Peranan Elemen Desain Interior Dalam Pembentukan Atmosfir Atrium Mall Pacific Place.

(1)

PERANAN ELEMEN DESAIN INTERIOR DALAM PEMBENTUKAN ATMOSFIR RUANG ATRIUM MALL PACIFIC PLACE:

Analisis Terhadap Persepsi Visual

ABSTRAK

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia, mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata. Kebutuhan akan gaya hidup mewah (living luxurious) dan dinamis yang menjadi tren bagi masyarakat mapan ibu kota, mendorong maraknya kehadiran mall-mall di Jakarta, khususnya high-end mall yang memiliki daya tarik tersendiri melalui desain dan konsep yang ingin ditampilkan serta menawarkan berbagai fasilitas dengan kenyamanan bagi para konsumennya akan menjadi sangat penting keberadaannya karena melalui hal-hal tersebut mall dapat menunjukkan karakter, prestige serta lifestyle dari kosumen yang menjadi pasar sasarannya. Atrium yang memiliki tema perancangan yang baik, unik serta menarik dapat menunjukkan karakter, membentuk suasana dan citra yang ingin ditampilkan oleh sebuah mall.

Dalam persaingan yang semakin ketat, masing-masing mall berusaha untuk membangun budaya, identitas dan citra yang positif untuk menarik konsumennya. Citra sebuah mall secara utuh dibentuk melalui serangkaian proses yang dijalani oleh pengunjung ketika pengunjung tersebut mengunjungi mall tersebut. Citra merupakan kesan yang ditangkap oleh seseorang melalui stimuli (rangsangan) kepada indera visual, pendengaran, rasa, penciuman dan perabaan sehingga secara total akan terbangun citra yang utuh dari obyek yang dimaksud. Citra akan ditangkap pengunjung melalui elemen-elemen perancangan mall, baik perancangan arsitektur maupun interior.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis kualitatif melalui studi literatur berupa teori elemen desain interior, dan teori persepsi serta studi lapangan berupa wawancara dengan pihak Mall Pacific Place sebagai objek penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling. Pcngunjung mall juga berperan dalam memberi pendapat melalui kuesioner karena jawaban pengunjung tersebut akan menjadi indikasi kecenderungan pendapat mereka tentang kesesuaian tema perancangan dengan citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada Atrium Mall Pacific Place.

Penerapan elemen desain interior pada elemen pembentuk ruang mengalami kesesuaian dengan tema perancangan sebesar 72%, sedangkan sebesar 28% mengalami ketidaksesuaian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada atrium Mall Pacific Place sesuai dengan tema perancangan.


(2)

THE ROLE OF INTERIOR DESIGN ELEMENT IN THE SPACE ATMOSPHERE FORMATION OF THE MALL PACIFIC PLACE’S ATRIUM:

The Analysis Towards Visual Perception

THE ABSTRACT

The development of cities in Indonesia experiences rapid development in various scopes, such as in the economic, social, culture and tourism fields. Desire of luxurious and dynamic living which has emerged to be a fad of established communities in capital cities, prompted the flourishing malls presence in Jakarta, especially high-end mall which has its own distinctive charms via the design and concept which was considered as superior and also offers assorted facilities with comfort for its consumers will become very important in terms of its existence as through these points mall will shine its character, prestige and also the targeted consumers’ lifestyle. The well planned theme, unique as well as appealing atrium will exhibit its character, forming the boasted ambience and icon of a mall.

In the increasingly tight contention, every mall tries to amplify positive culture, identity and model to attract its customers. The notion of a mall collectively formed via a series of processes undergone by visitors when they frequented this mall. The image is one’s perceived impression by means of stimulus to the sight, sound, touch, smell, and taste senses which will comprehensively arouse the whole conception from the intended object. Visitors will learn the apprehension through the medium of mall’s planning elements, both the architecture and the interior planning.

This research uses the survey method with qualitative analysis through literature study in the form of interior design element theory, and the perception theory as well as field study in the form of interview with the Mall Pacific Place’s side as the research object. The used sampling technique in this research is random sampling. Mall visitors also contribute in presenting the opinions via the questionnaire because those visitors' answers will become the indication of their inclined opinion towards the compatibility of planning theme with the validated acumen from the interior design element of the Mall Pacific Place’s atrium.

