PENYAKIT BEDAH DAN TULANG.doc

  PENYAKIT BEDAH & TULANG Dr. ANZAR ZAINUDDIN

  

PENYAKIT BEDAH & TULANG

PENYAKIT BEDAH

Luka adalah terputusnya atau hilangnya kontinuitas jaringan.

  Penyebab luka:

  ~ Trauma

  • Trauma tajam
  • Trauma tumpul ~ Bahan kimia
  • Basa kuat
  • Asam kuat ~ Suhu - Dingin - Panas ~ Listrik ~ Ledakan ~ Dll

  Trauma Trauma tajam dan tumpul dapat menyebabkan:

   Luka robek

  • Vulnus skisum
  • Vulnus apertum

   Luka tercabik/vulnus laseratum  Luka tusuk/vulnus iktum

  Trauma tajam Trauma tumpul

  1. Tepi luka rata Tepi luka tidak teratur

  2. Sudut luka tajam Sudut luka tidak ada

  • Salah satunya tajam
  • Kedua-duanya tajam Ini tergantung alat yang digunakan

  3. Tidak ada jembatan jaringan Ditemukan jembatan jaringan

  4. Luka bersih, tidak ada benda asing Luka biasa kotor, dan ada benda asing Dapat menyebabkan luka sampai lapisan paling dalam sampai tulang atau bahkan jaringan yang dilindungi oleh tulang.

  Tindakan:

a. Penutupan luka

  Sebelum penutupan luka perlu dilihat: o Ada tidaknya perdarahan --- perdarahan harus dihentikan untuk menghindari syok

  Sumber perdarahan ada 3 macam:

  • Arteri (pembuluh nadi)
  • Vena (pembuluh balik)
  • Kapiler Cara menghentikan perdarahan: ~ Ikat sumber perdarahan --- apabila disentra pelayanan --- benang cat gut. ~ Pemasangan tourniquet --- tidak terlalu dianjurkan. Yang dianjurkan sekarang adalah Bebat Langsung pada Luka.

  ~ Tutup luka dengan apa saja --- bila tak ada lagi alat yang bisa digunakan. o Melihat ada tidaknya benda asing pada luka

  Kalau ada benda asing harus dikeluarkan --- untuk menghindari penyulit pada penyembuhan luka. o Pembersihan luka:

  Cairan steril (NaCl 0,9%) 

  Air bersih  o Pembiusan local (anestesi local)

  Lidokain 2%  o Pembersihan jaringan yang mengalami nekrose (nekrotomi) yaitu pembuangan jaringan yang mati. o Penjahitan luka.

  Macam-macam penjahitan luka: Penjahitan terputus/satu-satu

   Penjahitan sirkuler

   Penjahitan subkutikuler

   Penjahitan cara matras

   ~ Vertikal ~ horisontal

  b. Penyembuhan luka

  ○ Penyembuhan luka secara primer Dilakukan penjahitan luka. ○ Penyembuhan luka secara sekunder  Luka dibiarkan terbuka.

   Tidak dilakukan penjahitan luka.

  c. Penyakit yang terjadi pada proses penyembuhan luka

  ○ Memar / Hematoma ○ Seroma --- penumpukan cairan (plasma luka) ○ Infeksi ○ Koloid

  Luka Bakar

  ○ Derajat luka bakar ditentukan oleh: ~ Luasnya ~ Dalamnya ~ Lokasinya ~ Umur

  ○ Derajat luka bakar: ~ Derajat I (Tingkat I)

  Tampak kemerahan 

  9

  ○ Pembagian luka bakar: Dewasa anak-anak 9 9 9 9 10 10 20 20 9 9

  ~ Pemberian antibiotic. ~ ETT (Endo Trakheal Tube). ~ Trakheostomi (jika perlu)

  ~ Membersihkan luka. ~ Pemberian cairan perinfus. ~ Pemberian analgetik (anti sakit) --- novalgin, tramadol, petidin --- dengan resep dokter).

  ○ Penanganan luka bakar: ~ Disiram dengan air dingin/air mengalir kurang lebih 30 menit.

   Luka bakar lebih dalam  Kadang sampai tulang  Kulit tampak pucat/hitam  Tidak disertai sakit  Sembuh dengan cacat.

