Pendugaan Keragaman Karakter Morfologi Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) Di Beberapa Kabupaten Sumatera Utara

8

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders.)
Menurut Mackeen dan Muhammad (1998) tanaman asam gelugur
diklasifikasikan menjadi Kingdom : Plantae ; Divisio : Spermatophyta ; Sub
Divisio : Angiospermae ; Kelas : Dicotyledoneae ; Ordo : Guttiferales ; Famili :
Guttiferae ; Genus : Garcinia ; Spesies : Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders.
Tinggi pohon pada tanaman asam gelugur ini dapat dapat mencapai 20
meter, diameter batang mencapai 0,5 meter. Pohonnya bercabang-cabang, pada
cabang tumbuh anak cabang dan selanjutnya ranting, memiliki kulit kayu yang
halus. Kulit kayunya licin, berwarna kelabu pucat, mempunyai getah berwarna
bening (Dweckdata, 2010).
Daunnya berbentuk lonjong sempit, berukuran 20-30 cm x 6-8 cm,
berwarna hijau tua, daun pucuk ada berwarna merah dan hijau muda, mendaging,
berkilap, tulang tengahnya menonjol ke sebelah bawah lembaran daun, peruratan
bergelombang, berwarna agak gelap. Tangkai daun mencapai 2,5 cm. Ciri-ciri
pohon berumah satu berbentuk piramid dan oblong, daun ellip, kaku dan tebal.
Daun berseling berhadapan seperti daun manggis tetapi lebih panjang dan sempit
(Kementerian Pertanian, 2014).
Bunga pada tanaman asam gelugur bersifat hermaprodit atau monoseksual,

sehingga mampu berkembang biak dengan bunga yang berasal dari pohon yang
sama. merupakan tanaman berumah dua (Diecius). Tanaman ini berbunga pada
daerah hutan hujan tropis. Bunganya memiliki empat kelopak yang berwarna
merah tua dan pada pinggir setiap kelopak berwarna kuning. Berbunga tanaman di
hutan hujan tropis terutama hermaprodit, dengan sebagian besar spesies

Universitas Sumatera Utara

9

menghasilkan bunga yang mengandung kedua perempuan (putik) dan laki-laki
(benang sari) organ seksual G. atroviridis, bunga mengandung androecia dan
gynoecia pada bagian struktural (Pangsuban et al., 2007).
Buah asam gelugur terletak pada ujung ranting, berbentuk bulat agak pipih
dengan diameter 7-10 cm. Bentuk buah bulat agak pipih dengan permukaan
bergelombang dan memiliki alur sebanyak 12-16 alur. Bobot buah berkisar antara
250-600 gram. Buah muda berwarna hijau dan buah matang berwarna kuning
dengan bertekstur lunak. Tanaman Asam gelugur terbagi dua menurut bunganya,
yang berbunga jantan dan pohon yang berbunga betina. Pohon berbunga jantan
tidak menghasilkan buah, yang berbunga betina menghasilkan buah. Bunga jantan

terdiri dari beberapa kuntum yang bersatu di ujung ranting, sedangkan bunga
betinanya menyendiri dan ini nantinya menjadi buah. Asam gelugur selama ini
dikategorikan oleh masyarakat Sumatera Utara atas dua macam jenis buah, yaitu
asam gelugur tipe batu dan tipe air. Asam gelugur tipe batu berukuran kecil,
sedangkan asam gelugur tipe air berukuran besar dan mengandung lebih banyak
air (Hutajulu dan Eddy, 2014).
Buah asam gelugur umumnya memiliki beberapa biji namun ada juga yang
tidak memiliki biji. Biji tanaman asam gelugur diselaputi lapisan daging buah
bening yang agak tipis. Biji memipih, panjangnya mencapai 1,5 cm, dibungkus
oleh daging buah yang berwarna jingga cerah (Purba, 2004).
Syarat Tumbuh
Iklim
Garcinia mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan tropis
sehingga dikenal sebagai tanaman buah tropis basah. Di Indonesia, tanaman asam