The application of the interior design element to the space forming element results in 72% of compatibility with the planning theme and 28% of disagreement. Thus, it can be concluded that the formed image from the interior design element of the Mall Pacific Place’s atrium is in accordance with the planning theme.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENYATAAN LEMBAR PENGESAHAN

PRAKATA i

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR BAGAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 3

1.3.1 Tujuan Penelitian 3

1.3.2 Kegunaan Penelitian 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian 4

1.5 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian 5

1.5.1 Metode Penelitian 5

1.5.2 Teknik Penelitian 5

1.6 Konsep Pemikiran dan Langkah Penelitian 6

1.6.1 Konsep Pemikiran 6

1.6.2 Langkah Penelitian 7


(4)

BAB II ELEMEN DESAIN DAN PERSEPSI DALAM DESAIN INTERIOR 9

2.1 Elemen Desain Interior 9

2.2 Persepsi Visual Dalam Desain Interior 28

2.2.1 Citra 29

2.2.2 Hubungan Citra dan Persepsi 33

BAB III ATRIUM MALL PACIFIC PLACE 43

3.1 Pemilihan Objek Studi 43

3.2 Pembagian Divisi Managemen Mall Pacific Place 46

3.3 Konsep Desain 46

3.4 Atrium Mall Pacific Place 59

3.4.1 Elemen Pembentuk Ruang Pada Atrium Mall Pacific 62

Place BAB IV PEMBAHASAN 72

4.1 Kajian Mengenai Tema Atrium Mall Pacific Place ditinjau dari 73 dari pihak Management Building 4.2 Persepsi Pengunjung Terhadap Tema Perancangan Atrium Mall 86

Pacific Place 4.2.1 Karakteristik Responden 87

4.2.2 Persepsi Pengunjung Terhadap Tema Perancangan 89

ditinjau dari Elemen Desain Interior dan Elemen Pembentuk Ruang 4.3 Analisis Kesesuaian Tema Perancangan Desain Interior Atrium Mall Pacific Place dengan Persepsi Pengunjung 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 128

5.1 Simpulan 128


(5)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR GAMBAR

BAB II

Gambar 2.1 Bentuk dua dimensi dan bentuk tiga dimensi 10

Gambar 2.2 Sebuah bola dapat diubah menjadi bentuk bulat atau elips 11

Gambar 2.3 Plaza yang berbentuk oval pada arsitektur Barok 11

Gambar 2.4 Skala berdasarkan objek 12

Gambar 2.5 Ruang skala kecil dan ruang skala besar berdasarkan skala hubungan 12

Gambar 2.6 Potongan dan denah pada ruang dengan skala yang berbeda 13

Gambar 2.7 Bentuk oval dengan skala dan proporsinya 14

Gambar 2.8 Skema Warna 15

Gambar 2.9 Cahaya lampu neon 25

Gambar 2.10 Tekstur material 25

Gambar 2.11 Ruang yang didesain dengan material tekstur 26

Gambar 2.12 Pola Lantai 27

Gambar 2.13 Lima belas titik yang terlihat seperti lingkaran 38

BAB III       Gambar 3.1 Peta Lokasi Mall Pacific Place 44

Gambar 3.2 Kompleks mixed-use building Pacific Place 44

Gambar 3.3 Mall Pacific Place, Jakarta 45

Gambar 3.4 Bentuk arsitektur kompleks mixed-use building Pacific Place 47

Gambar 3.5 Bentuk site yang menyerupai kapal laut 48

Gambar 3.6 Desain interior pada Pacific Bay 49

Gambar 3.7 Konsep desain hotel tampak pada atrium Mall Pacific Place 50

Gambar 3.8 Resepsionis pada main atrium Mall Pacific Place 50

Gambar 3.9 Denah Basement 1 51

Gambar 3.10 Denah Lower Ground Floor 52


(7)