  Sembuh kurang lebih 2 minggu  Penyebab: air panas, zat kimia. ~ Derajat III (Tingkat III)

  Nyeri sangat hebat 

   Hanya pada lapisan dermis

  Terdapat bulla 

  Mengenai lapisan dermis 

  ~ Derajat II (Tingkat II)

   Sembuh dalam seminggu

   Tidak ada nyeri

   Tidak terdapat bulla

   Kemerahan pada kulit

  20

  9 9 ○ Indikasi rawat inap

  1. Penderita syok atau terancam syok  Anak-anak : Luasnya diatas 10%  Dewasa : Luasnya diatas 15%

  2. Letak luka  Wajah, mata  Tangan, kaki  Perineum

  3. Terancam udema laring  Terhirup asam/udara panas

  Persiapan Prabedah I. Persiapan mental.

  II. Persiapan fisik.

  a. Persiapan system dan organ Suhu tubuh --- normal.

   Kulit (bebas dari penyakit kulit).  Puasa 4 – 6 jam sebelum operasi.  Tekanan darah.  Saluran nafas.  Saluran cerna.  Fungsi hati.  Fungsi ginjal. 

  b. Keadaan gizi penderita

  c. Penyakit pasca operasi:  Penyakit jantung.

   Penyakit paru-paru.  Usia lanjut.

  Persiapan pada Anak ~ Berbeda dengan orang dewasa.

  ~ Anak dan bayi bukanlah miniatur orang dewasa. ~ Dalam keadaan bertumbuh dan berkembang. ~ Diupayakan untuk mengembalikan anatomi dan fungsi organ agar kembali normal. ~ Cadangan kalori, air dan elektrolit yang kurang. ~ Persiapan mental orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya akan dioperasi. ~ Suhu tubuh penderita harus selalu dalam pengawasan. ~ Kadar gula darah harus selalu dipantau terutama neonatus karena belum stabil.

  Pembedahan

   Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian tubuh yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.  Pencegahan infeksi

  ~ Antisepsis : Adalah cara atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman. ~ Asepsis : Adalah tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. ~ Sumber infeksi:

  1. Udara

  2. Alat dan pembedahan

  3. Kulit penderita

  4. Viscera

  5. Darah

  ~ Pengendalian infeksi

  a. Lingkungan pembedahan Lingkungan sekitar tempat pembedahan merupakan darah aseptic.

   Udara harus diganti sebanyak 18 - 25 kali setiap jam.  Suhu udara harus sejuk. 

  b. Personil kamar operasi Setiap personil kamar operasi harus tunduk pada teknik asepsis yang berlaku.

   personil kamar operasi adalah pembawa kuman yang potensial.  Disiplin dasar berupa: 1. Hygiene perorangan.

  2. Berbicara seperlunya.

  3. Membatasi berjalan-jalan bila tidak perlu.

  4. Membatasi kontak dengan orang lain diluar kamar operasi.

  5. Pemakaian gaun bedah, masker dan tutup kepala yang benar.

  6. Pemakaian gaun steril untuk mencegah kontaminasi dari penderita dan ke penderita.

  7. Mencuci tangan dengan air mengalir. Syarat pakaian dasar bedah:

  

  1. Bersih

  2. Ringan 3. Berbahan tipis dan tembus udara.

  4. Berlengan pendek.

  5. Menutup sampai tungkai bawah.

  6. Seragam untuk setiap unit.

  7. Tidak perlu steril. Syarat gaun bedah:

   1. Bersih dan steril.

  2. Disediakan diatas meja instrument.

  3. Menutup seluruh tubuh secara melingkar.

  4. Menutupi leher.

  5. Panjangnya sampai dibawah lutut.

  6. Terbuat dari bahan tipis dan kuat.

  c. Antisepsis  Persiapan lapangan bedah.

  ~ Persiapan kulit bedah. ~ Mencukur rambut pada lapangan operasi.  Penyucihamaan ~ Gunakan antiseptik yang sama untuk semua ruangan.

  ~ Desinfeksi dilakukan setelah penderita dibius. ~ Caranya melingkar dari dalam keluar. Penutupan lapangan pembedahan:

   ~ Untuk membatasi/mempersempit lapangan pembedahan.

