BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN KUTAI BARAT - DOCRPIJM 0e139cb629 BAB IIIBAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN
BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN KUTAI BARAT 3.1 Fenomena Perkembangan Kabupaten Kutai Barat. Kabupaten Kutai Barat dengan Ibukota Sendawar merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Kutai yang telah ditetapkan berdasarkan UU. Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang. Luas
2 Kabupaten Kutai Barat sekitar 35.696,59 Km atau kurang lebih 15 persen dari luas Provinsi Kalimantan Timur.
Perkembangan sejak ditetapkannya Kutai Barat sebagai Kabupaten baru hasil pemekaran demikian cepat. Kebutuhan atas arahan pembangunan terutama ruang yang menekankan pada perkembangan ekonomi kecil, serta perubahan kebijakan baik pada tingkatan nasional, Propinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Barat menjadi dasar perlunya berbagai penyesuaian dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Barat. Pada tataran nasional, dikeluarkannya Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; serta Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005 tentang Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004
- – 2009 memberi pengaruh yang cukup besar pada sistem perencanaan pembangunan di daerah termasuk di Kabupaten Kutai Barat.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Barat ditetapkan menjadi produk hukum yaitu Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2005. RTRW Kabupaten Kutai Barat merupakan acuan perencanaan tata ruang di Kabupaten Kutai Barat sampai tahun 2013. Penyusunan RTRW Kabupaten Kutai Barat tersebut telah mulai sejak tahun 2002 dan direvisi kembali Tahun 2005, di mana substansi RTRW tersebut disusun berdasarkan kondisi Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2005 dan perkembangan sampai tahun 2007. Kemudian pada tahun anggaran 2007, dilakukan Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Barat dilakukan sesuai dengan tuntunan pembangunan dan perkembangan kawasan perkotaan dan dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan. Menurut Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa tiap 5 tahun rencana tata ruang perlu dievaluasi dan bila perlu direvisi kembali. Berdasarkan hal tersebut upaya evaluasi (dan revisi) RTRW mutlak dilakukan, sehingga pelaksanaan Revisi RTRW Kabupaten Kutai Barat dilakukan tahun berikutnya. Kemudian selanjutnya Kabupaten Kutai Barat menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 32 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2011 – 2031.
Kabupaten Kutai Barat merupakan salah satu Kabupetan di Propinsi Kalimantan Timur yang kaya akan potensi sumber daya alam (SDA). Potensi SDA tersebut merupakan salah satu modal dasar untuk melaksanakan roda pemerintahan bagi kesejahteraan masyarakat. Berdasar potensi yang ada, berbagai kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan secara umum telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Namun banyak juga permasalahan dan kendala yang dihadapi, terutama berkaitan dengan masalah keterisolasian akibat tipologi wilayah yang bergelombang.
Pada perkembangannya, pada Tahun 2013 terjadi pemekaran pada Kabupaten Kutai Barat yang menyebabkan Luas Wilayah, jumlah kecamatan dan jumlah kampung berubah. Berdasarkan UU No. 02 Tahun 2013 Kabupaten Kutai Barat dimekarkan menjadi Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu. Luas wilayah Kabupaten Barat yang terdiri dari 16 kecamatan yaitu 20.381,59 Km 2 dan Kabupaten
Mahakam Ulu dengan 5 kecamatan 15.315 Km 2 .
3.2 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Kutai Barat.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai :
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten; 3.
Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten;dan 4. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : 1.
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Karakteristik wilayah kabupaten; 3.
Kapasitas sumber daya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang; dan 4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: 1.
Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi;
2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan;
3. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
- – Pemantapan fungsi dan kedudukan Kabupaten dalam kawasan ekonomi sub regional BIMP
EAGA; Pengembangan ekonomi berwawasan lingkungan dan berbasis kerakyatan; Pengembangan sektor pertanian, pertambangan, kehutanan, dan pariwisata mendukung ekonomi sub regional; Pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi budaya; Pengembangan pusat
- – pusat kegiatan yang terintegrasi dan terpadu;
Pengembangan sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya yang terpadu dan merata di seluruh wilayah; Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam; Pemantapan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
3.3 Strategi Penataan Ruang Kabupaten Kutai Barat.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi : 1.
Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kabupaten;
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten;dan 3.
Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : 1.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang; 2.
Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional, dan provinsi;
- – EAGA meliputi: (1) Memantapkan kedudukan Kabupaten sebagai kawasan ekonomi sub regional BIMP
- – EAGA; (2) Memantapkan fungsi Kabupaten sebagai pusat pengembangan kawasan ekonomi sub regional
- – EAGA; (3)
c) Strategi pengembangan sektor pertanian, pertambangan, kehutanan, dan pariwisata mendukung ekonomi sub regional meliputi:
Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata budaya; (3)
(1) Mengembangkan dan meningkatkan daya tarik wisata budaya; (2)
d) Strategi pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi budaya meliputi:
Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pengembangan kegiatan; dan (6) Mengoptimalkan sistem dan pola pengembangan kegiatan.
Mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata; (5)
Mengembangkan kawasan peruntukan kehutanan; (4)
Mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan; (3)
(1) Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian; (2)
Mengendalikan pengembangan sektor ekonomi berwawasan lingkungan; dan (6) Mengembangkan kegiatan sektor perekonomian dengan pola kemitraan bagi masyarakat.
3. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif;
Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang; (5)
(2) Mengembangkan dan meningkatkan potensi unggulan Kabupaten; (3) Mengembangkan kegiatan ekonomi dengan memanfaatkan masyarakat lokal; (4)
(1) Menetapkan potensi unggulan Kabupaten;
b) Strategi pengembangan ekonomi berwawasan lingkungan dan berbasis kerakyatan meliputi:
Menetapkan lokasi pusat pengembangan kegiatan; (4) Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pengembangan kegiatan.
BIMP
Strategi pemantapan fungsi dan kedudukan Kabupaten dalam kawasan ekonomi sub regional BIMP
5. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai turunan dari rumusan kebijakan penataan ruang yang dijabarkan secara lebih operasional, maka strategi penataan ruang Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut: a)
4. Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kabupaten; dan
Mengendalikan pengembangan lahan terbangun pada kawasan pariwisata budaya; dan
(4) Mengembangkan pariwisata dengan keterlibatan masyarakat.
(1) Meningkatkan prasarana jaringan transportasi; (2) Mengembangkan perekonomian pada kawasan budidaya wilayah tertinggal; (3)
(1) Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan kemanan Negara;
Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari dampak negatif yang timbul; dan (4) Membatasi kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi kawasan lindung. i) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:
Mengembalikan fungsi hutan lindung kawasan yang mengalami kerusakan; (3)
(1) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung; (2)
h) Strategi pemantapan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi:
Mengembangkan sarana dan jaringan prasarana wilayah pendukung; dan (5) Meningkatkan produktivitas dan komoditas unggulan.
Meningkatkan akses kawasan budidaya ke jaringan jalan arteri dan jalan kolektor; (4)
g) Strategi pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam meliputi:
e) Strategi pengembangan pusat kegiatan terintegrasi dan terpadu meliputi:
Mengembangkan sistem jaringan air limbah dan drainase; dan (8) Mengembangkan jalur evakuasi bencana pada kawasan rawan bencana.
Meningkatkan penanganan sampah perkotaan dan pedesaan terpadu; (7)
Meningkatkan sistem jaringan prasarana sumberdaya air; (6)
Mengembangkan dan meningkatkan sarana transportasi wilayah; (3) Mengembangkan jaringan energi dan sumber daya energi alternatif; (4) Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi ke seluruh wilayah; (5)
Mengembangkan jaringan jalan penghubung perdesaan dan perkotaan sesuai fungsi jalan; (2)
f) Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya yang terpadu dan merata di seluruh wilayah meliputi: (1)
(2) Mendorong pengembangan pusat pelayanan berskala kecamatan atau beberapa desa; (3) Mendorong pengembangan pusat pelayanan berskala antar desa; dan (4) Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara berjenjang.
(1) Mendorong pengembangan pusat kegiatan di kawasan perkotaan berskala regional;
(2) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan strategis dengan fungsi pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;
(3) Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan (4) Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan/atau TNI.
3.4 Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kutai Barat.
3.4.1 Arahan Pengembangan Struktur Kabupaten Kutai Barat.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan
2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: a.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan d.
Ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: 1)
Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; 2) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan;
3) Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut: a)
Terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan pemerintah provinsi;
b) Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan lingkungan (PPL); dan
c) Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
4) Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas dengan ketentuan sebagai berikut: a) Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL (dengan notasi
PKLp);
b) Pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK); dan
c) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL.
5) Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
3.4.1.1 Rencana Sistem Pusat Kegiatan.
3.4.1.1.1 Sistem Perkotaan.
Rencana pengembangan sistem perkotaan dimaksudkan untuk menggambarkan peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup kabupaten. Pengembangannya dilakukan melalui pembentukan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan secara hirarkhi sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat kegiatan atau didasarkan pada arah kebijakan pengembangan. Artinya, penetapan sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini (eksisting), baik yang menyangkut sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan; sedang arah kebijakan pengembangan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang.
Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.
Mengacu pada pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten (Permen PU No 16 Tahun 2009), Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, terdiri atas: 1.
4) PPK meliputi:
f) Perkotaan Penyinggahan;
e) Perkotaan Tering;
d) Perkotaan Nyuatan;
c) Perkotaan Siluq Ngurai;
b) Perkotaan Muara Lawa;
a) Perkotaan Muara Pahu;
d) Perkotaan Linggang Bigung;
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten; 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten; 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten; 4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten; 5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu: a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; b.
c) Perkotaan Bentian Besar;
b) Perkotaan Bongan;
a) Perkotaan Melak;
3) PKLp meliputi:
b) Perkotaan Long Iram di Kecamatan Long Iram ; dan
a) Perkotaan Barong Tongkok di Kecamatan Barong Tongkok;
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Dengan menggunakan ketentuan tersebut, maka pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Kutai Barat, dan juga mengacu pada RTRWN dan RTRW Provinsi Kalimantan Timur menetapkan: 1) PKW berupa Perkotaan Sendawar; 2) PKL meliputi:
e) Perkotaan Mook Manaar Bulatn.
g) Perkotaan Jempang; dan
h) Perkotaan Damai.
3.4.1.1.2 Sistem Perdesaan.
Distribusi permukiman perdesaan di Kabupaten Kutai Barat menunjukkan keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat, terpencar, maupun berdekatan dengan pusat kota. Adapun rencana pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Subang dengan menetapkan 3 (tiga) desa atau kampung yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan bagi desa
- – desa sekitarnya dengan fungsi pelayanan kegiatan antar lingkungan dan antar kelurahan/desa/kampung.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang ditetapkan di Kabupaten Kutai Barat meliputi : 1.
Kampung Linggang Melapeh berada di Kecamatan Linggang Bigung;
2. Kampung Camp Baru berada di Kecamatan Muara Pahu;
Tabel 3.1 Sistem dan Fungsi Perkotaan di Wilayah Kabupaten Kutai BaratLokasi
Pusat Kegiatan Fungsi yang Dikembangkan
(Ibukota Kecamatan)1. PKW Sendawar
- pusat pemerintahan Kabupaten; pengolahan hasil tambang
- pusat batubara; dan - pengolahan hasil hutan.
2. PKL Barong Tonkok pendukung PKW Sendawar Long Iram pendukung PKW Sendawar
3. PKLp Melak
- pusat pendukung PKW Sendawar;
- pusat pelayanan pendidikan; kegiatan komersial dan
- pusat perdagangan; dan
- pusat pengembangan pelabuhan sungai lokal dan regional.
Bongan
- pintu gerbang dari Kabupaten dan Kabupaten Penajam; dan
- pusat pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit.
Bentian Besar
- pintu gerbang Kabupaten ke Provinsi Kalimantan Tengah; pengolahan hasil tambang
- pusat batubara; dan
- pusat pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit.
Lokasi
Pusat Kegiatan Fungsi yang Dikembangkan
(Ibukota Kecamatan)Mook Manaar Bulatn
- pintu gerbang dari Kabupaten; pengembangan jalur
- pusat penyebrangan; pengolahan hasil tambang
- pusat batubara; dan
- pusat Pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit.
Linggang Bigung
- pusat pengembangan produksi pertanian;
- pusat pengembangan kota; pengolahan hasil tambang
- pusat batubara; dan
- pusat Pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit.
4. PPK Muara Pahu fungsi pelayanan Kecamatan Muara
Pahu Muara Lawa fungsi pelayanan Kecamatan Muara Lawa Siluq Ngurai fungsi pelayanan Kecamatan Siluq NguraiNyuatan fungsi pelayanan Kecamatan Nyuatan Tering fungsi pelayanan Kecamatan Tering Penyinggahan fungsi pelayanan Kecamatan Penyinggahan
Jempang fungsi pelayanan Kecamatan Jempang Damai fungsi pelayanan Kecamatan Damai Sumber : RTRW Kabupaten Kutai Barat 2011 - 2031 3.4.1.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah.
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Kutai Barat, terdiri atas rencana sistem prasarana utama yaitu rencana jaringan transportasi darat, rencana jaringan perkeretaapian, dan rencana jaringan transportasi udara serta rencana pengembangan prasarana lainnya, meliputi rencana jaringan energi, rencana jaringan telekomunikasi, rencana jaringan sumber daya air, dan rencana jaringan pengelolaan lingkungan mencakup prasarana lingkungan, seperti rencana jaringan pengelolaan persampahan, rencana jaringan air minum, rencana jaringan jalur dan evakuasi bencana, rencana jaringan pengelolaan limbah, dan rencana jaringan drainase.
