TINJAUAN DESAIN INTERIOR PERANAN ELEMEN

Tinjauan Desain Interior

TINJAUAN DESAIN INTERIOR
PERANAN ELEMEN INTERIOR DALAM MEMBENTUK INSTORE ATMOSFER PADA
RESTORAN COSMIC DINER, DI KUTA-BALI
Oleh :
Ni Kadek Ratih Delvina SZ
201105007
Email : delvinasz@gmail.com
Mahasiswa Program Sudi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni IndonesiaDenpasar.
ABSTRAK
Makalah ini berjudul “Peranan Elemen Interior Dalam Membentuk Instore Atmosfer Pada
Restoran Cosmic Diner”. Tujuan tinjauan ini adalah untuk mengetahuin peranan elemen interior dalam
membentuk instore atmosfer pada restoran Cosmic Diner. Manfaat dari tinjauan yaitu untuk menambah
pengetahuan dibidang interior khususnya tentang atmosfer restoran.
Hasil tinjauan menunjukan bahwa Perubahan gaya hidup, kebiasaan, selera dan tata
cara dalam menikmati dan mengkonsumsi makanan pada masyarakat perkotaan
membuat para pelaku bisnis kuliner semakin kreatif menuangkan ide-ide baru
mengenai restoran. Saat ini harga, cita rasa makanan dan kualitas pelayanan tidak
lagi


menjadi

alasan

utama

konsumen

memilih

tempat

bersantap,

melainkan

atmosphere (suasana) cresto. Penelitian ini dilakukan di salah satu restoran di
kawasan Kuta yaitu Cosmic Diner yang terletak di Pertokoan Sunset Star, Jl. Sunset
Road, Kuta-Bali. Cosmic Diner merupakan salah satu restoran yang memperhatikan
store atmosphere-nya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan elemen


interior dalam membentuk instore atmosfer, yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen.

Kata Kunci : Atmosfer, Instore, Restoran,

1

Tinjauan Desain Interior

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era modern ini, munculnya restoran telah menjadi fenomena menarik di sejumlah kota
besar. Restoran merupakan salah satu public space yang semakin banyak dikunjungi masyarakat
perkotaan sebagai salah satu alternative ruang interaksi baru. Makin merebaknya restoran-restoran di
ruang public karena fungsi restoran yang bukan hanya untuk menyantap makanan tetapi bisa berbagai
kegiatan lain seperti mengerjakan tugas, meeting, bahkan untuk berbincang-bincang dalam waktu yang
lebih lama, hingga jumlah restoran makin banyak membuat para pemilik restoran bersaing untuk
menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya dimulai dengan cara menghidangkan menu khas, peningkatan

pelayanan dalam restoran, hingga promosi melalui media masa, tetapi itu saja tidak cukup, karena menu
makanan yang hampir tidak berbeda pada satu tempat, maka pemilik mulai bersaing dengan memainkan
peranan desain interior dalam membentuk atmosfer ruang yang berbeda untuk menarik pembeli,
(Hariman,2008).
Keberadaan restoran khusunya di Bali semakin menjamur pertumbuhannya, menimbulkan
persaingan bisnis yang menyebabkan usaha keras bagi masing-masing restoran dalam rangka menarik
perhatian konsumennya. Sehingga langkah-langkah yang dilakukan para owner untuk membuat cirri
khaas yang berbeda dari yang lain, tidak sekedar memperhatikan makanan atau minuman yang dijual
saja, salah satu caranya yaitu dengan menghadirkan atmosfer (suasana) pada interior restoran yang tidak
hanya nyaman tetapi juga mempunyai daya tarik. Atmosfer di dalam sebuah ruangan dapat
mempengaruhi suasana hati seseorang. Atmosfer (suasana) merupakan sebuah kondisi ruang yang
tercipta dan dapat dirasakan karena adanya peranan unsur-unsur pembentuk ruang (Preston, 2008).
Bagi sebagian besar orang mengunjungi restoran bukan tanpa alasan. Bagi mereka restoran
merupakan tempat bersosialisasi dan tempat beristirahat dari kepenatan setelah beraktivitas seharian
diluar. Sehingga mereka datang ke restoran dengan tujuan mencari suasana yang santai dan nyaman.
Oleh karena itu, pembentukan atmosfer (suasana) restoran haruslah yang dapat mendukung kebutuhan
dari para pengunjung, sehingga dapat menarik dan membuat pengunjung betah serta datang kembali di