  ~ Mengurangi kontaminasi.

  d. Sterilasi peralatan bedah

  Cara kimiawi 

   Glutaradehid 2%  Untuk dari karet dan plastic. Cara pemanasan 

   Menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf) ~ 126 c = 10 menit ~ 134 c = 5 menit ~ 121 c = 15 menit

   Menggunakan sterilisator panas  Membakar dengan api spirtus

  e. Hemostasis Setiap perdarahan harus segera dihentikan.

   Caranya:

   ~ Irigasi dan penyaliran.

  ~ Elektrokautor. ~ Pemasangan tourniquet. ~ Hipotensi

  f. Penyaliran Dilakukan setelah luka dibedah ditutup.

   Dapat secara pasif maupun aktif.  Dicabut segera mungkin. 

  g. Antibiotik profilaksis h. Pencegahan infeksi silang.

  Cara Penjahitan Luka

  Penjahitan luka dimaksudkan untuk mempertemukan dan mempertahankan posisi kedua permukaan tanpa mengganggu peredaran darah setempat supaya luka dapat sembuh perprimen intentionem.

  Cara penjahitan luka: 1. Jahitan simpul tunggal terputus.

  2. Jahitan jelujur

  3. Jahitan matraks

  a. Matraks vertical

  b. Matraks vertikal

  4. Intrakutan

  5. Stapler

  6. Agrafe

  Perawatan Luka Bedah

  1. Luka bedah yang sudah dijahit harus ditutup ○ Mencegah terjadinya infeksi ○ Menyerap cairan dari luka ○ Luka tidak menjadi kering.

  ○ Menghindari gerakan penderita ○ Psikologi penderita.

  2. Penutup luka yang basah harus diganti.

  4. Pengambilan benang antara 4 – 12 hari.

  Masa Pulih

   Masa pulih dimulai sejak pasien selesai ditangani secara bedah, sampai penderita sadar sempurna dan dapat dipindahkan keruang perawatan.  Penderita dipindahkan dari ruang bedah keruang pemulihan dalam keadaan tidak sadar atau setengah sadar.  Posisi penderita saat dipindahkan adalah baring tanpa bantal dan kepala dimiringkan.  Jarak antara ruang bedah dan ruang pemulihan tidak terlalu jauh.  Yang harus tersedia didalam ruang pemulihan adalah:

   Perawat khusus yang berpengalaman menangani keadaan kritis.  Oksigen dan perangkat pemberiannya.  Nampan trakeostomi. 

  Perangkat pencegahan syok; seperti: ~ Cairan intra vena. ~ Alat transfuse darah.

  ~ Lampu tempat tidur. ~ Peralatan balut-membalut dan perawatan luka.  Yang terpenting dalam perawatan masa pulih adalah pengawasan jalan napas.  Setiap tindakan bedah harus selalu dianggap besar.

  15.Gangguan saluran cerna

  2. Demam

  12.Parotitis

  3. Takikardia

  13.Sistem respiratorius

  4. Batuk dan sesak napas

  14.Gangguan jantung 5. Kolaps dan pemburukan keadaan umum.

  6. Mual/muntah

  1. Nyeri

  16.Cedera saraf

  7. Gangguan traktus urinarius

  17.Dekubitus

  8. Perubahan keadaan mental

  18.Trombosis vena

  9. Ikterus

  11.Hematoma

  Penyakit Paska Bedah

  Perawatan Paska Bedah

   Infus (jumlah waktu, jenis)

  ○ Pembedahan adalah merupakan trauma yang akan menyebabkan perubahan secara fisiologis sebagai respon terhadap trauma. ○ Perintah dokter untuk perawatan paska bedah harus ditulis secara jelas dan rapi. ○ Sebaiknya disediakan lembar khusus yang berisi petunjuk dan tindakan yang harus dikerjakan oleh perawat. ○ Lembar khusus berisi:

  ~ Pengukuran/pemantauan tanda vital (dicatat cara dan waktunya) 

  Denyut nadi 

  Tekanan darah 

  Suhu badan 

  TVS (tekanan vena sentral) ~ Sikap tubuh penderita. ~ Cairan yang masuk (jumlah dan waktunya)

   Cara lain

  Sedatif ~ Oksigen (jumlah dan waktu) ~ Foto roentgen (waktu) ~ Pemeriksan laboratorium (waktu)

  ~ Cairan yang keluar (jumlah dan waktunya) 

  Urine 

  Cairan sonde lambung 

  Perdarahan 

  Saliran (drainase) ~ Jenis obat (jumlah, waktu, cara pemberian)

   Antibiotik

   

  10. Luka operasi

PATAH TULANG

   Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan, yang umumnya akibat rudapaksa.  Penyababnya akibat:

  ○ Trauma tumpul ○ Trauma tajam

   Berat ringannya patah tulang tergantung pada: ○ Jenis trauma ○ Kekuatan trauma ○ Arah trauma

   Patah tulang didekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan luksasi (pergeseran) sendi yang disebut fraktur dislokasi.