3.4.1.2.1 Rencana Sistem Prasarana Utama.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa rencana sistem jaringan prasarana utama di Kabupaten Kutai Barat terdiri rencana jaringan transportasi darat, rencana jaringan perkeretaapian, dan rencana jaringan transportasi udara.
3.4.1.2.2 Rencana Jaringan Transportasi Darat.
Dalam merencanakan sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Kutai Barat, ada tiga bagian yang direncanakan yaitu jaringan jalan dan jembatan, jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan dan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan.
A.
Rencana Jaringan Jalan dan Jembatan
Rencana jaringan jalan yang ada di Kabupaten Kutai Barat meliputi:
1. Jaringan jalan arteri;
2. Jaringan jalan kolektor; 3.
Jaringan jalan lokal; dan 4. Jembatan.
Jaringan jalan arteri
Adapun rencana pemeliharaan jaringan jalan arteri yang ada di Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut: a. ruas jalan Tering
- – Long Iram – Long Hubung atau Mamahak Teboq;
b. ruas jalan lintas Kalimantan poros Tengah berupa batas Kalimantan Tengah
- – Simpang Blusuh – Muara Gusik – Kota Bangun – Tenggarong – Loa Janan; dan
Jaringan jalan kolektor
Pemeliharaan jaringan jalan kolektor di Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
a. Jaringan jalan kolektor primer 1 (K-1), meliputi : 1. ruas jalan Kota Bangun
- – Muara Gusik; 2. ruas jalan Muara Gusik – Simpang Blusuh; 3.
ruas jalan Blusuh – Batas Prov. Kalteng; b. jaringan jalan kolektor primer 2 (K-2), meliputi : 1. ruas jalan Barong Tongkok
- – Melak; 2.
ruas jalan Sp. Barong Tongkok
- – Sekolaq Darat - Mentiwan; 3.
ruas jalan Barong Tongkok - Tering; 4. ruas jalan Barong Tongkok
- – Sp.3 Damai 5. ruas jalan Gusik – Melak – Sendawar – Tering; 6.
ruas jalan Sendawar
- – Long Iram; 7.
ruas jalan Long Iram
- – Long Bagun
- – Long Bagun; dan
2. pembangunan jalan kolektor primer 2 (K-2), meliptui ruas jalan Muara Gusik
- – Melak; Melak – Sendawar; Sendawar – Tering; dan Sendawar – Long Iram.
Jaringan jalan lokal
Pengembangan jaringan jalan lokal di Kabupaten Kutai Barat meliputi: a. optimalisasi jalan lokal meliputi:
1) ruas jalan Barong Tongkok - Melak; 2) ruas jalan Ruas Jalan Sumber Sari - Belempung Ulaq - Sekolaq Oday 3) ruas jalan Ruas Jl. Poros - Resak III - Km 88 - Lemper - Deraya - Tj. Soke; dan 4) ruas jalan Ruas Jalan Blusuh - Sangsang - Tanah Mea - Tebisaq - Gunung Bayan b. pembangunan jalan baru meliputi:
1) ruas jalan Melak Seberang
- – Karangan - Gunung Rampah – Sakaq Lotoq – Muara Jawaq – Abit – Batas Kabupaten Kutai Kartanegara;
2) ruas jalan Tering
- – Kelian Dalam – Mamahak Teboq; dan 3) Ruas Jalan Lempunah - Sp.Pergiq - Ma.Ohong - Tanjung Haur 4) Ruas Jalan Suakong - Jelmuq Sibak - Anan Jaya
c. optimalisasi dan pengembangan jaringan jalan lingkungan berada di seluruh kecamatan; d. optimalisasi dan pengembangan jaringan jalan antar kampung atau desa; dan e. pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan.
Jembatan
Rencana peningkatan dan pembangunan jembatan kabupaten meliputi:
a. peningkatan dan optimalisasi jembatan penyeberangan menghubungkan Tering Lama
- – Tering Baru (Tering).
b. peningkatan dan optimalisasi Jembatan Aji Tullur Jejangkat menghubungkan wilayah Kutai Barat
- – wilayah Kutai Kertanegara; B.
Rencana Jaringan Prasarana Lalu Lintas Angkutan Jalan
Rencana jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan di Kabupaten Kutai Barat berupa pengembangan dan peningkatan terminal baik itu terminal penumpang maupun terminal barang. Untuk terminal penumpang, rencana pengembangan yang akan dilakukan berupa: 1.
