Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016.

(1)

ABSTRAK

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Di Indonesia diprediksikan pada tahun 2030 terjadi peningkatan hingga 23,3 juta kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, dimana salah satu manifestasi klinis PJK adalah sindrom koroner akut (SKA) yang pada tahun 2003 menyebabkan angka perawatan rumah sakit sangat besar di Pusat Jantung Nasional. Pasien dengan SKA biasanya juga mengalami penyakit penyerta, sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya. Penggunaan berbagai macam obat ini memungkinkan terjadinya interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum peresepan, besar insidensi terjadinya interaksi obat yang melibatkan obat kardiovaskular, dan interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik dan kategori signifikansi klinis yang terjadi pada pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016. Penelitian ini termasuk penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan rancangan penelitian studi potong lintang yang bersifat retrospektif, dimana data diambil berdasarkan rekam medik pasien. Pengambilan subyek uji dilakukan secara populasi dan didapatkan 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menemukan 28 pasien mengalami interaksi obat dengan mekanisme interaksi paling banyak adalah farmakodinamik (46,9%) dan kategori signifikansi paling banyak adalah signifikan/monitor secara ketat (75,0%).

Kata kunci: sindrom koroner akut, interaksi obat, farmakokinetik, farmakodinamik, kategori signifikansi klinis


(2)

ABSTRACT

Cardiovascular disease is one of the major health problems in developed and developing countriesIn Indonesia in 2030 predicted an increase of up to 23.3 million deaths caused coronary heart disease (CHD) and stroke, in which one of the clinical manifestations of coronary heart disease is acute coronary syndromes (ACS), which in 2003 led to the numbers of hospital treatment is very big in National Heart Center . Patients with acute coronary syndrome usually have comorbidities, thus requiring a variety of drugs in therapy. The use of a variety of drugs allows drug interactions. The purpose of this study was to describe the prescription, the incidence of drug interactions involving cardiovascular drugs, and drug interactions related to the mechanism of pharmacodynamic, pharmacokinetic, and clinical significance categories that occurred in outpatients with acute coronary syndromes in Hospital Panti Nugroho Yogyakarta period January-October 2016. This study was an observational study with the evaluative descriptive cross-sectional study design and retrospective, in which the data is taken based patient medical record. Intake of test subjects conducted in populations and found 32 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The study found 28 patients have drug interactions with the most mechanisms of interaction is pharmacodynamic (46.9%) and the most clinical significance categories is significant / monitor closely (75.0%).

Keywords: acute coronary syndrome, drug interactions, pharmacokinetics, pharmacodynamics, clinical significance category


(3)

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN SINDROM KORONER AKUT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-OKTOBER 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Priscilla Frihastie Setyawati

NIM : 138114052

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

i

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN SINDROM KORONER AKUT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-OKTOBER 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Priscilla Frihastie Setyawati

NIM : 138114052

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang telah memberi kekuatan

kepadaku.”

Filipi 4:13

“Aku memang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah mundur.”

- Abraham Lincoln

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang tidak henti menyertai dan memberkatiku

Mama, Kakak, Adik dan keluarga besar Faidiban yang tercinta

Sahabat dan teman-teman seperjuangan


(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016” sebagai slah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan, Kaprodi, dan Wakaprodi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan memberi arahan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Direktur Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis

3. Bagian Personalia, Farmasi, dan Rekam Medis Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang telah banyak membantu selama proses pengambilan data 4. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si, Apt sebagai dosen pembimbing

utama yang telah membimbing selama proses penyusunan proposal dan skripsi

5. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt dan Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini

6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian ini dengan memberikan ethical clearance

7. Keluarga : Orang tuaku Bapak Man Setyabudi dan terkhusus Ibu Ruth Harriet Faidiban, kakak-kakakku Selvi Pritalia Setyanengsih dan Harsenna Adhyatma Setyawan, serta adik-adikku Viona Angelica Faidiban, Arfachensis Airlangga Faidiban dan Yustus Obed Azer Suebu; serta keluarga besar Faidiban yang


(11)

viii


(12)

ix DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ARTI KATA/SINGKATAN... xiii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT... xv

PENDAHULUAN... 1

METODE PENELITIAN... 2

A. Rancangan Penelitian... 2

B. Lokasi dan Subyek Penelitian... 2

C. Definisi Operasional... 3

D. Analisis Data... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN... 4

A. Karakteristik Pasien... 4

B. Gambaran Umum Peresepan Obat... 5

C. Kajian Interaksi Obat... 6

KESIMPULAN... 11

DAFTAR PUSTAKA... 13

LAMPIRAN... 16


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Perolehan Subyek Penelitian... 2 Gambar 2. Alur Analisis Data... 3 Gambar 3. Persentase Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Pasien Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016... 4 Tabel II. Gambaran Umum Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN

Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016... 5 Tabel III. Interaksi Obat Berdasarkan Mekanisme Interaksi dan Kategori

Signifikansi Klinis Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016... 8


(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kerja Data Rekam Medik Pasien SKA di Rumah sakit

Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016... 16

Lampiran 2. Tabel Kajian Interaksi Obat... 22

Lampiran 3. Surat Ethical Clearance... 30


(16)

xiii

ARTI KATA/SINGKATAN AINS : Anti Inflamasi Non-Steroid

ACE-I :Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor ARB : Angiotensin Receptor Blockers

CYP3A4 : Cytochrome P3A4 CYP450 : Cytochrome P450 HCT : Hydrochlorothiazide ISDN : Isosorbid Dinitrat ISMN : Isosorbid Mononitrat

JK : Jenis Kelamin

NSTEMI : Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction OATP1B1 : Organic Anion-Transporting Polypeptides 1B1 OTC : Over-The-Counter

PJK : Penyakit Jantung Koroner RSPN : Rumah Sakit Panti Nugroho SKA : Sindrom Koroner Akut

STEMI : ST-Segment Elevation Myocardial Infarction UA : Unstable Angina


(17)

xiv ABSTRAK

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Di Indonesia diprediksikan pada tahun 2030 terjadi peningkatan hingga 23,3 juta kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, dimana salah satu manifestasi klinis PJK adalah sindrom koroner akut (SKA) yang pada tahun 2003 menyebabkan angka perawatan rumah sakit sangat besar di Pusat Jantung Nasional. Pasien dengan SKA biasanya juga mengalami penyakit penyerta, sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya. Penggunaan berbagai macam obat ini memungkinkan terjadinya interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum peresepan, besar insidensi terjadinya interaksi obat yang melibatkan obat kardiovaskular, dan interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik dan kategori signifikansi klinis yang terjadi pada pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016. Penelitian ini termasuk penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan rancangan penelitian studi potong lintang yang bersifat retrospektif, dimana data diambil berdasarkan rekam medik pasien. Pengambilan subyek uji dilakukan secara populasi dan didapatkan 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menemukan 28 pasien mengalami interaksi obat dengan mekanisme interaksi paling banyak adalah farmakodinamik (46,9%) dan kategori signifikansi paling banyak adalah signifikan/monitor secara ketat (75,0%).

Kata kunci: sindrom koroner akut, interaksi obat, farmakokinetik, farmakodinamik, kategori signifikansi klinis


(18)

xv ABSTRACT

Cardiovascular disease is one of the major health problems in developed and developing countriesIn Indonesia in 2030 predicted an increase of up to 23.3 million deaths caused coronary heart disease (CHD) and stroke, in which one of the clinical manifestations of coronary heart disease is acute coronary syndromes (ACS), which in 2003 led to the numbers of hospital treatment is very big in National Heart Center . Patients with acute coronary syndrome usually have comorbidities, thus requiring a variety of drugs in therapy. The use of a variety of drugs allows drug interactions. The purpose of this study was to describe the prescription, the incidence of drug interactions involving cardiovascular drugs, and drug interactions related to the mechanism of pharmacodynamic, pharmacokinetic, and clinical significance categories that occurred in outpatients with acute coronary syndromes in Hospital Panti Nugroho Yogyakarta period January-October 2016. This study was an observational study with the evaluative descriptive cross-sectional study design and retrospective, in which the data is taken based patient medical record. Intake of test subjects conducted in populations and found 32 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The study found 28 patients have drug interactions with the most mechanisms of interaction is pharmacodynamic (46.9%) and the most clinical significance categories is significant / monitor closely (75.0%).

Keywords: acute coronary syndrome, drug interactions, pharmacokinetics, pharmacodynamics, clinical significance category


(19)

1

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia (2014) pada tahun 2030 diperkirakan penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian. Salah satu manifestasi klinis PJK adalah sindrom koroner akut (SKA), yang mana pada tahun 2003 menyebabkan angka perawatan rumah sakit sangat besar di Pusat Jantung Nasional (Depkes, 2006).Sindrom koroner akut (SKA) disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan oksigen miokard. Sindrom koroner akut diklasifikasikan sesuai dengan perubahan elektrokardiografi, yaitu STEMI, NSTEMI dan angina tidak stabil/UA (Dipiro, 2011).

