Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Diabetes adalah salah satu kondisi kesehatan darurat global terbesar di
abad ke-21. Pasien diabetes sering diberikan obat untuk pengobatan penyakit
penyerta lain. Dalam situasi tersebut, pengobatan diberikan secara bersamaan
sehingga ada kemungkinan terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran umum peresepan pasien; mengetahui besar insiden
terjadinya interaksi obat; dan mengevaluasi interaksi obat terkait mekanisme, serta
kategori signifikansi klinis peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Penelitian ini termasuk penelitian non
eksperimental, jenis penelitian observasional deskriptif evaluatif yang bersifat
retrospektif. Hasil pengumpulan data rekam medis pasien periode Januari-Juni
2016 dikaji berdasarkan literatur dan diolah dengan menghitung persentasenya.
Hasil analisis data mencakup karakteristik pasien; gambaran umum peresepan
pasien; besar insiden, jenis, dan kategori signifikansi klinis interaksi obat. Dari
hasil sampling diperoleh 234 resep, pasien diabetes melitus terbanyak terdapat
pada kelompok jenis kelamin perempuan (59,83%) dan berusia 60-69 tahun
(33,33%). Jumlah obat antidiabetika terbanyak dalam satu resep hanya satu jenis
obat (49,57%). Golongan obat antidiabetika yang paling banyak digunakan adalah

biguanid (60,27%) dengan jenis obat antidiabetika yang paling banyak digunakan
adalah metformin (60,27%). Terdapat 148 resep yang mengalami interaksi obat,
dengan kategori signifikansi klinis yang paling banyak adalah kategori signifikan
(9,83%).
Kata kunci: diabetes melitus, interaksi obat, obat antidiabetika, Panti Nugroho
Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Diabetes is one of the largest global health emergencies of the 21th
century. Diabetic patients often need to administered drugs for treatment of other
co-existing diseases. Therefore, the treatment have to be given simultaneously so
there is the possibility of drug interactions. This study aims to determine the
general picture of prescribing patients; to determine the incidence of drug
interactions; and to evaluate drug interactions related to mechanism and the
category of clinical significance of prescribing diabetes mellitus outpatient at
Panti Nugroho Hospital Yogyakarta. This study is descriptive evaluative
observational non-experimental research with retrospective data. The data
collected from medical records of patients between period January-June 2016 are

studied based on the literature and processed by calculating the percentage.
Results of the data analysis included patient’s characteristics; general picture of
prescribing patients; the incidence, type and category of clinical significance of
drug interactions. From 234 prescription, most diabetes mellitus patients are the
female gender (59.83%) and aged 60-69 years (33.33%). Antidiabetics highest
number in a single recipe is one drug (49.57%). Class of antidiabetic drugs most
widely used is biguanide (60.27%) and types of antidiabetic drugs most widely
used is metformin (60.27%). There are 148 recipes experiencing drug interactions,
with mostly significant category of clinical significance (9.83%).
Keywords: diabetes mellitus, drug interactions, antidiabetic drugs, Panti Nugroho
Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT
JALAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2016
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Sridea
NIM : 138114054

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT
JALAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2016
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Sridea
NIM : 138114054

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Birds don’t just fly
They fall down and get up
Nobody learns without getting it wrong
Don’t beat yourself up
No need to run so fast
Sometimes we come last, but we did our best
-Try Everything (Shakira)

If the mind keeps thinking you’ve had enough
But the heart keeps telling you don’t give up
Who are we to be questioning, wondering what is what?
Don’t give up, through it all, just stand up!
-Just Stand Up (Various Artists)

Kupersembahkan untuk :
Lao Mu Tuhan Yang Maha Kasih, tuntunan hidupku

Orang tua beserta keluarga yang selalu mendukungku
Rekan seperjuangan dan Almamaterku

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur kepada Lao Mu Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mencurahkan kasih dan berkahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien
Rawat Jalan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari-Juni
2016” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai
pihak, maka dari itu penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1.

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bimbingan dan

dukungan yang telah diberikan selama penulis menjalani pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt sebagai dosen pembimbing
yang telah dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, saran, semangat,
dan dukungan selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Panti Nugroho Yogyakarta, Dr. Tandean Arif
Wibowo, MPH yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
4. Ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Duta Wacana, Prof. Dr. dr. Soebijanto yang telah mengeluarkan
Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) untuk penelitian ini.
5. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt yang telah memberikan arahan, bimbingan,
saran, dan kesabarannya selama proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt yang telah memberikan arahan,
bimbingan, saran, dan kesabarannya selama proses penyusunan skripsi ini.
7. Orang tua penulis, Pepito dan Komaria yang tiada hentinya memberikan
cinta, kasih sayang, kesabaran, dukungan, dan semangat baik moral maupun
materi selama menjalani perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.


v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Adik-adik yang penulis sayangi Silvia, Sintia, dan Natalia Kristina yang
dengan caranya sendiri memberikan semangat dan motivasi agar penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Yeni Surya, Damar Wulandari, Yeni Sari, Windy Marcellina, dan Thomas
David Tjiang sebagai sahabat yang selalu menemani dengan sabar, memberi
semangat dan dukungan dari awal sampai saat ini.
10. Veronica Olivia G.P.D., Yokebed Christina G., Maynardo Innocencio, dan
Priscilla Frihastie S., sahabat „Kemlinthi‟ yang selalu kompak dan setia dalam
suka dan duka selama perkuliahan, serta memberikan bantuan dan dukungan
selama penyusunan skripsi ini.
11. Rekan-rekan skripsi (Sari, Yoke, Priscil) yang selalu saling membantu,
mendukung, dan kompak dari mulai penyusunan proposal hingga
terselesaikannya skripsi ini.
12. Keluarga kecil di kos „Green House‟ (Thevany, Asti Aprilia, Rita Tjhin,
Ignatia Handipta) yang telah ikut membantu penulis dalam mengurus semua
keperluan terkait skripsi ini.