Pengembangan terminal penumpang tipe B meliputi: Kecamatan Damai; Perkotaan Sendawar;
2. Peningkatan dan optimalisasi terminal penumpang tipe C berada di Kecamatan Melak dan
Kecamatan Barong Tongkok Sedangkan untuk terminal barang yang ada di Kabupaten Kutai Barat, rencana pengembangan pada masa yang akan datang adalah peningkatan dan optimalisasi terminal barang di Kecamatan Melak.
C.
Rencana Jaringan Pelayanan Lalu Lintas Angkutan Jalan
Rencana jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan berupa peningkatan sarana dan prasarana angkutan baik angkutan penumpang maupun angkutan barang. Pada operasionalisasinya, jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Kutai Barat meliputi : jaringan trayek angkutan dan sarana angkutan.
1. Angkutan penumpang meliputi:
a. Peningkatan dan optimalisasi sarana dan prasarana angkutan penumpang dalam wilayah Kabupaten berupa pelayanan trayek angkutan kota meliputi:
Melak
1)
- – Barong Tongkok; Tering
2)
- – Melak; dan Damai
3)
- – Melak b.
peningkatan dan optimalisasi sarana dan prasarana angkutan penumpang antar wilayah berupa pelayanan trayek angkutan bus antar Kabupaten dalam provinsi (AKDP) meliputi:
1) Bongan
- – Samarinda;
2) Tanjung Isuy
- – Samarinda; Muara Pahu
3)
- – Samarinda; dan Tering
4) – Melak – Samarinda.
2. Angkutan barang meliputi: a.
Peningkatan dan optimalisasi sarana dan prasarana angkutan barang dalam wilayah Kabupaten; dan b. Peningkatan dan optimalisasi sarana dan prasarana angkutan barang antar wilayah.
D.
Rencana Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberanga.
Rencana pengembangan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan di Kabupaten Kutai Barat diwujudkan melalui pengembangan angkutan sungai, danau dan penyeberangan untuk menunjang kegiatan penduduk terutama yang belum terjangkau oleh transportasi darat.
Rencana pengembangan sistem transportasi sungai, danau dan penyeberangan di Kabupaten Kutai Barat, adalah sebagai berikut: 1.
Alur pelayaran sungai dan danau meliputi: a. lintas Samarinda
- – Melak – Tering – Long Iram 2.
Lintas penyeberangan meliputi: a. lintas Melak Ilir atau Melak
- – Karangan atau Mook Manaar Bulatn;
b. lintas Muara Leban
- – Long Iram Ilir atau Long Iram;
c. lintas Tering Lama
- – Tering Baru atau Tering; dan 3.
Pelabuhan sungai dan danau meliputi: a.
Pelabuhan Long Iram di Kecamatan Long Iram; b. Pelabuhan Melak berada di Kecamatan Melak;
c. Pelabuhan Muara Pahu berada di Kecamatan Muara Pahu; d.
Pelabuhan Tering berada di Kecamatan Tering;
e. Pelabuhan Penyinggahan berada di Kecamatan Penyinggahan; f. Pelabuhan Tanjung Isuy berada di Kecamatan Jempang.
4. Pelabuhan khusus meliputi :
a. Pelabuhan Batubara PT. Trubaindo Coal Mining berada di Kecamatan Melak;
b. Pelabuhan Batubara PT. Bharinto Ekatama berada di Kecamatan Melak; dan
c. Pelabuhan Batubara PT. Teguh Sinar Abadi berada di Kecamatan Melak; 3.4.1.2.3 Rencana Jaringan Perkeretaapian.
Kereta Api merupakan salah satu alternatif transportasi darat yang ada di Kabupaten Kutai Barat. Rencana jaringan perkeretaapian di Kabupaten Kutai Barat terdiri atas:
1. Rencana pengembangan prasarana kereta api yang terdiri dari jaringan jalur kereta api umum, jaringan jalur kereta api khusus, serta stasiun kereta api; dan
2. Rencana pengembangan pelayanan kereta api.
a.
Jaringan jalur kereta api umum berupa pembangunan jaringan jalur kereta api provinsi, meliput: rel kereta api ruas Tabang (Kutai Kertanegara)
- – Tutung (Kutai Barat).
b.
Jaringan jalur kereta api khusus adalah jalur kereta api nasional untuk mengangkut batubara, meliputi : 1) pembangunan jaringan jalur kereta api : Provinsi Kalimantan Tengah
- – Long Iram – Muara Kedang – Sangatta; dan
2) pembangunan jaringan jalur kereta api : Provinsi Kalimantan Tengah – Dilang Puti – Muara Kedang – Tenggarong – Sanga-Sanga.