  Klasifikasi Patah Tulang 1. Patah tulang tertutup.

  2. Patah tulang terbuka Dibagi menjadi 3 derajat berdasarkan berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.

   Derajat I  Luka: laserasi kurang dari 2 cm.

   Fraktur:

  • Sederhana * Dislokasi * Fragmen * Minimal 
  • Kontusi otot disekitarnya. 
  • Dislokasi * Fragmen jelas
  • Luka lebar * Rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya.
  • Kominutif * Segmental * Fragmen tulang ada yang hilang

  Luka: * laserasi lebih dari 2 cm.

  Fraktur:

   Derajat III

  Luka:

   Fraktur:

  Cat: Golden Periode: adalah waktu yang baik dalam penanganan luka fraktur.

  Diagnosis

   Anamnesis * Riwayat trauma

  • Kuatnya trauma

   Inspeksi * Bandingkan antar kiri dan kanan  Palpasi * Menilai nyeri  Gerakan * Aktif/fasif  Pemeriksaan radiologis * Untuk menentukan pengololahan yang tepat dan optimal.

  • Melihat jenis fraktur.

  Syarat foto yang baik:  ~ Patah tulang dipertengahan foto.

  ~ Persendian proximal dan distal terlihat. ~ Dua foto dengan dua arah bersilangan 90 . ~ Sinar menembus secara tegak lurus

  Tahap-Tahap Pengobatan Fraktur 1. Pembersihan luka.

  2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati.

  3. Pengobatan fraktur itu sendiri.

  4. Penutupan luka.

  5. Pemberian obat antibiotic.

  6. Pencegahan tetanus.

  Komplikasi 1. Perdarahan, syok, septic --- kematian.

  2. Tetanus.

  3. Gangren.

  4. Septikimia, toksemia oleh karena infeksi.

  5. Perdarahan sekunder.

  6. Osteomylitis kronik.

  7. Delayet union (penyembuhan lama), non union (tak bersambung), mal union (terjadi gangguan dalam penyambungan luka).

  8. Kekakuan sendi.

  9. Komplikasi akibat perawatan yang lama.

  OSTEOMILITIS  Adalah infeki pada tulang dan sumsum tulang yang disebabkan oleh bakteri piogen.

   Dibagi atas:

  ~ Osteomilitis akut ~ Osteomilitis sub akut ~ Osteomilitis kronik

I. Osteomilitis akut

  • Adalah infeksi tulang dan sumsum yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain.
  • Ditemukan pada anak-anak, jarang pada orang dewasa. ○ Etiologi  Stafilokokus aureus hemolitikus  Hemofilus influenza  Pneumokokus, s.tifosa, pseudomonas dll.
  • Teori vaskuler
  • Teori fagositosis

  ○ Faktor predisposisi

   Gangguan pergerakan sendi

  Biopsi ○ Pemeriksaan radiologist

  Kultur dan uji sensitivitas 

  LED (normal 0 – 10 ml --- 1 jam pertama) 

  Leukositosis 

  ○ Pemeriksaan laboratorium

   Nafsu makan menurun

   Malaise

   Demam

   Nyeri

  Umur (usia muda) 

  Bila trauma artificial dilakukan pada binatang percobaan --- hematoma pada daerah lempeng epefisis. Dengan pengambilan bakteri intravena, akan terjadi infeksi pada daerah yang hematom. ○ Gambaran klinis

   Terdapat fagosit yang matur dan imatur. 

   Daerah metafisis merupakan tempat pembentukan sel-sel darah merah (retikuloendotel)

  Vaskuler pada metafisis berkelok-kelok dan membentuk sinus-sinus sehingga aliran darah menjadi dilambat.