13. Teman-teman FKK-A 2013, FSM-B 2013, dan thirteenity yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kasih memberikan rahmatNya kepada
seluruh pihak yang berperan membantu serta mendukung dalam pelaksanaan dan
penyelesaian penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis menerima
segala bentuk kritik, saran, dan koreksi dari semua pihak untuk membuat skripsi
ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi banyak
pihak.

Penulis

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


ABSTRAK

Diabetes adalah salah satu kondisi kesehatan darurat global terbesar di
abad ke-21. Pasien diabetes sering diberikan obat untuk pengobatan penyakit
penyerta lain. Dalam situasi tersebut, pengobatan diberikan secara bersamaan
sehingga ada kemungkinan terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran umum peresepan pasien; mengetahui besar insiden
terjadinya interaksi obat; dan mengevaluasi interaksi obat terkait mekanisme, serta
kategori signifikansi klinis peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Penelitian ini termasuk penelitian non
eksperimental, jenis penelitian observasional deskriptif evaluatif yang bersifat
retrospektif. Hasil pengumpulan data rekam medis pasien periode Januari-Juni
2016 dikaji berdasarkan literatur dan diolah dengan menghitung persentasenya.
Hasil analisis data mencakup karakteristik pasien; gambaran umum peresepan
pasien; besar insiden, jenis, dan kategori signifikansi klinis interaksi obat. Dari
hasil sampling diperoleh 234 resep, pasien diabetes melitus terbanyak terdapat
pada kelompok jenis kelamin perempuan (59,83%) dan berusia 60-69 tahun
(33,33%). Jumlah obat antidiabetika terbanyak dalam satu resep hanya satu jenis
obat (49,57%). Golongan obat antidiabetika yang paling banyak digunakan adalah

biguanid (60,27%) dengan jenis obat antidiabetika yang paling banyak digunakan
adalah metformin (60,27%). Terdapat 148 resep yang mengalami interaksi obat,
dengan kategori signifikansi klinis yang paling banyak adalah kategori signifikan
(9,83%).
Kata kunci: diabetes melitus, interaksi obat, obat antidiabetika, Panti Nugroho
Yogyakarta

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Diabetes is one of the largest global health emergencies of the 21th
century. Diabetic patients often need to administered drugs for treatment of other
co-existing diseases. Therefore, the treatment have to be given simultaneously so
there is the possibility of drug interactions. This study aims to determine the
general picture of prescribing patients; to determine the incidence of drug
interactions; and to evaluate drug interactions related to mechanism and the
category of clinical significance of prescribing diabetes mellitus outpatient at
Panti Nugroho Hospital Yogyakarta. This study is descriptive evaluative
observational non-experimental research with retrospective data. The data
collected from medical records of patients between period January-June 2016 are
studied based on the literature and processed by calculating the percentage.
Results of the data analysis included patient’s characteristics; general picture of
prescribing patients; the incidence, type and category of clinical significance of
drug interactions. From 234 prescription, most diabetes mellitus patients are the
female gender (59.83%) and aged 60-69 years (33.33%). Antidiabetics highest
number in a single recipe is one drug (49.57%). Class of antidiabetic drugs most
widely used is biguanide (60.27%) and types of antidiabetic drugs most widely
used is metformin (60.27%). There are 148 recipes experiencing drug interactions,
with mostly significant category of clinical significance (9.83%).
Keywords: diabetes mellitus, drug interactions, antidiabetic drugs, Panti Nugroho
Yogyakarta

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PRAKATA .............................................................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus ............................................................. 4
B. Gambaran Umum Peresepan Pasien Diabetes Melitus .................................... 5
C. Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Diabetes Melitus ...................... 7
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 25

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Karakteristik Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di Rumah Sakit
Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016...........................4

Tabel II. Gambaran Umum Peresepan Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016......6
Tabel III. Kajian Interaksi Obat antara Obat Antidiabetika dengan Obat Lain pada
Peresepan Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016.....................................8
Tabel IV. Data 5 Interaksi Obat antara Obat Antidiabetika dengan Obat Lain yang
Paling Banyak Terjadi pada Peresepan Pasien Rawat Jalan Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode JanuariJuni 2016..................................................................................................9
Tabel V. Mekanisme, Efek, dan Managemen Interaksi Obat antara Obat
Antidiabetika dengan Obat Lain............................................................14

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Tabel V. Mekanisme, Efek, dan Managemen Interaksi Obat
antara Obat Antidiabetika dengan Obat Lain...............................14

Lampiran 2

: Surat Keterangan Izin Penelitian..................................................23

Lampiran 3

: Keterangan Kelaikan Etik............................................................24