Pasien dengan SKA biasanya mengalami penyakit penyerta yang dapat dinilai dari faktor risikonya, sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya dan meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi obat. Sejumlah faktor risiko yang bertanggung jawab adalah usia, jenis kelamin laki-laki, hipertensi, penggunaan tembakau, diabetes mellitus, obesitas, dan dislipidemia (Dipiro, 2011). Hasil penelitian Tumade et al pada tahun 2016 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang menggunakan 126 sampel, faktor risiko yang paling mempengaruhi insiden SKA adalah hipertensi kemudian diikuti oleh diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, dan merokok. Selain faktor risiko, pasien SKA menurut PERKI (2015) baik STEMI maupun NSTEMI/UA mendapatkan manajemen jangka panjang lebih dari satu obat, yaitu golongan antiplatelet, penghambat ADP, statin, penyekat beta, ACE-I/ARB, dan antagonis aldosteron.

Rumah Sakit Panti Nugroho (RSPN) adalah rumah sakit swasta kelas D. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi, juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. RSPN menjadi sarana layanan kesehatan yang membantu masyarakat sekitar, untuk itu setiap pelayanan yang diberikan menjadi sangat penting untukdimaksimalkan terutama untuk penyakit-penyakit yang membutuhkan pelayanan yang cepat dan tepat, misal penyakit jantung dan stroke. Penelitian di rumah sakit ini bertujuan untuk membantu pihak RSPN dalam hal penanganan interaksi obat terutama untuk pasien rawat jalan.

Penanganan interaksi obat pada peresepan rawat jalan sangat diperlukan, dimana pasien hanya dapat dipantau saat kembali ke rumah sakit untuk konsultasi atau adanya kekambuhan, sehingga sebisa mungkin apoteker diharapkan meminimalkan adanya


(20)

2

pasien rawat inap dan 69% pasien rawat jalan yang mengalami interaksi obat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum peresepan (jumlah, jenis, dan golongan obat kardiovaskular), besar insidensi terjadinya interaksi obat antara obat kardiovaskular dengan obat kardiovaskular atau dengan obat lain, dan juga interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik dan kategori signifikansi klinispada pasien rawat jalan SKA di (RSPN) Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016.

METODE

A.Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan rancangan penelitian studi potong lintang yang bersifat retrospektif. Data diambil berdasarkan rekam medik pasien dan dikaji interaksi yang terjadi (terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik dan kategori signifikansi klinis) secara teoritis berdasarkan pustaka.

B.Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di RSPN Yogyakarta. Jumlah subyek yang diperoleh adalah 32 pasien sesuai jumlah populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu : pasien rawat jalan dengan SKA di RSPN Yogyakarta yang menerima obat kardiovaskular dengan obat kardiovaskular atau dengan obat lain pada periode Januari-Oktober 2016. Kriteria eksklusi, yaitu rekam medik yang tidak lengkap.

Gambar 1. Alur Perolehan Subyek Penelitian 115 pasien dengan

diagnosis SKA periode Januari-Oktober 2016

Subyek penelitian sebanyak 32 orang

Eksklusi - data rekam medik tidak lengkap : 83 orang


(21)

3

akut dengan atau tanpa faktor risiko dan menjalani rawat jalan di RSPN Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016 yang diketahui berdasarkan rekam medik pasien.

2. Gambaran umum peresepan obat kardiovaskular dan obat lain meliputi jumlah, jenis, dan golongan obat kardiovaskular yang digunakan. Jumlah obat merupakan banyaknya obat yang diterima pasien SKA saat menjalani pengobatan. Jenis obat merupakan nama generik obat. Golongan obat merupakan kelompok obat yang diberikan kepada pasien SKA. Diambil data peresepan paling baru pada rekam medik.

3. Interaksi obat adalah pemberian terapi berupa 2 atau lebih jenis obat secara bersamaan yang dapat menghasilkan efek diinginkan ataupun tidak diinginkan. Interaksi obat yang diteliti adalah interaksi obat terkait mekanisme farmakokinetik dan farmakodinamik yang dikaji secara teoritis berdasarkan pustaka yaituMedscape Drug Interaction Checker (Medscape, 2016) dan didukung literatur lain.

4. Kategori signifikansi klinis interaksi obat adalah penggolongan tingkat interaksi obat menurut akibat yang ditimbulkan dikaji secara teoritis dengan mengacu pada Medscape Drug Interaction Checker (Medscape, 2016).

5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi untuk menangani keseluruhan proses manajemen rumah sakit (pelayanan diagnosis dan tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia, penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh manajemen.Peneliti mengambil data rekam medis pasien rawat jalan, yaitu identitas pasien, tanggal periksa, diagnosis penyakit dan salinan resep obat pada pasien.

D.Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data dari rekam medis pasien SKA sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, data peresepan masing-masing pasien dianalisis interaksinya dengan Medscape Drug Interaction Checker, kemudian interaksi dikelompokkan berdasarkan mekanisme interaksi (farmakodinamik, farmakokinetik dan unknown) dan kategori signifikansi klinis yang diolah dengan metode statistika deskriptif, dihitung persentasenya, dan disajikan dalam bentuk tabel/diagram. Pengevaluasian interaksi obat yang terjadi dilakukan dengan literatur-literatur pendukung seperti buku dan juga jurnal penelitian.


(22)

4 A.Karakteristik Pasien

Tabel I. Karakteristik Pasien Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016

No Karakteristik

Pasien Parameter

Pasien (n = 32)

n %

1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

20 12

62,5 37,5

2. Usia

<30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun 71-80 tahun >80 tahun 0 0 2 13 8 8 1 0 0 6,3 40,6 25,0 25,0 3,1

Pada distribusi jenis kelamin diketahui pasien laki-laki memiliki prevalensi yang lebih besar dibanding pasien perempuan. Hasil ini sesuai dengan teori dari PERKI (2015) dan Dipiro (2011), dimana diagnosis SKA lebih kuat jika ditemukan pada pria yang juga merupakan salah satu faktor risiko yang bertanggung jawab. Wanita dengan SKA juga lebih sering mengalami nyeri punggung, dispnea, lemah, mual dan muntah dibanding laki-laki yang lebih sering mengalami nyeri dada, dimana nyeri dada merupakan simptom yang paling sering dilaporkan untuk SKA. Wanita lebih sering mengalami SKA atipikal yang dapat dihubungkan dengan penyakit yang tidak terdiagnosia atau salah diagnosia (Devon et al, 2008). Hasil penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan kasus SKA dengan pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56,7% dan perempuan sebanyak 43,3%, persentase yang lebih tinggi pada laki-laki dapat disebabkan karena kebiasaan merokok (Itrasari, 2015). Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa persentase pasien SKA laki-laki di daerah Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Pada distribusi umur diketahui pada usia 41-80 tahun memiliki prevalensi yang besar. Hasil penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan pasien SKA pada usia 20-40 tahun terdapat 20% dan usia 41-65 tahun terdapat 80% (Itrasari, 2015)

Faktor risiko pada penelitian ini paling banyak adalah dislipidemia (7 pasien), kemudian diikuti oleh hipertensi (6 pasien) dan diabetes mellitus (5 kasus), sedangkan faktor risiko merokok tidak dapat diketahui karena tidak tercantum dalam rekam medik pasien. Hal ini cukup mendukung teori mengenai faktor risiko yang bertanggung jawab atas kejadian SKA.