Gambar 3.12 Denah Ground Floor 53

Gambar 3.13 Denah Podium Lantai 1 54

Gambar 3.14 Denah Podium Lantai 2 54

Gambar 3.15 Denah Podium Lantai 3 55

Gambar 3.16 Pacific Bay yang terletak di lantai 4 dan 56

Gambar 3.17 Denah Podium Lantai 4 56

Gambar 3.18 Denah Podium Lantai 5 56

Gambar 3.19 Denah Podium Lantai 5 57

Gambar 3.20 Denah Podium Lantai 6 58

Gambar 3.21 Denah Podium Lantai 6 59

Gambar 3.22 Elevasi Mall Pacific Place, Jakarta 60

Gambar 3.23 Atrium Mall Pacific Place, Jakarta 60

Gambar 3.24 Atrium Mall Pacific Place, Jakarta 58 61

Gambar 3.25 Pencahayaan pada salah satu sisi Main Atrium Mall Pacific Place 61

Gambar 3.26 Warna dan tekstur lantai marmer pada Atrium Mall Pacific Place 63

Gambar 3.27 Pola lantai pada Atrium Mal lPacific Place 63

Gambar 3.28 Denah Atrium Mall Pacific Place 64

Gambar 3.29 Lantai pada Atrium Mall Pacific Place 65

Gambar 3.30 Dinding atrium yang menjulang tinggi pada main atrium 66

Gambar 3.31 Skala manusia pada potongan atrium Mall Pacific Place 67

Gambar 3.32 Skala dan proporsi manusia pada Atrium Mall Pacific Place 68

Gambar 3.33 Material yang digunakan pada kolom yang terdapat pada atrium 68

Gambar 3.34 Eskalator sebagai bagian dari dinding atrium Mall Pacific Place 69

Gambar 3.35 Skylight pada atrium Mall Pacific Place 70

Gambar 3.36 Skylight sebagai salah satu upaya dalam efisiensi konsumsi energy 71

BAB IV Gambar 4.1 Lantai main atrium yang berbentuk oval 75


(8)

Gambar 4.3 Pola lantai pada atrium Mall Pacific Place 76

Gambar 4.4 Tekstur lantai pada Atrium Mall Pacific Place 77

Gambar 4.5 Denah Atrium Mall Pacific Place 77

Gambar 4.6 Cahaya yang menerangi lantai atrium pada siang hari 78

Gambar 4.7 Cahaya yang menerangi lantai atrium pada malam hari 79

Gambar 4.8 Bentuk dinding Atrium Mall Pacific Place yang dinamis 79

Gambar 4.9 Bentuk dinding atrium Mall Pacific Place yang dinamis 80

Gambar 4.10 Warna dan pola dinding pada atrium Mall Pacific Place 81

Gambar 4.11 Skala monumental pada main atrium Mall Pacific Place 82

Gambar 4.12 Cahaya pada dinding main atrium Mall Pacific Place 83

Gambar 4.13 Dome Skylight pada atrium Mall Pacific Place 84

Gambar 4.14 Pola dome skylight pada langit-langit atrium Mall Pacific Place 85

Gambar 4.15 Pola dome skylight pada langit-langit atrium Mall Pacific Place 86

Gambar 4.16 Lantai atrium Mall Pacific Place 101

Gambar 4.17 Denah atrium Mall Pacific Place yang berbentuk oval 102

Gambar 4.18 Plaza yang berbentuk oval pada arsitektur Barok 103

Gambar 4.19 Pola lantai atrium Mal Pacific Place 103

Gambar 4.20 Denah pola lantai atrium Mall Pacific Place 104

Gambar 4.21 Denah pola lantai atrium Mall Pacific Place 105

Gambar 4.22 Denah pola lantai memusat 105

Gambar 4.23 Denah Atrium Mal Pacific Place 103

Gambar 4.24 Potongan dan denah pada ruang dengan skala yang berbeda 107

Gambar 4.25 Cahaya pada lantai atrium Mall Pacific Place 108

Gambar 4.26 Cahaya pada lantai lobby hotel Burj Al Arab dan atrium hotel Kempinski, Arab 109

Gambar 4.27 Warna lantai marmer pada atrium Mall Pacific Place 110

Gambar 4.28 Kesan anggun warna lantai marmer pada lantai atrium Mall Pacific Place 110 Gambar 4.29 Tekstur lantai marmer dan lantai granit 111


(9)

Gambar 4.31 Garis horizontal dan vertikal pada dinding atrium Mall Pacific Place 114

Gambar 4.32 Bentuk dinding pada atrium Mall Pacific Place 115

Gambar 4.33 Dinding atrium LuGou Shopping Mall di Dalian, China yang terkesan mewah 116

Gambar 4.34 Perbandingan skala atrium dengan skala manusia pada atrium Mall Pacific Place 117

Gambar 4.35 Jin Mao Tower dan atrium Hotel Grand Hyatt di Shanghai, China 118

Gambar 4.36 Atrium Mall Pacific Place dan atrium Shopping Mall LuGou , China 119

Gambar 4.37 Cahaya pada dinding atrium Mall Pacific Place 120

Gambar 4.38 Cahaya lampu pada atrium Hotel Grand Hyatt di Shanghai, China 121

Gambar 4.39 Langit-langit atrium Mall Pacific Place 122

Gambar 4.40 Langit-langit atrium Mall Pacific Place 123

Gambar 4.41 Dome Skylight yang berbentuk oval pada Galery of Modern Art ,Glasgow 124 Gambar 4.42 Pola dome skylight pada langit-langit atrium Mall Pacific Place 125


(10)

DAFTAR TABEL

BAB II

Tabel 2.1 Tabel faktor refleksi warna bahan permukaan bangunan 18

Tabel 2.2 Tabel efek psikologis manusia terhadap warna 21

BAB IV Tabel 4.1 Kuesioner Kesesuaian Tema Perancangan Desain Interior Atrium Mall Pacific Place dengan Persepsi Pengunjung 74