2


Tinjauan Desain Interior

restoran tersebut. Sebuah atmosfer pada interior dapat dibentuk oleh elemen desain interior yaitu :
elemen pembentuk ruang seperti lantai, dinding, plafon, elemen pelengkap pembentuk ruang seperti
pintu, jendela, utilitas seperti pencahayaan,akustik, fasilitas dan dekorasi.
Atmosfer merupakan keseluruhan hal fisik dan rincian dekoratif yang digabung untuk
menciptakan suasana ambience (kesan yang ditimbulkan oleh kondisi sebuah ruangann dan energy)
(Quinn,2001). Atmosfer yang diciptakan pada restoran hendaknya dapat mendukung tema yang diusung
khususnya melalui pengaplikasian elemen desain interior. Atmosfer yang diciptakan hendaknya dapat
memperkuat produk yang ditawarkan, karena jika sebuah restoran salah dalam penciptaan atmosfer,
maka bisa berpengaruh pada omset penjualan.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai peranan elemen desain
interior dalam membentuk instore atmosphere yang memberikan pengaruh terhadap minat beli
konsumen pada Restoran Cosmic Diner. Cosmic Diner merupakan sebuah restoran dengan desain
interior yang mengadopsi suasana retro dengan menghadirkan suasana tempo dulu pada desain interior
restoran sehingga menawarkan suasana nostalgia di era 50an pada pengunjung. Restoran yang memiliki
bangunan dua lantai ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu dining area lantai satu dan dining area lantai
dua. Ruangan lantai satu maupun lantai dua ini terdiri dari pilihan spot makan dengan kapasitas dua
orang, empat orang, sampai dengan kapasitas 12 orang yang diperuntukan untuk kelompok pengunjung
dengan skala yang lebih besar.Restoran ini beroprasi setiap hari Senin – Minggu pukul 11.00 – 24.00.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan yang muncul dalam
tinjauan ini adalah bagaimana peranan elemen desain interior dalam membentuk instore atmosfer
Restoran Cosmic diner ?
C. Tujuan Tinjauan
Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mengetahui peranan elemen desain interior dalam
membentuk instore atmosfer Restoran Cosmic Diner.
D. Manfaat Tinjauan
Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi :
1.

Untuk menambah khasanah ilma pengetahuan dibidang desain interior, khususnya
pengetahuan pengaruh gaya hidup leisure terhadap atmosfer interior restoran.

3

Tinjauan Desain Interior

2.


Bagi Desainer, memahami kebutuhan gaya hidup sebagai acuan standar serta

3.

rekomendasi untuk memperbaiki desain yang sama dimasa yang akan datang.
Bagi Program Studi Desain Interior Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Seni Indonesia Denpasar, sebagai bahan perbandingan atau referensi pada studi

4.

atau penelitian yang akan datang terutama yang sehubungan dengan interior restoran.
Bagi penulis sendiri, untuk menambah dan memperdalam pengetahuan penulis dibidang
studi Interior.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I Restoran
Makan dan minum merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk hidup. Untuk makan
dan minum, seseorang tidak membutuhkan suatu tempat atau wadah kegiatan khusus. Akan tetapi
seiring perkembangan jaman, dimana kegiatan makan diluar rumah menjadi bagian dari gaya hidup

dalam kelompok masyarakat tertentu, perkembangan restoran menjadi makin marak. Bahkan menurut
Farrelly (2003), pada adab 21 makan diluar sudah menjadi kebiasaan yang dianggap penting dalam
budaya masyarakat barat. Di beberapa kebudayaan, makan di luar ini sudah menjadi bagian dari gaya