  Nutrisi: lingkungan dan imunitas yang buruk ○ Teori terjadinya osteomilits pada metafisis

  Lokasi: metafisis tulang panjang 

  Trauma 

  Jenis kelamin (anak laki-laki lebih sering) 

  Fagosit yang matur dapat memakan bakteri tapi yang imatur tidak dapat dan inilah yang berkembang biak. ○ Teori trauma

  • Photo toraks
  • Pembentukan jaringan lunak
  • Distruksi tulang setelah 2 minggu

  • USG
    • Efusi (penimbunan cairan) pada sendi ○ Komplikasi  Septikimia  Infeksi yang bersifat metastalik  Artritis supuratif  Gangguan pertumbuhan  Osteomilitis kronik

  • Analgetik, antibiotika 

II. Osteomilitis Sub Akut * Ditemukan pada anak-anak dan remaja.

  • Terdapat kavitas yang dilingkari jaringan granulasi ○ Gambaran Klinis  Artropi otot  Nyeri local  Pembengkakan sendi  Nyeri berlangsung beberapa minggu --- beberapa bulan.  Suhu badan normal

  Gambaran klinis

   Pseudomonas

   Proteus

   E.Coli

   Stapilokokus aureus

  Etiologi

  Antibiotika selama 6 minggu

   Pemeriksaan radiologist ~ Ditemukan pada daerah metafisis tulang panjang

  ○ Pengobatan

  Pemeriksaan laboratorium ~ Leukosit biasanya normal ~ LED meningkat

  ○ Diagnosis

  Drainase bedah

  Isterahat local 

  Obat-obatan

  Isterahat 

  ○ Pengobatan

III. Osteomilitis Kronis

  • Merupakan lanjutan dari osteomilitis yang tidak terdiagnosa atau tidak diobati dengan baik.
  • Akibat fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.

   Nyeri yang hilang timbul  Terdapat fistel atau sikatris  Keluar cairan dari fistel

  Diagnosis

   Pemeriksaan laboratorium ~ Leukositosis ~ LED meningkat ~ Kultur dan uji sensitifitas Pemeriksaan radiologist

   ~ Porosis dan sclerosis tulang ~ Perubahan periost (pinggir tulang) ~ Elevasi periostium

  Pengobatan

  1. Pemberian antibiotic Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat.

   Mengontrol eksaserbasi akut. 

  2. Operasi Setelah pemberian dan pemayungan AB.

   Setelah fase eksaserbasi akut telah reda. 

  Tujuan operasi:

  Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, selanjutnya dilakukan drainase dan  irigasi selama beberapa hari.

  Sebagai dekompresi agar AB mudah mencapai sasaran dan mencegah  penyebaran.

  OSTEOPOROSIS

  Merupakan kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang.

  Insidens

  Laki-laki : perempuan = 1 : 2 – 4

  Etiologi

  Merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara factor genetic dan  lingkungan.

   Faktor predisposisi

  a. Usia lanjut

  b. Ras = kulit putih

  c. Faktor keturunan

  d. Skeliosis

  e. Aktifitas fisik yang kurang

  f. Tidak pernah melahirkan

  g. Menapause

  h. Gizi i. Gaya hidup

  Gambaran Klinis

ARTRITIS REUMATOID

  2. Endokrin

  

  Etiologi

   Tidak diketahui

   Diduga disebabkan oleh:

  1. Infeksi streptokokus

  4. Metabolik 5. factor genetic 6. fakor lingkungan

  3. Autoimun

  1. Nyeri tulang

   Patologi Dibagi atas 2 bagian, yaitu:

  1. Kelainan pada daerah artikuler (persendian) Sinovia, tendo dan tulang.

  2. Kelainan pada daerah extra artikuler Otot, nodul subkutan, pembuluh darah perifer, kelenjar limfe, syaraf dan viscera.

  Dibagi dalam 3 stadium:

   Kongesti vaskuler, poliferasi sinovial.

   Mengenai sendi tangan, pergelangan tangan, lutut dan panggul

   Perempuan : laki-laki = 3 : 1

   Umur 20 – 30 tahun

   Mengenai kurang lebih 30% penduduk

  2. Deformitas tulang

  Diagnosis

   Pemeriksaan fisis

   Pemeriksaan radiologis

  Penatalaksanaan

  1. Diet TKTP

  2. Pemberian kalsium dosis tinggi

  3. Pemberian vitamin D dosis tinggi

  4. Pemasangan penyangga tulang

  5. Pencegahan:

  a. Hindari factor resiko

  b. Penanganan fraktur yang tinggi

  Adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi dan jaringan ikat sendi secara simetris. 