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 87

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia 88

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan 88

Tabel 4.5 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek bentuk 89

Tabel 4.6 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek bentuk 90

Tabel 4.7 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek bentuk 90

Tabel 4.8 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek warna 91

Tabel 4.9 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek warna 92

Tabel 4.10 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek warna 92

Tabel 4.11 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek pola 93

Tabel 4.12 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek pola 94


(11)

Tabel 4.13 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek pola 94 Tabel 4.14 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek tekstur 95

Tabel 4.15 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek tekstur 96 Tabel 4.16 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek tekstur 96 Tabel 4.17 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek skala 97

Tabel 4.18 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek skala 98

Tabel 4.19 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek skala 98 Tabel 4.20 Penerapan Tema Perancangan pada lantai sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek cahaya 99

Tabel 4.21 Penerapan Tema Perancangan pada dinding sebagai elemen pembentuk ruang

ditinjau dari aspek cahaya 100

Tabel 4.22 Penerapan Tema Perancangan pada langit-langit sebagai elemen pembentuk ruang ditinjau dari aspek cahaya 100 Tabel 4.23Tabel kesesuaian tema perancangan dengan persepsi pengunjung pada lantai102 Tabel 4.24 Tabel kesesuaian tema perancangan dengan persepsi pengunjung pada

dinding 113

Tabel 4.25 Tabel kesesuaian tema perancangan dengan persepsi pengunjung pada


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Konsep Pemikiran 6

Bagan 1.2 Langkah Penelitian 7

Bagan 2.1 Tahap-tahap siklus proses persepsi manusia 42

Bagan 3.1 Pembagian Divisi Managemen Mall Pacific Place 46

   


(13)

BAB I PENDAHULUAN  

 

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia, mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata. Berbagai aktivitas dan pola kehidupan masyarakatnya yang menuntut pemenuhan kebutuhan akan lahan, diikuti dengan perkembangan dan pembangunan baik secara fisik maupun non fisik untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka melalui penciptaan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu pemenuhan lahan sebagai ruang gerak dimana mereka dapat beraktivitas, bersosialisasi serta berekreasi ditandai dengan kehadiran pusat perbelanjaan yang kita kenal dengan sebutan shopping mall/ mall demikian menjamur dan membanjiri Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia.


(14)

BAB I PENDAHULUAN  

 

2  

Mall yang merupakan salah satu bangunan komersial bukan hanya sebagai tempat perbelanjaan namun sebagai tempat pemenuhan tuntutan konsumsi global hingga menjadi ruang publik (public space) yang kerap kali dikunjungi oleh para pengunjung dari berbagai kelas/ strata sosial. Berkunjung ke mall-mall hanya sekedar untuk ber-hangout, window shopping, dan mencari hiburan untuk menghilangkan kepenatan di tengah-tengah hiruk pikuknya kehidupan perkotaan telah menjadi tren dan gaya hidup (lifestyle) dari masyarakat kota.

Kebutuhan akan gaya hidup mewah (living luxurious) dan dinamis yang menjadi tren bagi masyarakat mapan ibu kota, mendorong maraknya kehadiran mall-mall di Jakarta, khususnya high-end mall, yaitu mal yang memiliki target pasar kalangan atas dan ekspatriat tentunya memiliki daya tarik tersendiri melalui konsep desain baik eksterior maupun interior bangunan yang ingin ditampilkan serta menawarkan berbagai fasilitas yang memberi kenyamanan, kemewahan bagi para konsumennya.

Sebuah mal tentunya memiliki sebuah icon/ landmark yang tercermin dari main atrium, dimana main atrium tersebut dapat menampilkan citra (image) dari sebuah mall melalui tampilan dari konsep desain, penerapan elemen desain interior (bentuk, warna, skala, pola, tekstur, dan cahaya1) dengan tepat, penggunaan material-material

yang berkualitas premium sesuai dengan target pasarnya yaitu masyarakat kalangan atas dan ekspatriat, serta suasana atau kenyamanan hati (mood) -dalam arsitektur dapat disamakan dengan “sense of place” atau ‘keterasaan sebuah ruang’ dan “ambience” dalam interior- konsumen yang dirasakan oleh pengunjung sehingga terbentuk sebuah persepsi.

      

1)

Ballast, David (1992), Interior Design Reference Manual, Proffesional Pulications., Inc, California.