4

Tinjauan Desain Interior

hidup sehari-hari, sedangkan bagi sebagian lainnya hal ini dibedakan secara sosial, hanya dilakukan
untuk acara-acara tertentu, (Farrelly, 2003).
Makan merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan di suatu restoran. Akan tetapi di
dalam restoran itu sendiri tidak hanya menjual produk berupa makanan, tetapi juga jasa pelayanan. Di
samping itu, menurut buku Food and Beverage Management, terdapat beberapa elemen yang menjadi
bagian dari produk yang juga mempengaruhi pengalaman makan (meal experience) antara lain :
a. Food and Drink
Elemen ini meliputi makanan dan minuman, pilihan, ketersediaan, dan fleksibilitas untuk
permintaan menu khusus serta kualitas dari makanan dan minuman yang ditawarkan. Makanan
dan minuman ini sendiri, dalam bentuk menu atau daftar makanannya harus terfokus pada
kebutuhan dan permintaan pengunjung. Banyak pengusaha rumah makan yang membedakan tipe
makanan dan minuman yang disajikan untuk menawarkan sesuatu yang lain dari pesaingnya

contoh menu tersebut seperti masakan Italy, makanan khas oriental, masakan khas Indonesia,
dan lain-lain.
b. Atmosphere
Faktor atmosfir ruangan berpengaruh pada factor emosional/perasaan yang dapat muncul. Hal ini
dibentuk dari kombinasi beberapa unsure seperti rancangan, tata ruang, dekorasi, suhu,
perlengkapan dan tingkat suasana ruangan. Dekorasi ruangan seharusnya lain dari ruang
umumnya sehingga dapat menimbulkan perasaan menyenangkan dan rileksasi. Dekorasi dan tata
ruang juga berperan penting dalam hal meal experience, sedangkan tata pencahayaan ruang
berhubungan dan disesuaikan dengan dekorasi ruangan. Dengan banyaknya kemajuan saat ini,
pengusaha restoran dapat menciptakan atmosfir ruangan restorannya sesuai dengan konsep
makan yang dijual.
c. Cleanliness
Masalah kebersihan dan kehigienisan erat hubungannya dengan peralatan yang digunakan,
karyawan dan merupakan dasar dari kerapian, seragam yang sesuai dan penggunaan sarung
tangan contohnya yang dapat memberikan nilai positif dalam hal ini.

5

Tinjauan Desain Interior


d. Level of Service
Service atau pelayanan ialah bagian dari produk dan bisa dianggap sebagai hubungan langsung
antar produk dengan pelanggan. Pada intinya, pelayanan melibatkan interaksi langsung antara
pelanggan dengan karyawan yang melayani.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan fungsi restoran tidak lagi hanya menjadi sebuah tempat
untuk makan, tetapi juga menjadi salah satu sarana orang untuk melepas lelah dan bersifat rekreatif.
Fungsi-fungsi di atas salah satunya didukung oleh desain bangunan restoran yang dapat menghasilkan
sebuah suasana ruang tertentu yang dapat mempengaruhi faktor emosional penggunanya yaitu
pengunjung.
II.II Atmosfer
Suatu atmosphere (suasana ruang) pada restoran dapat membedakan restoran satu dengan
restoran lainnya. Suasana ruang yang terbentuk diantaranya dipengaruhi oleh desain yang diaplikasikan
pada sebuah restoran, sebagai bangunan komersial, restoran selain dirancang untuk menghadirkan
sebuah rasa nyaman bagi pengunjungnya tetapi juga harus memiliki nilai jual. Restoran-restoran di
perkotaan seakan berlomba-lomba untuk menghadirkan suatu suasana yang berbeda yang dapat menarik
minat konsumen. Citra sebuah restoran dibentuk melalui serangkaian prosesi yang dijalani oleh
pengunjung ketika mengunjungi restoran tersebut, mulai dari pandangan atau kesan pertama dari
bangunan restoran, hingga saat keluar setelah makan. Keseluruhan prosesi tidak terlepas dari
pertimbangan estetika pada setiap bagian restoran untuk membentuk suatu kesatuan.
Menurut Kotler (2005), atmosfer adalah suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan

yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Atmosfer dalam sebuah café dapat mempengaruhi emosi
atau perasaan konsumen sehingga dapat menyebabkan terjadinya proses pembelian. Menurut Levi dan
Weitz (2001), atmosfer dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu outstore atmosphere dan instore
atmosphere.
1. Outstore Atmosphere
Outstore atmosphere adalah pengaturan- pengaturan di luar ruangan yang menyangkut:
a. External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran di luar ruangan yang
meliputi tata letak parkir pengunjung, tata letak papan nama, dan lokasi yang strategis.