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah salah satu kondisi kesehatan darurat global terbesar
di abad ke-21. Pada tahun 2015, IDF mengestimasi bahwa satu dari sebelas orang dewasa
mengalami diabetes. Indonesia berada di peringkat ke tujuh untuk negara dengan jumlah
penduduk yang mengalami penyakit diabetes terbanyak di dunia di tahun 2015
(International Diabetes Federation, 2015). Prevalensi diabetes di Indonesia tahun 2013
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Prevalensi diabetes
yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI. Yogyakarta (2,6%) (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).
Pasien diabetes juga memerlukan obat untuk penyakit penyerta lain, baik untuk
jangka pendek atau seumur hidup. Dalam situasi seperti itu, pengobatan untuk penyakit
yang berbeda harus diberikan secara bersamaan sehingga ada kemungkinan terjadinya
interaksi antara obat (Swamy et al., 2010). Interaksi obat adalah situasi yang mana suatu
senyawa mempengaruhi aktivitas obat, misalnya efek meningkat atau menurun, atau
menghasilkan efek baru yang tidak dihasilkan oleh obat itu sendiri (Bushra et al., 2011).
Apabila terjadi penghambatan obat lain terhadap obat antidiabetik maka dapat
menyebabkan terjadinya hiperglikemik, sebaliknya bila efek antidiabetik ditingkatkan oleh
obat lainnya maka akan menyebabkan terjadinya hipoglikemik (Hongdiyanto et al., 2013).
Beberapa laporan studi menyebutkan bahwa proporsi interaksi obat dengan obat
lain (antar obat) berkisar antara 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien rawat inap dan 9,2%
sampai 70,3% terjadi pada pasien rawat jalan (Gitawati, 2008). Penelitian difokuskan pada
peresepan pasien rawat jalan dengan mempertimbangkan bahwa proporsi interaksi obat
lebih banyak terjadi pada pasien rawat jalan dan belum terdapat penelitian mengenai kajian
interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar insiden terjadinya interaksi obat
dan mengevaluasi interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik, serta
nilai signifikansi klinis pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit
Panti Nugroho Yogyakarta. Selain itu juga untuk mengetahui gambaran umum peresepan
meliputi jumlah, golongan, dan jenis obat antidiabetika yang digunakan pasien rawat jalan
diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016.
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODE PENELITIAN
Penelitian berjudul “Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Rawat Jalan
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016”
termasuk penelitian non eksperimental dengan jenis penelitian observasional deskriptif
evaluatif dengan rancangan penelitian studi potong lintang yang bersifat retrospektif.
Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis (medical record) dari
pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang
menerima pengobatan periode Januari-Juni tahun 2016 yang ditulis oleh dokter dan
perawat mengenai data pengobatan pasien. Alat atau instrumen berupa lembar kerja yang
bertujuan untuk mempermudah dalam pengambilan data penelitian terhadap peresepan
pengobatan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
Lembar kerja memuat data yang diambil dari rekam medis (RM) pasien yaitu tanggal
pengobatan, nomor RM, umur, jenis kelamin, kadar glukosa darah, diagnosis medis, jenis
dan regimen obat antidiabetika dan non antidiabetika, jumlah obat antidiabetika dan non
antidiabetika, serta data klinik atau laboratorium pasien. Selain itu, instrumen penelitian
menggunakan literatur yang digunakan untuk mengkaji interaksi obat yang terjadi pada
peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus. Literatur yang digunakan adalah Medscape
(2016) dan Tatro (2007).
Definisi operasional dari pasien diabetes melitus adalah pasien di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang mengalami penyakit diabetes melitus
dengan komplikasi, tanpa komplikasi, atau dengan penyakit penyerta lain yang diketahui
berdasarkan rekam medis pasien periode Januari-Juni tahun 2016. Gambaran umum
peresepan pasien diabetes melitus meliputi jumlah obat antidiabetika, golongan obat
antidiabetika, dan jenis obat antidiabetika. Jumlah obat antidiabetika merupakan
banyaknya obat antidiabetika yang diterima pasien diabetes melitus dalam satu resep.
Golongan obat merupakan kelompok obat antidiabetika yang diberikan kepada pasien
diabetes melitus, misalnya golongan sulfonilurea, biguanid, analog meglitinid, penghambat
alfa glukosidase, tiazolidindion, penghambat dipeptidil peptidase tipe 4, dan insulin. Jenis
obat antidiabetika adalah nama generik obat yang diberikan kepada pasien diabetes
melitus, misalnya glikazid, metformin, repaglinid, akarbosa, pioglitazon, sitagliptin, dan
insulin aspart. Jenis interaksi obat yang diteliti adalah interaksi obat terkait mekanisme
2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

