Tenaga Kerja Indonesia dalam Era Globali

TENAGA KERJA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI
RISANG PUJIYANTO

PENDAHULUAN
Globalisasi merupakan kenyataan yang tidak bisa ditolak oleh tiap-tiap negara dalam
hubungannya di dunia internasional. Fakih (2004) mendefinisikan globalisasi sebagai proses
pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi global. Globalisasi
memang tidak hanya berarti secara sempit hanya dilihat dari segi ekonomi, akan tetapi juga
mencakup penyebaran nilai-nilai yang dipandang berlaku universal, seperti hak asasi manusia,
demokratisasi, nilai-nilai kepemerintahan yang baik, dan sebagainya. Adanya globalisasi membuat
setiap negara harus mempersiapkan diri terhadap efek yang ditimbulkannya sehingga tidak berakibat
negatif, karena fakta empiris membuktikan globalisasi ternyata juga membawa efek yang buruk bagi
masyarakat di suatu negara. Contoh nyata efek negatif globalisasi itu antara lain adalah Mexico yang
memiliki ketangguhan dalam keamanan pangan mengalami kehancuran dalam perekonomian
jagungnya dan itu terjadi dalam waktu 14 tahun setelah pemberlakuan structural adjustment dan 2
tahun NAFTA di Mexico (Pramusinto, 2007).
Di Indonesia, dari sisi tenaga kerja, globalisasi memberikan kesempatan yang setara bagi
Warga Negara Asing maupun Warga Negara Indonesia untuk mencari pekerjaan di Indonesia.
Sehingga tentunya dibutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk
menghindari SDM Indonesia menjadi pengangguran di negeri sendiri. Kekhawatiran ini cukup
beralasan karena pada tataran realita dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2009 terjadi

peningkatan jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di Indonesia. Dari tabel 1.1 terlihat bahwa
terjadi peningkatan yang cukup tajam untuk Tenaga kerja teknisi dari 329 pada tahun 2005 menjadi
11.368 orang pada tahun 2009.

Tabel 1
Sebaran Jumlah TKA menurut Level Jabatan
2005-2009

Konsultan

2005

2006

2007

2008

2009 (Juni)


15.537

21.466

3.449

3.109

3.303

Direktur

7.341

6.975

3.392

3.822


4.025

Komisaris

-

9

283

325

373

Manajer

2.581

2.572


6.479

8.162

8.438

Profesional

8

515

15.080

14.437

15.894

Supervisor


2

569

3.194

2.984

2.825

Teknisi

329

898

3.572

9.640


11.368

Total

27.803

35.010

37.456

44.487

46.226

Sumber : kemenakertrans dalam Survey Nasional TKA 2009, BI

Gambar 1
Tren Peningkatan Tenaga Teknisi Asing

Sumber: Kemenakertrans dalam Survey Nasional TKA 2009, BI (diolah)


Peran dan fungsi pemerintah dalam ketenagakerjaan adalah menciptakan kesempatan kerja
seluas-luasnya, baik sendiri maupun bersama masyarakat sebagaimana tercantum dalam pasal 39 UU
Nomor 13 Tahun 2003. Dalam kapasitasnya memperluas lapangan kerja, pemerintah harus
mendayagunakan berbagai sektor ekonomi baik berbasis sumber daya alam maupun teknologi. Selain
itu pemerintah harus meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja agar terampil, ahli dan
kompeten dalam persaingan global. Tulisan ini akan membahas keadaan tenaga kerja Indonesia
dalam menghadapi globalisasi.

1

KONDISI TENAGA KERJA DI INDONESIA
Laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja di Indonesia saat ini masih relatif tinggi,
yaitu untuk periode 1971-1980 rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 2,31 persen per tahun dan
mengalami penurunan dalam kurun waktu 1980-1990 menjadi sekitar 1,98 persen per tahun.
Sedangkan selama periode 1990-2000 rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen per
tahun dan masih sama pada periode 2000-2010

sekitar 1,49 persen per tahun. Dengan laju


pertumbuhan penduduk seperti di atas maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebesar 237,641,326 jiwa.
Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk maka angkatan kerja juga akan terus bertambah.
Jika dilihat menurut sektor, sektor pertanian masih menjadi penampung terbanyak tenaga kerja
sebanyak 35% atau 39,9 juta tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian. Sektor kedua yang
menyerap banyak tenaga kerja adalah perdagangan sebesar 22% atau 24,8 juta disusul oleh sektor
jasa-jasa yang menyerap 15% atau 17,5 juta. Sementara sektor industri menempati urutan keempat
penyerap tenaga kerja terbanyak yaitu 13% atau 14,7 juta tenaga kerja.

