BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Kualitas Audit, Jenis Opini Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

  Definisi laporan keuangan menurut SPAP AE Seksi 20000.1 (2001) menjelaskan bahwa:

  Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen memiliki tujuan untuk mempertanggungjawabkan kinerja atas tugas yang diberikan oleh pemilik perusahaan, sehingga harus disajikan secara wajar.

  Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No. 1 Paragraf 12, 2007:3)

  Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan manajemen kepada pihak luar perusahaan.Kualitas komunikasi yang dicapai tergantung pada kualitas laporan keuangan. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan menurut PSAK No. 1

  Paragraf 24 (2007:5), yaitu:

  1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

  2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan.

  Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di

  3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).

  Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful

  representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

  4. Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan.Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

  Dalam PSAK No.1 Paragraf 07 (2007:1.2), laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini:

  1. Neraca;

  2. Laporan laba rugi;

  3. Laporan perubahan ekuitas;

  4. Laporan arus kas; dan 5. Catatan atas laporan keuangan.

  Namun sejak tahun 2012 Indonesia sudah menyesuaikan secara penuh dengan IFRS. Berikut pelaporan keuangan keuangan yang memenuhi IFRS:

  1. Laporan posisi keuangan

  2. Laporan laba rugi komprehensif

  3. Laporan perubahan ekuitas

  4. Laporan arus kas 5. Catatan atas laporan keuangan.

  Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding.

  Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan secara tepat waktu.

2.1.2 Auditing

2.1.2.1 Definisi Auditing

  Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2008:4) “auditing merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”

  Menurut Koranth (2002:5) auditing adalah: Suatuproses sistematis yang dilakukan secara objektif untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang tindakan dan kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dari berbagai definisi diatas, terdapat beberapa karakteristik dalam pengertian auditing yaitu :

  1. Informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.

  Informasi dapat dan telah tersaji dalam berbagai bentuk. Para auditor secara rutin melaksanakan audit atas informasi- informasi yang dapat diukur, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan perusahaan serta laporan pajak penghasilan perorangan bagi pemerintah federal. Kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi informasi pun beragam, tergantung dari informasi yang akan diaudit. Sebagai contoh, dalam audit atas laporan keuangan historis oleh kantor akuntan publik, kriteria yang digunakan adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

  2. Pengumpulan serta pengevaluasian bukti audit Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada. Bagian kritis dalam setiap audit adalah menentukan tipe serta banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan dan mengevaluasi apakah informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

  3. Independensi dan kompetensi auditor pelaksana

  Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu dalam memahami kriteria yang digunakan serta harus kompeten (memiliki kecakapan) agar mengetahui tipe dan banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit tersebut selesai diuji. Seorang auditor pun harus memiliki sikap dan mental yang independen.

  Kompetensi yang dimiliki seorang auditor hanya bernilai sedikit saja jika ia tidak memiliki sikap objektif pada saat pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti audit.

  Tahapan terakhir dari proses audit adalah mempersiapkan laporan audit, yang merupakan komunikasi atas temuan auditor kepada para pengguna informasi. Laporan-laporan tersebut beragam sifatnya, tetapi seluruh laporan tersebut harus dapat memberikan informasi kepada para pengguna akan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

  Untuk melakukan audit, harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat diverifikasi dan beberapa kriteria yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut.Kriteria untuk mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada informasi yang sedang diaudit.

  Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti dengan kualitas dan jumlah yang mencukupi.Auditor harus menentukan jenis dan jumlah bukti yang diperlukan serta mengevaluasi apakah informasi itu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.1.2.2 Standar Auditing

  Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit dalam laporam keuangan.Standar ini mencakup dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bukti.

  Standar auditing berdasarkan SPAP SA Seksi 150 (2001) adalah sebagai berikut:

  1. Standar Umum

  a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

  b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indenpendensi, dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

  c. Dalam pelaksaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

  2. Standar Pekerjaan Lapangan

  a. Pekerjaaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika menggunakan asisten dalam pelaksanaan audit harus disupervisi dengan semestinya.

  b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

  c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

  3. Standar Pelaporan

  a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

  c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

  d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara demikiantidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannyaharus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

2.1.3 Audit Report Lag

  “Audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang

  diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan”(Parwati dan Suhardjo, 2009). Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan.

  Audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan

  audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang terteradi laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit.