(15)

BAB I PENDAHULUAN  

 

3  

Berdasarkan pernyataan di atas penulis tertarik untuk meneliti “Peranan Elemen Desain Interior Dalam Pembentukan Atmosfir Ruang Atrium Mall Pacific Place: Analisis Terhadap Persepsi Visual”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pada penelitian ini penulis akan membahas permasalahan mengenai :

a. Tema perancangan apa yang diterapkan pada desain Atrium Mall Pacific Place? b. Bagaimanakah citra pada Atrium Mall Pacific Place ditinjau dari elemen desain

interior?

c. Apakah citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada Atrium Mall Pacific Place sesuai dengan tema perancangan?

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui tema perancangan apa yang diterapkan pada desain atrium Mall Pacific Place.

2. Mengetahui pembentukan citra pada Atrium Mall Pacific Place ditinjau dari elemen desain interior.

3. Mengetahui ada tidaknya kesesuaian citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada atriumMall Pacific Place dengan tema perancangan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Pelaksanaan dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak : 1. Bagi Pembaca

Agar dapat memberikan masukan yang berarti berupa wawasan dan pemahaman mengenai peran elemen desain dalam membentuk citra


(16)

BAB I PENDAHULUAN  

 

4  

melalui suasana yang dirasakan dari persepsi visual pengunjung. serta sebagai bahan perbandingan terhadap pengetahuan mengenai elemen desain yang didapatkan di lapangan dengan teori yang didapatkan di bangku perkualiahan.

2. Bagi Institusi

Membuka potensi untuk membina hubungan kerja sama antara Universitas Kristen Maranatha dengan Mall Pacific Place.

3. Bagi Bidang Desain Interior

Agar penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi berupa masukan yang berarti dan sumber inspirasi yang bermanfaat di kemudian hari.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis membuat batasan-batasan yang menjadi ruang lingkup penelitian dari peran elemen desain dalam pembentukan citra melalui suasana yang terasa pada atrium shopping mall dengan kasus studi Atrium Mall Pacific Place yang akan dilakukan meliputi yaitu:

a. Elemen Desain Interior

Shopping mall yang memiliki tema perancangan yang tepat dan jelas tentunya akan membentuk suatu karakter yang kuat dan cenderung sangat ‘menjual’ sehingga potensi dan aspek-aspek yang berkaitan dengan tema tersebut dapat dikembangkan dan berjalan dengan baik sesuai harapan. Adapun elemen-elemen desain yang membentuk sebuah tema perancangan adalah bentuk, warna, pola, tekstur, skala, dan cahaya.


(17)

BAB I PENDAHULUAN  

 

5  

b. Persepsi Visual dalam Desain Interior

Aspek kualitas persepsi visual yang dihasilkan oleh elemen-elemen desain interior shopping mall akan mengalami beberapa tahapan proses dimana seseorang menerima sebuah rangsangan (stimulus) kemudian dicerna dalam pikirannya sehingga sampai pada tahap kepastian baik (positif) atau tidaknya (negatif) citra ruang yang terbentuk pada memori pengunjung shopping mall tersebut.

1.5 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian

Pembahasan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survei untuk memperoleh data berupa fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga diperoleh informasi yang dapat dianalisis menggunakan analisis faktor dengan tabulasi yaitu membahas faktor-faktor pada elemen desain interior yang dianalisis kesesuaiannya antara tema perancangan dan citra yang terbentuk melalui persepsi pengunjung

1.5.2 Teknik Penelitian

Pembahasan masalah dalam penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan dengan menggunakan data dari buku panduan, artikel dan studi lapangan berupa observasi yang dilakukan melalui wawancara, dan penyebaran kuesioner.


(18)

BAB I PENDAHULUAN  

 

6  

1.6 Konsep Pemikiran dan Langkah Penelitian 1.6.1 Konsep Pemikiran

Pertumbuhan kota Jakarta dalam aspek ekonomi, sosial,

budaya dan pariwisata

Mall-mall yang bermunculan

di kota Jakarta

Citra yang ingin ditampilkan melalui identitas dalam elemen-elemen perancangan

Elemen Desain Interior

Persepsi Visual

Elemen-elemen Desain yang membentuk citra sebuah mall

Tema perancangan Pihak Perencana

Skala pencahayaan warna tekstur

bentuk pola

 


(19)

BAB I PENDAHULUAN  

 

7  

1.6.2 Langkah Penelitian


(20)

BAB I PENDAHULUAN  

 

8  

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penyajian.

BAB II Elemen Desain dan Persepsi dalam Desain Interior, membahas tentang elemen-elemen desain yang menghasilkan konsep dan tema perancangan serta persepsi pengunjung terhadap citra pada Atrium Mall Pacific Place.

BAB III Atrium Mall Pacific Place, menjelaskan, menguraikan dan menerangkan tentang data umum Mall Pacific Place dari mulai sejarah hingga ruang lingkup kerjanya.