3. Stasiun kereta api berupa pembangunan stasiun kereta api Damai Kota berada di Kecamatan Damai.
4. Pelayanan kereta api meliputi: a. peningkatan akses terhadap layanan kereta api; dan b. jaminan keselamatan dan kenyamanan penumpang.
3.4.1.2.4 Rencana Jaringan Transportasi Udara.
Pengembangan sistem transportasi udara di Kabupaten Kutai Barat diarahkan pada pengembangan tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan. Pengembangan tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Kutai Barat ini lebih ditekankan pada: 1.
Pembangunan bandar udara Linggang Bigung berada di Kecamatan Linggang Bigung sebagai bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
2. Pembangunan bandar udara Mook Manor Bulatn berada di Kecamatan Mook Manor Bulatn sebagai bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
3. Pembangunan bandar udara Melalan berada di Kecamatan Barong Tongkok sebagai bandar udara pengumpan;
3.4.1.3 Rencana Sistem Prasarana Lainnya.
Kebutuhan akan utilitas / sistem prasarana wilayah tidak pernah terlepas dari kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh penduduk. Kebutuhan utilitas tersebut apabila tidak diatur dan segera diterapkan akan terjadi ketimpangan wilayah (disparitas) dan ada sebagian wilayah yang tidak berjalan kegiatan perekonomian, karena sarana penunjang berupa utilitas tersebut tidak terpenuhi dengan baik (kualitas dan kapasitasnya) di suatu wilayah. Rencana pengembangan harus disesuaikan dengan penduduk dan tingkat kebutuhan.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa maka rencana sistem jaringan prasarana lainnya di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari: 3.4.1.3.1 Rencana Jaringan Prasarana Energi.
Kabupaten Kutai Barat dalam pengembangan jaringan prasarana energi di masa mendatang dilakukan dengan pengembangan jaringan transmiri tenaga listrik dan jaringan tenaga listrik.
1. Pengembangan jaringan transmiri tenaga listrik.
Rencana jaringan transmisi tenaga listrik di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari:
a. Pengembangan jaringan saluran udara tegangan menengah (SUTM) 307 (tiga ratus tujuh) kilometer berada di seluruh kecamatan; dan b.
Pengembangan jaringan saluran udara tegangan rendah (SUTR) 168 (seratus enam puluh delapan) kilometer berada di seluruh kecamatan.
2. Pengembangan tenaga listrik.
Rencana tenaga listrik di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari: a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) meliputi:
1. BGJ
- – Tanjung Isuy kapasitas kurang lebih 838.729 (delapan ratus tiga puluh delapan ribu tujuh ratus dua puluh sembilan) kilo watt hour berada di Kecamatan Jempang; 2.
- – Penyinggahan kapasitas kurang lebih 508.818 (lima ratus delapan ribu delapan ratus delapan belas) kilo watt hour berada di Kecamatan Panyinggahan; 4.
BGK – Muara Kedang kapasitas kurang lebih 365.141 (tiga ratus enam puluh lima ribu seratus empat puluh satu) kilo watt hour berada di Kecamatan Bongan;
3. BGN
Melak (BSA) + Damai (BSD) + Lambing (BSE) kapasitas kurang lebih 31.517.632 (tiga puluh satu juga lima ratus tujuh belas ribu enam ratus tiga puluh dua) kilo watt hour berada di Kecamatan Melak; 5. BSB – Muara Pahu kapasitas kurang lebih 904.932 (sembilan ratus empat ribu Sembilan ratus tiga puluh dua) berada di Kecamatan Muara Pahu;
6. BSC
- – Long Iram kapasitas kurang lebih 1.163.194 (satu juta seratus enam puluh tiga ribu seratus sembilan puluh empat) berada di Kecamatan Long Iram; 7.
- – Dilang Puti kapasitas kurang lebih 96.265 (sembilan puluh enam ribu dua ratus enam puluh lima) berada di Kecamatan Bentian Besar Besar;
- – Kelumpang kapasitas kurang lebih 65.786 (enam puluh lima ribu tujuh ratus delapan puluh enam) berada di Kecamatan Manaar Bulant; dan 9.
- – Sang sang kapasitas kurang lebih 113.766 (seratus tiga belas ribu tujuh ratus enam puluh enam) berada di Kecamatan Siluq Ngurai.