Universitas Sumatera Utara

10

gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders) tumbuh di dataran rendah

sampai ketinggian 600 meter diatas permukaan laut, dengan suhu 22 0C-32 0C
kelembabab udara lebih dari 80%, curah hujan antara 1500-2500 mm/tahun dan
merata

sepanjang

tahun

dan

penyinaran

matahari

antara

40%-70%

(Verhej dan Coronel, 1997).
Asam gelugur di Sumatera Utara dapat berbuah di sepanjang tahun dengan

jumlah produksi yang sangat variatif. Musim buah pada umumnya terdapat pada
bulan Nopember sampai bulan April, produksi buah paling rendah pada bulanbulan Juli sampai Oktober. Pada musim hujan banyak keluar bunga asam gelugur,
dan pada masa selanjutnya banyak buah asam gelugur (Siregar, 2014).
Tanah
Tanaman asam gelugur sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
Namun demikian untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang
optimal, tanaman ini harus ditanam pada jenis tanah yang subur, gembur, aerasi
dan drainasenya baik, serta mengandung pasir (misalnya tanah latosol)
(Rizlansyah, 2010).
Tanah yang paling baik untuk budidaya asam gelugur adalah tanah yang
subur, gembur, mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH tanah)
ideal untuk budidaya asam gelugur adalah 5–7 tetapi pada pH 4,5 pun tanaman
asam gelugur dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat
terlambat karena keracunan aluminium.. Untuk pertumbuhan tanaman asam
gelugur memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air
tanah berada pada kedalaman 50–200 m (Prihatman, 2000).

Universitas Sumatera Utara

11


Karakteristik dan Penyebaran Tanaman Asam Gelugur
Indonesia merupakan salah satu wilayah yg memiliki keanekargaman
hayati yang tinggi. Kekayaan jenis flora di wilayah ini diperkirakan menvapai
25.000 jenis atau lebih dari 10% dari jenis flora di dunia. Belum termasuk jenis
lumut dan ganggang yang mencapai sekitar 35.000 jenis atau 40% diantaranya
endemik di Indonesia (Mogea et al., 2001). Garcinia L. merupakan salah satu
marga yang termasuk ke dalam suku Clusiaceae. Garcinia L. memiliki jumlah
anggota yang cukup besar yaitu sekitar 1000-1200 jenis yang tersebar luas
terutama di dareah tropis basah (Woodland 1991:193). Bedasarkan sifat
morfologinya, Backer & van den Brink (1963: 383-387) mengelompokan
Clusiaceae di pulau Jawa berdasarkan empat marga yaitu Mesua L., Mammea L.,
Calophyllum L., dan Garcinia L. (Dahlan, et al., 2009).
Genus Garcinia memiliki sekitar 200 spesies asli Asia Selatan mulai
bagian selatan Thiland dan Semenanjung Malaysia ke Indonesia, didistribusikan
di wilayah Asia Tenggara. Di Semenanjung Malaysa ada 49 spesies Garcinia dari
350 spesies diperkirakan di seluruh dunia (Whitemore 1973; Stevens 2001). Di
India, 30 spesies dilaporkan oleh T. Anderson di Flora of British India (1874). Di
antara 35 spesies dilaporkan oleh Maheswhari (1964), 15 spesies termasuk di
North-East India. Kanjilal et al., (1934) melaporkan 9 spesies dari Asam terbagi.

Kar et al., (2008) melaporkan 8 spesies dari kabupaten Sonitpur dari Asam.
Beberapa spesies dibudidayakan baik untuk buah-buahan, sayuran, obat-obatan
tradisional atau penggunaan domestik lainnya seperti untuk membuat rumah, kayu
bakar dan lansekap. Di antara spesies yang dibudidayakan adalah termasuk asam