farmakokinetik dan farmakodinamik yang terjadi pada peresepan pasien diabetes melitus.
Kategori signifikansi klinis interaksi obat merupakan level atau tingkat signifikansi dari
beberapa obat yang saling berinteraksi. Jenis dan kategori signifikansi klinis interaksi obat
yang terjadi pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni tahun 2016 dikaji secara teoritis berdasarkan
literatur yang mengacu pada Medscape (2016) dan Tatro (2007). Interaksi yang terjadi
antara obat antidiabetika tidak didefinisikan sebagai interaksi yang merugikan dalam
penelitian ini karena beberapa obat antidiabetika yang diberikan secara bersamaan
merupakan bagian dari algoritma terapi antihiperglikemik menurut rekomendasi umum
American Diabetes Association (2016).
Tata cara penelitian dimulai dengan tahap orientasi dimana peneliti melakukan
survei ke tempat penelitian untuk mengetahui adanya kebutuhan mengenai evaluasi
peresepan pasien pada penyakit tertentu serta tata cara dalam pengambilan data penelitian
di rumah sakit tersebut. Selanjutnya, tahap penentuan subyek penelitian dengan
menggunakan data populasi kemudian menggunakan metode sampling untuk memperoleh
sampel penelitian. Penentuan ukuran sampel penelitian dihitung dengan menggunakan
rumus Taro Yamane dengan tingkat kepercayaan 95% dan harga proporsi interaksi obat
pada populasi (P) yang belum diketahui diasumsikan 0,5 yaitu:
n = N / [1 + N (e)2 ]
dimana n adalah ukuran sampel, N adalah ukuran populasi, dan e adalah tingkat presisi
(Singh and Masuku, 2014). Jumlah populasi pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah
Sakit Panti Nugroho Yogyakarta adalah 561 pasien sehingga dengan rumus tersebut
diperlukan sampel penelitian sebanyak 234 pasien. Teknik sampling yang digunakan
adalah random sampling menggunakan teknik undian (lotere) dengan cara mengundi
anggota populasi. Data penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu pasien rawat
jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang menerima
sedikitnya satu jenis obat antidiabetika serta obat lain periode Januari-Juni tahun 2016.
Kriteria eksklusi dari subyek penelitian adalah rekam medis pasien yang tidak lengkap.
Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan lembar kerja dari rekam medis
pasien rawat jalan diabetes melitus secara retrospektif melalui Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dilihat dari saat terakhir kali pasien memeriksakan diri
ke dokter dalam periode Januari-Juni 2016.
3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data rekam medis pasien, data yang
diperoleh diolah dengan metode statistika deksriptif dengan menghitung persentasenya.
Hasil analisis data mencakup gambaran umum peresepan pasien diabetes melitus,
persentase interaksi obat, jenis interaksi obat, dan kategori signifikansi klinis interaksi obat
pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho
Yogyakarta periode Januari-Juni tahun 2016.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016 disajikan dalam tiga
bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik pasien diabetes melitus. Bagian kedua
mengenai gambaran umum peresepan pasien diabetes melitus. Bagian ketiga mengenai
kajian interaksi obat pada peresepan pasien diabetes melitus meliputi besar insiden
terjadinya interaksi obat, jenis interaksi, dan kategori signifikansi klinis.
A. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus
Karakteristik pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016 pada penelitian ini meliputi jenis
kelamin dan umur (Tabel I). Dapat dilihat dari Tabel I bahwa pasien rawat jalan
diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016
lebih banyak berjenis kelamin perempuan (59,83%) dibandingkan laki-laki (40,17%).
Sementara jika dilihat dari usia, prevalensi tertinggi terdapat pada pasien dengan usia
60-69 tahun (33,33%), kemudian pasien berusia 50-59 tahun (32,48%).
Tabel I. Karakteristik Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Panti
Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016
Pasien (n = 234)
Karakteristik
Parameter
No
Pasien
n
%
Laki-laki
94
40,17
Jenis kelamin
1.
Perempuan
140
59,83
30-39 tahun
5
2,14
40-49 tahun
29
12,39
50-59 tahun
76
32,48
60-69 tahun
78
33,33
Usia
2.
70-79 tahun
41
17,52
80-89 tahun
4
1,71
90-99 tahun
1
0,43
4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Karakteristik pasien tersebut sesuai menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 yaitu prevalensi diabetes di Indonesia pada umur ≥ 15 tahun menurut
karakteristik jenis kelamin cenderung lebih tinggi terjadi pada perempuan (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Hal ini dapat dikarenakan salah satu
faktor risiko DM yang paling menonjol yaitu obesitas, lebih sering terjadi pada wanita.
Pada populasi Asia, wanita dengan lingkar pinggang dan BMI normal didiagnosis
obesitas viseral oleh tomografi komputer. Ini menunjukkan risiko kardiometabolik
dalam hal kelainan glukosa dan lipid yang lebih besar pada wanita dibandingkan
dengan laki-laki. Perbedaan jenis kelamin menggambarkan perbedaan terkait biologi
antara perempuan dan laki-laki, yang disebabkan oleh perbedaan pada kromosom seks,
ekspresi gen spesifik-seks dari autosom, hormon seks, and efeknya pada sistem organ.
Perempuan menunjukkan perubahan yang lebih dramatis dalam hormon dan tubuh
karena faktor reproduksi selama hidup (Kautzky-Willer et al., 2016).
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia pada umur ≥ 15 tahun berdasarkan
diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun
mulai umur ≥ 65 tahun cenderung menurun (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013). Umur merupakan salah satu dari banyak faktor yang berkontribusi
terhadap ketidak sensitifan insulin. Peningkatan pesat pada jumlah pasien umur
pertengahan dan tinggi berkaitan erat dengan obesitas yang disebabkan karena
kurangnya latihan seiring dengan penurunan massa otot, menginduksi resistensi
insulin (Ozougwu et al., 2013). Hasil estimasi menunjukkan bahwa 75% dari
pengeluaran kesehatan global pada diabetes tahun 2015 adalah untuk orang-orang
antara usia 50 dan 79 tahun, yang mencerminkan prevalensi diabetes dan komplikasi
diabetes lebih besar pada kelompok usia ini (International Diabetes Federation, 2015).
Telah disadari dalam berbagai penelitian bahwa orang dengan usia yang lebih tua lebih
berisiko untuk mengalami kondisi yang lebih kronis karena kelompok usia ini
biasanya memiliki beberapa penyakit dan juga diresepkan dengan beberapa obat
(Murtaza et al., 2016).
B. Gambaran Umum Peresepan Pasien Diabetes Melitus
Gambaran umum peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah
Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016 pada penelitian ini

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

meliputi jumlah obat antidiabetika, golongan obat antidiabetika, dan jenis obat
antidiabetika yang diterima pasien (Tabel II).
Tabel II. Gambaran Umum Peresepan Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016
Jumlah (n = 234)
Jumlah obat
Golongan obat antidiabetika
antidiabetika
n
%
1. Biguanid (metformin)
56
23,93
2. Sulfonilurea
a. Glikuidon
3
1,28
b. Glibenklamid
3
1,28
c. Glimepirid
25
10,68
1
d. Gliklazid
1
0,43
3. α-glukosidase inhibitor (akarbosa)
2
0,86
4. Insulin kerja singkat
a. Insulin aspart
22
9,40
b. Insulin detemir
0
0
5. Insulin kerja lama (insulin glargine)
1,71
4
a. Biguanid+sulfonilurea
52
22,22
b. Biguanid+α-glukosidase inhibitor
2
0,86
c. Biguanid+insulin kerja singkat
6
2,56
d. Biguanid+insulin kerja lama
1
0,43
e. Sulfonilurea+α-glukosidase inhibitor
6
2,56
2
f. Sulfonilurea+insulin kerja singkat
1
0,43
g. Sulfonilurea+insulin kerja lama
2
0,86
h. α-glukosidase inhibitor+insulin kerja singkat
1
0,43
i. α-glukosidase inhibitor+insulin kerja lama
3
1,28
j. Insulin kerja singkat+insulin kerja lama
17
7,26
a. Biguanid+sulfonilurea+α-glukosidase
19
8,12
inhibitor
b. Biguanid+sulfonilurea+insulin kerja singkat
1
0,43
c. Biguanid+sulfonilurea+insulin kerja lama
2
0,86
2
0,86
d. Biguanid+insulin kerja singkat+insulin kerja
lama
3
1
0,43
e. Sulfonilurea+α-glukosidase inhibitor+insulin
kerja singkat
1
0,43
f. Sulfonilurea+α-glukosidase inhibitor+insulin
kerja lama
1
0,43
g. Sulfonilurea+insulin kerja singkat+insulin
kerja lama
Dapat dilihat dari Tabel II bahwa jumlah obat antidiabetika yang diterima
pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode
Januari-Juni 2016 dalam satu resep sebesar 49,57% hanya satu jenis obat. Menurut
rekomendasi umum oleh American Diabetes Association (2016), lini pertama terapi
antihiperglikemik pada diabetes tipe 2 adalah monoterapi dengan 1 jenis obat, dan jika
target A1C tidak tercapai setelah sekitar 3 bulan dengan monoterapi, lanjutkan
6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjadi kombinasi 2 obat atau dual therapy. Jika target A1C tidak tercapai setelah
sekitar 3 bulan dengan dual therapy, lanjutkan menjadi kombinasi 3 obat atau triple
therapy. Golongan obat antidiabetika yang paling banyak digunakan adalah biguanid
(60,27%), dengan jenis obat antidiabetika metformin (60,27%). Metformin merupakan
agen inisial monoterapi yang harus ditambahkan pada, atau segera setelah, diagnosis,
kecuali ada kontraindikasi atau intoleransi. Metformin memiliki dasar bukti yang
sudah bertahan lama untuk efikasi dan keamanannya, tidak mahal, dan dapat
menurunkan risiko kejadian kardiovaskular dan kematian (American Diabetes
Association, 2016). Kombinasi 2 obat antidiabetika yang paling banyak digunakan
adalah kombinasi antara biguanid+sulfonilurea (22,22%), sementara kombinasi 3 obat
antidiabetika

