Kebijakan Ekspansif dan Kontraktif Pada

KEBIJAKAN EKSPANSIF DAN
KONTRAKTIF
PADA IS-LM

BAGAIMANA PERMINTAAN
AGREGAT DIBENTUK
 Dibentuk Oleh Pasar Komoditi (Sektor
Riil)
Y=C+I+G+( X–M)

I=S

 Dibentuk Oleh Pasar Uang (Sektor
Moneter)
MD = MS
L=M
Dimana MD = MD1 + MD2

AD = Y = C + I + G + ( X – M )

Masing – masing dari keempat komponen tersebut

memberikan kontribusinya bagi permintaan agregat barang
dan jasa. Diasumsikan bahwa harga adalah konstan atau
tidak berubah. Ini juga berarti semua variable adalah
diasumsikan riil dan tidak ada inflasi.

KURVA PERMINTAAN
AGREGAT
Kurva menunjukkan hubungan negatif
antara pendapatan nasional dengan
tingkat harga. Dengan kata lain, kurva
permintaan agregat menunjukkan
sekumpulan titik ekuilibrium yang muncul
dalam model IS – LM ketika kita
mengubah tingkat harga dan melihat apa
yang terjadi pada pendapatan.

Diantara pembentuk kurva penawaran agregat
yaitu pasar Barang ( kurva IS ) dan pasar Uang
( kurva LM )
Tingka

t
bunga,
r

LM
(P2)

LM (P1)
1. Tingkat harga P lebih
menggeser kurva LM ke
atas

Y2
2. Yang menurunkan
pendapatan Y

Y IS
1

Pendapata

n, Output,
Y

Model IS – LM
Menunjukkan model IS – LM : kenaikan tingkat harga dari P1 ke
P2 menurunkan keseimbangan uang riil dan menggeser kurva LM
ke atas.

Tingkat
harga,
P
3. Kurva AD hubungan
antara P dan Y

P2
P
1

AD
Y

2

Y1

Pendapatan
, Output, Y

Kurva Permintaan Agregatif
Menunjukkan kurva permintaan agregat yang meringkas
hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan ini :
semakin tinggi tingkat harga, semakin rendah tingkat
pendapatan

Setiap pasang nilai P dan Y pada kurva permintaan
agregat berhubungan dengan satu titik di mana baik
pasar barang maupun pasar uang berada dalam
keseimbangan. Kurva permintaan agregat jauh lebih
rumit dibandingkan kurva permintaan pasar atau
individu yang sederhana.
Kurva AD bukan kurva permintaan pasar, dan kurva

ini bukan jumlah dari semua kurva permintaan pasar
dalam perekonomian, karena permintaan pasar
bersifat individual.

CONTOH KASUS:

Diketahui Data hipotetis sebagai berikut:

Sektor Riil:
C = 2860 + 0.4Yd; I = 1989 – 16.915r; Tr = 240; Tx = 20% dari
National Income.
Sektor Moneter:
Ms = 6340; Md1 = 0.54Y; dan Md2 = 1210 – 12.960r
a) Susunlah fungsi IS – LM
b) Hitung tingkat bunga dan pendapatan nasional ekuilibrium (gunakan 3
desimal)
c) Jika Bank Sentral melakukan kebijakan moneter kontraktif, sehingga
jumlah uang beredar turun 15%, Hitunglah tingkat bungan dan
pendapatan nasional di ekuilibrium yang baru.
d) Gambarkan ekuilibrium awal dan ekuilibrium setelah berubah dalam

satu kuadran

Perbedaan Belanja Pemerintah dengan Transfer
Payment
Belanja Pemerintah ialah pengeluaran pemerintah
(termasuk barang dan jasa) untuk penyelenggaran
pemerintahan yang didasarkan pada APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) dalam kurun waktu
tahunan. Nantinya dari pengeluaran ini pemerintah
mendapatkan imbal balik. Seperti gaji pegawai negeri, alat
tulis, gedung, dan lain sebagainya untuk keperluan
operasional pemerintahan.
Transfer Payment ialah pengeluaran pemerintah yang
bukan merupakan pengeluaran terhadap jasa produksi
pada tahun ini, melainkan diambil dari sebagian
pendapatan nasional tahun lalu. Pengeluaran ini disalurkan
diluar pembayaran produksi yang nantinya pemerintah juga
tidak mendapatkan feedback dari pengeluaran tersebut.
Seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), tunjangan
pensiunan, dan sebagainya.

Perbedaan yang jelas terlihat dari pengertian diatas ialah

PDB ( Y )
Yaitu jumlah dari konsumsi ( C ), Investasi
( I ), Belanja Pemerintah ( G ), dan ekspor
netto ( X - M )

Y=C+I+G+
Xnet
Masing – masing dari keempat komponen tersebut
memberikan kontribusinya bagi permintaan agregat
barang dan jasa. Untuk saat ini, belanja pemerintah
kita asumsikan tetap, berdasarkan kebijakan.
Namun ketiga komponen lainnya yaitu konsumsi,
investasi dan ekspor neto tergantung pada kondisi
perekonomian dan khususnya tingkat harga.

Yang menyebabkan KURVA
PERMINTAAN AGREGAT DAPAT
BERGESER antara lain :

 Kebijakan Fiskal Ekspansif
 Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan Moneter Ekspansif
 Kebijakan Moneter Kontraktif

 Kebijakan Fiskal Ekspansif
G↑
→ Kurva AD bergeser ke kanan
Tx net↓→ Kurva AD bergeser ke kanan
Kenaikan G menaikkan keluaran ( pendapatan ) agregat yang
direncanakan, yang selanjutnya akan menyebabkan kenaikan
keluaran pada masing – masing tingkat harga yang mungkin.
Penurunan T menyebabkan konsumsi naik. Konsumsi yang lebih
tinggi selanjutnya menaikkan pengeluaran agregat yang
direncanakan, yang menimbulkan kenaikan keluaran pada setiap
harga yang mungkin.

Tingkat
bunga, r


Ekspansi Fiskal menggeser
kurva IS
LM (P=P1)

Tingka
t
harga,
P

... Yang meningkatkan
permintaan agregat pada tingkat
harga berapapun

r0
r1

P
IS0
Y0


Y1

IS1
Pendapata
n, OutputY

AD0
Y
0

AD1

Y1

Pendapata
n, Output,
Y

Kebijakan Fiskal Ekspansioner
Akibat kenaikan pengeluaran pemerintah ( G ) atau penurunan

pajak neto (Tx net ) terhadap kurva AD menyebabkan kurva
permintaan agregat ( ADo) bergeser ke kanan dari ADo ke AD1.

 Kebijakan Fiskal Kontraktif
G↓
→ kurva AD bergeser ke kiri.
Tx net↑ → kurva AD bergeser ke kiri.

Tingkat
Harga, P

Yang menurunkan permintaan
agregat pada tingkat harga
tertentu

P
AD2
Y2

Yo

ADo
Pendapatan,
Output, Y

Kebijakan Fiskal
Kontraktif
Akibat penuruna pengeluaran pemerintah ( G ) atau kenaikan
pajak neto ( Tx net ) terhadap kurva AD menyebabkan kurva
permintaan agregat ( ADo ) bergeser ke kiri dari ADo ke AD2

 KEBIJAKAN MONETER EKSPANSIF
MS ↑ → Kurva AD bergeser ke kanan

Kenaikan ( pendapatan ) agregat, Y. MS menurunkan tingkat
suku bunga, yang menaikkan investasi yang direncankan ( dan
demikian pengeluaran angregat yang direncanakn ). Hasil
akhirnya adalah kenikan keluaran pada masing – masing
tingkat harga yang mungkin sehingga menyebabkan kurva
Ado bergeser.

Ekspansi moneter
menggeser kurva LM

Tingkat
bunga, r

LMo ( P
=P1 )

Tingka
t
Harga,
P

... Yang meningkatkan
permintaan agregat pada
tingkat harga berapapun

LM1 ( P =
P1 )
r0

Po

r2
IS
Y
0

Y1

Pendapatan,
Output, Y

Yo

ADo
Y1

AD1
Pendapatan,
Output, Y

Kebijakan Moneter
Ekspansif
Akibat kenaikan
penawaran uang terhadap kurva AD, maka

menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan AD, sehingga
kurva permintaan agregat AD0 bergeser ke kanan dari AD0 ke AD1

Kebijakan Moneter Ekspansif
Atau Dapat Dikatakan Kebijakan
Uang Longgar Antara Lain :
 OPT ( Operasi Pasar Terbuka ) atau pasar
tebuka dengan melakukan aksi beli saham
atau surat berharga.
 Dengan menurunkan tingkat bunga ( r )
 Dengan menurunkan cadangan minimum
( rr )

KEBIJAKAN MONETER KONTRAKTIF

MS ↓ → kurva AD bergeser ke kiri

Tingkat
Harga, P

... Yang menurunkan
permintaan agregat pada
tingkat harga berapapun

Po

AD2
Y2

Y0

ADo
Pendapatan,
Output, Y

Kebijakan Moneter
Kontraktif
Akibat penurunan
penawaran uang ( MS ) terhadap kurva AD, maka

menyebabkan pergeseran kurva pada permintaan agregat AD,
sehingga kurva permintaan agregat Ado bergeser ke kiri dari ADo ke
AD2

Kebijakan Moneter Kontraktif
atau dapat dikatakan kebijakan
uang ketat dapat dilakukan
dengan :
 OPT ( Operasi Pasar Terbuka ) dengan
melakukan aksi jual surat berharga
 Dengan menaikkan tingkat bunga ( r )
 Dengan menaikkan cadangan minimum ( rr )

EKUILIBRIUM JANGKA PENDEK DAN
EKUILBRIUM JANGKA PANJANG

LRAS

Tingka
t
Bunga,
r

LM ( P1 )
LM ( P2 )

K

P1
C

LRAS

Tingkat
Harga,
P

P2

K

SRAS 1
C

SRAS
2

IS
Y

( a ) Model IS - LM

Pendapata
n, Output,
Y

Y

Pendapatan,
Output, Y

( b ) Model Permintaan Agregat
dan Penawaran Agregat

Dari kurva diatas dapat dilihat perbedaan penting antara
pendekatan Keyness dengan pendekatan klasik ( Pigou ) pada
penentuan pendapatan nasional.
Asumsi keynesan yang ( ditunjukkan oleh titik K ) adalah bahwa
tingkat harga tidak bergerak. Bergantung pada kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, dan determinan permintaan agregat
lainnya, output bisa menyimpang dari tingkat alamiah.
Asumsi Klasik / Pigou ( yang ditunjukkan oleh titik C ) adalah
bahwa tingkat harga sepenuhnya fleksibel. Tingkat harga
disesuaikan untuk menjamin bahwa pendapatan nasional
selalu berada pada tingkat alamiah.

IMPLIKASI DARI
PERMINTAAN AGREGAT

Tingkat
Harga, P

Po
P1
ADo
Y0

Y
1

AD1
Pendapatan,
Output, Y

Ketika tingkat harga meningkat ( P ) maka GDP akan turun /
berkurang maka kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah
yaitu dengan menggeser ADo ke AD1 yaitu dengn kebijakan
ekspansif agar besarnya tingkat GDP tetap stabil.

Thank You
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hopefully Succeed in
the Final
Examinations

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45