TUGAS RANGKUMAN BAB XIII TENTANG INTENSI

TUGAS RANGKUMAN
BAB XIII TENTANG INTENSIF FISKAL PERPAJAKAN
UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA TERTENTU DI DARAH
TERTENTU DAN TAX PLANNING-NYA
DAN
BAB XIV TENTANG STRATEGI MENGHADAPI PEMERIKSAAN

Manajemen Perpajakan
Drs. Chairil Anwar Pohan, M.Si,. MBA

Disusun Oleh :

Anzani Nur Hidayat
NPM : F201410693
Program Studi : Ilmu Administrasi Publik

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI
JAKARTA
2017


Bab XIII
Insentif Fiskal Perpajakan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu
di Daerah Tertentu dan Tax Planning-nya
1. Pendahuluan

Pemberian insentif untuk investasi di negara berkembang maupun
negara maju bukan dianggap sebagai barang langka, seperti negara Amerika
dan Inggris memberikan insentif yang atraktif seperti pemberian hibah, agar
dapat bersaing dengan negara lain dalam menarik investasi.
Untuk negara berkembang, pemberian insentif harus dilakukan secara
selektif, karena meskipun dibutuhkan, insentif ini dapat mengurangi
penerimaan pajak dan memberi tekanan pada beban anggaran. Namun dalam
menunjang kebijakan pemerintah dalam mendorong pembangunan di daerah
terpencil, insentif fiskal merupakan suatu keharusan, bahkan harus
diprioritaskan untuk mengejar ketertingalan daerah terpencil, mengurangi
kesenjangan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran.
Pemberian Fasilitas Perpajakan Pada Daerah Tertentu merupakan
bentuk insentif pajak yang disediakan oleh pemerintah RI kepada investor
dalam rangka melakukan dan mendorong investasi langsung, baik melalui

penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri, kepada
wajib pajak yang melakukan penanaman modal akan di berikan fasilitas pajak
penghasilan. Pemberian insentif ini menimbulkan multiplier effect bagi
perekonomian dan akan meningkatkan penerimaan negara.
Selain insentif pajak, para investor juga mempertimbangkan hal lain,
diantaranya adalah tingkat kembalian investasi ( return on investment ),
stabilitas politik dan ekonomi, potensi dasar, ketersediaan infrastruktur,
ketersediaan tenaga kerja terampil dan terdidik, serta biaya tenaga kerja.
Salah satu cara untuk memperkuat perncanaan pajak bagi wajib pajak
adalah dengan memanfaatkan secara cerdas pemberian “Fasilitas Perpajakan
Pada Daerah Tertentu” oleh fiskus.

1

Pengertian daerah tertentu adalah

daerah yang secara ekonomis

mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi prasarana ekonominya
kurang memadai, daerah tertentu ini termasuk daerah perairan laut yang

mempunyai kedalaman lebih dari 50 meter yang dasar lautnya memiliki
cadangan mineral.
Sedangkan bidang usaha tertentu adalah bidang usaha disektor
kegiatan ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional.
Dasar hukum dari pemberian “Fasilitas Perpajakan pada Daerah
Tertentu” dan Bidang-Bidang Usaha tertentu adalah:
1. Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor

633/KMK.04/1994

Tentang

Penggantian Atau Imbalan Sehubungan dengan Pekerjaan Atau Jasa yang
Diberikan dalam Bentuk Natura atau Kenikmatan di Daerah tertentu Serta

yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja.
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 633/KMK.04/1994 ini diubah dengan
Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor

466/KMK.04/2000

Tentang

Penyediaan Makanan Dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Dan
Penggantian Atau Imbalan Sehubungan Dengan Pekerjaan Atau Jasa yang
Diberikan dalam Bentuk Natura atau Kenikmatan di Daerah Tertentu Serta
yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja.