  Insidens

I. Kelainan Daerah Artikuler

a. Stadium I (stadium sinovitis)

   Disertai infiltrasi lapisan sub sinovial oleh sel / sel limfosit dan sel plasma.  Penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan villi pada sinovium dan erupsi pada sendi dan pembungkus sendi.

  b. Stadium II (stadium destruksi)

   Inflamasi menjadi kronis  Destruksi sendi atau tendo  Kerusakan tulang rawan sendi oleh:

  ~ Enzim proteolitik ~ Jaringan vaskuler pada lipatan sinovial ~ Jaringan granulasi pada sendi

   Erosi pada tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi atau reabsorpsi osteoblast.  Tenosenovitis + invasi kolagen --- rupture tendo parsial/total.

  c. Stadium III (stadium deformitas)

   Instabilitas dan deformitas sendi akibat destruksi sendi, ketegangan selaput sendi dan ruptur tendo.

   Inflamasi sudah berkurang.

II. Kelenjar Jaringan Extra Artikuler

  ○ Nodul subkutan

  25% dari seluruh penderita arthritis  Berupa jaringan ikat padat dan diinflistrasi oleh sel-sel bulat. ○ Pembuluh darah perifer

  ○ Otot :  Miopati --- kelemahan otot  Artropi otot --- pengecilan otot

   Lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa

   Gangguan respon arteriol terhadap suhu

  ○ Kelenjar limfe Pembesaran kelenjar limfe, hyperplasia arthritis, peningkatan aktivitas system retikulo endothelial dan proliferasi jaringan ikat --- splenomegali.

   Gambaran Klinis  Tergantung onset, distribusi, stadium dan progresif penyakit.

   Stadium awal: melalui penurunan Berat Badan, rasa capek, demm, dan anemia.  Gejala local: nyeri, pembengkakan dan gangguan pergerakan.  Tenosinovitis: Pada daerah extensor pergelangan tangan dan fleksor jari-jari.  25% kasus mengalami remisi.  Stadium lanjut: ~ Kerusakan sendi dan deformitas yang permanent.

  ~ Sendi tidak stabil akibat rupture tendo.  Diagnosis (ARA = American Rematoid Arthtritis)

  1. Kekakuan sendi pada pagi hari (morning stiffness)

  2. Nyeri pada pergerakan/nyeri tekan 3. Pembengkakan salah satu sendi diatas 6 minggu.

  4. Pembengkakan sekurang-kurangnya satu sendi

   Poliferasi t.intima

  5. Pembengkakan sendi bersifat simetris

  6. Nodul subkutan pada tonjolan tulang daerah ekstensor

  7. Uji aglutinasi factor rematoid

  8. Pengendapan cairan musin yang jelek

  9. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovial

  10. Gambaran histologik yang khas pada nodul

  Kriteria diagnosis: Klasik : Bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung diatas 6 minggu.

  Defenitif : Bila terdapat 5 kriteria, diatas 6 minggu. Kemungkinan rematoid : 3 kriteria, diatas 4 minggu

  Pengobatan:

   Prinsip: 1. Membantu penderita, mengetahui penyakit rematoid arthritis.

  2. Memberikan dukungan psikologis.

  3. Meringankan rasa nyeri.

  4. Menekan terjadinya inflamasi.

  5. Mempertahankan fungsi sendi, mencegah deformitas.

  6. Mengoreksi deformitas yang ada.

  7. Meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.

  8. Rehabilitasi.

  OSTEOARTRITIS

  ○ Defenisi Osteoartritis adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa desintegrasi dan perlunakan progresif diikuti perlambatan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit; diikuti fibrosis pada kapsul sendi.

  ○ Klasifikasi

  A. Osteoartritis primer Tidak diketahui penyebabnya.

   Mengenai sendi atau beberapa sendi

   Perempuan, kulit putih

   Umur : pertengahan

  

  B. Osteoartritis sekunder Trauma/instabilitas

   Faktor genetic/perkembangan

   Penyakit metabolic/endokrin

   Osteonekrosis

   ○ Etiologi

  Faktor predisposisi: 1. Umur : diatas 50 tahun (mulai berkembang) ok.kondroitin sulfat.