Universitas Sumatera Utara

12

gelugur, G. cowa, G. Morella, G. lanceaefolia, G. hombroniana, G. prainiana dan
G. Mangostana (Baruah and Bortakhur, 2012).
Di kawasan Asia Tenggara dilaporkan terdapat sekitar 30 jenis Garcinia
yang dapat dimakan, tetapi kebanyakan rasa buahnya agak asam karena
kandungan asam sitratnya (Jansen, 1991). Tercatat ada 21 jenis Garcinia asli
Indonesia yang dapat dimakan, 5 jenis diantaranya telah dibudidayakan.
Uji (2004) telah melaporkan bahwa di Kalimantan terdapat 20 jenis Garcinia asli
Indonesia, 4 jenis diantaranya telah dibudidayakan sedangkan jenis lainnya masih
tumbuh liar di hutan-hutan. Keanekaragaman jenis Garcinia (Garcinia spp.) yang
tinggi di Indonesia sangat mengutungkan dalam usaha pemuliaan tanaman
manggis. Oleh karena itu kekayaan keanekaragaman jenis Garcinia perlu

didayagunakan untuk meningkatkan kualitas dan produksi buah-buahan
khususnya buah manggis (Uji, 2007).
Salah satu komoditas yang memiliki potensi menjadi komoditas ekspor di
Sumatera Utara adalah Asam Gelugur. Sebenarnya tanaman ini merupakan
tanaman yang telah lama ada di daerah ini, namun pemanfaatannya hanya untuk
keperluan saja yang sederhana. Buah Asam Gelugur di daerah Sumatera Utara
terutama digunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan. Umumnya buah
asam ini dipotong menjadi tipis-tipis, lalu dijemur dan setelah kering dipakai
sebagai campuran sayuran. Asam Gelugur dapat juga diolah menjadi manisan dan
selai yang lezat rasanya, dapat dibuat sebagai pengganti asam Jawa
(Tamarinus Indica) juga dapat dimanfaatkan untuk bunbu, pengawet ikan, sirup
dan bahan asam untuk pengolahan lateks (Subuea, et al., 2012).

Universitas Sumatera Utara

13

Komoditi Asam Gelugur yang juga dapat digolongkan tanaman kehutanan
memiliki potensi yang lebih luas lagi karena dapat dialokasikan pada program
konservasi hutan. Pengembangan komoditi pertanian khususnya komoditi asam

gelugur harus didasarkan pada kondisi Agroekologi yang sesuai. Dengan
keunggulan Agroekologi didukung prospek pasar yang cerah, Sumatera Utara
merupakan wilayah yang potensial untuk pengembangan komoditi Asam Gelugur
(Setyowati dan Wardah, 2007).
Di Indonesia Garcinia tergolong tumbuhan yang banyak tersebar dan
merupakan bagian penting dari komposisi hutan.Di hutan sering di jumpai sebagai
tumbuhan pada lapisan kedua (second storey) berdasarkan ketinggian pohon.
Berdasarkan data yang ada di Herbarium Bogoriense di Indonesia terdapat sekitar
100 jenis Garcinia. Di dunia jumlahnya diperkirakan mencapai 400 jenis.Ini
berarti sekitar seperempat jenis Garcinia dunia terdapat di kawasan Indonesia
(Te-chato, 2007).
Salah satu Garcinia yang selama ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat
adalah asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff.). Daerah penyebaran asam
gelugur di Indonesia adalah dari Aceh hingga Sumatera Selatan. Asam gelugur ini
memiliki banyak manfaat seperti digunakan sebagai bumbu masakan, sebagai
obat–obatan, bahan dasar pembuatan kosmetik, dan juga bisa digunakan sebagai
makanan ringan. Di Sumatera Utara asam gelugur digunakan sebagai bumbu
masak dalam keadaan kering yang disebut asam potong. Malaysia mengimpor
asam potong dari Sumatera Utara dengan mutu yang baik, yaitu asam potong yang
tipis, kering, bersih, dan berkesan jernih. Jenis asam yang dikandung oleh asam

gelugur ini dapat digunakan sebagai peluruh lemak setelah dibuat semacam

Universitas Sumatera Utara

14

minuman. Di Riau daun muda tanaman asam gelugur digunakan dalam
pengobatan tradisional ibu – ibu setelah hamil. Asam gelugur selama ini
dikategorikan oleh masyarakat Sumatera Utara atas dua macam jenis buah, yaitu
asam gelugur tipe batu dan tipe air. Asam gelugur tipe batu berukuran kecil,
sedangkan asam gelugur tipe air berukuran besar dan mengandung lebih banyak
air (Hutajulu dan Eddy, 2014).
Kandungan buah asam gelugur antara lain asam sitrat, asam malat, dan
asam askorbat yang memupunya suatu aktivitas antioksidan (Dweckdata, 2010).
Asam hidroksisitrat (HCA)