3. Selanjutnya,

Keputusan

Nomor

466/KMK.04/2000

diubah

dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 Tentang Penyediaan
Makanan Dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai serta Penggantian Atau
Imbalan Makanan dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai serta Penggantian
atau Imbalan dalam Bentuk Naturan atau Kenikmatan di Daerah tertentu
dan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat
Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja.
4. Kemudian Dirjen Pajak mengeluarkan Peraturan Nomor PER 51/PJ/2009
Tentang Cara Pemberian dan Penetapan Besaran Kupon Makanan dan

atau Minuman Bagi Pegawai, Kriterian dan Tata Cara Penetapan Daerah
Tertentu, dan Batasan Mengenai Sarana dan Fasilitas di Lokasi Kerja

2

sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor
83/PMK.03/2009.
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha tertentu dan
atau di Daerah-Daerah Tertentu.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 62 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha tertentu dan
atau di Daerah-Daerah Tertentu.
Pemberian natura atau kenikmatan yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi
pegawai yang menerimanya adala:
1. Pemberian makanan atau minuman bagi pegawai yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan minuman bagi pegawai

meliputi :
a. Pemberian makanan ditempat kerja
b. Pemberian kupon makanan ata minuman bagi karyawan yang
pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian, seperti dinas
luar.
2. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang
diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan didaerah tertentu
dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong
pembangunan di daerah tersebut.
Penggantian atau imbalan dimaksud adalah sarana dan fasilitas di lokasi
kerja untuk:
a. Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
b. Pelayanan kesehatan.
c. Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya,
d. Peribadatan.
e. Pengangkutan bagi pegawai dan keluarganya,
3

f. Olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power
boating, pacuan kuda, dan terbang laying, sepanjang sarana dan

fasilitas tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakan
sendiri.
Pengeluaran untuk pembangunan sarana dan fasilitas yang
mempunyai masa manfaat telib dari 1 tahun disusutkan sesuai dengan
pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
3. Pemberian natura atau kenikmatan untuk keselamatan kerja atau karena
sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya.

2. Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan

Kepada wajib pajak dalam negeri berupa badan atau koperasi yang
melakukan

penanaman

modal

pada

bidang-bidang


usaha

tertentu

sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah No. 1 tahun
2007 dan 62 Tahun 2008 atau sesuai dengan Lampiran II tersebut, dapat
diberikan fasilitas Pajak Penghasilan.
Fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud adalah:
a. Pengurangan

penghasilan

neto

sebesar

30%

dari


jumlah

penanaman modal, dibebankan selama 6 tahun, masing-masing
sebesar 5% per tahun.
b. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat:
Kelompok

Masa Manfaat

Tarif Penyusutan dan

Aktiva Tetap

Menjadi

Amortisasi Berdasarkan

Berwujud


Metode
Garis Lurus

Saldo
Menurun

I. Bukan
Bangunan

4

Kelompok I

2 tahun

50%

100%
(sekaligus)

Kelompok II

4 tahun

25%

50%

Kelompok III

8 tahun

12,5%

25%

Kelompok IV

10 tahun

10%

20%

Permanen

10 tahun

10%

Non Permanen

5 tahun

20%

II. Bangunan

c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada
subjek pajak luar negeri sebesar 10% atau tarif yang lebih rendah
menurut persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang Berlaku.
d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih
dari 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Tambahan 1 tahun: apabila penanaman modal baru pada bidang
usaha dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat.
2) Tambahan 1 tahun: apabila memperkerjakan sekurangkurangnya
500 orang tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut-turut.
3) Tambahan 1 tahun: apabila penanaman modal baru memerlukan
investasi atau pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial
di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp 10 miliar.
4) Tambahan 1 tahun: apabila mengeluarkan biaya penelitian dan
pengembangan didalam negeri dalam rangka pengembangan
produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% dari investasi
dalam jangka waktu 5 tahun.
5) Tambahan 1 tahun: apabila menggunakan bahan baku dan atau
komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak
tahun ke 4.
Wajib pajak yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud di atas
sebelum lewat jangka waktu 6 tahun sejak tanggal pemberian fasilitas tidak
5