  Auditreport lagadalah rentang waktu penyelesaian laporan audit

  laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

  Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Ahmad, Alim, dan

  1. Preliminary lag, yaitu interval antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahuluan oleh pasar modal.

  2. Auditor’s signature lag, yaitu interval antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan keuangan auditor.

  3. Total lag, yaitu interval antara tanggal berakhirnya tanggal buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal.

2.1.4 Kualitas Audit

  Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditeenya. Salah satu alat untuk menilai kualitas audit adalah ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik). Pada umumnya, KAP besar (bekerja sama dengan KAP internasional) memperoleh insentif yang lebih besar dan mempunyai lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif, serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penjadwalan audit.

  Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa professional dalam praktek akuntan publik.

  Di Indonesia KAP dibagi menjadi dua kategori, yaitu KAP The Big

  Four dan KAP non The Big Four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik

  yang berafiliasi dengan dengan The Big Four di Indonesia yaitu:

  1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan kantor KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.

  Hans Tuanakota & Mustofa.

  3. KAP Ernst & Young, yang bekerjasama dengan KAP Prasetio, Drs.

  Sarwoko & Sanjaja.

  4. KAP KPMG (Klyneld Peat Marwick Geordeler), yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.

  Kantor akuntan publik yang lebih besar (bermitra dengan The Big

  Four) menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi untuk melindungi

  reputasinya sebagai akuntan independen. Berdasarkan teori tersebut Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan The Big Four dapat dikatakan cenderung tepat waktu dalam melakukan pelaporan keuangannya.

2.1.5 Jenis Opini Audit

  Opini audit adalah pendapat akuntan publik atau auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diauditnya.

  Menurut SPAP SA Seksi 508 (2001), ada lima jenis opini audit, yaitu:

  1. Pendapat wajar tanpa pengecualian Pendapat wajr tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalm semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  2. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraph penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.

  3. Pendapat wajar dengan pengecualian Menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentusesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

  4. Pendapat tidak wajar Menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  5. Pernyataan tidak memberikan pendapat Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

  Auditor tidak dapat menyatakn suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

  Perusahaan yang menerima opini selain unqualified opinion cenderung memiliki audit report lag yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima unqualified opinion.Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian melibatkan negoisasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain unqualified opinion dianggap sebagai bad

  news sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat

2.1.6 Ukuran Perusahaan “

  Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain” (Suwito dan Herawaty, 2005:138)

  “Semakin besar ukuran satuan usaha maka struktur pengendalian internalnya juga semakin baik sehingga akan mengurangi kesalahan dalam penyajian laporan keuangan. Hal ini akan memudahkan pekerjaan auditor karena lingkup pengujian semakin sempit sehingga akan memperpendek

  audit delay” (Carslaw dan Kaplan, 1991 dalam Ahmad, Alim, dan

  Subekti, 2005). Perusahaan berskala besar juga memiliki sumber daya untuk membayar audit fees yang relatif tinggi sehingga dapat menekan auditor untuk memulai pekerjaannya lebih awal dan menyelesaikan audit tepat waktu bila dibanding perusahaan lain kecil.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Mengingat pentingnya pengungkapan dan penyampaian laporan keuangan maka banyak penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag.

  Parwati dan Suhardjo (2009) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

  audit report lag. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jenis industri,

  profitabilitas, dan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit report lag sedangkan variabel rugi/laba, opini auditor, ukuran perusahaan, dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

  Cecile (2010) meneliti pengaruh debt to total assets ratio, kualitas audit, dan opini going concern terhadap audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menujukkan bahwa debt to total assets

  ratio berpengaruh positif terhadap audit report lag sedangkan kualitas audit dan

  opini going concern tidak berpengaruh terhadap audit report lag, dan debt to total

  assets ratio, kualitas audit, dan opini going concern tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap audit report lag.

  Bangun, Subagyo, dan Tarigan (2012) yang meneliti faktor-faktor yang rmempengaruhi audit report lag pada perusahaan yang listed di BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan pergantian auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag sedangkan ukuran KAP dan jenis industri berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag. ukuran perusahaan, ukuran KAP, pergantian auditor, dan jenis industri secara simultan berpengaruh terhadap audit report lag.