Tabel 2
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004 – 2013 (orang)
No.

1

2

3

4


5

6

Lapangan
Pekerjaan
Utama

2004

Pertanian,
Perkebunan,
Kehutanan,
Perburuan
dan
Perikanan

40,608,019


41,309,776

40,136,242

41,206,474

41,331,706

41,611,840

41,494,941

39,328,915

38,882,134

39,959,073

Pertambanga
n dan

Penggalian

1,034,716

904

924

995

1,070,540

1,155,233

1,254,501

1,465,376

1,601,019

1,555,564

11,070,498

11,952,985

11,890,170

12,368,729

12,549,376

12,839,800

13,824,251

14,542,081

15,367,242

14,784,843

Listrik, Gas
dan Air

228,297

194,642

228,018

174,884

201,114

223,054

234,070

239,636

248,927

Konstruksi

4,540,102

4,565,454

4,697,354

5,252,581

5,438,965

5,486,817

5,592,897

6,339,811

6,791,662

6,885,341

19,119,156

17,909,147

19,215,660

20,554,650

21,221,744

21,947,823

22,492,176

23,396,537

23,155,798

24,804,705

Industri

Perdagangan,
Rumah
Makan dan
Jasa

2013
2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012
Februari

254,528

2

Akomodasi

7

8

9

10

Transportasi,
Pergudangan
dan
Komunikasi

5,480,527

5,652,841

5,663,956

5,958,811

6,179,503

6,117,985

5,619,022

5,078,822

4,998,260

5,231,775

Lembaga
Keuangan,
Real Estate,
Usaha
Persewaan
dan Jasa
Perusahaan

1,125,056

1,141,852

1,346,044

1,399,940

1,459,985

1,486,596

1,739,486

2,633,362

2,662,216

3,012,770

10,515,665

10,327,496

11,355,900

12,019,984

13,099,817

14,001,515

15,956,423

16,645,859

17,100,896

17,532,590

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

93,722,036

93,958,387

95,456,935

99,930,217

102,552,750

104,870,663

108,207,767

109,670,399

110,808,154

114,021,189

Jasa
Kemasyaraka
tan, Sosial
dan
Perorangan
Lainnya

Total

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2004 s/d 2013

Namun jika dilihat proporsi tenaga kerja di keempat sektor tersebut, sektor pertanian cenderung
mengalami penurunan sedangkan tiga sektor lainnya ada kecenderungan meningkat. Proporsi tenaga
kerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dari 43% tahun 2004 menjadi 35%
tahun 2013. Proporsi sektor perdagangan mengalami kenaikan dari 20% tahun 2005 menjadi 22%
tahun 2013. Pada kurun waktu yang sama sektor jasa meningkat dari 11% menjadi 22%, sedangkan
proporsi penyerapan tenaga kerja di sektor industri hanya meningkat tipis dari 12% menjadi 13%.

Tabel 3
Presentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004 – 2013

No.

1

Lapangan
Pekerjaan
Utama
Pertanian,
Perkebunan,
Kehutanan,
Perburuan
dan
Perikanan

2013
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012
Februari

43%

44%

42%

41%

40%

40%

38%

36%

35%

35%

3

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pertambanga
n dan
Penggalian

1%

0%

0%

0%

1%

1%

1%

1%

1%

1%

12%

13%

12%

12%

12%

12%

13%

13%

14%

13%

Listrik, Gas
dan Air

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

Konstruksi

5%

5%

5%

5%

5%

5%

5%

6%

6%

6%

Perdagangan,
Rumah
Makan dan
Jasa
Akomodasi

20%

19%

20%

21%

21%

21%

21%

21%

21%

22%

Transportasi,
Pergudangan
dan
Komunikasi

6%

6%

6%

6%

6%

6%

5%

5%

5%

5%

Lembaga
Keuangan,
Real Estate,
Usaha
Persewaan
dan Jasa
Perusahaan

1%

1%

1%

1%

1%

1%

2%

2%

2%

3%

11%

11%

12%

12%

13%

13%

15%

15%

15%

15%

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Industri

Jasa
Kemasyaraka
tan, Sosial
dan
Perorangan
Lainnya

Total

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2004, s/d 2013 (diolah)

Pada tahun 2013, dari jumlah 114,021,189 orang, tenaga kerja dengan pendidikan SD ke bawah
menempati posisi terbanyak dengan jumlah 54,62 juta orang atau 48 % , dan kemudian disusul yang
berpendidikan

Sekolah Menengah Pertama sejumlah 20,29 juta orang atau 18 %. Secara

keseluruhan, dari tahun 2008 sampai dengan 2013, terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja
menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan. Sedangkan tenaga kerja dengan pendidikan SD ke
bawah justru mengalami penurunan dari 55,33 juta orang menjadi 54,62 juta orang .