yang

paling

banyak

ditemukan

adalah

kombinasi

antara

biguanid+sulfonilurea+α-glukosidase inhibitor (8,12%).
C. Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Diabetes Melitus
Kajian interaksi obat peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah
Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016 pada penelitian ini
meliputi besar insiden terjadinya interaksi obat (Gambar 1), jenis interaksi dan
kategori signifikansi klinis (Tabel III).

Gambar 1. Diagram persentase interaksi obat pada peresepan pasien
rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta
periode Januari-Juni 2016 berdasarkan kajian literatur (n = 234)
Berdasarkan Gambar 1, besar insiden terjadinya interaksi obat adalah 63,25%
yang mengalami interaksi obat sebanyak 148 pasien dan 86 pasien (36,75%) tidak
mengalami interaksi obat. Dari 148 pasien yang mengalami interaksi, terdapat 76
resep mengalami interaksi antara obat antidiabetika dengan obat lain dan 122 resep
mengalami interaksi antara obat lain dengan obat lain. Pengobatan farmakologi dari
7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hiperglikemia pada pasien DM tipe 2 biasanya dimulai dengan monoterapi obat oral
antidiabetik dan ketika penyakit berkembang, terapi kombinasi dengan antidiabetika
oral lain, atau terapi parenteral dengan insulin atau agonis reseptor GLP-1, mungkin
dibutuhkan. Selain itu, untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular,
pengobatan multi target, termasuk antihipertensi, obat penurun-lipid dan antiplatelet,
digunakan pada pasien DM tipe 2. Karena penyakit penyerta yang berbeda, pasienpasien ini sering diobati dengan beberapa obat, disebut sebagai polifarmakoterapi
(Tornio et al., 2012). Peningkatan jumlah obat yang diterima pasien secara bersamaan
meningkatkan risiko pasien mengalami interaksi obat atau efek obat yang merugikan
(May and Schindler, 2016).
Tabel III. Kajian Interaksi Obat antara Obat Antidiabetika dengan Obat Lain pada
Peresepan Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho
Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016
Jumlah (n = 234)
Kajian Interaksi
No
Parameter
Obat
n
%
Farmakokinetik
7
2,99
Farmakodinamik
23
9,83
1.
Jenis interaksi
Tidak spesifik
5
2,14
Unknown
4
1,71
Minor
16
6,84
Kategori
2.
Signifikan
23
9,83
signifikansi klinis
Serius
0
0
Dilihat dari Tabel III, jenis interaksi yang paling banyak terjadi adalah
interaksi farmakodinamik yaitu sebanyak 23 interaksi (9,83%) dari total 39 interaksi
obat antara obat antidiabetika dengan obat lain, yang selanjutnya akan dibahas lebih
lengkap mengenai mekanisme, efek yang ditimbulkan, serta managemen interaksi
obatnya pada Lampiran 1. Sebuah studi yang dilakukan oleh Strandell dan Wahlin
(2011) mengidentifikasi 3766 laporan kasus interaksi obat dari 47 negara untuk
mengkategorikan kombinasi obat yang telah dilaporkan berinteraksi berdasarkan
mekanismenya. Hasilnya, sebanyak 46 kombinasi (41%) merupakan interaksi
farmakodinamik, 28 kombinasi (25%) interaksi farmakokinetik, sebanyak 18
kombinasi (16%) merupakan kombinasi kedua tipe, dan tidak teridentifikasi sebanyak
21 kombinasi (19%). Sebuah studi lain juga menemukan hasil bahwa potensial
interaksi obat-obat yang paling sering terjadi adalah interaksi farmakodinamik secara
alami dan tingkat keparahan moderat (Chavda et al., 2015).
8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kategori signifikansi klinis berdasarkan Medscape (2016) yang paling banyak
ditemukan adalah kategori signifikan sebanyak 23 interaksi (9,83%) dari total 39
interaksi obat antara obat antidiabetika dengan obat lain. Sementara, kategori minor
sebanyak 16 interaksi (6,84%), dan tidak ditemukan adanya interaksi obat antara obat
antidiabetika dengan obat lain yang masuk dalam kategori serius pada penelitian ini.
Namun, dari 122 resep yang mengalami interaksi antara obat lain dengan obat lain
terdapat 10 interaksi yang termasuk dalam kategori signifikansi klinis serius yaitu
interaksi antara amlodipine+simvastatin, clonidine+bisoprolol, captopril+allopurinol,
lansoprazol+digoxin, irbesartan+lisinopril, valsartan+captopril, meloxicam+ketorolac,
amitriptilin+clonidine, aspirin+ketorolac, dan gemfibrozil+cilostazol.
Pada kategori signifikansi klinis serius, efek yang ditimbulkan berpotensi
membahayakan pasien sehingga kombinasi obat tersebut harus dihindari atau dapat
menggunakan alternatif lain pada pasien. Pada kategori signifikansi interaksi obat
signifikan diperlukan adanya pengawasan/monitoring secara ketat terhadap kombinasi
obat yang diberikan pada pasien dengan memperhatikan efek yang mungkin
ditimbulkan akibat interaksi tersebut. Pada kategori signifikansi minor, interaksi yang
terjadi tidak signifikan dan tidak menimbulkan efek yang membahayakan bagi pasien
sehingga kombinasi obat dapat diberikan atau tidak memerlukan perubahan apapun
dalam pengobatan (Medscape, 2016) dan (Kapadia et al., 2013).
Tabel IV. Data 5 Interaksi Obat antara Obat Antidiabetika dengan Obat Lain yang
Paling Banyak Terjadi pada Peresepan Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016
Kategori
Jumlah
Jenis Interaksi
No.
Interaksi Obat
Signifikansi
Interaksi
Obat
Klinis
Obat
1 Metformin+amitriptilin
Farmakodinamik
Minor