(23)

5

Tabel II. Gambaran Umum Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016

No Gambaran Umum Peresepan Parameter Pasien (n=32) %

1. Jumlah obat kardiovaskular

2-3 obat 4-6 obat 7-9 obat 0 65,6 34,4

2. Golongan obat kardiovaskular

Nitrat Asam asetilsalisilat Diuretik loop Diuretik thiazide ACEi ARB CCB β-blocker Kerja sentral Thienopyridine Nattokinase Statin Fibrat 56,3 75,0 28,1 3,1 12,5 53,1 9,4 37,5 3,1 68,8 6,3 75,0 6,3

3. Jenis obat kardiovaskular

ISDN ISMN Asam asetilsalisilat Furosemid HCT Captopril Ramipril Candesartan Valsartan Amlodipin Bisoprolol Clonidine Clopidopgrel Trobesco Simvastatin Atorvastatin Rosuvastatin Fenofibrat Gemfibrozil 53,1 3,1 75,0 28,1 3,1 9,4 3,1 18,8 34,4 9,4 37,5 3,1 68,8 6,3 12,5 59,4 3,1 3,1 3,1

1. Jumlah obat yang digunakan

Pada pengobatan pasien SKA di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta, pasien mendapatkan lebih dari satu obat sehingga memungkinkan terjadinya interaksi obat. Manajemen jangka panjang dan pencegahan sekunder baik UA/NSTEMI atau STEMI


(24)

6

penghambat reseptor ADP, statin, penyekat beta, ACE-I/ARB, dan antagonis aldosteron. Jumlah obat yang lebih dari 1 juga dapat terkait dengan faktor risiko pasien dengan penyakit jantung, dimana selain mengobati penyakit utama pasien memerlukan pengobatan untuk faktor risiko yang terdiagnosis. Faktor risiko yang bertanggung jawab adalah usia, jenis kelamin laki-laki, hipertensi, penggunaan tembakau, diabetes mellitus, obesitas, dan dislipidemia (Dipiro, 2011). Jumlah obat yang semakin banyak juga meningkatkan dihubungkan dengan terjadinya interaksi obat, dimana pada peneltian ini terbukti bahwa untuk kelompok jumlah 7-9 obat semuanya mengalami interaksi obat. 2. Golongan obat

Terdapat 11 macam golongan obat kardiovaskular yang diberikan kepada pasien SKA di Instalasi rawat Jalan RSPN Yogyakartaperiode Januari-Oktober 2016 dengan rincian pada tabel II(terlampir). Golongan obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan adalah asam asetilsalisilat (75,0%), statin (75,0%), dan thienopyridine(68,8%).

Hal ini sejalan dengan manajemen jangka panjang yang direkomendasikan oleh PERKI (2015) baik untuk UA/NSTEMI atauSTEMI, yaitu aspirin (asam asetilsalisilat) yang diberikan seumur hidup dan disarankan untuk diberikan bersama dengan clopidogrel dan statin dosis tinggi yang diberikan sejak awal untuk menurukan kolesterol LDL<70 mg/dL. Obat-obat golongan ini juga memegang peranan pada terjadinya interaksi obat dan dari hasil penelitian asam asetilsalisilat-klopidogrel merupakan interaksi yang paling banyak terjadi.

3. Jenis obat

Terdapat 19 jenis obatkardiovaskular yang diberikan kepada pasien SKA di instalasi rawat jalan RSPN periode Januari-Oktober 2016. Jenis obat kardiovaskular yang paling sering diresepkan adalah asam asetilsalisilat, (75%), clopidogrel (68,8%), dan simvastatin (59,4%). Jenis obat yang sering diresepkan merupakan jenis dari golongan obat yang mempunyai persentase besar, sehingga dapat dikatakan sesuai.

C.Kajian Interaksi Obat

Interaksi obat pada data rekam medis yang diambil di instalasi rawat jalan RSPN diidentifkasi menggunakan medscape drug interaction checker. Dari 32 pasien SKA, terdapat 28 pasien (87,5%) yang mengalami interaksi obat dan 4 pasien (12,5%) yang tidak mengalami interaksi obat.


(25)

7

sakit pendidikan di India pada pasien dengan penyakit komorbiditas menunjukkan terdapat 83,42% peresepan pasien dengan potensi interaksi obat. Studi lain yang dilakukan oleh Chelkeba et al (2013) pada pasien rawat jalan yang menerima obat kardiovaskular menunjukkan dari 332 pasien terdapat 241 pasien (72,6%) memiliki potensi interaksi obat.

Gambar 2. Persentase Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016

Dapat dilihat pada tabel III bahwa terjadi interaksi obat kardiovaskular dengan obat kardiovaskular lebih besar, yaitu sebanyak 18 kasus (56,3%) dibandingkan dengan interaksi obat kardiovaskular dengan obat lain yaitu sebanyak 10 kasus (31,3%). Hal ini dapat dikarenakan pada peresepan pasien sebagian besar merupakan obat kardiovaskular, dan persentasi obat lain yang sedikit.

Data jumlah jenis interaksi berdasarkan mekanisme interaksi obat disajikan pada tabel III di bawah, dengan jenis interaksi yang paling banyak terjadi adalah interaksi dengan mekanisme farmakodinamik, yaitu15 kasus (46,9%), kemudian diikuti dengan mekanisme farmakokinetik 7 kasus (21,9%) danmekanisme yang tidak diketahui 6 kasus (18,8%). Farmakokinetik adalah tentang pengaruh tubuh terhadap obat, dimana interaksi terjadi saat satu obat mempengaruhi konsentrasi dari obat lain dengan akibat klinis. Farmakodinamik adalah tentang pengaruh obat terhadap tubuh, dimana interaksi ini terjadi antara kedua obat dengan meningkatkan atau menurunkan efek (Snyder, 2012). Hasil penelitian Patel et al (2014) menunjukkan adanya interaksi obat yang jika diklasifikasikan berdasarkan mekanisme farmakokinetik sebesar 26,76%, farmakodinamik sebesar 68,92%, dan mekanisme tidak diketahui sebesar 4,30% dari 2066 potensi interaksi obat yang tercatat.

87,5%

12,5% mengalami

interaksi obat

tidak mengalami interaksi obat


(26)

8

Klinis Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016

Mekanisme Interaksi

Obat A Obat B Pasien

(n = 32)

Kategori Signifikansi Klinis Interaksi diinginkan (Y/T)** % Farmakokinetik (21,9%)

Amlodipin Simvastatin 6,3 Serius T

Atorvastatin Valsartan 6,3 Signifikan Y Gemfibrozil Valsartan 3,1 Signifikan T Simvastatin Valsartan 15,6 Signifikan Y

Asam asetilsalisilat

Glimepiride 3,1 Signifikan Y

Clopidogrel Lansoprazole 3,1 Signifikan Y Gemfibrozil Glimepiride 3,1 Signifikan T Farmakodinamik

(46,9%)

Asam asetilsalisilat

Bisoprolol 34,4 Signifikan T

Asam asetilsalisilat

Candesartan 12,5 Signifikan T

Asam asetilsalisilat

Captopril 6,3 Signifikan T

Asam asetilsalisilat

Clopidogrel 46,9 Signifikan Y

Asam asetilsalisilat

Furosemide 21,9 Signifikan T

Asam asetilsalisilat

Ramipril 3,1 Signifikan T

Asam asetilsalisilat

Valsartan 28,1 Signifikan T

Bisoprolol Candesartan 9,4 Signifikan Y Bisoprolol Valsartan 18,8 Signifikan Y Captopril Furosemide 6,3 Signifikan Y

Asam asetilsalisilat

Insulin aspart

3,1 Minor Y

Bisoprolol Ketorolac 3,1 Signifikan T

Candesartan Ketorolac 3,1 Signifikan T Clopidogrel Ketorolac 3,1 Signifikan Y

Furosemid Metformin 3,1 Minor Y

Unknown (18,8%)

Bisoprolol Furosemide 9,4 Signifikan T

Bisoprolol HCT 3,1 Signifikan T

Furosemid Valsartan 12,5 Signifikan Y

HCT Valsartan 3,1 Signifikan Y

Captopril Allopurinol 6,3 Serius T

Clopidogrel Cormega 3,1 Signifikan Y *warna merah mewakili interaksi antara obat kardiovaskular dengan obat lain


(27)

9

closely/signifikan, dan minor. Kategori signifikansi klinis yang diacu adalah kategori signifikansi klinis berdasarkan tingkat keparahan interaksi, hal ini penting terutama dalam menilai risiko dan benefit dari terapi. Tingkat keparahan mayor/serius mempunyai efek yang berpotensi mengancam nyawa/mampu menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat keparahan moderat/signifikan mempunyai efek yang mungkin dapat menyebabkan penurunan status klinis pasien, dimana terapi tambahan, rawat inap mungkin dibutuhkan. Tingkat keparahan minor mempunyai efek yang yang biasanya ringan; akibat mungkin mengganggu atau tidak terlihat tapi secara signifikan tidak berdampak pada outcome terapi, sehingga terapi tambahan tidak diperlukan (Tatro, 2007). Berdasarkan tabel III di atas, jumlah kategori signifikansi yang paling besar adalah kategori signifikansi monitor closely/signifikan sebanyak 24 interaksi (75,0%). Sedangkan untuk kategori signifikansi serius sebesar 6,3% dan kategori signifikansi minor 6,3%. Penelitian yang dilakukan oleh Chelkeba et al (2013) pada pasien rawat jalan yang menerima obat kardiovaskular juga menunjukkan 67,3% merupakan kategori signifikansi moderat, diikuti dengan 29,6% kategori signifikansi mayor, dan 3,1% kategori signifikansi minor.