6

Tinjauan Desain Interior

b. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan- bahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas
diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar
ruangan.
c. Desain eksterior merupakan penataan ruangan-ruangan luar restoran meliputi desain papan nama
luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem
pencahayaan luar ruangan.
2. Instore atmosphere

Instore atmosphere adalah pengaturan- pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut:
a. Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata
letak meja kursi pengunjung, tata letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan.
b. Suara, merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan
kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan restoran atau alunan suara musik dari
sound system.
c. Bau,merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan selera makan
yang timbul dari aroma makanan dan minuman dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi
ruangan.
d. Tekstur, merupakan tampilan fisik dari bahan- bahan yang digunakan untuk meja dan kursi di
dalam ruangan serta dinding ruangan.
e. Desain interior, merupakan penataan ruang- ruang meliputi luas ruang, ruas jalan, desain, penataan
meja, penataan lukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisa peranan elemen desain interior dalam pembentukan Instore Atmosfer pada Restoran
Cosmic Dinner:
Elemen desain interior yang dimaksud meliputi : elemen pembentuk ruang (lantai, dinding, plafon),
elemen pelengkap pembentuk ruang (pintu dan jendela), utilitas (pencahayaan, penghawaan dan

7

Tinjauan Desain Interior

akustik), fasilitas dan dekorasi. Setiap elemen tersebut akan dibahas lebih detail perelemennya, sebagai
berikut :
a.
Elemen Pembentuk Ruang
1. Lantai

Lantai pada restoran
ini menggunakan penutup lantai dari
Gambar a. 1.1. lantai Cosmic Dinner
material keramik, bermotif

catur dengan warna kombinasi hitam dan

putih.

diaplikasikan pada seluruh area yang ada

Desain

lantai

ini

di restoran ini. Lantai ini memiliki tekstur kasar, sehingga pengunjung dapat berjalan dengan tenang
karena tanpa harus merasa takut tergelincir.
Lantai dengan desain seperti ini memiliki kesatuan dengan dinding dan plafon pada ruang secara
keseluruhan, sehingga atmosfer popart terasa kuat pada restoran ini. Hal ini tentu dapat menjadi point
lebih bagi restoran karena mampu mengantarkan pengunjung pada suasana bersantap yang berbeda dari
biasanya.
2. Dinding

Gambar a.2.1 dinding dining area lantai Gambar a.2.2 dinding area tangga Cosmic
Dinding
satu Cosmic Dinner
Dinner

pada
dining room lantai satu di restoran ini menggunakan material pasangan batu bata yang di plester dan di
finishing dengan cat tembok berwarna biru yang berhasil mengubah atmosfer yang ada pada ruang

8

Tinjauan Desain Interior

terasa berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada dinding di area tangga di penuhi dengan
wallpaper yang bergambar poster-poster jadul di era tahun 50an, hal ini menjadi salah satu spot yang
memperkuat konsep desain.

Dinding pada toilet Gambar a.2.4 dinding toilet di restoranmemiliki kesatuan dengan
Cosmic Diner
dinding di area tangga
karena, masih menggunakan
jenis finishing yang sama

yaitu wallpaper. Akan tetapi

pada dinding toilet ini wallpaper dikombinasikan dengan tile bermotif catur seperti yang terdapat pada
lantai akan tetapi dengan dimensi yang lebih kecil, sehingga terlihat masih ada kesatuan antara lantai
dan dinding. Tile ini juga menjadi unsure estetika karena secara tidak langsung menjadi ritme dalam
ruang toilet yang disebabkan oleh perpaduan warna hitam dan putih yang dipadukan berselingan.
Dengan masih adanya kesatauan antara toilet dan ruang yang lain, maka atmosfer yang diciptakan
pada ruang ini pun masih bernuansa pop art yang popular di era 50an yang ingin dihadirkan kembali
oleh desainer dan pemilik restoran pada desain cosmic dinner ini.