Tabel 4
Presentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
4

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2008 – 2013 (juta orang)
2008

2009

2010

2011

2012

2013

SD Ke Bawah

55,33

55,21

54,51

54,18

53,88

54,62

Sekolah Menengah Pertama

19,04

19,39

20,63

20,70

20,22

20,29

Sekolah Menengah Atas

14,39

14,58

15,92

17,11

17,25

17,77

Sekolah Menengah Kejuruan

6,76

8,24

8,88

8,86

9,50

10,18

Diploma I/II/III

2,87

2,79

3,02

3,17

2,98

3,22

Universitas

4,15

4,66

5,25

5,65

6,98

7,94

102,55

104,87

108,21

109,67

110,81

114,02

Sumber: Berita Resmi Statistik BPS, berbagai tahun

Pada tahun 2013, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia sejumlah 7,170,523 orang. Apabila
melihat Tabel 1.5, Lulusan SLTA Umum menempati posisi terbanyak dengan jumlah 1,841,545 orang
atau 26 %, yang kemudian disusul oleh lulusan SLTP sejumlah 1,822,395 orang atau 25 %. Dari tahun
2004 sampai dengan 2013, jumlah penggangguran dengan pendidikan SLTA Umum cenderung
mengalami kenaikan, dari 2,441,161 orang atau 24 % pada tahun 2004 menjadi jumlah 1,841,545
orang atau 26 % pada tahun 2013. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penggangguran yang
berpendidikan Universitas, dimana dari 348,107 orang atau 3 % pada tahun 2004 menjadi sejumlah
421,717 orang atau 6 % pada tahun 2013, dan bahkan pada tahun 2010 sempat mengalami kenaikan
hingga 9 % atau sejumlah 710,128 orang.
Tabel 5
Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 - 2013
No.

1
2

Pendidikan
Tertinggi
Yang
Ditamatkan
Tidak/belum
pernah
sekolah
Belum/tidak
tamat SD

2013
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012
Februari

336,027

264,458

170,666

94,301

103,206

90,471

157,586

190,370

82,411

109,865

668,269

673,527

611,254

438,519

443,832

547,430

600,221

686,895

503,379

513,534

3

SD

2,275,281

2,729,915

2,589,699

2,179,792

2,099,968

1,531,671

1,402,858

1,120,090

1,449,508

1,421,653

4

SLTP

2,690,912

3,151,231

2,730,045

2,264,198

1,973,986

1,770,823

1,661,449

1,890,755

1,701,294

1,822,395

5

SLTA Umum

2,441,161

3,069,305

2,851,518

2,532,204

2,403,394

2,472,245

2,149,123

2,042,629

1,832,109

1,841,545

6

SLTA Kejuruan

1,254,343

1,306,770

1,305,190

1,538,349

1,409,128

1,407,226

1,195,192

1,032,317

1,041,265

847,052

7

Diploma
I,II,III/Akademi

237,251

308,522

278,074

397,191

362,683

441,100

443,222

244,687

196,780

192,762

8

Universitas

348,107

395,538

395,554

566,588

598,318

701,651

710,128

492,343

438,210

421,717

5

Total

10,251,351

11,899,266

10,932,000

10,011,142

9,394,515

8,962,617

8,319,779

7,700,086

7,244,956

7,170,523

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2004, s/d 2013

Tabel 6
Presentase Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 - 2013

No.

1
2

Pendidikan
Tertinggi
Yang
Ditamatkan
Tidak/belum
pernah
sekolah
Belum/tidak
tamat SD

3

SD

4

SLTP

5

SLTA Umum

6

SLTA Kejuruan

7

Diploma
I,II,III/Akademi

8

Universitas

2013
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012
Februari

3%

2%

2%

1%

1%

1%

2%

2%

1%

2%

7%

6%

6%

4%

5%

6%

7%

9%

7%

7%

22%

23%

24%

22%

22%

17%

17%

15%

20%

20%

26%

26%

25%

23%

21%

20%

20%

25%

23%

25%

24%

26%

26%

25%

26%

28%

26%

27%

25%

26%

12%

11%

12%

15%

15%

16%

14%

13%

14%

12%

2%

3%

3%

4%

4%

5%

5%

3%

3%

3%

3%

3%

4%

6%

6%

8%

9%

6%

6%

6%

Total

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2004, s/d 2013 (diolah)

Dari data-data tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa sektor pertanian masih menjadi
penampung terbanyak tenaga kerja mengingat sifat pekerjaan di sektor pertanian yang luwes yakni
untuk bekerja di sektor pertanian tidak diperlukan keahlian atau pendidikan khusus. Selain itu
meskipun secara rata-rata terdapat kenaikan tingkat pendidikan pekerja di Indonesia, jumlah pekerja
pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap tinggi. Kenaikan tingkat pendidikan ternyata juga
tidak mempengaruhi angka pengangguran, dimana angka pengangguran terbuka pada tingkat
pendidikan SLTA Umum dan Universitas justru mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Apabila tenaga
kerja diletakkan sebagai faktor keunggulan komparatif, maka dengan melihat kenyataan yang ada
Indonesia masih jauh dari siap untuk berkompetisi dalam bingkai globalisasi.

6

PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kritik yang selama ini muncul adalah kesiapan para lulusan memasuki dunia kerja, baik dari
aspek kompetensi maupun profesionalisme. Melalui Institusi Pendidikan diharapkan tenaga kerja
mendapat bekal yang cukup dalam menghadapi dunia kerja baik di tingkat nasional maupun
internasional. Untuk menjamin mutu pendidikan, pemerintah menerbitkan berbagai Perundangan
dan Peraturan Pemerintah, antara lain UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, UU No.14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, UU No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, UU No 12
Tahun 2012 Tentang Pendidikan tinggi, PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dan sebagainya.
Beberapa perubahan juga telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional untuk dapat
mewujudkan kesesuaian antara dunia pendidikan dan lulusannya dengan kebutuhan tenaga kerja di
dunia usaha. Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo (kompas, 2009) menyatakan bahwa
pada tahun 2014 rasio perbandingan jumlah SMK dengan SMA bisa mencapai 2:1 atau dengan kata
lain, setiap terdapat satu SMA di salah satu wilayah maka di wilayah tersebut harus memiliki dua
SMK.

SMK merupakan lembaga pendidikan yang dimaksudkan untuk menghasilkan SDM yang

memiliki ketrampilan tertentu yang sesuai dengan sektor usaha/industri tertentu. Siswa SMK dibekali
dengan ketrampilan praktis dan pengalaman kerja dalam kekhususan tertentu seperti bangunan,
elektronika, listrik mesin, atau otomotif, bisnis manajemen dan lain-lainnya. Adanya pemberian
ketrampilan praktis dan pengalaman kerja menjadikan lulusan SMK siap pakai di dunia Industri dan
tidak menutup pula kemungkinan untuk menjadi wiraswasta.
Pada tingkat pendidikan tinggi, penguatan pendidikan vokasi menjadi fokus dalam
pembenahan pendidikan di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari Surat Edaran DIKTI Nomor
1061/E/T/2012

yang antara lain mengatur ketentuan penghentian sementara (moratorium)

pendirian dan perubahan bentuk perguruan tinggi serta pembukaan program studi baru yang tekait
dengan pendidikan akademik, terhitung mulai tanggal 1 September 2012 sampai dengan paling
lambat tanggal 31 Agustus 2014. Berdasarkan data Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional,
terdapat 3081 perguruan tinggi, baik itu negeri maupun swasta. Perguruan tinggi tersebut terdiri dari
beberapa jenis yang didasarkan pada ketentuan UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Universitas,
Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, dan Politeknik. Berikut data jumlah perguruan tinggi di Indonesia
tahun 2010 berdasarkan jenisnya

7

Tabel 7
No

Jenis

Jumlah

Prosentase

1

Universitas

468

15,19%

2

Institut

55

1,79%

3

Sekolah
Tinggi

1.350

43,82%

4

Akademi

1.038

33,69%

5

Politeknik

170

5,52%

3.081

100%

Jumlah

Sumber : http://pdpt.dikti.go.id/

Dari data di atas, terlihat penyediaan sekolah vokasi di Indonesia sejumlah 1.208 atau 39,12%
dari total perguruan tinggi yang dibentuk sebagai sekolah vokasi (Akademi dan Politeknik) atau
sekolah keahlian. Sedangkan sebanyak 1.873 atau 60,79% perguruan tinggi dibentuk sebagai
penyelenggara sekolah akademik dan/atau sekolah vokasi (Universitas, Institut dan Sekolah Tinggi).
Data tersebut menunjukkan penyediaan sekolah vokasi murni di Indonesia jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan penyediaan sekolah akademik yang juga dapat juga menjadi sekolah vokasi.
Berdasarkan gambar 1.2, dapat dilihat seberapa besar perbandingan antara jumlah
mahasiswa sekolah vokasi dan juga jumlah mahasiswa sekolah akademik. Sebagian besar mahasiswa
83,76% atau sejumlah 3.245.013 mahasiswa Indonesia masuk dalam pendidikan akademik,
8