boleh menggunakan aktiva tetap yang mendapat fasilitas untuk tujuan selain
yang diberikan fasilitas; atau mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva tetap
yang mendapatkan fasilitas kecuali aktiva tetap yang dialihkan tersebut diganti
dengan aktiva yang baru.
Untuk mendapatkan fasilitas tersebut wajib pajak harus mengajukan
surat permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) setempat dengan
mengisi formulir yang telah disediakan oleh KPP. Diberikan untuk jangka waktu
5 tahun , yang berlaku sejak tahun pajak diterbitkan dan dapat di perpanjang
satu kali untuk perpanjang 5 tahun berikutnya.
Sebagai kelengkapan surat permohonan, melampirkan dokumen yang
harus dilampirkan adalah:
1. Fotokopi surat persetujuan penanaman modal beserta rincian yang
diterbitkan oleh kepala BKPM.
2. Fotokopi peta lokasi usaha di daerah terpencil.
3. Fotokopi laporan keuangan PT X terakhir (pemohon)
4. Pernyataan mengenai keadaan prasarana ekonomi dan sarana
transportasi umum masing-masing lokasi.
Selanjutnya tim KPP akan mengadakan survei ke lokasi usaha dengan
didampingi oleh tim dari pihak perusahaan untuk mengevaluasi daerah
perusahaan tersebut. Bila semua persyaratan sudah dipenuhi, Kanwil Pajak
wilayah akan mengeluarkan Surat Persetujuan Penetapan Daerah Tertentu.
Namun untuk mendapatkan surat tersebut tidaklah mudah, karena
seringkali terjadi penolakan akibat kesalahan teknis di lapangan dan lain
sebagainya. Oleh karena ini solusinya wajib pajak pemohon disarankan
mengajukan peninjauan kembali atas Penolakan Penetapan Daerah Tertentu
tersebut.

6

3. Ketidakpastian Hukum dalam Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan

Pemerintah seharusnya lebih responsif dalam memberi kemudahan
pemberian izin udaha dan termasuk perpajakan, meninggalkan cara-cara lama
yang birokratis yang menimbulkan high cost economy.
Bila negara-negara lain sudah berbenah diri memberi insentif yang
atraktif untuk bersaing dengan negara lain dalam menarik investasi,negara kita
malah masih memeihara kebijakan yang kontraproduktif terhadap prinsip
demokrasi modern yang kita ingin usung.

4. Tax Planning yang Direkomendasikan

a. Kelengkapan Dokumentasi dan Administrasi
1) Setelah mendapatkan surat persetujuan penanaman modal beserta
rincianya yang diterbitkan oleh Kepala BKPM, dan NPWP telah
diterbitkan oleh KPP, maka sebaiknya investor secepatnya mengurus
Surat Persetujuan Penetapan Daerah Tertentu di KPP.
2) Dokumen-dokumen

tambahan

yang

diminta

oleh

fiskus

untuk

memperkuat upaya hukum bagi pemberlakuan PMK No.
83/PMK.03/2009 terhadap unit usaha yang dimohonkan oleh wajib
pajak.
b. Penyambutan dan Pelayanan yang ramah (cordially greeting and service)
memberikan pelayanan yang optimal dan positif terhadap fiskus, termasuk
aparat

pajak

yang

melakukan

survei

lapangan

serta

melakukan

pendampingan pada saat turun ke lapangan dan menjalin kerja sama yang
positif dengan harapan akan mendapatkan hasil yang memuaskan,
khususnya bagi wajib pajak.
c. Menjaga Hubungan dan Komunikasi yang baik
1) Dalam menangani pengurusan tersebut harus dibentuk tim pelaksana
sebagai bagian dari risk management dalam perusahaan. Tim
pelaksana dikoordinasikan oleh tax manager dengan tim operasional
lapangan perusahaan yang bersangkutan.
7

2) Melakukan pemantauan atau monitoring secara ketat perkembangan
hasil survei lapangan unit usaha yang dilakukan oleh fiskus dengan
melakukan semacam “rekonsiliasi” yang dikomunikasikan dengan
aparat pajak yang melakukan survei lapangan unit usaha, sehingga
kesepakatannya bisa diterima oleh kedua belah pihak. Perbedaan
sekecil apapun, kalau bisa, dihindari karena hal ini bisa mendegradasi
hasil survei yang berdampak pada kesimpulan akhir yang tidak
favourable.
Penutup
Reformasi hukum, ekonomi dan perpajakan sudah menjadi suatu
konsensus nasional yang harus di tegakan. Fondasi seluruh bangunan
kehidupan bernegara adalah kepastian hukum, termasuk kepastian hukum di
bidang perpajakan. Apresiasi terhadap system hukum adalah taruhan dalam
menegakkan demokrasi.

8

BAB XIV
Strategi Menghadapi Pemeriksaan
1.

Pendahuluan

Tidak ada seorang pun yang bisa lolos dari pemeriksaan pajak, semua
wajib pajak memiliki peluang yang sama untuk diperiksa. Di satu sisi sistem
perpajakan kita terus mengalami penyempurnaan, tapi selama peluang kolusi
antara wajib pajak dan pemeriksa pajak masih terbuka, wajib pajak nakal akan
selalu mencari cara untuk menghindari pajak dengan cara “mengakali”
pembukuannya.