15
2 Glimepiride+amitriptilin
Farmakodinamik
Minor
12
3 Metformin+vitamin B12
Tidak spesifik
Minor
10
Metformin+clonidine
Farmakodinamik
Minor
4
7
Glimepiride+gemfibrozil
Farmakokinetik
Signifikan
Metformin+furosemide
Tidak spesifik
Minor
5
6
Insulin aspart+amitriptilin
Farmakodinamik
Minor
Dapat terlihat dari Tabel IV bahwa interaksi obat antara obat antidiabetika
dengan obat lain yang paling banyak terjadi dalam penelitian ini adalah interaksi
antara metformin+amitriptilin pada 15 resep, glimepiride+amitriptilin pada 12 resep,
dan metformin+vitamin B12 pada 10 resep. Interaksi antara metformin+amitriptilin
9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan glimepiride+amitriptilin memiliki kategori signifikansi klinis minor dan
mekanisme yang sama yaitu amitriptilin meningkatkan efek metformin/glimepiride
dengan sinergisme farmakodinamik sehingga dapat terjadi risiko hipoglikemik pada
pasien (Medscape, 2016). Manajemen yang dapat dilakukan adalah melakukan
monitoring glukosa darah pasien setiap minggu sampai stabil. Interaksi kedua obat
tersebut umumnya dianggap aman kecuali diabetes tidak terkontrol atau berhubungan
dengan penyakit jantung atau ginjal yang signifikan (Karalliedde et al., 2010).
Sementara, interaksi antara metformin+vitamin B12 memiliki kategori signifikansi
klinis minor dan mekanisme tidak spesifik akibatnya metformin dapat menurunkan
kadar vitamin B12. Namun, dibutuhkan beberapa tahun terapi metformin untuk
mengembangkan defisiensi vitamin B12 sehingga kombinasi obat dapat diberikan dan
tidak memerlukan perubahan apapun dalam pengobatan (Medscape, 2016).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Besar insiden terjadinya interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes
melitus periode Januari-Juni 2016 berdasarkan kajian literatur adalah 63,25%. Jenis
interaksi yang paling banyak terjadi adalah interaksi farmakodinamik (9,83%) dan
kategori signifikansi klinis yang paling banyak ditemukan adalah kategori
signifikansi klinis signifikan (9,83%). Interaksi obat antara obat antidiabetika
dengan obat lain yang paling banyak terjadi dalam penelitian ini adalah interaksi
antara metformin+amitriptilin pada 15 resep, glimepiride+amitriptilin pada 12
resep, dan metformin+vitamin B12 pada 10 resep.
2. Gambaran umum peresepan pasien meliputi jumlah obat antidiabetika yang
diterima pasien dalam satu resep sebesar 49,57% hanya satu jenis obat. Golongan
obat antidiabetika yang paling banyak digunakan adalah biguanid (60,27%), dengan
jenis obat antidiabetika yaitu metformin (60,27%). Kombinasi 2 obat antidiabetika
yang paling banyak digunakan adalah kombinasi biguanid+sulfonilurea (22,22%)
dan kombinasi 3 obat antidiabetika yang paling banyak digunakan adalah
kombinasi biguanid+sulfonilurea+α-glukosidase inhibitor (8,12%).
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai kajian interaksi
obat secara prospektif pada peresepan pasien diabetes melitus atau pada penyakit
10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang membutuhkan banyak pengobatan lainnya disertai wawancara terkait terapi
yang diberikan oleh dokter dan penjelasan yang diperoleh dari apoteker.
2. Bagi pihak rumah sakit untuk mencegah atau mengurangi terjadinya interaksi obat,
beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan:
i. Usahakan memberikan jumlah obat sesedikit mungkin pada tiap-tiap penderita,
termasuk pemberian obat-obat OTC dan obat herbal.
ii. Dalam memberikan obat, perhatian terutama pada pasien usia lanjut, pasien
dengan penyakit sangat berat, dan pasien dengan disfungsi hati atau ginjal.
iii. Sangat berhati-hati jika menggunakan obat-obat dengan batas keamanan sempit
(antikoagulan, digitalis, antidiabetik, antiaritmia, antikonvulsan, antipsikotik,
antidepresan, imunosupresan, sitostatika), dan obat-obat inhibitor kuat CYP
(ketokonazol, itrakonazol, eritromisin, klaritromisin).
iv. Melakukan monitoring terhadap kejadian interaksi (misal, terhadap tanda, gejala,
uji laboratorik) sehingga dapat cepat terdeteksi dan diambil tindakan yang
memadai, seperti menyesuaikan dosis atau menghentikan salah satu obat yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association, 2016, Standards of Medical Care in Diabetes-2016,
Diabetes Care, Vol. 39 Suppl. 1, pp. S53-S54.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, p. 88-90.
Bushra, R., Aslam, N., and Khan, A.Y., 2011, Food-Drug Interactions, Oman Medical
Journal, Vol. 26 No. 2, p. 77.
Chavda, N.B., Solanky, P.P., Baria, H., Naik, R., and Bharti K., 2015, Study of potential
drug-drug interaction between prescribed drugs in patients attending outpatient
department of medicine at tertiary-care hospital in south Gujarat region, National
Journal of Physiology, Pharmacy, and Pharmacology, Vol. 5 Issue 3, p. 236.
Gitawati, R., 2008, Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya, Media Litbang Kesehatan,
Vol. XVIII No. 4, p. 175.
Hongdiyanto, A., Yamlean, P.V.Y., dan Supriati, H.S., 2013, Evaluasi Kerasionalan
Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Rawat Inap di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado Tahun 2013, Pharmacon, Vol. 3 No. 2, p. 85.
11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

