam kerja dalam memproduksi 1516 plastik ubi roti untuk periode Juli 2013 – Juni 2014 adalah 49,2 dari perhitungan rata-rata standar jam kerja dua periode sebelumnya. Sehingga dapat disusun anggaran jam kerja untuk periode berikutnya, yaitu 1243,12 DLH dengan perhitungan sebagai berikut:
Anggaran Jam Kerja Periode Juli 2013 – Juni 2014 = 1516 X 49,2 jam
(2)
Dari perhitungan anggaran jam kerja periode Juli 2013 – juni 2014 sebesar 1243,12 DLH dengan upah kerja Rp. 11.000 untuk dua orang karyawan, maka dapat disusun anggaran upah tenaga kerja sebesar Rp. 13.674.320 dengan perhitungan sebagai berikut:
Anggaran Upah Tenaga Kerja Periode Juli 2013 – Juni 2014
= 1243,12 DLH X Rp. 11.000
(3)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan peneliti terhadap berbagai kegiatan produksi pada industri rumah tangga Rumah Ubi “Rubi” di Medan, dapat disimpulkan bahwa anggaran belum memiliki peran sebagai alat perencanaan dan pengendalian produksi. Adapun indikator yang mendukung kesimpulan tersebut, antara lain:
1. Anggaran penjulan belum disususn sesuai dengan prosedur dan faktor- faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran penjualan. Hal tersebut dapat dilihat dari terjadinya penyimpangan antara rencana penjualan dan realisasi penjualan.
2. Strategi yang ditetapkan belum mampu meningkatkan penjualan. Hal ini dapat dilihat dari kurang efektif nya strategi yang dibuat seperti strategi pemasaran dan sistem pemesanan produk secara online.
3. Setelah menyusun anggaranpenjualan, maka baru dapat disusun anggaran produksi. Penyusunan anggaran produksi belum dilakukan pada industri rumah tangga Rumah Ubi sebagai akibat dari belum disusunnya anggaran penjualan.
(4)
Dengan melakukan penyusunan anggaran, pengusaha dapat mengetahui jumlah produksi yang harus dihasilkan dalam satu periode. Selain itu, pengusaha dapat mengetahui berapa besar kerugian dan berapa besar keuntungan yang didapat dalam melakukan kegiatan produksi.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini antara lain:
1. Bagi industri rumah tangga “Rumah Ubi” Medan, sebaiknya melakukan penyusunan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dalam kegiatan produksi. Hal tersebut bertujuan agar pengusaha dapat mengetahui jumlah produksi yang harus dibuat dan mengurangi terjadinya kelebihan produksi.
2. Bagi industri sejenis, sebaiknya dalam menjalankan usaha menggunakan penyusunan anggaran. Hal ini bertujuan agar keberlangsungan usaha dapat terencana dan terkendali sesuai dengan fungsi yang terdapat pada anggaran.
3. Bagi pemerintah, hendaknya melakukan pembinaan secara langsung terhadap usaha-usaha kecil, khususnya dalam hal pentingnya penyusunan anggaran. Hal ini bertujuan agar usaha-usaha kecil mampu menjaga dan meingkatkan keberlangsungan usahanya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anthony,Robert N. dan Govindarajan, Vijay. 2005. Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen). Jakarta: Penerbit Salemba Empat Adisaputra, Gunawan dan Anggarini, Yunita. 2007. Anggaran Bisnis Analisis,
Perencanaan dan Pengendalian Laba. Yogyakarta: Penerbit UPPT STIM YKPN
Blocher, dkk. 2000. Manajemen Biaya. Alih Bahasa Oleh Penterjemah Susty Ambarriani. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Hafidhuddin, Didin dan Tanjung, Hendri. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Penerbir Gema Insani
Halim, Abdul dan Supomo, Bambang. 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Penerbit BPFE-YOGYAKARTA
Haruman, Tendi dan Rahayu, Sri. 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu
Munandar, M. 2007. Budgeting Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan Kerja. Yogyakarta: Penerbit BPFE-YOGYAKARTA
Nafarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta: Penerbit Erlangga
Siswanto, Bedjo. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada
Sumber Skripsi:
Anggereini, Titien. 2009. Peranan Anggaran Biaya Operasional Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Manajemen Pada PT. Bangga Kirana.
(6)
“Kupu Mas” Malang). Universitas Islam Negeri Malang(diakses tanggal 1 Mei 2013 pukul 13.15)
Rochiani, Ulfah Rodiyah. 2008. Peranan Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Studi Kasus Pada Industri
Rumah Tangga “Bahan Donat” Malang). Universitas Islam Negeri Malang. (diakses tanggal 1 Mei 2013 pukul 13.15)
Ulfa, Farida. 2008. Peranan Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (Studi Pada Pengelolaan Dana Pembangunan Sarana dan Prasarana di Pemertintah Daerah Kabupaten Mojokerto). Universitas Islam Negeri Malang(diakses tanggal 1 Mei 2013 pukul 13.15)
Sumber Internet:
www.bps.go.id (diakses tanggal 1 Mei 2013 pukul 13.15) www.depkop.go.id (diakses tanggal 18 Mei 2013 pukul 13.15)