Dalam penelitian ini juga didapatkan interaksi yang dimana efeknya diinginkan untuk mengoptimalkan terapi, dan juga tidak diinginkan terkait efek samping interaksi tersebut. Beberapa contoh interaksi yang diinginkan adalah asam asetilsalisilat dan clopidogrel yang menurut penelitian Fares et al (2008) memiliki efek yang lebih superior dibanding pemberian aspirin saja, namun dengan pengawasan ketat terhadap efek perdarahan GI; kombinasi golongan statin (simvastatin, atorvastatin) dan ARB (valsartan) menurut metaanalisis dari beberapa penelitian menunjukkan manfaat bagi pasien dengan hipertensi, kadar kolesterol yang moderat, sindrom metabolik, diabetes tipe 2, dan kejadian kardiovaskular sebelumnya seperti stroke atau infark miokard (Nickenig, 2004); ARB dan diuretik thiazid (hidroklorthiazid) walaupun keamanan yang sama dengan pemberian valsartan saja, efek samping pusing lebih tinggi , namun hiperurisemia lebih rendah dengan kombinasi ini (Abraham et al, 2015) dan dapat menurukan kadar diastolik hingga kurang dari 90 mmHg (Skolnik et al, 2000); clopidogrel dan PPI (lansoprazole) harus diresepkan pada pasien dengan risiko perdarahan GI yang berpengruh pada tingginya angka kematian (Tarnawski, 2012). Beberapa interaksi obat yang tidak diinginkan adalah amlodipin dan simvastatin karena adanya efek samping serius seperti rabdomiolisis (Drugs.com, 2017); captopril dan allopurinol, dimana mekanisme interaksi tidak diketahui dan dapat


(28)

10

Jhonson (Medscape, 2016); kombinasi penyekat beta dan diuretik meningkatkan risiko diabetes (Richards and Tobe, 2014); asam asetilsalisilat menurunkan efek obat antihipertensi, namun pada penggunaannya hanya sedikit meningkatkan risiko hipertensi (Bautista and Vera, 2010).

Pada tabel III diketahui bahwa interaksi yang paling sering terjadi adalah interaksi antara asam asetilsalisilat-clopidogrel (46,9%). Interaksi antara asam asetilsalisilat dan clopidogrel merupakan interaksi farmakodinamik sinergis yang signifikan (perlu monitor secara ketat), dimana interaksi keduanya dapat menimbulkan perdarahan pada gastrointestinal (Karalliede et al, 2010). Hal ini disebabkan mekanisme asam asetilsalisilat menghambat secara ireversibel pembentukan tromboksan dari asam arakidonat dengan menghambat COX-1 (Fares, 2008) dan mekanisme clopidorgelmenghambat reseptor ADP yaitu P2Y12 secara ireversibel, sehingga reseptor tidak dapat menanggapi ADP (Wijeyeratne dan Heptinstall, 2011). Tromboksan dan ADP merupakan agonis platelet yang berfungsi untuk mengaktfikan reseptor platelet dan menyebabkan agregasi platelet (Stalker et al, 2012).Interaksi yang saling meningkatkan efek ini secara klinis diinginkan, hal didukung oleh pembandingan penelitian pada sebuah review jurnal oleh Fares (2008) yang menyimpulkan bahwa kombinasi keduanya memiliki efek lebih superior dibandingkan pemberian aspirin saja, namun dengan risiko perdarahaan. Manajemen yang perlu dilakukan adalah sarankan pasien untuk melapor jika terdapat tanda-tanda perdarahan gastrointestinal (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010).

Diketahui juga bahwa terdapat 2 interaksi serius pada peresepan, yaitu interaksi antara amlodipin-simvastatin dan captopril-allopurinol. Interaksi antara amlodipin dan simvastatin merupakan interaksi farmakokinetik dengan kategori signifikansi serius dan dapat menyebabkan, risiko miopati, termasuk rabdomiolisis (Drugs.com, 2017). Interaksi terjadi pada fase metabolisme, dimana amlodipine mengganggu proses eliminasi statin dengan menghambat CYP450 3A4, dimana simvastatin merupakan substratnya sehingga kadar simvastatin meningkat (Cupp, 2012). Interaksi tidak diinginkan, karena dapat menimbukan efek serius, namun penggunaan keduanya dibutuhkan dalam pengobatan pasien sehingga manajemen yang perlu dilakukan adalah pemberian dosis simvastatin tidak lebih dari 20 mg/hari saat dikombinasikan dengan amlodipin. Fluvastatin, pravastatin, dan rosuvastatin lebih aman sebagai alternatif pada pasien yang menerima amlodipin, karena tidak dimetabolisme oleh CYP450 3A4 (Drugs.com, 2017). Interaksi antara captopril dan


(29)

11

mekanisme pasti interaksinya. Efek dari interaksi yang mungkin terjadi adalah reaksi hipersensitivitas, anafilaksis, dan sindrom Stevens-Johnson (Medscape, 2016). Manajemen yang perlu dilakukan jika terjadi manifestasi hipersensitifitas adalahpenghentian kedua obat (Tatro, 2007), serta disarankan untuk monitoring jumlah sel darah putih secara berkala (Drugs.com, 2017).

Menurut Mallet (2007), beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan dalam manajemen interaksi, yaitu mendokumentasikan secara lengkap riwayat pengobatan, termasuk obat over-the-counter, suplemen kesehatan, alkohol, dan vitamin; meninjau kembali pengobatan untuk memperbaharui kemungkinan terjadi interaksi obat; ketahui dan dokumentasikan interaksi obat terbaru pada catatan kesehatan dengan rencana penanganan dan follow-up; pantau efek tidak diinginkan dari potensi interaksi obat.Hasil sebuah penelitian yang dilakukan Kafeel et al (2014) mengatakan bahwa mayoritas interaksi (sekitar 17%) adalah mudah dihindari dengan memodifikasi dosis, pengecekan kembali resep, dan apoteker diberikan kewenangan untuk melakukan intervensi yang diperlukan dalam resep ketika diperlukan. Dalam sistem pelayanan kesehatan, upaya kolaboratif dari penulis resep dan peracik sangat penting agar terapi bagi pasien bermanfaat.

KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Kajian Interaksi Obat Pasien Rawat

Jalan Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode

Januari-Oktober 2016” dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran umum peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di RSPN Yogyakarta meliputi persentase jumlah obat kardiovaskular paling banyak dalam peresepan pasien adalah 4-6 obat sebesar 65,6%; tgolongan obat dan jenis obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan adalah asam asetilsalisilat (75,0%). 2. Persentase pasien rawat jalan sindrom koroner akut di RSPN Yogyakarta yang

mengalami interaksi obat adalah 87,5% (28 pasien). 3. Persentase interaksi obat:


(30)

12

(15 kasus) interaksi obat dengan mekanisme farmakodinamik, dan 18,8% (6 kasus) dengan mekanisme yang tidak diketahui.

b. Terdapat 6,3% (2 kasus) interaksi obat dengan kategori signifikansi klinis serius, 75,0% (24 kasus) interaksi obat dengan kategori signifikansi klinis monitor closely/signifikan, dan 6,3% (2 kasus) interaksi obat dengan kategori signifikansi minor.

B.SARAN

Saran untuk pihak Rumah Sakit Panti Nugroho adalah data penelitian terkait adanya interaksi obat agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi terkait interaksi obat yang terjadi pada peresepan pasien, agar dapat menjadi sistem untuk deteksi dini interaksi obat yang mungkin dapat membahayakan pasien.Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian kajian interaksi obat secara prospektif pada peresepan pasien sindrom koroner akut atau penyakit kronis lainnya disertai wawancara terkait terapi yang diberikan oleh dokter.


(31)

13

Ansari, J.A., 2010.Drug Interaction and Pharmacist.J Young Pharm. 2(3):329.

Abraham, H. M. A., White, M. C., and White, W. B., 2015. The Comparative Efficacy and Safety of the Angiotensin Receptor Blockers in the Management of Hypertension and Other Cardiovascular Diseases. NIH-Drug Saf. 38(1):12.

Bag, S., Das, S., Bagchi, C., and tripathi, S. K., 2014.Letter to the Editor : Aspirin Potentiates Blood Glucose Lowering Effect of Glimepiride-Pioglitazone Combination In Streptozotocin-induced Diabetic Rats.Indian Journal of Pharmacology. 562-563.

Bautista, L. E. And Vera, L. M., 2010. Antihypertensive Effects of Aspirin: What Is The Evidence?. Springer Science Business Media, 12:281-289.

Baxter, K., 2010.Stockley’s Drug Interactions.9th Ed., London:Pharmaceutical Press.40, 999, 1123, 1320.

Chelkeba, L., Alemseged, F., and Bedada, W., 2013. Assessment Of Potential Drug-Drug Interactions Among Outpatients Receiving Cardiovascular Medications At Jimma University Specialized Hospital, South West Ethiopia.International Journal of Basic & Clinical Pharmacology. 2(2):144-152.

Cupp, M., 2016. Clinically Significant Statin Drug Interactions.Pharmacist’s

Letter/Prescriber’s Letter Therapeutic Research Center, 4.

DeVon, H. A., Ryan, C. J., Ochs, A. L., and Shapiro, M., 2008. Symptoms Across The Continuum of Acute Coronary Syndromes: Differences Between Women and Men. NIH-American Journal of Critical Care. 17(1):14-25.

Dipiro, J.T., et al., 2011.Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach. 8th Edition, United State of America: The McGraw-Hill Companies.241-242.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006.Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut.Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. 1, 9, 52-73.

Drugs.com, 2017. Drug Interactions Checker. Drugs.com (Online). https://www.drugs.com/drug_interactions.php, accessed 7 January 2017.

Fares, R. R., Lansing, L. S., Gallati, C. A., and Mousa, S. A., 2008. Antiplatelet Therapy With Clopidogrel And Aspirin In Vascular Diseases: Clinical Evidence For And Against The Combination.Expert Opin Pharmacother. 9(3):277-386.


(32)

14

Changes Approved By FDA Center for Drug Evaluation and Research (CDER). FDA (Online). http://www.fda.gov/Safety/MedWatch/SafetyInformation/ucm212125.htm accessed 10 January 2017.

Itrasari, A., 2015. Hubungan Jenis Sindrom Koroner Akut Dengan Kualitas Hidup Aspek Fisik Pasien Pasca Serangan Jantung Yang Dirawat Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Naskah Publikasi STIK ‘Aisyiyah Yogyakarta. 6-7

Kafeel, H., Rukh, R., Qamar, H., Bawany, J., Jamshed, M., Sheikh, R., Hanif, T., Bokhari, U., Jawaid, W., Javed, Y. and Saleem, Y. M., 2014. Possibility of Drug-Drug Interaction in Prescription Dispensed by Community and Hospital Pharmacy. Pharmacology & Pharmacy. 5:401-407

Karalliedde, L., Clarke, S.F.J., Collignon, U., and Karalliedde, J., 2010.Adverse Drug Interactions: A Handbook for Prescribers. London: Hodder Education. 44, 46, 48, 55, 56, 58,95,116, 124, 652.

Kementrian Kesehatan RI, 2014.Profil Kesehatan Indonesia Tahun2013.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.7-8.

Kementrian Kesehatan RI, 2014. Lingkungan Sehat Jantung Sehat. http://www.depkes.go.id/article/view/201410080002/lingkungan-sehat-jantung-sehat.html#sthash.yiCHK4gx.dpuf accessed 14 March 2016.

Mallet, L., Spinewine, A., and Huang, A., 2007. The Challenge Of Managing Drug Interactions In Elderly People. Lancet. 370:185-191.

Medscape, 2016. Drug Interaction Checker, Medscape (Online). http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker accessed 26 December 2016. Nickenig, G., 2004. Should Angitensin II Receptor Blockers and Statins Be

Combined.Circulation American Heart Association. 1013-1020.

Patel, P. S., Rana, D. A., Suthar, J. V., Malhotra, S. D., Patel, V. J., 2014.A Study Of Potential Adverse Drug-Drug Interactions Among Prescribed Drugs In Medicine Outpatient Department Of A Tertiary Care Teaching Hospital.Journal of Basic and Clinical Pharmacy. 5(2):44-48.

PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi 4, Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 23-71.


(33)

15

Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia. Yogyakarta. 178, 182.

Richards, T. R. And Tobe, S. T., 2014. Combining Other Antihypertensive Drugs With β -Blockers in Hypertension: A Focus on safety and Tolerability. Canadian Journal of Cardiology. 30:S42-S46.

Stalker, T. J., Newman, D. K., Ma, P., Wannemacher, K., M., and Brass, L. F., 2012. Platelet Signaling. Handb Exp Pharmacol. 59-85

Skolnik, N.S., Beck, J.D., dan Clark, M., 2000. Combination Antihypertensive Drugs: Recommendations for Use. Am Fam Physician., 61(10):3049-3056.

Snyder, B. D., Polasek, T. M., and Doogue, m. P., 2012. Drug Interaction: Principles and Practice. Australian Prescriber.35(3):85-88.

Tarnawski, A. S., 2012. Clopidogrel and Proton Pump Inhibitors – Where Do We Stand In 2012?. World Journal of Gastroenterology. 18(18):2161-2171.

Tatro, David S., 2007.Drug Interaction Facts. United State of America: Wolters Kluwer Health. 36.

Tumade, B., Jim, E. L., Joseph, V. F. F., 2016. Prevalensi Sindrom Koroner Akut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014.Jurnal e-Clinic. Universitas Sam Ratulangi Manado. 4(1):229.

Wiggins, B. S., et al, 2016. Recommendations for Management of Clinically Significant Drug-Drug Interactions With Statins and Select Agents Used in Patients With Cardiovascular Disease: A Scientific Statement From the American Heart Association. American Heart Association. 20.

Wijeyeratne, Y. D. And Heptinstall, S., 2011.Anti-Platelet Therapy: ADP Receptor Antagonists. British Journal of Clinical Pharmacology.72(4):648.


(34)

16


(35)

17

No Tgl

pengobatan

Umu

r JK Diagnosis Nama obat Aturan pakai

Jumlah obat Keterangan data klinis atau data laboratorium 1

19/01/2016 73 L Post Stemi Dislipidemia Hiperuricemia

Clopidogrel 75 mg No. 30 Farmasal 100 mg

No. 30

Simvastatin 10 mg No. 30

ISDN 5 mg No. 30

Allopurinol 100 mg No. 30

1x1 1x1 1x1 1x1 1x1

5 -

2

02/02/2016 57 P Nstemi Hipertensi

ISDN 5 mg No. 90

Aptor No. 30

Valisanbe 5 mg No. 15

Simvastatin 10mg No. 30

Neurodex No. 30

3x1 1x1 1x1 1x1 1x1

5 -

3

15/03/2016 78 P Post Stemi Anteroseptal Susp. KP

Furosemid No. 30

Kalipar No. 30

Bisoprolol 5 mg No. 15 Valesco 80 mg

No. 30

ISDN 5 mg No. 15 Miniaspi 80 mg

No. 30

Astria No. 30

1x1 1x1 1x1/2 1x1 1x1 1x1

7 -

4 25/10/2016 65 L Post Stemi anteroseptal Post Stroke

Candoten 16 mg No. 45

½-0-1 1x1


(36)

18 Trobesco

Astria No. 30

Bisoprolol 5 mg No. 15

Allopurinol 300 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30

1x1/2 1x1 1x1

5

01/06/2016 76 L Stemi HHD Hipertensi ISK

Valesco 160 mg No. 60 Miniaspi 80 mg

No. 30

Clopidogrel 75 mg No. 30

Furosemid No. 15

Kalipar No. 15

Laxadin syr

Simvastatin 10 mg No. 30

2x1 1x1 1x1 ½-0-0 1x1 1xCII 1x1

7 -

6

19/02/2016 51 L Post UAP Allopurinol 300 mg No. 14 Profibrate 300 mg No. 14

Qten 100 No. 14

Trobesco No. 30

1x1 1x1 1x1 2x1

4 TD : 130/80

7

16/09/2016 44 L Post Stemi Miniaspi 80 mg

No. 30

Clopidogrel 75 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg

No. 15

ISDN 5 mg No. 15

Astria No. 30

1x1 1x1 1x1 1x1/2

1x1

6 TD : 110/80

8 14/10/2016 57 L Post Stemi Anterior HHD

Valesco 160mg No. 30

1x1 1x1/2


(37)

19

Clopidogrel 75 mg No. 30 Atorvastatin 20 mg No. 30

HCT No. 30

ISDN 5 mg No. 30

1-0-0

9

14/10/2016 66 P Nstemi

Sindrom Metabolik Neuropati DM

Metformin 500 mg No. 60 Gemfibrozil 300 mg

Valesco 80 mg No. 30 Amlodipin 5 mg

Glimepiride 3 mg No. 30

Amitriptilin No. 15

2x1 1x1 1x1 1x1 1-0-0 1x1/2

6 TD : 140/80 GDS : 302

10

03/10/2016 59 L Post Stemi Inferior Riw : VES Trigemini, Dislipidemia

Aspilet 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30

ISDN 5 mg No. 30

1x1 1x1 1x1

4 TD : 130/80

11

06/10/2016 44 P Stemi DM

Furosemid No. 30

Kalipar No. 30

Aspilet 80 mg No. 30 Clopidogrel No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Novorapid 16unit

No. 5

Metformin 500 mg No. 60

1-0-0 1x1 1x1 1x1 X1 3x1 2x1

7 TD : 120/80 OT : 334

12

14/10/2016 61 L Post Stemi Anterior CHF EC Susp IHD

Aspilet 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg

No. 7

Atorvastatin 10 mg No. 30 Valesco 80 mg No. 30

1x1 1x1 1x1 1x1 2x1/2 1-0-0

8 TD : 120/80 > 150/90


(38)

20

ISDN 5 mg No. 30

13

15/10/2016 64 P Post Stemi Riw : AFRVR

Aspilet 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Bisoprolol 5 mg

No. 4

Furosemid No. 7

Kalipar No. 7

Simvastatin 10 mg No. 7

ISDN 5 mg No. 21

1x1 1x1 1x1/2 1-0-0 1x1 1x1

7 TD : 110/70

14

15/10/2016 57 L Riw : NStemi Dislipidemia Hiperuricemia

Bisoprolol 5 mg No. 8 Miniaspi 80 mg

No. 30

Simvastatin No. 30 Captopril 12,5 mg No. 30 Allopurinol 300 mg No. 30

1x1/4 1x1 1x1 2x1/2 1x1

5 TD : 120/80 Chol : 265 TG : 103 Urat : 5,9

15

31/10/2016 60 L Post Stemi

Nefrolithiasis sinistra HHD

Dislipidemia Hiperuricemia

Candoten 8 mg No. 28 Bisoprolol 5 mg

No. 4

Atorvastatin 40 mg No. 14 Allopurinol 300 mg No. 14 Clopidogrel 75 mg No. 14

Ketorolac No. 14

ISDN 5 mg

2x1 1x1/4 1x1 1x1 1x1 2x1 (K/P) S.L

7 TD : 160/90

16

25/10/2016 58 L Post Stemi Aspilet 80 mg No. 7

Clopidogrel 75 mg No. 7 Simvastatin 10 mg No. 7 Candoten 8 mg

1x1 1x1 1x1 2x1/2


(39)

21 No. 2

ISDN 5 mg No. 10

17

28/10/2016 58 L DM Post Stemi

Aspilet 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Glimepiride 2 mg

No. 7

Metformin 500 mg No. 7 Simvastatin 10 mg No. 7

1x1 1x1 1-0-0 1x1 1x1

5 TD : 120/60

18

25/10/2016 68 L Post Stemi Hiperuricemia IHD

Allopurinol 100 mg No. 7 Sukralfat syr No. 1 Candoten 8 mg

No. 14

Lansoprazole 30 mg No. 7

ISDN 5 mg No. 21

Aspilet 80 mg No. 7

1x1 3xCI 2x1 1x1 (K/P)

1x1

6 TD : 130/70

19

11/08/2016 70 L CAD vd dgn LM disease Post Stemi

Aspilet 81 mg No. 30 Clopidogrel No. 30 Atorvastatin 20 mg No. 60 Alprazolam 0,5 mg No. 15 Ramipril 5 mg No. 15

1x1 1x1 1x2 1x1 1x1/2

5 TD : 130/90

20

16/08/2016 77 L Post Stemi Anterior Susp. Aneurisma Ventrikel

Miniaspi 80 mg No. 7

Clopidogrel 75 mg No. 7

ISDN 5 mg No. 21

ISDM 5 mg No. 10

Simvastatin 20 mg No. 7 Allopurinol 300 mg No. 7

1x1 1x1 3x1 (K/P) S.L 1x1 1x1

6 TD : 120/70

21 26/09/2016 81 P Post Stemi IHD

Miniaspi 80 mg No. 30

1x1 pc 1x1 malam


(40)

22 Bisoprolol 5 mg

No. 8

ISDN 5 mg No. 15

Valesco 80 mg No. 15

(K/P) S.L 1x40mg

22

05/10/2016 80 P Post Stemi anterior Hipertensi

CHF EC Susp. OMI

Furosemid No. 30

Kalipar No. 30

Captopril 25 mg No. 90

Clopidogrel 75 mg No. 30 Lansoprazole 30 mg No. 7

1-0-0 1x1 3x1 1x1

1x1 (diminum terus)

5 TD : 130/80

23

01/10/2016 76 P Post Stemi HHD IHD

Miniaspi 80 mg No. 30

Clopidogrel 75 mg No. 30 Valesco 80 mg No. 60 Bisoprolol 5 mg

No. 8

ISDN 5 mg No. 30

Simvastatin 10 mg No. 30 Alprazolam 0,5 mg No. 7

1x1 1x1 2x1 1x1/4 (K/P) S.L 1x1 malam 1x1 malam

7 TD : 170/100

24

24/09/2016 67 L Post Stemi DM Hipertensi Dislipidemia

Metformin 500 mg No. 28 Clopidogrel 75 mg No. 14 Laxadin

No. 1

Cormega No. 14

Crestor 20 mg No. 14

3x1 1x1

1xC2 (Bila susah BAB) 1x1

1x1

5 TD : 130/100 OT : 162

25

25/10/2016 58 L Post Stemi Aptor 100 mg No. 30

Clopidogrel 75 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Candoten 8 mg

1x1 1x1 1x1 2x1/2


(41)

23 26

03/10/2016 65 P Post Stemi anterior DM

Metformin 500 mg No. 30 Aspilet 80 mg No. 30 Valesco 80 mg

No. 30

Clopidogrel 75 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg

No. 8 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1/4

5 TD : 130/90 GDS : 100

27

29/10/2016 80 L IHD Post Stemi

Aspilet 80 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg

No. 15

Clopidogrel 75 mg No. 30

ISDN 5 mg No. 21

Simvastatin 20 mg No. 30 Valesco 160 mg

No. 30 Laxadin

No. 1 Valisanbe 5 mg

No. 15

1x1 1x1/2 1x1

3x1 K/P (Bila nyeri dada)

1x1 1x1 pagi

1xC1 (Bila susah BAB) 1x1 (Bila susah tidur) malam

8 TD : 140/90

28

11/10/2016 52 L Post Stemi HHD

Dislipidemia Hiperuricemia

Furosemid No. 30

Kalipar No. 30

Miniaspi 80 mg No. 30

Clopidogrel 75 mg No. 30 Captopril 25 mg

No. 90 Amlodipin 10 mg

No. 30

Simvastatin 10 mg No. 30

1-0-0 1x1 1x1 1x1 3x1 1x1 1x1 malam 1x1 1x1 malam


(42)

24 29

24/10/2016 59 L Nstemi

Sinus Bradikardi

Aspilet 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Simvastatin 10 mg No. 7 ISDN 5 mg

Candoten 16 mg No. 7

Alprazolam 0,5 mg No. 3

1x1 1x1 1x1

2x1/2 1x1

6 -

30

31/10/2016 58 P Hipertensi Riwayat : UAP Susp. CA Dislipidemia

Amlodipin 10 mg No. 30 Valesco 160 mg

No. 30

Clonidin 0,15 mg No. 60 Aspilet

No. 30

Simvastatin 10 mg No. 30

0-0-1 sore 1x1 pagi 2x1 1x1 1x1

5 TD : 130/80 Chol : 156 TG : 317 GDS : 85

31

12/04/2016 59 P Nstemi DM Hipertensi

Acarbose 50 mg No. 14

Valesco 80mg No. 7

Furosemid No. 7

Kalipar No. 7 Miniaspi 80 mg

No. 7

Clopidogrel 75 mg No. 7

Novomix No. 1

2x1 1x1 1-0-0 1x1 1x1 1x1 17-0-12

7 -

32

18/06/2016 76 P Anemia Post Stemi

Biosanbe No. 15

Furosemid No. 15

Kalipar No. 15

Astria No. 15

1x1 1-0-0 1x1 1x1


(43)

25

Obat A Obat B

Mekanisme

Interaksi Kategori

Signifikansi Mekanisme dan Efek Management

FK FD Un

Amlodipine Simvastatin √ Serius Risiko miopati, termasuk

rabdomiolisis (Drugs.com, 2017).

Pemberian dosis simvastatin tidak lebih dari 20 mg/hari saat dikombinasikan dengan amlodipin. Fluvastatin, pravastatin, dan rosuvastatin lebih aman sebagai alternatif pada pasien yang menerima amlodipin, karena tidak dimetabolisme oleh CYP450 3A4 (Drugs.com, 2017).

Kaptopril Allopurinol √ Serius Reaksi hipersensitivitas,

anafilaksis, dan sindrom Stevens-Johnson (Medscape, 2016).

Jika terjadi manifestasi hipersensitifitas, hentikan kedua obat (Tatro, 2007 hal.36)

Disarankan untuk monitoring WBC secara berkala (Drugs.com, 2017) Asam

asetilsalisilat

Bisoprolol √ Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek bisoprolol

dengan mekanisme

farmakodinamik antagonis (asam asetilsalisilat juga menurunkan sintesis prostaglandin). Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah setiap minggu saat pemberian asam asetilsalisilat dosis tinggi (Karalliede et al, 2010).

Asam asetilsalisilat

Kaptopril √ Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek kaptopril

Perlu dilakukan monitoring tekanan darah secara teratur dan pemantauan


(44)

26

Keduanya juga saling meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal (Medscape, 2016).

minggu, dan lihat penurunan respon ACEi saat aspirin diberikan >100 mg/hari (Karalliede et al, 2010). Dosis terapi asam asetilsalisilat terendah harus digunakan (Drugs.com, 2017).

Asam asetilsalisilat

Candesartan (Candoten®)

√ Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek candesartan

dengan mekanisme

farmakodinamik antagonis.

Keduanya saling

meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal. Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Perlu dilakukan monitoring tekanan darah secara teratur dan pemantauan klinis lain yang sesuai seperti penilaian fungsi ginjal secara berkala hingga stabil (Karalliede et al, 2010). Dosis terapi asam asetilsalisilat terendah harus digunakan (Drugs.com, 2017).

Asam asetilsalisilat

Clopidogrel √ Signifikan Asam asetilsalisilat dan clopidogrel saling meningkatkan toksisitas

dengan mekanisme

farmakodinamik sinergis. Risiko perdarahan GI (Medscape, 2016).

Sarankan pasien untuk melapor jika terdapat tanda-tanda perdarahan GI (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010).

Asam asetilsalisilat

Furosemide √ Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek furosemide

dengan mekanisme

farmakodinamik antagonis (asam asetilsalisilat juga

Tidak ada intervensi klinis umumnya diperlukan, tetapi kemungkinan interaksi potensial harus dipertimbangkan pada pasien dengan asites yang diobati dengan diureik


(45)

27

bersama juga dapat menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Aspirin dapat mengurangi efek diuretik dan venodilation diproduksi oleh furosemide. Kombinasi aspirin dan furosemide dapat meningkatkan risiko gagal ginjal akut dan toksisitas salisilat. Risiko ototoksisitas dengan dosis tinggi salisilat secara teori dapat meningkat oleh diuretik loop (Baxter, 2010).

(Drugs.com 2017).

Asam asetilsalisilat

Glimepiride √ Signifikan Asam asetilsalisilat dapat

meningkatkan efek

glimepiride dengan adanya kompetisi dengan protein dalam darah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bag et al (2014) yang nyatakan aspirin baik dosis rendah (4,64 mg/kg setara 325 mg/hari) dan dosis rendah diikuti dengan dosis tinggi (14,29 mg/kg setara 1000 mg/hari) secara signifikan meningkatkan potensi efek

Monitoring efek hipoglikemik dan hindari asam asetilsalisilat dosis tinggi (Karalliede et al, 2010).


(46)

28

pioglitazon. Asam

asetilsalisilat

Ramipril √ Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek ramipril

dengan mekanisme

farmakodinamik antagonis.

Keduanya saling

meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal (Medscape, 2016).

Perlu dilakukan monitoring tekanan darah secara teratur dan pemantauan klinis lain yang sesuai seperti penilaian fungsi ginjal setiap 3-6 minggu, dan lihat penurunan respon ACEi saat aspirin diberikan >100 mg/hari (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010).

Asam asetilsalisilat

Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek valsartan

dengan mekanisme

farmakodinamik antagonis. Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscae, 2016).

Keduanya saling meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal, sehingga diperlukan monitoring tekanan darah dan evaluasi fungsi ginjal hingga stabil (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010).

Atorvastatin Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Atorvastatin meningkatkan level atau efek dari valsartan. Atorvastatin merupakan inhibitor OATP1B1 dan valsartan merupakan substrat yang diuptake oleh transporter OATP1B1. Inhibitor OATP1B1 dapat meningkatkan risiko miopati (Medscape, 2016).

Meski terjadi perubahan secara farmakokinetik, namun tidak dianggap relevant secara klinis (Baxter, 2010). Monitoring tekanan darah.


(47)

29

penggunaan secara

bersamaan dapat

meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

tanda hipotensi (Karalliede et al, 2010).

Kombinasi ini berguna secara klinis di sejumlah gangguan kardiovaskuler (Baxter, 2010).

Bisoprolol Furosemide √ Signifikan Interaksi antara bisoprolol dan furosemid tidak diketahui. Penggunaan bersama dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Pemantauan kadar kalium dalam darah, dan tekanan darah (Drugs.com, 2017).

Bisoprolol Ketorolac √ Signifikan Ketorolac dapat menurunkan efek bisoprolol dengan mekanisme farmakodinamik antagonis (AINS juga menurunkan sintesis prostaglandin). Penggunaan bersama dapat kadar kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Pengunaan jangka panjnag (>1minggu) perlu dilakukan monitoring tekanan darah (Drugs.com, 2017) dan dosis minimum asam asetilsalisilat harus digunakan (Baxter, 2010).

Bisoprolol HCT √ Signifikan Interaksi antara bisoprolol

dan furosemid tidak diketahui. Bisoprolol dapat

meningkatkan dan

hidroklorothiasid dapat menurunkan menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Pemantauan kadar kalium serum, tekanan darah, dan glukosa darah direkomendasikan. Pasien harus disarankan untuk mencari bantuan medis jika mereka mengalami pusing, kelemahan, pingsan, cepat atau jantungtidak teratur detak, atau hilangnya kontrol glukosa darah (Drugs.com, 2017).


(48)

30

farmakodinamik sinergis dan

penggunaan secara

bersamaan dapat

meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

pasien untuk melapor jika ada tanda-tanda hipotensi (Karalliede et al, 2010).

Candesartan (Candoten®)

Ketorolac √ Signifikan Ketorolac menurunkan efek candesartan dengan mekanisme farmakodinamik antagonis. Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah.

Keduanya saling meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal, sehingga diperlukan monitoring tekanan darah dan evaluasi fungsi ginjal (Drugs.com, 2017).

Captopril Furosemide √ Signifikan Kaptopril dan furosemide berinteraksi secara farmakodinamik sinergis. Pengunaan keduanya dapat menimbulkan risiko hipotensi akut dan ketidakmampuan renal (Medscape, 2016)

Monitoring tekanan darah seminggu sekali hingga stabil. Sarankan pasien untuk melaporkan gejala hipotensi (Karalliede et al, 2010).

Clopidogrel Cormega √ Signifikan Interaksi antara clopidogrel dan cormega tidak diketahui. Adanya risiko perdarahan (Medscape, 2016)

Pengunaan harus disertai monitoring karena adanya risiko perdarahan (Medscape, 2016).

Clopidogrel Ketorolac √ Signifikan Clopidogrel dan ketorolac berinteraksi secara farmakodinamik sinergis. Pengunaaan bersama dapat menghambat agregasi platelet (Medscape, 2016)

Penambahan dosis AINS harus disertai dengan monitoring. Sarankan untuk melapor jika terdapat tanda-tanda perdarahan GI (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010).


(49)

31

farmakokinetik, dimana lansoprazole menurunkan efek clopidogrel dengan mempengaruhi enzim metabolisme CYP2C19 hati..

clopidogrel digunakan untuk pencegahan PJK (Karalliede et al, 2010). Monitoring efek terapi clopidogrel selama pemberian bersama

Furosemide Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Penggunaan secara

bersamaan dapat menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah seminggu sekali hingga stabil. Sarankan pasien untuk melaporkan gejala hipotensi (Karalliede et al, 2010).

Gemfibrozil Glimepiride √ Signifikan Gemfibrozil dapat

meningkatkan efek

glimepiride melalui kompetisi dengan protein dalam darah. Risiko hipoglikemia dapat meningkatkan risiko hipoalbuminemia (Medscape, 2016).

Monitoring level glukosa darah secara ketat (Karalliede et al, 2010).

Gemfibrozil Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Gemfibrozil meningkatkan

level/efek dari valsartan. Gemfibrozil merupakan inhibitor uptake hepatik transporter OATP1B1 dan valsartan merupakan substrat dari uptake hepatik transporter OATP1B1 di hati (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah.

HCT Valsartan √ Signifikan Valsartan dapat

meningkatkan dan

Monitoring fungsi renal, kadar kalium, tekanan darah setiap minggu


(50)

32

kalium dalam darah (Medscape, 2016).

hipotensi (FDA, 2012) dan (Karalliede et al, 2010)

Simvastatin Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Simvastatin meningkatkan

level atau efek dari valsartan. Valsartan merupakan substrat yang uptake oleh transporter OATP1B1. Inhibitor

OATP1B1 dapat

meningkatkan risiko miopati (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah. Pertimbangkan pemberian simvastatin dosis rendah (Wiggins et al, 2016).

Asam asetilsalisilat

Insulin aspart (Novorapid®)

√ Minor Aspirin meningkatkan efek

insulin aspart dengan

mekanisme farmakodinamik sinergis. Interaksi

membutuhkan salisilat dosis tinggi (Medscape, 2016).

-

Furosemid Metformin √ Minor Furosemide dapat

meningkatkan level

metformin dengan interaksi yang tidak diketahui

(Medscape, 2016).


(51)

(52)

(53)

35

Penulis bernama lengkap Priscilla Frihastie Setyawati, lahir di Manokwari tanggal 26 Mei 1995 dan merupakan anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Man Setyabudi dan Ruth Harriet Faidiban. Pendidikan penulis dimulai dari TK Santa Rita Manokwari (2000-2001), kemudian dilanjutkan ke SD Negeri 01 Sanggeng Manokwari (2001-2007), SMP Negeri 01 Manokwari (2007-2010), dan SMA Negeri 01 Manokwari (2010-2013). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013.

Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis aktif dalam beberapa kegiatan, seperti Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai anggota divisi dana dan usaha (2014), Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai

koordinator divisi dana dan usaha (2015), Sanata Dharma Championship “Festival Sanata Dharma” sebagai anggota divisi keamanan(2015), dan Pengabdian kepada Masyarakat

Program Unggulan “Edukasi dan Pemanfaatan TOGA untuk Swamedikasi di Kalangan Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB-B) Tuna Rungu Dena Upakara dan Don Bosco Kab.

Wonosobo” sebagai anggota (2015). Penulis juga aktif dalam organisasi unit kegiatan

fakultas, seperti PMK Apostolos sebagai sie. Acara (periode 2014/2015), PMK Apostolos sebagai ketua II (periode 2015/2016), dan Herbal Garden Team sebagai anggota (2014/2015). Penulis juga mengambil bagian dalam seminar, seperti Seminar Nasional

“Herbal Medicine As Alternative And Complementary Treatment For Patient” sebagai


(1)

30 Bisoprolol Valsartan

(Valesco®)

√ Signifikan Bisoprolol dan valsartan berinteraksi secara farmakodinamik sinergis dan penggunaan secara

bersamaan dapat

meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah setiap minggu hingga stabil dan sarankan pasien untuk melapor jika ada tanda-tanda hipotensi (Karalliede et al, 2010).

Candesartan (Candoten®)

Ketorolac √ Signifikan Ketorolac menurunkan efek candesartan dengan mekanisme farmakodinamik antagonis. Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah.

Keduanya saling meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal, sehingga diperlukan monitoring tekanan darah dan evaluasi fungsi ginjal (Drugs.com, 2017).

Captopril Furosemide √ Signifikan Kaptopril dan furosemide berinteraksi secara farmakodinamik sinergis. Pengunaan keduanya dapat menimbulkan risiko hipotensi akut dan ketidakmampuan renal (Medscape, 2016)

Monitoring tekanan darah seminggu sekali hingga stabil. Sarankan pasien untuk melaporkan gejala hipotensi (Karalliede et al, 2010).

Clopidogrel Cormega √ Signifikan Interaksi antara clopidogrel dan cormega tidak diketahui. Adanya risiko perdarahan (Medscape, 2016)

Pengunaan harus disertai monitoring karena adanya risiko perdarahan (Medscape, 2016).

Clopidogrel Ketorolac √ Signifikan Clopidogrel dan ketorolac berinteraksi secara farmakodinamik sinergis. Pengunaaan bersama dapat menghambat agregasi platelet (Medscape, 2016)

Penambahan dosis AINS harus disertai dengan monitoring. Sarankan untuk melapor jika terdapat tanda-tanda perdarahan GI (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010).


(2)

31

Clopidogrel Lansoprazole √ Signifikan Clopidogrel dan lansoprazle berinteraksi secara farmakokinetik, dimana lansoprazole menurunkan efek clopidogrel dengan mempengaruhi enzim metabolisme CYP2C19 hati..

Pertimbangkan penggunaan terapi supresi asam dengan H2 blocker saat clopidogrel digunakan untuk pencegahan PJK (Karalliede et al, 2010). Monitoring efek terapi clopidogrel selama pemberian bersama

Furosemide Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Penggunaan secara bersamaan dapat menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah seminggu sekali hingga stabil. Sarankan pasien untuk melaporkan gejala hipotensi (Karalliede et al, 2010).

Gemfibrozil Glimepiride √ Signifikan Gemfibrozil dapat

meningkatkan efek glimepiride melalui kompetisi dengan protein dalam darah. Risiko hipoglikemia dapat meningkatkan risiko hipoalbuminemia (Medscape, 2016).

Monitoring level glukosa darah secara ketat (Karalliede et al, 2010).

Gemfibrozil Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Gemfibrozil meningkatkan level/efek dari valsartan. Gemfibrozil merupakan inhibitor uptake hepatik transporter OATP1B1 dan valsartan merupakan substrat dari uptake hepatik transporter OATP1B1 di hati (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah.

HCT Valsartan √ Signifikan Valsartan dapat

meningkatkan dan

Monitoring fungsi renal, kadar kalium, tekanan darah setiap minggu


(3)

32

(Valesco®) Hidroklorothiasid dapat

menurunkan menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016).

hingga stabil, dan sarankan pasien untuk melapor jika ada tanda-tada hipotensi (FDA, 2012) dan (Karalliede et al, 2010)

Simvastatin Valsartan (Valesco®)

√ Signifikan Simvastatin meningkatkan level atau efek dari valsartan. Valsartan merupakan substrat yang uptake oleh transporter OATP1B1. Inhibitor

OATP1B1 dapat

meningkatkan risiko miopati (Medscape, 2016).

Monitoring tekanan darah. Pertimbangkan pemberian simvastatin dosis rendah (Wiggins et al, 2016).

Asam asetilsalisilat

Insulin aspart (Novorapid®)

√ Minor Aspirin meningkatkan efek insulin aspart dengan

mekanisme farmakodinamik sinergis. Interaksi

membutuhkan salisilat dosis tinggi (Medscape, 2016).

-

Furosemid Metformin √ Minor Furosemide dapat

meningkatkan level

metformin dengan interaksi yang tidak diketahui

(Medscape, 2016).


(4)

33


(5)

34


(6)

35

BIOGRAFI

Penulis bernama lengkap Priscilla Frihastie Setyawati, lahir di Manokwari tanggal 26 Mei 1995 dan merupakan anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Man Setyabudi dan Ruth Harriet Faidiban. Pendidikan penulis dimulai dari TK Santa Rita Manokwari (2000-2001), kemudian dilanjutkan ke SD Negeri 01 Sanggeng Manokwari (2001-2007), SMP Negeri 01 Manokwari (2007-2010), dan SMA Negeri 01 Manokwari (2010-2013). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013.

Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis aktif dalam beberapa kegiatan, seperti Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai anggota divisi dana dan usaha (2014), Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai koordinator divisi dana dan usaha (2015), Sanata Dharma Championship “Festival Sanata Dharma” sebagai anggota divisi keamanan(2015), dan Pengabdian kepada Masyarakat Program Unggulan “Edukasi dan Pemanfaatan TOGA untuk Swamedikasi di Kalangan Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB-B) Tuna Rungu Dena Upakara dan Don Bosco Kab. Wonosobo” sebagai anggota (2015). Penulis juga aktif dalam organisasi unit kegiatan fakultas, seperti PMK Apostolos sebagai sie. Acara (periode 2014/2015), PMK Apostolos sebagai ketua II (periode 2015/2016), dan Herbal Garden Team sebagai anggota (2014/2015). Penulis juga mengambil bagian dalam seminar, seperti Seminar Nasional “Herbal Medicine As Alternative And Complementary Treatment For Patient” sebagai peserta (2015).


Dokumen yang terkait

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Juni 2016.

0 1 41

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016.

0 12 56

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015-Juni 2016.

0 0 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015-Juni 2016.

0 4 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari Juni 2016

0 0 39

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari Juni 2016

0 0 54

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 20 96

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari Oktober 2016

0 0 51

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari 2015 Juni 2016

0 1 48

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 - USD Repository

0 0 94