International Diabetes Federation, 2015, IDF Diabetes Atlas, Seventh Edition,
International Diabetes Federation, pp. 12, 52, 59.
Kapadia, J., Thakor, D., Desai, C., and Dikshit, R.K., 2013, A Study of Potential DrugDrug Interactions in Indoor Patients of Medicine Department at a Tertiary Care
Hospital, JAPS, Vol. 3(10), p. 090.
Karalliedde, L., Clarke, S.F.J., Collignon, U., and Karalliedde, J., 2010, Adverse Drug
Interactions: A Handbook for Prescribers, Hodder Education, London, pp.
407-435.
Kautzky-Willer, A., Harreiter J., and Pacini, G., 2016, Sex and Gender Differences in Risk,
Pathophysiology and Complications of Type 2 Diabetes Mellitus, Endocrine
Reviews, 37(3), pp. 278-281.
May, M., and Schindler, C., 2016, Clinically and pharmacologically relevant interactions
of antidiabetic drugs, Ther Adv Endocrinol Metab, Vol. 7(2), p. 69.
Medscape,

2016,

Drug

Interaction

Checker,

http://reference.medscape.com/drug-

interactionchecker.
Murtaza, G., Khan, M.Y.G., Azhar, S., Khan, S.A., and Khan, T.M., 2016, Assessment of
potential drug-drug interactions and its associated factors in the hospitalized
cardiac patient, Saudi Pharmaceutical Journal, Vol. 24, p. 221.
Ozougwu, J.C., Obimba, K.C., Belonwu, C.D., and Unakalamba, C.B., 2013, The
pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus, J.
Physiol. Pathophysiol, Vol. 4(4), pp. 53-54.
Singh, A.S., and Masuku, M.B., 2014, Sampling Techniques & Determination of Sample
Size in Applied Statistics Research: An Overview, IJECM, Vol. II Issue 11, p. 15.
Strandell, J., and Wahlin, S., 2011, Pharmacodynamic and pharmacokinetic drug
interaction reported to VigiBase, the WHO global individual case safety report
database, Eur J Clin Pharmacol, Vol. 67, p. 633.
Swamy, V.K.M., Setty, R.S., Shankaraiah, M.M., Jyothi, T.M., and Rajendra, S.V., 2010,
A Study on Drug-Drug Interaction of Esomeprazole and Anti-Diabetic Drugs, J
Young Pharm, 2(4), p. 424.
Tornio, A., Niemi, M., Neuvonen, P.J., and Backman, J.T., 2012, Drug interactions with
oral antidiabetic agents: pharmacokinetic mechanisms and clinical implications,
Cell Press, Vol. 33 No.6, p. 312.
12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1. Tabel V. Mekanisme, Efek, dan Managemen Interaksi Obat antara Obat Antidiabetika dengan Obat Lain
No

Obat
antidiabetika

Obat nonantidiabetika

Mekanisme dan efek interaksi
obat

Jenis interaksi
obat

Kategori
signifikansi
klinis
Minor
(Medscape,
2016).

Jumlah
interaksi
obat
15

Managemen interaksi obat

1

Metformin

Amitriptilin

Amitriptilin meningkatkan efek
metformin dengan sinergisme
farmakodinamik
(Medscape,
2016).

Interaksi
farmakodinamik
yaitu sinergisme
(Medscape,
2016).

2

Metformin

Clonidine

Interaksi
farmakodinamik
yaitu
antagonisme
(Medscape,
2016).

Minor
(Medscape,
2016).

7

3

Metformin

Vitamin B12

Tidak spesifik
(Medscape,
2016).

Minor
(Medscape,
2016).

10

Kombinasi obat dapat diberikan atau tidak
memerlukan perubahan apapun dalam
pengobatan Medscape (2016).

4

Metformin

Nifedipine

Clonidine
menurunkan
efek
metformin dengan antagonis
farmakodinamik dan clonidine
dapat
menurunkan
gejala
hipoglikemia dengan mekanisme
terinduksi produksi katekolamin
(Medscape, 2016).
Metformin menurunkan kadar
vit.B12
dengan
mekanisme
interaksi yang tidak spesifik.
Dibutuhkan beberapa tahun terapi
metformin
untuk
mengembangkan
defisiensi
vit.B12 (Medscape, 2016).
Nifedipine meningkatkan kadar
metformin dengan meningkatkan
absorpsi GI, hanya berlaku untuk
bentuk sediaan oral dari kedua
obat (Medscape, 2016).

Interaksi
farmakokinetik
(Medscape,
2016).

Minor
(Medscape,
2016).

1

5

Metformin

Furosemide

Metformin menurunkan atau
meningkatkan kadar furosemide
dengan mekanisme interaksi yang

Tidak spesifik
(Medscape,
2016).

Minor
(Medscape,
2016).