  Putri (2014) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit

  total assets ratio,

  lag, Debt to Total Assets Ratio, kualitas audit,

  berpengaruh positif terhadap audit report lag. Kualitas audit dan opini going concern tidak berpengaruh terhadap audit report

  Total Assets Ratio

  Secara parsial Debt to

  Audit Report Lag

  Dependen:

  kualitas audit, dan opini going concern.

  

Independen:

Debt to Total

Assets Ratio,

  Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Concern terhadap Audit report lag

  Kualitas Audit, dan Opini Gooing

  Pengaruh Debt to

  report lag pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  2. Yovanca Cecile (2010)

  sedangkan Rugi/Laba, Opini Auditor, Ukuran Perusahaan, dan Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

  audit report lag

  Jenis Industri, Profitabilitas, dan Ukuran KAP berpengaruh terhadap

  Dependen:

Audit Report

Lag

  Jenis Industri, Rugi/Laba, Opini Auditor, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, Solvabilitas.

  Audit Report Lag

Independen:

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

  1. Lina Anggraeny Parwati dan Yohanes Suhardjo (2009)

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

  Berikut ini adalah penelitian terdahuluyang berkaitan dengan audit report lag yang ditunjukkan dalam table dibawah ini:

  periode tahun 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan spesialisasi industry auditor berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Profitabilitas dan klasifikasi industi menunjukkan tdak adanya pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag.

  dan opini going

  concern tidak

  4. Alvyra Nesia Indah Putri (2014)

  Dependen:

Audit report

lag

  spesialisasi industry auditor, profitabilitas, dan klasifikasi industri.

  leverage,

  Ukuran Perusahaan, tingkat

  

Independen:

  Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2012

  report lag Pada

  Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit

  audit report lag.

  berpengaruh secara bersama-sama terhadap Audit Report Lag.

  Ukuran perusahaan dan Pergantian Auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag. Ukuran KAP dan Jenis Industri berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag. Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, Pergantian Auditor, dan Jenis Industri secara simultan berpengaruh terhadap

  Dependen:

Audit report

lag

  Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, Pergantian Auditor, Jenis Industri

  

Independen:

  Pada Perusahaan yang Listed di BEI.

  Audit Report Lag

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

  3. Primsa Bangun, Subagyo, dan Malem Ukur Tarigan (2012)

  Ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan spesialisasi industry auditor berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Profitabilitas dan klasifikasi industi menunjukkan tdak adanya pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kualitas Audit (X1) Jenis Opini Audit (X2)

  Audit Report Lag (Y)

  Ukuran Perusahaan (X3)

Gambar 2.1 Kerangka KonseptualGambar 2.1 mengindikasikan bahwa kualitas audit (X1), jenis opini audit

  (X2), dan ukuran perusahaan (X3) mempengaruhi audit report lag (Y), baik secara parsial dan simultan.

  Penelitian ini menilai kualitas audit berdasarkan ukuran KAP. KAP besar mempunyai lebih banyak sumber daya daripada KAP kecil, sehingga KAP besar dapat menyelesaikan proses audit dengan lebih efektif dan efisien serta memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Selain itu, KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan dengan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasinya. Ukuran KAP dilihat dari apakah KAP tersebut adalah the big four ataunon the big four.

  Opini audit adalah pendapat yang diberikan auditor terhadap laporan keuangan yang telah diauditnya dengan melalui beberapa tahap audit. Audit

  report lag akan lebih panjang pada perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion. Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat tersebut

  melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan ruang lingkup. Opini audit dilihat dari apakah unqualified opinion atau selain unqualified opinion.

  Ukuran perusahaan dapat dinilai berdasarkan pada total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Perusahaan perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dalam penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan diukur melalui total asset yang dimiliki perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Definisi hipotesis menurut Erlina (2011:41): Hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

  Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh kualitas audit terhadap audit report lag.

  H2 : Terdapat pengaruhjenis opini audit terhadap audit report lag. H3 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag. H4 : Terdapat pengaruh kualitas audit, jenis opini audit, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap audit report lag.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Opini Audit, Debt To Total Asset Ratio, Earning Per Share, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 64 99

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2012

3 56 79

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 43 85

Pengaruh Debt to Total Assets Ratio, Kualitas Audit, dan Opini Going Concern Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 49 97

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Audit Report Lag - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2012

0 2 11

ABSTRAK Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, dan Jenis Opini Audit terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2012

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Kualitas Audit, Jenis Opini Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 13