Gambar a.2.3 dinding dining area lantai dua
Cosmic Dinner

9

Tinjauan Desain Interior

Dinding pada area makan lantai dua ini masih menggunakan material pasangan batu bata yang di
plester akan tetapi dengan finishing cat tembok dengan permainan warna yang lebih beragam. Adapun
warna yang diaplikasikan yaitu, merah, biru, kuning dimana ketiga warna ini merupakan warna
corporate dari cosmic dinner itu sendiri, sedangkan warna putih diaplikasikan disini sebagai penetral,
agar ruang tidak terlihat mencolok dengan pengaplikasian dari tiga warna yang cerah sebelumnya.
Atmosfer yang ingin dihadirkan adalah berusaha membuat pengunjungnya masuk dalam suasana
nostalgia, dimana kesan popart era 50an dengan desain interior ruang yang menggunakan perpaduan
warna yang tergolong berani namun tetap terlihat balance sehingga ruang tetap terlihat estetis.
3. Plafon

Gambar a.3.1 plafon dining area lantai satu
Cosmic Dinner

Plafon pada dining area lantai satu ini menggunakan material penutup berupa gypsum yang di
finishing dengan cat tembok berwarna biru senada dengan warna tembok. Penggunaan warna yang sama
ini memberikan kesan tidak ada pembatas yang memisahkan dinding dengan plafon sehingga terlihat
sebagai suatu kesatuan yang mampu memperkuat atmosfer ruang.

Plafon

pada

lantai dua masih

Gambar a.3.2 plafon dining area lantai dua Cosmic
Dinner

dining

area

menggunakan

material dan finishing yang sama dengan dining area pada lantai satu, akan tetapi pada lantai dua ini

10

Tinjauan Desain Interior

plafon terlihat lebih bervariasi, hal ini disebabkan dengan diadakannya permainan elevasi pada plafond
dan ditambah lagi dengan pengaplikasian warna putih pada plafon yang berelevasi paling rendah
mampu menjadi fokal point. Fokal point pada plafon mampu memecah kemonotonan yang ada pada
ruang dengan tetap mampu menjadi satu dengan elemen pembentuk ruang yang lain, sehingga tetap
bisa memperkuat atmosfer pop art pada ruang.
b.
Elemen Pelengkap Pembentuk Ruang
Pintu dan Jendela

Gambar b.1 Pintu masuk Cosmic
Dinner

Gambar b.2 Jendela Cosmic Dinner

Pintu jendela ppada restoran cosmic dinner ini sama-sama menggunakan material kaca. Pintu dan
jendela dengan material kaca ini mengesankan seolah-olah tidak ada pembatas antara indoor dan
outdoor, sehingga suasana ruang atau atmosfer yang ditawarkan di dalam ruang mampu terlihat dari luar
ruangan bagitu juga sebaliknya, pengunjung yang berada di dalam restoran mampu membandingkan
atmosfer di dalam restoran dengan suasana yang ada diluar interior restoran.
c.

Utilitas
I.

Pencahayaan

1. General Light

11

Tinjauan Desain Interior

Gambar c.I.1.1 General Light Cosmic
Dinner

General Light atau pencahayaan yang menyinari keseluruhan ruang pada restoran ini menggunakan
lampu downlight dengan warna cahaya warm light. Lampu dengan warna cahaya warm ini memberikan
efek hangat pada ruang, sehingga pada malam hari restoran ini seolah-olah mengajak kita pada era 50an
dengan suasana romantis diakibatkan oleh atmosfer yang tercipta dari desain interior yang berkonsep
pop art.
2. Task Light

Gambar c.I.2.1Gambar
Task Light
c.I.2.2
dining
Task
area
Light
lantai
dining area lantai
satu Cosmic Dinner
satu Cosmic Dinner

Task light pada restoran cosmic dinner ini menggunakan lampu berwana daylight yang diletakan
pada rumah lampu berbentuk setengah elips dan diletakan tepat diatas meja makan. Selain fungsinya
sebagai tasklight, pemilihan bentuk rumah lampu yang masih menggunakan bentuk lengkung menjadi
satu kesatuan dengan fasilitas-fasilitas pada restoran ini.
3. Decorative Light

Gambar c.I.3.1 Decorative light Cosmic
Dinner
Decorative light atau pencahayaan dekorasi
pada restoran ini dapat ditemui pada tembok yang

berisi pajangan yang menjadi dekorasi pada ruang makan lantai dua. Cahaya dekorasi diletakan pada
spot ini bertujuan untuk lebih menghidupkan dekorasi ruang, sehingga ruang terlihat lebih indah.

12

Tinjauan Desain Interior

II.

Penghawaan

Penghawaan pada dining area restoran Cosmic Diner ini 100% menggunakan penghawaan buatan
melalui Air Conditioner (AC) dengan menggunakan jenis AC cassette, sehingga udara yang ada di
restoran ini mampu disirkulasikan secara merata ke seluruh area makan. Sehingga mampu memberikan
suhu yang nyaman kepada pengunjung.
III.

Akustik

Utilitas pada Restoran Cosmic Diner ini dilengkapi dengan akustik beruba lagu-lagu bergendre
akustik, blues dan country dengan volume suara yang tidak mengganggu perbincangan pengunjung,
sehingga musik hanya dijadikan backsound yang menambah nilai estetis yang sekaligus memperkuat
atmosfer ruang, bukan sebagai hiburan utama.
IV.

Fasilitas
Gambar IV.4 fasilitas bar Cosmic Dinner

Gambar d.2 fasilitas dining area Cosmic
Dinner
Gambar d.1 fasilitas
dining area Cosmic
Dinner
Fasilitas
yang hadir dalam dining room di restoran ini hampir seluruhnya memperkuat konsep

desain, sehingga mampu menghadirkan atmosfer pop art era 50an ke dalam ruangan bersantap di
Cosmic Dinner ini, hal ini dapat dilihat dari desain-desain furniture pada meja makan, kursi makan dan
bar yang memiliki kesatuan dari segi bentuk yang memadukan garis lengkung, permainan warna utama
yaitu merah, kuning, biru sebagai warna utama.
V.
Dekorasi

13

Tinjauan Desain Interior

Gambar e.1 elemen dekorasi pada restoran Cosmic Dinner

Elemen dekorasi pada restoran Cosmic Dinner ini di desain menyerupai bentuk-bentuk di era 50an
dengan permainan warna yang mencolok sebagai cerminan karakter pop art. Dekorasi berupa pajangan
frame foto, cardenza, robot sampai telepon tertata apik pada desain interior cosmic dinner, sehingga
elemen dekorasi yang diaplikasikan mampu memperkuat atmosfer atau suasana ruang yang ingin
dihadirkan oleh pemilik yaitu popart di era 50an.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan

Kombinasi dari Elemen interior pada Restoran Cosmic Diner ini mampu menampilkan sesuatu
yang berbeda, dengan mampu menawarkan atmosfer di era 50an sehingga mampu mengajak pengunjung
untuk masuk ke era masa lalu yang diharapkan bisa memberikan alternatif suasana bersantap yang
berbeda dari biasanya. Atmosfer yang terbentuk diperkuat dengan kesatuan antar elemen, mulai dari
elemen pembentuk ruang, pelengkap pembentuk ruang, utilitas, fasilitas sampai dekorasi. Kesatuan
tersebut dapat menciptakan ambience yang dapat langsung dirasakan dengan mudah oleh pengunjung.
Perpaduan antara atmosfer ruang yang diciptakan oleh elemen desain interior dan menu yang lezat
menjadi dua hal yang ditawarkan restoran ini sebagai strategi marketing yang diharapkan mampu
member dampak positif bagi profit restoran.
B. Saran
Disarankan kepada para desainer ketika mendesain suatu Restoran agar mempertimbangkan
instore atmosphere dan outstore atmosphere, karena hal ini dapat berpengaruh pada kunjungan dan
profit restoran.

14

Tinjauan Desain Interior

DAFTAR PUSTAKA
Farrelly, Lorraine. (2003). Struktur Interior Bar dan Restoran. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Harriman, Gustaff. 2008, 19 Mei. “Paradoks Perkembangan Ekonomi Kreatif di Kota Bandung”.
[cited : 2014 juni, 1]. Available from http://www.bandungcreativecityblog.worldpress.com.
Muliono, Aton. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sutanujaja, Elisa. 2001, 7 Maret. “Desain Interior dan Ekonomi Kota”. [cited : 2014 juni, 1].
Available from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39392/6.pdf
Utama, David. 2010, 9 Desember. “Atmosfer Ruang”. [cited : 2014 juni,1]. Available from :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39392

15