  2. Jenis kelamin: Primer : Perempuan lebih dari laik-laki Sekunder : Laki – laki lebih dari perempuan

  4. Faktor metabolic/endokrin

  5. Keturunan

  6. Faktor mekanik

  7. Cuaca/iklim

  8. Diet ○ Gambaran Klinis

  1. Nyeri akibat:  Inflamasi yang luas  Kontraktur kapsul sendi  Peningkatan tekanan intra artikular

  2. Kekakuan sendi

  3. Pembengkakan

  4. Gangguan pergerakan

  5. Deformitas ○ Diagnosis

  Pemeriksaan radiologist: Gambaran yang khas adalah:  Densitas tulang normal atau meninggi  Penyempitan ruang sendi yang asimetris  Nekrosis tulang subkondral  Kista tulang pada permukaan sendi  Osteofit pada tepi sendi

  ○ Pengobatan

  1. Penanganan umum Isterahat yang teratur untuk mengurangi beban sendi.

   Menurunkan berat badan

   Fisioterapi

  

  2. Pemberian obat-obatan

  3. Aspirasi bila ada cairan dalam sendi

  4. Pemasangan bidai

  5. Tindakan operasi dilakukan bila: Nyeri tidak teratasi dengan obat-obatan

   Sendi yang tidak stabil

   Adanya kerusakan sendi

   Untuk mengoreksi beban sendi

  

  RAKITIS

  • Adalah kelainan dengan gangguan pertumbuhan tulang akibat kegagalan deposisi garam kalsium pada matriks tulang (osteoid) dan pada tulang rawan pra osseus dari epifisis.
  • Defosit normal kalsium pada osteoid dan tulang rawan pra osseus dipengaruhi oleh kadar kalsium dan fosfor plasma yang merupakan hasil interaksi dari absorpsi pada usus, ekskresi pada ginjal dan mobilisasi kalsium dari/ke tulang.

  ○ Etiologi

  • Tipe I 
  • Tipe II
  • Tipe III

  ~ Pada bayi dengan konvulsi, tetani, iritabilitas dan gangguan perkembangan fisik --- pikirkan adanya penyakit rakitis. ~ Ditegakkan berdasarkan:

  3. Osteotomi pada deformitas yang mentap yang tidak efektif dengan obat-obatan.

  2. Pemasangan bidai pada deformitas.

  1. Pemberian obat-obatan untuk mengontrol penyakit sehingga tidak terjadi deformitas.

  Penurunan kadar kalsium plasma  Peningkatan kadar fosfat dan alkali fosfotasi.  Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfat pada urin. ○ Pengobatan

   Pemeriksaan laboratorium 

   Pada anak-anak epifisiolisis

   Osteosklerosis pada tulang rangka

   Lempeng epifisis melebar dan ireguler

   Gambaran Klinis Pembengkakan pada lempeng epifisis, khususnya bagian distal radius dan sendi kostokondral.  Pemeriksaan radiologist

   Diturunkan secara seks dominant autosomal.  Pertumbuhan penderita lambat, wajah pucat, deformitas tulang dan miopati. ○ Diagnosis

   Insufisiensi ginjal kronik  Insufisiensi tubulus renalis

   Terjadi akibat gangguan resorpsi fosfat pada tubulus ginjal, ekskresi fosfat pada urin meningkat.

   Menyebabkan lesi pada tulang hiperparatiroid sekunder --- metafisis yang ireguler, erosi korteks tulang dan osteoporosis.

   Terjadi akibat insufisiensi renalis yang kronis

   Jarang ditemukan

  Menyebabkan gangguan pertumbuhan  Stadium dini terjadi hipokalsemia yang ditandai konvulsi (kejang) dan tetani.  Defesiensi vitamin D akibat gangguan absorpsi.

  T.u pada anak-anak umur kurang lebih 1 tahun 

  Akibat defesiensi vitamin D 

  Simple rakitis 

  ○ Jenis-jenis Rakitis Dibagi atas 3 tipe; yaitu:

  4. Pemberian vitamin D dosis tinggi.