6

Secara umum, tampaknya tidak ada
tindakan pencegahan tertentu yang
diperlukan. Namun, jika sebaliknya terjadi
kontrol diabetes memburuk tanpa bisa
dijelaskan mungkin bijaksana untuk
mempertimbangkan
penggunaan
nifedipine sebagai penyebabnya (Baxter,
2010).
Beberapa gangguan toleransi glukosa
mungkin mungkin terjadi, tapi tampaknya
kurang bukti dalam literatur untuk

14

Waspada dan monitor glukosa darah setiap
minggu sampai stabil. Interaksi kedua obat
ini umumnya dianggap aman kecuali
diabetes tidak terkontrol atau berhubungan
dengan penyakit jantung atau ginjal yang
signifikan (Karalliedde et al., 2010).
Peringatkan pasien mengenai penutupan
tanda hipoglikemia (Karalliedde et al.,
2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak spesifik (Medscape, 2016).

menunjukkan bahwa diuretik loop
memiliki banyak pengaruh pada kontrol
diabetes di kebanyakan pasien sehingga
tidak diperlukan tindakan pencegahan
khusus (Baxter, 2010).
Monitoring secara ketat dan beri
peringatan pada pasien mengenai gejala
hipoglikemia. Tanda hipoglikemia yang
biasa terjadi termasuk tremor, berkeringat,
parestesia, memucat, jantung berdebar,
pusing, bicara tidak jelas, kebingungan dan
mudah marah. Sementara, gejala umum
hiperglikemia termasuk haus, polidipsia
(peningkatan asupan cairan oral), mulut
kering, poliuria (sering buang air kecil),
nokturia (peningkatan pengeluaran urin di
malam hari), penurunan berat badan,
capek, kelelahan, dan penglihatan kabur
(Karalliedde et al., 2010).
Monitoring glukosa darah dan beri
peringatan pada pasien mengenai gejala
hipoglikemia (Karalliedde et al., 2010).

6

Metformin

Levofloxacin

Levofloxacin meningkatkan efek
metformin dengan sinergisme
farmakodinamik.
Pemberian
antibiotik
quinolone
dapat
mengakibatkan
hiperatau
hipoglikemia (Medscape, 2016).

Interaksi
farmakodinamik
yaitu sinergisme
(Medscape,
2016).

Signifikan
(Medscape,
2016).

2

7

Metformin

Digoxin

Interaksi
farmakokinetik
(Medscape,
2016).

Signifikan
(Medscape,
2016).

2

8

Metformin

Ciprofloxacin

Interaksi
farmakodinamik
yaitu sinergisme
(Medscape,
2016).

Signifikan
(Medscape,
2016).

1

Monitoring glukosa darah secara hati-hati
direkomendasikan (Medscape, 2016). Beri
peringatan pada pasien mengenai gejala
hipoglikemia (Karalliedde et al., 2010).

9

Glimepiride

Clonidine

Digoxin akan
meningkatkan
kadar atau efek metformin dengan
kompetisi obat utama (kationik)
untuk klirens tubular ginjal
(Medscape, 2016).
Ciprofloxacin meningkatkan efek
metformin dengan sinergisme
farmakodinamik.
Hiper
dan
hipoglikemia telah dilaporkan
pada pasien yang diterapi secara
bersamaan
dengan
agen
quinolone
dan
antidiabetik
(Medscape, 2016).
Clonidine
menurunkan
efek
glimepiride dengan antagonis
farmakodinamik dan clonidine
dapat
menurunkan
gejala
hipoglikemia dengan mekanisme

Interaksi
farmakodinamik
yaitu
antagonisme
(Medscape,

Minor
(Medscape,
2016).

4

Peringatkan pasien mengenai penutupan
tanda hipoglikemia (Karalliedde et al.,
2010).

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Glimepiride

Amitriptilin

11

Glimepiride

Gemfibrozil

12

Glimepiride

Levofloxacin

13

Glimepiride

Fenofibrate

14

Glimepiride

Diklofenak

terinduksi produksi katekolamin
(Medscape, 2016).
Amitriptilin meningkatkan efek
glimepiride dengan sinergisme
farmakodinamik
(Medscape,
2016).

2016).
Interaksi
farmakodinamik
yaitu sinergisme
(Medscape,
2016).

Minor
(Medscape,
2016).

12

Gemfibrozil meningkatkan efek
glimepiride dengan kompetisi
ikatan protein plasma sehingga
menimbulkan risiko hipoglikemia
dan hipoalbuminemia (Medscape,
2016).
Efek
hipoglikemik
dari
glimepiride dapat meningkat
dengan mekanisme penghambatan
metabolisme
glimepiride
(CYP2C9)
oleh
gemfibrozil
(Tatro, 2007).
Levofloxacin meningkatkan efek
glimepiride dengan sinergisme
farmakodinamik.
Pemberian
antibiotik
quinolone
dapat
mengakibatkan
hiperatau
hipoglikemia (Medscape, 2016).
Fenofibrate meningkatkan efek
glimepiride dengan kompetisi
ikatan protein plasma sehingga
menimbulkan risiko hipoglikemia
dan hipoalbuminemia (Medscape,
2016).
Diklofenak meningkatkan efek
glimepiride dengan mekanisme
yang tidak diketahui sehingga
menimbulkan risiko hipoglikemia
(Medscape, 2016).

Interaksi
farmakokinetik
(Medscape,
2016).

Signifikan
(Medscape,
2016).

7

Interaksi
farmakodinamik
yaitu sinergisme
(Medscape,
2016).

Signifikan
(Medscape,
2016).

3

Awasi dan beri peringatan pada pasien
mengenai gejala hipoglikemia (Karalliedde
et al., 2010).

Interaksi
farmakokinetik
(Medscape,
2016).

Signifikan
(Medscape,
2016).

2

Monitor glukosa darah secara ketat. Beri
peringatan
pada
pasien
mengenai
hipoglikemia (Karalliedde et al., 2010).

Unknown
(Medscape,
2016).

Signifikan
(Medscape,
2016).

3

Waspada. Disarankan bahwa sulindak dan
diklofenak dengan misoprostol mungkin
berinteraksi secara minimal (Karalliedde et
al., 2010).

16

Waspada dan

Dokumen yang terkait

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016.

0 12 56

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016.

0 1 53

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015-Juni 2016.

0 0 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015-Juni 2016.

0 4 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari Juni 2016

0 0 39

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari Juni 2016

0 0 54

Gambaran penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman periode 2007 berdasarkan indikator peresepan who [1993].

1 3 117

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 20 96

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari Oktober 2016

0 0 51

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015 Juni 2016

0 1 48