BAB IV Pembahasan, membahas dan menganalisis ada tidaknya kesesuaian antara tema perancangan Atrium Mall Pacific Place dengan citra yang terbentuk dari suasana yang dirasakan oleh pengunjung melalui penerapan elemen desain pada AtriumMall Pacific Place.

BAB V Simpulan dan Saran, berupa rangkuman dari hasil analisis yang telah dilakukan serta berisi saran-saran yang dianggap perlu dilakukan.


(21)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN    

128  

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab sebelumnya penulis telah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, serta memberikan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dari kajian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu:

a. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak management Mall Pacific Place, tema perancangan yang diterapkan pada desain atrium Mall Pacific Place adalah elegance, luxury, romance, a place with difference.


(22)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN    

129  

Jadi maksud dari tema tersebut, yaitu: - Elegance (anggun)

Penggunaan kombinasi warna-warna yang tepat pada dinding atrium memberikan kesan anggun pada ruang atrium tersebut.

- Luxury (mewah)

Kesan mewah terlihat pada lantai atrium Mall Pacific Place yang berbentuk oval karena bentuk tersebut yang sering digunakan dan bahkan menjadi ciri khas dari bangunan-bangunan/ arsitektur mewah pada jaman Barok (Baroque) yang beraliran Eropa klasik dan berkembang pada abad XVII di Italia.

- Romance (romantis)

Pendaran yang berasal dari pencahayaan alami yang masuk melalui dome skylight berupa garis-garis linier yang terkesan feminin, memberikan efek dramatis yang terkesan romantis/ romance pada ruang atrium.

- A place with difference (konsep hotel)

Kesan mewah terlihat pada bagian dinding atrium yang menggunakan cahaya lampu temaram berupa lampu bertemperatur rendah dengan warna kuning yang banyak digunakan pada bangunan-bangunan yang ingin menampilkan kesan mewah.

b. Pembentukan citra pada atrium Mall Pacific Place ditinjau dari elemen desain interior berdasarkan persepsi pengunjung menyatakan bahwa bentuk dan pola dari elemen pembentuk ruang secara keseluruhan memberikan citra atrium mal terkesan mewah/ luxury.


(23)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN    

130  

c. Penerapan elemen desain interior pada elemen pembentuk ruang mengalami kesesuaian dengan tema perancangan sebesar 72%, sedangkan sebesar 28% mengalami ketidaksesuaian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra yang terbentuk dari elemen desain interior pada atrium Mall Pacific Place sesuai dengan tema perancangan.

Selain menjawab apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih terdapat temuan-temuan lainnya, yaitu sebagai berikut:

- Kesan luxury (mewah) dan elegance (anggun) merupakan bagian dari tema perancangan yang ingin ditampilkan pada atrium Mall Pacific Place di samping kesan romance dan a place with difference. Kata luxury dan elegance memiliki definisi yang hampir sama sehingga memberikan pengertian yang berkesan rancu.

- Bentuk ruang yang monumental dapat memberikan kesan mewah melalui perbandingan skalanya. Seperti kesan mewah yang tampak pada skala dinding atrium yang memiliki perbandingan ketinggian sebesar 33 kali dari tinggi badan manusia. Skala tersebut merupakan perbandingan ketinggian dinding atrium yang cukup fantastis (55m) dengan skala manusia pada masyarakat asia yang memiliki ketinggian rata-rata berkisar antara 155-175 cm.

- Terdapat kesulitan dalam melakukan penganalisisan kesesuaian pada tema perancangan dengan persepsi pengunjung yang dikaji berdasarkan elemen pembentuk ruang dan elemen desain interior pada langit-langit atrium. Hal ini disebabkan ketinggian yang ekstrem pada langit-langit atrium sehingga tidak lagi dapat dijangkau oleh indra manusia secara detail.


(24)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN    

131  

5.2 Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka penulis bermaksud untuk memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi Mall Pacific Place.

Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan masukan-masukan, yaitu:

- Melakukan pendefinisian kembali terhadap citra kesan mewah/ luxury dan anggun/ elegance pada tema perancangan agar kedua tema perancangan tersebut tidak memberikan pengertian yang terkesan rancu.

- Membuat as build drawing agar dapat membantu dalam pemahaman tema perancangan dengan lebih komprehensif. Walaupun gambar tidak dapat dirasakan secara langsung oleh indra namun tema perancangan tetap memerlukan interpretasi.

- Pembuatan konsep melalui tema perancangan harus lebih diperhatikan oleh pihak perancang karena pembuatan konsep yang kurang jelas membuat para pengunjung tidak dapat merasakan citra yang ingin disampaikan.