8. BSJ
BSK
b. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batubara (PLTGBB) Royok kapasitas kurang lebih
80.000.000 (delapan puluh juta) berada di Kecamatan Barong Tongkok; 3.4.1.3.2 Rencana Jaringan Prasarana Komunikasi.
Adapun rencana pengembangan sistem telekomunikasi di Kabupaten Kutai Barat meliputi: a. jaringan teresterial; b. jaringan nirkabel; dan
Jaringan teresterial
Rencana pengembangan jaringan teresterial di Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
BSH
1. Pengembangan Stasiun Telepon Otomat (STO) berada di Kecamatan Long Iram kapasitas kurang lebih 317 (tiga ratus tujuh belas) SST;
2. Pengembangan stasiun telepon kabel berada di Perkotaan Sendawar atau Kecamatan Melak dengan skala pelayanan meliputi: Kecamatan Melak; Kecamatan Barong Tongkok; dan Kecamatan Sekolaq Darat.
Jaringan Nirkabel
Rencana pengembangan jaringan nirkabel di Kabupaten Kutai Barat berupa pengembangan menara telekomunikasi bersama pada seluruh kecamatan.
3.4.1.3.3 Rencana Jaringan Prasarana Sumberdaya Air.
Rencana sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Kutai Barat meliputi: a. Sistem Wilayah Sungai (WS); b. Sistem jaringan irigasi;
c. Sistem pengelolaan air baku;
d. Sistem air bersih ke kelompok pengguna; dan e. Sistem pengendalian banjir.
Sistem Wilayah Sungai (WS).
Sistem wilayah sungai yang dimaksud dalam uraian ini mencakup sumberdaya air wilayah sungai, DAS dan/atau sungai, danau, bendungan atau waduk, dan embung.
1. Rencana pengelolaan sumberdaya air wilayah sungai yang ada di Kabupaten adalah pengelolaan wilayah sungai strategi nasional Mahakam.
2. DAS dan/atau sungai meliputi: a. pengamanan jaringan sumberdaya air wilayah sungai strategis nasional Mahakam berupa DAS
Mahakam; b. pengamanan jaringan sumberdaya air wilayah sungai lintas kabupaten/kota berupa Sungai
Mahakam; dan
c. pengamanan jaringan sumberdaya air wilayah sungai Kabupaten berupa Sungai Mahakam dan Sub DASnya.
3. Danau berupa tangkapan air meliputi: a.
Danau Jempang berada di Kecamatan Jempang; b.
Danau Aco berada di Kecamatan Linggang Bigung; c. Danau Bluq berada di Kecamatan Nyuatan; d.
Danau Bahadaq berada di Kecamatan Tering; e. DAM Namuk berada di Kecamatan Linggang Bigung;
Kecamatan Melak; dan
1. Pemanfaatan air permukaan dan air tanah sebagai sumber air baku; 2.
Sistem pengelolaan air baku disini adalah pengelolaan sumber air baku yang dapat dijadikan sebagai sumber air bersih bagi kegiatan penduduk maupun kegiatan industri dan pertanian. Pada saat ini, pengelolaan air baku yang diperkirakan dapat dijadikan sebagai sumber air bersih adalah air permukaan ddan air tanah. Rencana pengembangan pengelolaan air baku di Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
Sistem Pengelolaan Air Baku.
2. Pemanfaatan jaringan irigasi kewenangan kabupaten sebanyak 74 (tujuh puluh empat) daerah irigasi seluas kurang lebih 13.383 (tiga belas ribu tiga ratus delapan puluh tiga) hektar.
Daerah Irigasi Rapak Oros seluas kurang lebih 1.050 (seribu lima puluh) hektar; dan
1. Pemanfaatan jaringan irigasi kewenangan provinsi, meliputi: a.
Rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Kutai Barat terdiri atas:
c. Kecamatan Bongan Sistem Jaringan Irigasi.
Kecamatan Mook Manor Bulatn; b.
f. Danau Barong berada di Kecamatan Melak;
5. Embung berupa konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air meliputi: a.
Waduk Gemuruh berada di Kecamatan Mook Manor Bulatn.
d. Waduk Mentiwan berada di Kecamatan Melak; dan e.
c. Waduk Resak III berada di Kecamatan Bongan;
Waduk Rapak Oros berada di Kecamatan Linggang Bigung;
Waduk Geleo Asa berada di Kecamatan Barong Tongkok; b.
4. Bendungan atau waduk berupa konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air meliputi: a.
Danau Melintang berada di Kecamatan Penyinggahan; dan i. Danau Kelumpang berada di Kecamatan Mook Manor Bulatn.
g. Danau Gab berada di Kecamatan Long Iram; h.