(asam 1,2-dihidroksi-propana-1,2,3-trikarboksilat)

dalam buah asam gelugur akan menghambat secara kompetitif kerja enzim ATPsitrat liase yang berfungsi mengubah asam sitrat menjadi asetil koenzim A
(Lewis and Neelakantan, 1965).

Karakterisasi merupakan kegiatan penting dalam pengelolahan plasma
nutfah yang digunakan untuk menyusun deskripsi varietas dalam rangka seleksi
tetua untuk mengidentifikasi jenis atau varietas suatu tanaman, tetapi jyga
menentukan hubungan genetik dan kekerabatan diantara aksesi tanaman tersebut.
Hubungan kekerabatan genetik antar genotip dalam populasi dapat diukur
berdasarkan kesamaan sejumlah karakter yang berbeda dari suatu individu,
menggambarkan perbedaan susunan genetiknya. Informasi tentang keragaman
genetic berimplikasi dalam penentuan program pengembangan atau budidaya
yang akan digunakan dan juga untuk menentukan program pemuliaan untuk
mendapatkan varietas unggul serta konservasinya (Rosmayati, et al., 2012).
Karakterisasi dan evaluasi suatu tanaman memerlukan suatu daftar
dekriptor. Daftar deskriptor merupakan suatu identifikasi dan ukuran sifat atau

Universitas Sumatera Utara

15

karakterisasi suatu aksesi tanaman seperti warna dan tinggi tanaman yang
digunakan untuk membuat klasifikasi, penyimpanan, pencarian, dan penggunaan
yang lebih seragam. Suatu daftar deskriptor merupakan suatu pembanding dari

semua deskriptor individu yang digunakan untuk suatu tanaman tertentu. Panduan
untuk karakterisasi pertanian biasanya mengacu pada International Plant Genetic
Resource Institute (IPGRI) (Kartikaningrum, et al., 2004).
Karakterisasi

morfologi

yang

dideskripsikan

berdasarkan

survei

dilapangan terdiri dari data kuantitatif dan data kualitattif. Data kualitatif diberi
skoring berdasarkan berdasarkan visualisasi dan data kuantitatif diberi scoring
berdasarkan ukuran tertentu (Radiya, 2013).
Penyusunan Deskripsi
Menurut SK. Menteri Pertanian Nomor : 700/Kpts/OT.320/D/12/2011
menyatakan bahwa deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter penciri
varietas yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pengenalan varietas yang
dimaksud, pembanding dalam uji kebenaran varietas, serta acuan pengamatan
morfologi tanaman dalam proses sertifikasi atau pemurnian varietas. Tiap karakter
yang tercantum didalam deskripsi varietas merupakan hasil pengamatan dari uji
keunggulan varietas yang dilaksanakan dalam bentuk adaptasi atau observasi.
Mengingat bahwa karakter varietas untuk setiap komoditas tanaman berbeda,
sehingga untuk memudahkan dalam penyusunan deskripsi perlu dibuat standar
minimal parameter yang harus dicantumkan dalam deskripsi masing-masing
komoditas.
Salah satu pendeteksi keragaman genetik adalah pencirian varietas. Pada
umumnya pencirian kultivar berdasarkan atas asal daerah, warna kulit buah,

Universitas Sumatera Utara

16

warna daging buah, aroma dan rasa. Penggunaan karakter morfologi merupakan
metode yang mudah dan cepat, namun kendala yang timbul adalah adanya faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil karakterisasi secara visual. Varietas
baru dapat muncul karena faktor lingkungan dan variasi genetis, misalnya akibat
penyerbukan silang (Heywood, 1967). Perbedaan dan persamaan kemunculan
morfologi luar spesies suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh
dekatnya hubungan kekerabatan (Suskendriyati, et al., 2000).
Metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam studi
penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung berbagai informasi di
lapangan mengenai berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Menurut
Connole (1993) memberikan batasan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang memfokuskan pada kegiatan-kegiatan mengidentifikasi, mendokumentasi
dan mengetahuinya dengan cara interpretasi. Sedangkan menurut Nasir (2001)
karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara
satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan
dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara
karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen.
Taksonomi Tumbuhan adalah salah satu cabang imu dalam biologi yang
menangani mekanisme dalam penataan mahluk hidup ter-utama kelompok
tumbuhan (Adisoemarto dan Suhardjono, 1997). Unsur utama yang menjadi ruang
lingkup Taksonmi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi) klasifikasi, dan
tatanama sifat dan ciri morfologi dapat dijadikan dasar untuk membedakan dan
mengkaji keragaman dari masing-masing jenis. Radford (1986:180-181)
menyatakan bukti morfologi menjadi dasar dalam penentuan karakteristik suatu

Universitas Sumatera Utara

17

tanaman, identifikasi dan hubungan kekerabatan. Umum-nya data morfologi
mudah ditemukan dan di-amati sehingga sering digunakan dalam studi taksonomi.
Menurut Herwati, et al., (2011), karakterisasi adalah penyusunan deskripsi
varietas yang dilakukan olehseseorang atau sekelompok orang sebagai pemulia
yang menangani komoditas tertentudan telah memiliki pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan menjelaskan tentang asal-usulatau silsilah, metode pemuliaan,
ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat penting lainnyadari plasma nutfah yang
dikoleksi.
Deskripsi karakter dari varietas harus diuraikan berdasarkan urutan bagian
tanaman sebagai berikut : tanaman, batang, daun, tandan bunga, bunga dan
bagiannya, buah dan bagiannya, biji, sifat lainnya (seperti ketahanan terhadap
hama dan penyakit, toleransi terhadap cekaman, kualitas, data DNA, dsb). Untuk
karakter yang merupakan bagian tanaman agar diurut sebagai berikut : habitat,
tinggi, panjang, lebar, ukuran, bentuk, warna (dapat mengacu bagan warna yang
telah baku), dan lain-lain. Gunakan sistematika penulisan sifat yang ringkas, yaitu
untuk setiap bagian tanaman diikuti oleh (:) dan karakter dipisahkan dengan (,)
(Wibowo dan Adelyana, 2007).
Deskripsi karakter dari varietas harus diuraikan berdasarkan urutan bagian
tanaman sebagai berikut: Tanaman, Batang, Daun, Tandan bunga, Bunga, dan
bagiannya, Buah dan bagiannya, Biji, Sifat lainnya (seperti: ketahanan terhadap
hama atau penyakit, toleransi terhadap cekaman, kualitas, data DNA). Untuk
karakter yang merupakan bagian tanaman agar diurut sebagai berikut: habitat,
tinggi, panjang, lebar, ukuran, bentuk, warna (dapat mengacu bagan warna yang
telah baku), dan lain-lain (Peraturan Menteri Pertanian, 2013).

Universitas Sumatera Utara

18

Deskripsi varietas digunakan untuk memungkinkan identifikasi dan
pengenalan varietas yang dimaksud akurat dalam proses sertifikasi dan pemurnian
varietas dimasa yang akan datang.Penyusunan suatu deskripsi disesuaikan dengan
jenis tanamannya. Deskripsi dibuat secara tertulis dan dilengkapi dengan foto
berwarna dari varietas yang dimaksud (Direktorat Perbenihan, 2004).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Pert/SR.120/2/2006
deskripsi varietas adalah penjelasan tertulis mengenai proses pemuliaan tanaman
sehingga dihasilkan suatu varietas tanaman baru yang mencakup asal-usul atau
silsilah, ciri-ciri morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5