- Mengingat mal merupakan bangunan komersial dengan fungsi publik, maka sebelum memulai tahap perancangan sebaiknya dilaksanakan studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu berupa survei pendahuluan agar kesan pengunjung dapat tersampaikan melalui tema perancangan.


(25)

 

DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie, Stanley (1990), A Phisophy of Interior Design. Albert. O. Haise, The use of color in interiors, 2nd edition.

Altman, Irwin & Chemers, Martin.1984. Culture and Environment, California: Brooks/ Cole Publishing Company.

Altman, Irwin .1987. Handbook of Environmental psychology (Volume 1).Canada:John Wiley & Sons, Inc.

Ballast, David (1992), Interior Design Reference Manual, Proffesional Pulications., Inc, California.

Berry, John W., Poortinga, Y.H., Segall, Marshall H. dan Dasen, Pierre R. 1992. Cross Cultural Psycology. Camridge: Camridge University Press.

Birren, Faber (1969), Light, Color, and Environment, Van Nostrand Reinhold, New York. D.K Ching, Francis, Ilustrasi Desain Interior, Erlangga, 1996

D.K Ching, Francis, Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan, edisi kedua, Erlangga, 1996 Griya Asri, Indonesia Shopping Centers, Griya Asri Prima, Jakarta, 2006

John M. Echols & Hasan Sadili, Kamus Inggris-Indonesia, Cornell University, 1975) Lam, William M.C., edited by Christopher Hugh Ripman (1977), Perception and Lighting as Fomgivers for Architecture, Mc Graw-Hill Company, USA

Mandala, Ariani, Skripsi “Pengaruh Pencahayaan Buatan Dalam Menciptakan Suasana Interior Pada Embargo Coffeebar dan Saint Cinnamon Cafe”, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Samuels, MM.D & Samuels, Nancy (1975), Seeing the Mind’s Eye:History Techniques and Uses of Visualization, A Random House, NY, dikutip dari Wardono, Prabu tesis.

Santen, van Christa & Hansen, A.J., 1985. Licht in de Architectuur. Amsterdam: J.H. De Bussy bv

Savitri, Mila Andria, Tesis “Peran Pencahayaan Buatan Dalam Pembentukan Suasana dan Citra Ruang Komersial”, Istitut Teknologi Bandung, 2004


(26)

 

Secord, P.F & Backman, C. W. 1964. Social Psycology. New York: Mc GrawHill Book Company.

Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Klasik Eropa, cetakan pertama, Gadjah Mada Univeristy Press, Yogyakarta, 2003.

Wardono, Prabu, Corporate Interiors as the Expression for Corporate Image, Bachelor of Interiors Design for Bandung, Institute of The Technology, Bandung, Indonesia, Master of Design (by Coursework) School for Design, Faculty of Design, Architecture and Building, University of Technology, Sydney.


(1)

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab sebelumnya penulis telah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, serta memberikan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dari kajian yang telah dibahas pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu:

a. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak management Mall Pacific Place,


(2)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN  

 

Jadi maksud dari tema tersebut, yaitu: - Elegance (anggun)

Penggunaan kombinasi warna-warna yang tepat pada dinding atrium memberikan kesan anggun pada ruang atrium tersebut.

- Luxury (mewah)

Kesan mewah terlihat pada lantai atrium Mall Pacific Place yang berbentuk oval karena bentuk tersebut yang sering digunakan dan bahkan menjadi ciri khas dari bangunan-bangunan/ arsitektur mewah pada jaman Barok (Baroque) yang beraliran Eropa klasik dan berkembang pada abad XVII di Italia.

- Romance (romantis)

Pendaran yang berasal dari pencahayaan alami yang masuk melalui dome skylight berupa garis-garis linier yang terkesan feminin, memberikan efek dramatis yang terkesan romantis/ romance pada ruang atrium.

- A place with difference (konsep hotel)

Kesan mewah terlihat pada bagian dinding atrium yang menggunakan cahaya lampu temaram berupa lampu bertemperatur rendah dengan warna kuning yang banyak digunakan pada bangunan-bangunan yang ingin menampilkan kesan mewah.

b. Pembentukan citra pada atrium Mall Pacific Place ditinjau dari elemen desain

interior berdasarkan persepsi pengunjung menyatakan bahwa bentuk dan pola dari elemen pembentuk ruang secara keseluruhan memberikan citra atrium mal terkesan mewah/ luxury.


(3)

 

c. Penerapan elemen desain interior pada elemen pembentuk ruang mengalami

kesesuaian dengan tema perancangan sebesar 72%, sedangkan sebesar 28% mengalami ketidaksesuaian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra yang

terbentuk dari elemen desain interior pada atrium Mall Pacific Place sesuai

dengan tema perancangan.