sedangkan sisanya 629.148 atau sekitar 16,23% dari 3.874.161 mahasiswa Indonesia masuk sekolah
vokasi.
Gambar 2
Jumlah Mahasiswa berdasarkan Jenjang Pendidikan

Sumber : http://pdpt.dikti.go.id (diolah)

Dari data tersebut di atas terlihat adanya ketimpangan yang cukup besar antara pendidikan vokasi
dan akademik. Padahal diharapkan melalui pendidikan vokasional, perguruan tinggi dapat mencetak
lulusan profesional yang siap terjun langsung di dunia kerja. Adanya moratorium melalui Surat Edaran
DIKTI Nomor 1061/E/T/2012, diharapkan dapat mengurangi laju pertumbuhan pendidikan tinggi
akademik dan di sisi lain dapat menambah jumlah pendidikan tinggi vokasi.
Untuk membantu mengurangi angka pengangguran pada tingkat pendidikan tinggi,
Kemenakertrans membentuk Bursa Kerja Khusus atau Employment Service Center (ESC).

ESC

merupakan bursa kerja secara online yang menyajikan informasi peluang dan lowongan kerja yang
disediakan perusahaan. Sementara itu, bagi lulusan pendidikan atau pencari kerja yang ingin
meningkatkan kompetensi bisa mendatangi balai latihan kerja (BLK). Saat ini BLK yang sedang
beroperasi adalah 255 buah dimana 237 BLK milik Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota dan 18 buah
milik Kemnakertrans (suarapembaruan.com). Dari 255 buah BLK yang ada, terdapat 13 buah Kios
Unit Pelayanan Teknis Pusat (UPTP) milik Kemenakertrans dan 43 buah milik Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) milik pemerintah daerah yang merupakan Kios 3 in 1. Kios 3 in 1 menyediakan layanan
khusus yang memadukan dengan lembaga pelatihan, sertifikasi dan lembaga penempatan tenaga
9

kerja yang dilayani dalam satu atap (pikiranrakyat.com). Pada akhirnya tidak ada kata terlambat
untuk memperbaiki kualitas sistem pendidikan yang ada karena dengan memiliki sistem pendidikan
yang baik, maka sistem itu akan mampu melahirkan tenaga kerja yang baik pula.

KESIMPULAN
Sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi merupakan salah
satu cara untuk dapat mengambil keuntungan dari globalisasi. Hubungan dan kerjasama yang baik
antara pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat dan industri menjadi suatu hal yang tak
terelakkan. Dalam hal ini, institusi pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan daya saing SDM.
Pemerintah harus mengembangkan sistem yang dapat menjamin kesetaraan akses pada pendidikan
yang berkualitas dan kemudahan investasi sehingga dapat membuka lapangan kerja. Sedangkan
Industri memberikan kesempatan dan pelatihan kerja on-the-jobtraining bagi masyarakat. Dengan
adanya sinergi pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat dan industri, diharapkan masyarakat
akan mendapatkan manfaat dari globalisasi

DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Mansour. 2004. Runtuhnya Teori Pembangunan dan globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan
Insist Press.
Pramusinto, Agus, 2007. Globalisasi, Pembangunan dan Administrasi Publik. Jurnal Politik dan Manajemen
Publik. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2107211224.pdf
Bank Indonesia, 2010. Survey Nasional Tenaga Kerja Asing 2009.
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/93D0767F-D0A8-47F4-856C01C4F73D027E/21202/SurveiTKAIndonesia2.pdf
http://pdpt.dikti.go.id/
http://www.bps.go.id
http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/kemnakertrans-butuh-dana-rp-300-miliar/12072
http://edukasi.kompas.com/read/2009/05/22/17465232/2014.Rasio.SMK.dan.SMA.Mencapai.2.1
http://www.pikiran-rakyat.com/node/237426

10

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IbM Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Menuju Desa Mandiri Energi

25 108 26