Selama

cara-cara

yang

ditempuh

oleh

wajib

pajak

menggembosi penerimaan negara atau berada di luar koridor undang – undang
perpajakan, aparatur perpajakan akan makin intensif melakukan pemeriksaan.
Menurut pasal 1 angka 25 UU Nomor 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Peemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan atau bukti, yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajaka dan atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan undang-undang perpajakan.
Yang menjadi objek pemeriksaan adalah Surat Pemberitahuan (SPT) yang
disampaikan oleh wajib pajak dan didasarkan pada pembukuan sesuai Standar
Akuntansi Keuangan dengan beberapa penyesuaian atau koreksi fiskal sesuai
dengan ketentuan perpajakan.

2.

Kriteria Pemeriksaan

Terdiri atas :
a.

Pemeriksaan Rutin yaitu pemeriksaan terhadap wajib pajak sehubungan
dengan pemenuhan hak dan atau kewajiban perpajakannya berdasarkan
Undang – Undang KUP.

b.

Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan berdasarkan hasil analisis risiko
(risk based selection) terhadap ketidakpatuhan wajib pajak.

9

3.

Jenis Pemeriksaan

Terdiri atas:
a.

Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan di kantor Dirjen Pajak

b.

Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan di tempat kedudukan, tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak atau
tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.

4.

Ruang Lingkup Pemeriksaan

a.

Terdiri atas semua jenis pajak (all taxes), PPh Badan/Orang Pribadi, PPN,
PPh, Pemotongan dan pemungutan, dan lain-lain, baik untuk bebrapa
masa pajak, Bagian Tahun Pajak, atau tahun pajak, baik tahun-tahun lalu
maupun tahun berjalan.

b.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
wajib pajak dalam mengajukan permohonan pengembalian pembayaran
pajak.

5.

Ruang Lingkup Pemeriksaan untuk Tujuan Lain
Dalam rangka melaksanakan ketentuan undang – undang perpjakan dapat
meliputi, penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan
dengan tujuan pemeriksaan dengan kriteria:
a. Pemberian NPWP secara jabatan,
b. Penghapusan NPWP
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
d. Keberatan
e. Bahan penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
f. Pencocokan data dan atau alat keterangan
g. Penentuan WP di daerah terpencil
h. Penentuan tempat terutang PPN
i. Penagihan Pajak
j. Penentuan produksi dimulai atau memperpanjang kompensasi kerugian

10

sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.
k. Informasi dari negara mitra penghindaran pajak berganda.

6.

Strategi Umum dalam Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Berikut ini beberapa rips menghadapi pemeriksaan pajak :
a.

Bila terjadi kelebihan pajak, mengajukan klaim atau restitusi pajak dan tidak
takut dengan pemeriksaan pajak

b.

Pemeriksaan tidak hanya didasarkan pada SPT lebih bayar

c.

Pembukuan yang rapi, baik, benar, dan jujur

d.

Rekonsiliasi fiskal sesuai aturan

e.

Gunakan konsultan pajak sebagai mitra diskusi seputar perpajakan

f.

Menghindari penyelesaian di bawah tangan dengan aparat pemeriksa
pajak

g.

Penelitian kembali atas kewajiban perpajakan yang telah dilkasanakan

h.

Menyiapkan sikap mental dan berpikir positif serta jangan perlakukan
pemeriksa sebagai musuh tetapi sebagai mitra dan terbuka untuk
kompromi mencairkan dispute yang terjadi

i.

Taat pajak dalam memenuhi hak dan kewajiban perpajakan dengan cara
menghindari penggelapan atau penghidaran pajak secara ilegal.

j.

Menyimpan semua dokumen perusahaan hingga masa kadluarsa pajak

k.

Melakukan tax review

l.

Menguasai peraturan pajak dengan mengupdate aturan pajak dan
pemeriksaan pajak

m.

Merespon sikap dan perilaku aparat pajak secara bijak

n.

Jangan memberi informasi secara sukarela bila tidak diminta kepada aparat
pajak

o.

Belajar dari pengalaman buruk dimasa lalu

p.

Pergunakan hak wajib pajak in the last mintues dengan sebaik-baiknya
untuk pembelaan diri wajib pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dan menyampaikan tanggapan tertulis

11

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107