Selain menjawab apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih terdapat temuan-temuan lainnya, yaitu sebagai berikut:

- Kesan luxury (mewah) dan elegance (anggun) merupakan bagian dari tema

perancangan yang ingin ditampilkan pada atrium Mall Pacific Place di samping kesan romance dan a place with difference. Kata luxury dan elegance memiliki definisi yang hampir sama sehingga memberikan pengertian yang berkesan rancu.

- Bentuk ruang yang monumental dapat memberikan kesan mewah melalui

perbandingan skalanya. Seperti kesan mewah yang tampak pada skala dinding atrium yang memiliki perbandingan ketinggian sebesar 33 kali dari tinggi badan

manusia. Skala tersebut merupakan perbandingan ketinggian dinding atrium yang

cukup fantastis (55m) dengan skala manusia pada masyarakat asia yang memiliki ketinggian rata-rata berkisar antara 155-175 cm.

- Terdapat kesulitan dalam melakukan penganalisisan kesesuaian pada tema

perancangan dengan persepsi pengunjung yang dikaji berdasarkan elemen pembentuk ruang dan elemen desain interior pada langit-langit atrium. Hal ini disebabkan ketinggian yang ekstrem pada langit-langit atrium sehingga tidak lagi dapat dijangkau oleh indra manusia secara detail.


(4)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN  

 

5.2 Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka penulis bermaksud untuk memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi Mall Pacific Place.

Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan masukan-masukan, yaitu:

- Melakukan pendefinisian kembali terhadap citra kesan mewah/ luxury dan

anggun/ elegance pada tema perancangan agar kedua tema perancangan tersebut tidak memberikan pengertian yang terkesan rancu.

- Membuat as build drawing agar dapat membantu dalam pemahaman tema

perancangan dengan lebih komprehensif. Walaupun gambar tidak dapat dirasakan secara langsung oleh indra namun tema perancangan tetap memerlukan interpretasi.

- Pembuatan konsep melalui tema perancangan harus lebih diperhatikan oleh

pihak perancang karena pembuatan konsep yang kurang jelas membuat para pengunjung tidak dapat merasakan citra yang ingin disampaikan.

- Mengingat mal merupakan bangunan komersial dengan fungsi publik, maka

sebelum memulai tahap perancangan sebaiknya dilaksanakan studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu berupa survei pendahuluan agar kesan pengunjung dapat tersampaikan melalui tema perancangan.


(5)

Abercrombie, Stanley (1990), A Phisophy of Interior Design.

Albert. O. Haise, The use of color in interiors, 2nd edition.

Altman, Irwin & Chemers, Martin.1984. Culture and Environment, California: Brooks/ Cole Publishing Company.

Altman, Irwin .1987. Handbook of Environmental psychology (Volume 1).Canada:John Wiley & Sons, Inc.

Ballast, David (1992), Interior Design Reference Manual, Proffesional Pulications., Inc, California.

Berry, John W., Poortinga, Y.H., Segall, Marshall H. dan Dasen, Pierre R. 1992. Cross Cultural Psycology. Camridge: Camridge University Press.

Birren, Faber (1969), Light, Color, and Environment, Van Nostrand Reinhold, New York. D.K Ching, Francis, Ilustrasi Desain Interior, Erlangga, 1996

D.K Ching, Francis, Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan, edisi kedua, Erlangga, 1996 Griya Asri, Indonesia Shopping Centers, Griya Asri Prima, Jakarta, 2006

John M. Echols & Hasan Sadili, Kamus Inggris-Indonesia, Cornell University, 1975) Lam, William M.C., edited by Christopher Hugh Ripman (1977), Perception and Lighting as Fomgivers for Architecture, Mc Graw-Hill Company, USA

Mandala, Ariani, Skripsi “Pengaruh Pencahayaan Buatan Dalam Menciptakan Suasana Interior Pada Embargo Coffeebar dan Saint Cinnamon Cafe”, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Samuels, MM.D & Samuels, Nancy (1975), Seeing the Mind’s Eye:History Techniques and Uses of Visualization, A Random House, NY, dikutip dari Wardono, Prabu tesis.

Santen, van Christa & Hansen, A.J., 1985. Licht in de Architectuur. Amsterdam: J.H. De Bussy bv


(6)

Secord, P.F & Backman, C. W. 1964. Social Psycology. New York: Mc GrawHill Book Company.

Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Klasik Eropa, cetakan pertama, Gadjah Mada Univeristy Press, Yogyakarta, 2003.

Wardono, Prabu, Corporate Interiors as the Expression for Corporate Image, Bachelor of Interiors Design for Bandung, Institute of The Technology, Bandung, Indonesia, Master of Design (by Coursework) School for Design, Faculty of Design, Architecture and Building, University of Technology, Sydney.