Pengoptimalan sumber mata air meliputi: Kecamatan Barong Tongkok; Kecamatan Bentian Besar; Kecamatan Bongan; dan Kecamatan Nyuatan.
3. Peningkatan dan pemeliharaan kualitas dan kuantitas produksi sumber air baku;
Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna
Rencana pengembangan jaringan air bersih ke kelompok pengguna di Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:
1. Sistem penyediaan air bersih non perpipaan dari pemerintah maupun dengan swadaya masyarakat; 2.
Pengembangan Water Treatment Plant (WTP) meliputi: a. pengembangan Water Treatment Plant (WTP) sistem perpipaan terpadu meliputi: Perkotaan
Sendawar; Kampung Muara Nayan berada di Kecamatan Jempang; dan Kampung Kebut berada di Kecamatan Linggang Bigung.
b. pengembangan Water Treatment Plant (WTP) sistem perpipaan sederhana pada seluruh ibukota kecamatan.
3. pengembangan instalasi pengolahan air bersih (IPA) meliputi: a.
IPA Sendawar kapasitas 140 (seratus empat puluh) liter per detik terdiri dari WTP I di Kampung Royok dan WTP II di Kampung Jelmuq meliputi:
1)
Kecamatan Melak;
2)
Kecamatan Barong Tongkok;
3) Kecamatan Tering; 4) Kecamatan Linggang Bigung; dan
5) Kecamatan Sekolaq Darat.
IPA Muara Kedang kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Bongan; c.
IPA Muara Pahu kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Muara Pahu; d.
IPA Resak kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Bongan; e.
IPA Damai kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Damai; f.
IPA Tanjung Isuy kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Jempang; g.
IPA Lemponah kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Jempang; h.
IPA Long Iram kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Long Iram; i.
IPA Muara Lawa kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Muara Lawa; j.
IPA Mook Manor Bulatn kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Mook Manor Bulatn; k.
IPA Nyuatan kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Nyuatan; l.
IPA Dilang Puti kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Bentian Besar; m.
IPA Penyinggahan kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Penyinggahan; dan n.
IPA Tering kapasitas 10 (dua puluh) liter per detik berada di Kecamatan Tering.
b.
Sistem Pengendalian Banjir.
Salah satu sumberdaya air di Kabupaten Kutai Barat adalah sumber air yang diperoleh dari alat pengendali banjir yang dikembangkan. Dalam pengembangan sistem pengendali banjir ini, maka akan dikembangkan sarana penunjangnya berupa waduk, sumur resapan, embung, dan lainnya yang pada dasarnya dapat menampung air dan pada akhirnya dapat digunakan sebagai sumber air baku di Kabupaten Kutai Barat.
Sistem pengendalian banjir yang dikembangkan di Kabupaten Kutai Barat adalah pengembangan waduk dan embung pada daerah rawan banjir yaitu: Kecamatan Tering; Kecamatan Penyinggahan; Kecamatan Manor Bulant; Kecamatan Melak; Kecamatan Muara Pahu; Kecamatan Tering; Kecamatan Long Iram; Kecamatan Jempang; dan Kecamatan Bongan.
3.4.1.3.4 Rencana Jaringan Pengelolaan Lingkungan.
Rencana jaringan pengelolaan lingkungan di Kabupaten Kutai Barat meliputi: a. Rencana jaringan persampahan;
b. Rencana jaringan air minum;
c. Rencana jaringan jalur dan ruang evakuasi; d.
Rencana jaringan sanitasi; dan e. Rencana jaringan drainase.
Rencana Jaringan Persampahan.
Rencana pengelolaan persampahan di Kabupaten Kutai Barat untuk masa yang akan datang adalah:
1. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah berada di Perkotaan Sendawar;
2. Pengembangan Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) pada seluruh kawasan perkotaan; 3.
Penyediaan penampungan sementara secara terpusat pada tiap unit-unit lingkungan dan pusat kegiatan pelayanan;
4. Pengembangan penyediaan sarana prasarana pengolahan sampah; 5.
Pengembangan sistem komposing kawasan perdesaan dan permukiman kepadatan rendah; 6. Peningkatan sistem pengelolaan sampah dengan sanitary landfill dan sistem 3 R meliputi: pengurangan (reduce); penggunaan kembali (reuse); dan daur ulang (recycle).
Rencana Jaringan Air Minum.
Rencana jaringan air minum dimaksudkan bahwa air minum hasil pengolahan air bersih yang bersumber dari air baku sungai, mata air, dan lainnya. Dalam pengembangan jaringan air minum, rencana yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: