BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 14be6814d7 BAB VIIBAB 7FIX RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

7.1. Pengembangan Permukiman

7.1.1. Kondisi Lingkungan Permukiman

  Seiring bekembangnya Kabupaten Lebong menjadi salah satu kabupaten yang sedang berkembangmaka mulai bermunculan pembangunan pertokoan, perumahan dan perkantoran yangbegitu pesat diberbagai sudut kota, dan pertambahan penduduk yamg relatif cepattermasuk perpindahan pegawai yang sebelumnya berdomisili diluar daerah, diperkirakankebutuhan perumahan dimasa mendatang akan lebih besar. Mengingat mendesaknyapembangunan sarana dan prasarana perkotaan sebagai wujud pertumbuhan danperkembangan kota, untuk dapat mengendalikan pembangunan tersebut lebihterarah,terencana dan berwawasan lingkungan maka pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Lebong memproritaskan lebih dahulu menyusun Rencana Tata RuangWilayah Kabupaten Lebong dan pada tahun 2016 ini pemerintah sedang menyusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  Kawasan perumahan yang ada dewasa ini di perkotaan lebong dapat dibedakanatas kompleks perumahan yang relatif telah tertata baik dan perumahan yang belum tertata dengan baik. Perumahan yang tertata baik umumnya adalah perumahan terencana yang dibangun oleh BRR dan NGO, dan yang dibangun secara individu pada lahan-lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan tata kapling dan jaringan jalan yang mendukungnya. Perumahan tipe ini dapat dikelompokkan sebagai perumahan yang telah mantap/stabil peruntukannya. Perumahan yang belum tertata dengan baik umumnya adalah berupa kawasan kumuh yang tumbuh secara alami, dengan jaringan jalan, saluran, yang sangat terbatas dan tidak teratur, drainase dan saluran yang tidak memadai, peletakan bangunan yang kurang teratur. Perumahan tipe ini dapatdikelompokkan sebagai perumahan yang belum mantap, yang masihmemerlukan upaya-upaya penataan berupa peningkatan atau perbaikan kualitas lingkungannya. Pada beberapa lokasi, perumahan tipe ini yang berdekatan dengan kawasan komersial (perdagangan dan jasa) sangat potensial untuk beralih-fungsi atau terintegrasi dengan fungsi-fungsi komersial tersebut.

  Sementara itu pada lahan-lahan yang belum terbangun dewasa ini, yang direncanakan sebagai kawasan perumahan baru sesuai arahan tata ruang, haruslahdipersiapkan pengembangan jaringan jalan baru, agar tidak terulang munculnya perumahan yang tidak terencana atau tidak tertata dengan baik.

  Dengan demikian rencana penanganan terhadap kawasan perumahan ini perlu dibedakan atas 3 tipe kawasan perumahan, yaitu kawasan perumahan yang telah sesuaiperuntukannya, kawasan perumahan yang belum memenuhi syarat kesehatan, dan kawasan perumahan baru yang akan dikembangkan.

  

7.1.2. Tujuan, Sasaran dan Keluaran Pembangunan

Permukiman di Kabupaten lebong

  Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten lebong mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (PSD

  Permukiman) di Perkotaanmaupun Perdesaan (Kumuh/ Kumuh Nelayan dan Kaum Dhuafa)

  b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur; c. Mengarahkan

  Pertumbuhan Wilayah Kabupaten lebong (Transmigrasi Lokal);

  d. Menunjang Kegiatan Ekonomi di Kawasan-Kawasan Terpilih maupun Calon Kawasan Strategis melalui Kegiatan Pengembangan Permukiman.Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman Kabupaten lebong adalah: a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman;

  b. Tersedianya perumahan type RSH di Perkotaan maupun di Perdesaan Kabupatenlebong

  c. Terarahnya pertumbuhan wilayah, terutama penyebaran penduduk dengan terbangunnya permukiman baru; d. Terdorongnya kegiatan ekonomi di Kawasan-Kawasan Terpilih maupun CalonKawasan Strategis melalui Kegiatan Pengembangan

  Permukiman Keluaran/ Output dari Kegiatan Pengembangan Permukiman di

  Kabupaten lebong antara Lain:

  a. Tersedianya lahan siap bangun;

  b. Tersedianya Sarana dan Prasarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan; c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat; d. Tersedianya RSH siap huni;

  e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis.

  Prioritas Program Pengembangan Permukiman dalam jangka mengengah di Kabupaten lebong ditujukan pada kawasan-kawasan tertentu yang pemnanganannya dianggap mendesak, antara lain:

  a. Kawasan Kumuh/ Kumuh Nelayan dan Kaum Dhuafa;

  b. Kawasan Permukiman Baru untuk Pegawai Berpenghasilan Rendah;

  c. Kawasan Permukiman Baru sebagai Relokasi akibat bencana Alam/Translok;

7.2. Penataan Bangunan Dan Lingkungan

  

7.2.1. Tujuan, Sasaran dan Keluaran Penataan Bangunan Dan

Lingkungan di Kabupaten lebong

  Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Kabupaten lebongmempunyai tujuan sebagai berikut:

  a. Terwujudnya Tatanan Kota yang sehat, Nyaman, bersih dan berkarakter; b. Memenuhi kebutuhan PBL Perkotaan maupun Perdesaan meliputi

  KoridorPerkotaan/ Pusat Jasa, Situs Budaya, Kawasan Wisata dan Kawasan terpilih lainnyadi Kabupaten lebong;

  c. Terwujudnya Penataan Lingkungan yang nyaman, indah dan teratur yang memenuhidaya seni dan arsitektur modern; d. Menggerakkan Pertumbuhan Perekonomian Wilayah Kabupaten lebong(Perkotaan dan Perdesaan)

  Adapun sasaran dari PBL Kabupaten lebong adalah:

  a. Terpenuhinya kebutuhan dasar struktur fisik kota yang baik dan teratur; b. Terdorongnya kegiatan Perekonomian Wilayah Kabupaten lebong

  (Perkotaan danPerdesaan) Prioritas Program Pengembangan Permukiman dalam jangka mengengah di Kabupaten lebong ditujukan pada kawasan-kawasan tertentu yang penanganannya dianggap mendesak, antara lain:

  a. Kawasan Kumuh

  b. Kawasan Permukiman Baru untuk Pegawai Berpenghasilan Rendah;

  c. Kawasan Permukiman Baru sebagai Relokasi akibat bencana Alam/Translok;

  d. Kawasan Wisata dan Situs Budaya/ Sejarah

7.2.2. Kawasan Perumahan Kumuh

  Rencana penanganan terhadap kawasan perumahan yang belum memenuhi syarat kesehatan lingkungan ini antara lain meliputi : 1) Bagi masyarakat yang berkategori miskin,yang kondisi rumahnya sangat tidak layak huni dapat dikukan pembangunanrumah, perbaikan atau pemugaran melalui program perumahaan kumuh. 2) Perbaikan penataan prasarana lingkungan yang memadai sehingga kawasan inimenjadi kawasan yang ramah lingkungan dan memenuhi syarat kesehatan, denganmelengkapi Prasarana lingkungan mencakup: jalan lingkungan, saluran drainase,penanganan limbah, sampah, dan ruang terbuka hijau (RTH). 3) Dalam penataan baik perbaikan/pemugaran maupun peremajaan tersebut di atas,dapat diterapkan pola pembangunan partisipatif yang berbasis masyarakat, baikpada tahap perencanaan, pembangunan, maupun pemeliharaan paskapembangunan.

  

7.2.3. Kawasan Permukiman Baru bagi Pegawai berpenghasilan

Rendah

  Rencana pengembangan terhadap kawasan perumahan baru ini meliputi :

  1. Konversi atau alih-fungsi lahan yang belum terbangun (umumnya lahan pertanian nonproduktif/tanah kosong) menjadi terbangun sebagai kawasan perumahan bagiPegawai berpenghasilan rendah untuk mendukung terselenggaranya penataanwilayah permukiman (skala menengah dan besar) yang menunjang kegiatanperkantoran, perdagangan dan lain-lain harus terencana dengan baik yangberwawasan lingkungan, baik yang dilaksanakan oleh pengembang (developer)maupuan oleh masyarakat. Dengan kondisi lahan seperti ini sangat memungkinkandilakukan antara lain dengan cara pengembangan lahan terarah dan konsolidasilahan yaitu dengan membangun prasarana lingkungan lebih dini, antara lain jaringan jalan dan saluran drainase akan dapat mengarahkan keteraturan pembangunannyasekaligus sebagai pengendali dan pemanfaatan tata ruang.

7.2.4. Kawasan Wisata dan Situs Budaya/ Sejarah

  Rencana Pengembangan Kawasa Wisata dan Situs Budaya diarahkan untukmeningkatkan fungsi fisik dan potensi kawasan yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah. Kunjungan wisata Lokal maupun dari luar daerah diharapkan mampu meningkatkan image daerah serta peningkatan pendapatan masyarakat setempat.

7.2.5. Kebutuhan Fasilitas Perumahan

  Kebutuhan perumahan merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sebagai tempat tinggal dan sangat berpengaruh dalamperkembangan suatu kawasan perkotaan. Perhitungan kebutuhan perumahan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk dimasa mendatang. Proyeksi kebutuhan perumahan dapat dilihat pada tabel berikut ini. JUMLAH el 7. JUMLAH KEBUTUHAN Tab KECAMATAN RUMAH TANGGA Proy RUMAH RUMAH 1.

  eksi

  Kec. Rimbo Pengadang 1.274 607 667

  Keb

  Kec. Topos 1.601 723 1.078

  utuh

  Kec. Lebong Selatan 3.824 1.789 2.035

  an

  Kec. Bingin Kuning 2.700 1.259 1.841

  Sara

  Kec. Lebong Tengah 2.782 1.382 2.033

  na

  Kec. Lebong Sakti 2.355 1.048 1.475

  Peru

  Kec. Lebong Atas 1.326 674 916

  mah

  Kec. Pelabai 1.845 627 1.311

  an

  Kec. Lebong Utara 4.281 1.127 3.154 Kec. Uram Jaya 1.409 470 939 Kec. Pinang Belapis 1.226 438 787 Kec. Amen 1.964 613 1.350

  Sum

  Kec. Padang Bano 1.351 404 948

  ber:

  Jumlah 27.938 11.161 18.535

  Hasil

  Analisis

7.3. Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

  Pembinaan Teknis Bangunan Gedung adalah serangkaian kegiatan yang diperlukansebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan,khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Adapun strategi untuk Pembinaan Teknis Bangunan Gedungantara lain:Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib,fungsional,andal dan efisien yang bertujuan agar terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan kemudahan, sertaserasi dan selaras dengan lingkungannya sehingga sesuai dengan sasaran yang dicapai yakni tersusunnya Perda bangunan, terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi,terselenggaranya pengawasan penyelenggaran bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung, terselenggaranya penyediaan aksebilitas bangunan gedung umum, terlaksananya pendataan bangunan gedung,tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai

  ISO 9000, terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan,terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkunan yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukung,terwujudnya pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung,terlaksananya rencana induk sistem proteksi kebakaran. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri dan bertujuan agar terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat,serasi,teratur,produktif dan berkelanjutan sehingga sesuai dengan sasaran yang dicapai yakni terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh, terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah, terlaksananya pengelolaan RTH,pemberdayaan komunitas.

  Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapatmemberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi yang bertujuan agar terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik sesuai dengan sasaran yang akan dicapai yakni terlaksananya revitalisasi kawasan strategis,terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan.

  Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional yang berkelanjutan sehingga terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang akan mengedepankan teknologi danrekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.

7.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman

  Pengolahan limbah,khusus nya limbah air bebas dilakukan secara individu pada masing-masing rumah tangga dan secara komunal memanfaatkan fasilitas umum,seperti jumbai umum atau MCK.Sistem yang digunakan adalah ” on site ” (setempat)Untuk pemukiman penduduk yang berada didekat sungai, pada umumnya memamfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan buang airnya.

7.4.1. Sub Sektor Air Limbah

  Belum ada penanganan khusus yang dilakukan terhadap permasalahan limbah. Sebagian besar masyarakat/ rumah tangga kurang peduli terhadap permasalahan air limbah. Hampir disetiap sudut kota dan perdesaan terlihat genangan air kotor (mandi, cuci dan air bekas lainnya). Penganganan terhadap limbah tinja juga masih kurang dipahami, terutama pembangunan sistem sanitasi yang sehat dan aman.

1. Kondisi Air limbah

  Secara umum, masalah air limbah dan limbah manusia dikota ini adalah

  1. Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang menadai dan umumnya kuranghygenis

  2. Fasilitas MCK dan jamban umum biasanya kurang terpelihara

  3. Fasilitas pengerasan lumpur biasanya kurang memadai, lokasi TPA belum terpelihara dengan baik

  4. Kesadaran masyarakat akan kebersihan dan sanitasi masih rendah Dari 27.938 KK yang bertempat di Kabupaten lebong sekitar 46 % Fasilitas pembuangan limbah manusia secara on site dengan menggunakan cubbuk. Sedangkan yang menggunakan on site kerumal seperti jamban umum atau MCK sekitar 20% dari jumlah KK, dan yang lainnya menggunakan tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan limbah manusia.

2. Analisis Prasarana Air Limbah

  Pengembangan sektor air limbah dapat diarahkan terhadap penyehatan lingkungan secara keseluruhan, terpadu dan berkelanjutan. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah membuat data base kondisi sarana air limbah rumah tangga, perilku masyarakat terhadap penanganan masalah limbah, dan kebutuhan sarana air limbah untuk perumahan dan permukiman.

  

Tabel 7. 2. Perkiraan Air Buangan Kabupaten lebongPer

Kecamatan Sampai Tahun 2018

Tahun 2018(liter/hari) Kecamatan Jumlah kebutuhan air Perkiraan air buangan/KK

bersih/KK

  Kec. Rimbo Pengadang 168.487,27 399 Kec. Topos 267.447,53 574,48 Kec. Lebong Selatan 511.460,14 3434 Kec. Bingin Kuning 454.894,78 1695,4 Kec. Lebong Tengah 498.792,20 1871,7 Kec. Lebong Sakti 367.178,16 1269,72 Kec. Lebong Atas 223.158,20 418,11 Kec. Pelabai 324.545,56 830,8 Kec. Lebong Utara 796.062,23 4417,61 Kec. Uram Jaya 236.895,26 442,75 Kec. Pinang Belapis 198.858,76 330,18

  Kec. Amen 338.659,70 881,9 Kec. Padang Bano 239.221,07 424,62 Jumlah 4.625.660,86 16990,27

  Sumber : Hasil Analisis

  Untuk menangani masalah air limbah, kepedulian dari semua pihak sangat diperlukan, terutama masyarakat setempat

3. Sasaran Program

  Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan pada akhir periode program jangka menengah telah terjadi kenaikan pelayanan prasarana air limbah walupun pada saat ini sebagian kecil penduduk Kabupaten lebong diperkirakan masih menggunakan cara pengelolaan limbah manusia secara konvensional atau merubah sistem yaitu dengan membuang limbahnya di peraiaran terbuka seperti di sungai, parit atau di tanah berupa kebun. Upaya mencapai sarana program yang diinginkan akan dilakukan secara bertahap.

7.4.2 Sub sektor persampahan

1. Rencana Pengembangan Persampahan

  Untuk pelayanan persampahan di Kabupaten lebong direncanakan penyediaan TPS, baik yang permanen (bak tertutup atau terbuka, dan lokasi kontainer dengan landasan) maupun temporer (lokasi peletakan sementara kontainer), sesuai dengan perkembangan fisik terbangun yang akan dilayani. Sampah yang diangkut dari TPS akan dipindahkan ke TPA dengan kontainer dan dilaksanakan oleh unit kerja Kantor LHPK (Lingkungan Hidup dan Pelayanan Kebersihan). Sementara pengangkutan sampah dari perumahan atau fasilitas ke TPS dilakukan dengangerobak sampah dan ditangani oleh masyarakat sendiri, yang dikelola pada umumnya oleh perangkat tingkat RT/RW.

  Untuk jangka panjang, dengan prinsip adanya partisipasi masyarakat dalam penanganan sampah, selayaknya diterapkan pemilahan sampah atas sampah organik dan sampahanorganik mulai dari perumahan dan fasilitas sebagai penghasil sampah. Untuk itu perlu didukung oleh pengadaan tong sampah (bin) yang berbeda untuk masing-masing jenis sampah (misalnya perbedaan warna). Dengan proses pemilahan ini, maka proses penanganan sampah secara door to door akan lebih efisien dan lebih baik. Sedangkan untuk kawasan komersil dan pasar, perlu disediakan transfer depo agar memudahkan dalam pelaksanaan pelayanannya.

2. Analisis Prasarana Persampahan

  Distribusi sampah di Kabupaten lebong pada saat ini masih banyak dikelola sendiri olehmasing-masing warga dengan cara dibakar maupun ditimbun. Sampai saat ini lokasi yang digunakan sebagai Tempat Pembuangan Akhir berada di Desa Air Kopras, Kecamatan Pinang Belapis. Selain itu untuk mendukung pelayanan penanganan sampah di bantu oleh tempat penampungan sampah sementara di beberapa lokasi yang dianggap strategis. Hanya saja tidak dipungkiri masih banyak warga yang membuang sampah di sungai atau bawah.Hal ke depannya perlu dilakukan penanganan segera, terutama dengan pelaksanaan peraturan yang tegas dan didukung sarana pelayanan yang baik.Analisis pengelolaan persampahan di Kabupaten lebong menggunakan standar produksi sampah yaitu;  2,5 liter/org/hari untuk sampah domestik, dan

   0,25 liter/org/hari untuk sampah nondomestik .

  Untuk perencanaan kedepan, sistem pengelolaan persampahan dilakukan dengan mempertimbangkan teknis operasional, sistem pengelolaan, sistem pembiayaan, lokasi TPA, aturan-aturan dan peran serta masyarakat. Adapun proyeksi timbunan sampah domestik dan non domestik terbesar di KabupatenLebong pada tahun 2018 sebesar 48.017,5Liter/hari dan 4.801,8Liter/hari berada di Kecamatan Lebong Utara, sementara proyeksi timbunan sampah terendah berada di Kecamatan Pinang Belapis13.757,5 liter/hari untuk sampah domestik dan 1.375,8liter/hari untuk sampah nondomestik. Untuk lebih jelas mengenai proyeksi timbulan sampah di Kabupaten lebong dapat dilihat pada table7.3.

  Sampah merupakan produksi masyarakat yang selalu ada setiap hari dari berbagai kegiatan. Oleh karena itu pengorganisasian sampah perlu dirancang secara hirarki danterkoordinir dengan instansi terkait lainnya

  Tabel 7. 3. Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten lebong Tahun 2018 Jumlah Kecamatan Domestik (Liter/hr) Non domestick(Liter/hr) penduduk

  Kec. Rimbo Pengadang 5.700 14.250,0 1.425,0 Kec. Topos 7.181 17.952,5 1.795,3 Kec. Lebong Selatan 17.170 42.925,0 4.292,5 Kec. Bingin Kuning 12.110 30.275,0 3.027,5 Kec. Lebong Tengah 12.478 31.195,0 3.119,5 Kec. Lebong Sakti 10.581 26.452,5 2.645,3 Kec. Lebong Atas 5.973 14.932,5 1.493,3 Kec. Pelabai 8.308 20.770,0 2.077,0 Kec. Lebong Utara 19.207 48.017,5 4.801,8 Kec. Uram Jaya 6.325 15.812,5 1.581,3 Kec. Pinang Belapis 5.503 13.757,5 1.375,8 Kec. Amen 8.819 22.047,5 2.204,8 Kec. Padang Bano 6.066 15.165,0 1.516,5 Jumlah 125.422 313.552,5 31.355,5

  Sumber: Hasil Perhitungan Tim Konsultan

  Perkiraan kebutuhan sarana dan prasarana pembuangan sampah di Kabupaten Lebong pada tahun proyeksi meliputi tong sampah, alat angkut sampah, kontainer/TPS, stasiun transfer, DAM TPSA. Jumlah masing-masing sarana dan prasarana pada tahun proyeksi dapat dilihat pada tabel berikut.Sedangkan untuk operasionalnya, maka sistem pelayanan sampah yang akan digunakan antara lain sebagai berikut:

   Pewadahan sampah sebaiknya sesuai dengan volume yang dapat diangkut dengan mudah oleh petugas dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dandijangkau sehingga waktu pengumpulan dapat dilakukan secepatnya,

   Pengumpulan sampah dengan menggunakan bak sampah, TPS, kontainer,gerobak, dan stasiun transfer. Cara pengumpulan disesuaikan dengan daerahyang akan dilayani. Pola individual, door to door, diperuntukkan bagi daerahpermukiman dan sumber- sumber sampahuntuk daerah komersial/pasar yang timbunan sampahnya besar dan lahan yang tersedia terbatas.Frekuensi pengumpulan dapat dilakukan pada waktu tertentu, minimal sekalisehari dan maksimal tiga hari sekali dengan daerah pelayanan tertentu dan tetap, sampah besar. Sedangkan kontainer ditujukan :

   Pengangkutan, untuk menghemat waktu bongkar sampah di TPSA, penggunaantruk biasa sebaiknya dihindari karena memakan waktu lama. Penggunaan dumptruck sangat dianjurkan karena memiliki kapasitas angkut lebih besar, mudah dancepat dalam pembongkaran sampah sampai di TPSA,  Pembuangan sampah akhir.Tempat Pembuangan Sampah Akhir yang ada saat ini adalah sanitary landfill.

  

Tabel 7. 4. Perkiraan Kebutuhan Sarana Persampahan Tahun

2018 No Uraian Proyeksi

  1 Jumlah Penduduk 125.422

  2 Standard Produksi Sampah (liter/Orang/hari) 2,50

  3 Produksi Sampah Domestik (m3/hr) 313,6

  4 Produksi Sampah Nondomestik (m3/hr) 31,4

  5 Jumlah Produksi sampah Total (m3/Hr) 344,9

  6 Kebutuhan Sarana dan prasarana pengangkutan sampah

  • Bin/Tong (40 liter)

  8.623

  • Gerobak Sampah (1,25 m3/rit pengangkutan 3

  92 kali/hr )

  • TPS/Kontainer(Kapasitas 10 m3 rit

  11 Pengangkutan 3kali/hr)

  • Truk sampah (Kapasitas 6 m3 pengangkutan 5

  11 kali/hari)

  • StasiunTransfer/20000 penduduk (Unit)

  6

  7 Tempat Pembuangan Akhir ( TPA) / unit

  1 Sumber: Hasil Perhitungan Tabel di atas memperlihatkan jumlah sampah yang dihasilkan rumah tangga dan sampah bukan dari rumah tangga. Penangananatau pengelolaan sampah menggunakan sarana tong sampah, gerobak sampah yangper harinya 3 kali pengangkutan, kemudian di lengkapi dengan TPS berupa container yang selanjutnya akan diangkut oleh Truk sampah menuju tempat pembuangan akhir.

7.4.3 Sub Sektor Drainase 1. Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan

  Semua program/ kegiatan Sub Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan. Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di perkotaan yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa perdagangan, industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.

  Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana perkotaan yang baik dan menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah. Dalam penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Drainase ini mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 239/KPTS/1987 tentang Fungsi UtamaSaluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir.

  Selain itu harus memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan.

  2. Maksud dan Tujuan

  Maksud dan tujuan dari rencana program investasi infrastruktur sub bidang drainase di Kabupaten lebong adalah sebagai pedoman/ panduan dalam penanganan drainase perkotaan sehingga dapat melindungi kawasan Kota dari kerusakan lingkungan yang merugikan, seperti: banjir/ genangan air, limpasan air hujan dari kawasan yang lebih tinggi dan lain-lain.

  3. Arah Kebijakan Penanganan Drainase

  Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/ alamiah, seperti: kolam tandon, waduk, sumur resapan, penataan landscape dll.Arah untuk Pengembangan dan Pembangunan sistem drainase perkotaan maupun perdesaan yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten lebong di tujukan pada daerah/ kawasan genangan, perkotaan,dan perdesaan. Jaringan drainase utama diarahkan melalui jalur jalan arteri primer (Jalan Nasional) khususnya untuk pembuangan run off pada pemukiman-pemukiman yang tergolongSekunder diarahkan untuk kawasan perkotaan baik di Ibukota Kabupaten maupun Kota-Kota Kecamatan serta Kawasan Perdesaan yang mengalami masalah genangan air hujan/ banjirAdapun Kebijakan prioritas untuk penanganan drainase antara lain:

  a. Mengidentifikasi Kawasan-kawasan tergenang baik genangan permanen maupungenangan periodik untuk dicarikan solusi penyelesaiannya.

  b. Melakukan revitalisasi drainase Utama yang tidak berfungsi akibat berbagaipersoalan; c. Melakukan studi kelayakan untuk peningkatan/ penambahan volume dan panjangdrainase Utama pada kawasan-kawasan strategis yang tergenang terutama kawasan permukiman padat penduduk.

  d. Melakukan evaluasi terhadap sistem drainase eksisting yang gagal fungsi;Mendorong masyarakat agar berperan aktif dalam pengelolaan terutama pemeliharaansistem jaringan setempat;

4. Isu-isu Strategis dan Permasalahan Drainase Perkotaan

  Isu-isu strategis dan permasalahan dalam penanganan drainase perkotaan, antara lain:

  • - Kecenderungan perubahan iklim; -

  Perubahan fungsi lahan basah; - Mewabahnya Penyakit yang disebabkan oleh Air (Waterborn Desease); - Kenyamanan dan Kesehatan Lingkungan meningkatkan Produktifitas; - Miskoordinasi antar sektor; 5.

   Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase SesuaiRencana Tata Ruang Wilayah

  Drainase merupakan saluaran pembuang air di permukaan tanah, sehingga air dapat mengalir (tidak tergenang). Drainase yang dimaksud, yaitu drainase permukaan yang berdasarkan perbandingan relatif lamanya air tergenang di permukaan tanah. Atas dasar ini dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tergenang periodik, tidak tergenang, dan tergenang terus.

  Kondisi topografi Kabupaten Lebong yang relatif tidak datar dengan ketinggian bervariasi antara 500-1000 mdpl di 58,8% wialayah Kabupaten Lebong, 33,44% berada di1000-1500 mdpl, dan sisanya 7,76% berada di 0-500 mdpl. Kondisi ini menarik selainterdapat kemudahan dalam pembangunan juga menimbulkan permasalahan terutamadalam mengalirkan air buangan. Sehingga ditemukan adanya genangan pada musimhujan maupun tidak pada musim hujan, sehingga dapat diklasifikasikan antara daerahyang tergenang secara periodik dan tergenang terus. Selain faktor alami, faktor lainnyayang menimbulkan terjadinya genangan atau limpasan air permukaan terutama di kota-kota kecamatan, adalah sebagai berikut: a. Penyumbatan pada gorong-gorong,

  b. Saluran penuh endapan/sampah,

  c. Kapasitas saluran yang ada tidak mencukupi, d. Belum adanya sistem jaringan drainase yang baik.

  Pengaliran air hujan saat ini dilakukan melalui drainase yang dialirkan ke sungai-sungai terdekat, kemudian dibuang ke laut.

  Daerah aliran sungai atau acapkali disebut DAS menurut UU Sumber Daya Air No. 7 tahun 2004, adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

  Tabel 7. 5. Hidrologi DAS Kabupaten lebong

  Sumber : Data Pokok Kabupaten lebong Tahun 2009 Kelestarian sumber daya hutan, tanah dan air perlu dijaga untuk kelangsungan pembangunan nasional dan daerah. DAS berdasarkan fungsi, yaitu bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuanmenyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Sedangkan bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

  Drainase adalah saluran pembuangan air hujan. Pemanfaatan lahan di daerah aliran sungai terutama di kawasan terbangun dibutuhkan drainase sebagai saluran air pembuangan. Tetapi seperti umumnya drainase di Indonesia, jaringan drainase di wilayah perencanaan pada saat ini digunakan juga dimanfaatkan sebagai saluran air buangan domestik dan nondomestik dengan kondisi jaringan menggunakan sistem terbuka. Jaringan drainase ini diperlukan untuk kawasan budidaya terutama kawasan permukiman.

  Jaringan drainase ini menggunakan aliran sungai sebagai drainase utama. Arah kebijakan Pemerintah Kabupatren lebong dalam pengelolaan drainase perkotaan adalah melindungi kawasan perkotaan dan permukiman penduduk dari banjir dan genangan air hujan yang merugikan, seperti banjir yang terjadi akibat limpahan air hujan.

  6. Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase Saat Ini

  Saluran drainase utama Kota lebong pada umumnya masih memanfaatkan sungai yang ada dan saluran pengairan yang saat ini telah berkembang menjadi saluran drainase Kota lebong. Penanganan drainase perkotaan selama ini dihubungkan dengan saluran drainase utama yang telah ada. Pada titik-titik lokasi tertentu, kawasan perkotaan masih ada genangan akibat luapan/ limpasan yang disebabkan drainase perkotaannya kurang optimal atau tidak sesuai lagi dimensi badan saluran karena tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan perdagangan menjadi kawasan terbangun. Berikut data genangan di Kabupaten Lebong :

  Tabel 7. 6. Data Genangan Kabupaten lebong Luas Genangan Lama Genangan Tinggi Genangan Lokasi Genangan (Ha) (> atau <3 jam) (> atau <30 cm)

  Kecamatan Lebong Tengah 3,5 Ha 12 jam <30 cm Kecamatan Topos

  8 Ha 12 jam <30 cm Kecamatan Rimbo Pengadang

  6 Ha 6 jam <30 cm Kecamatan Bingin Kuning

  6 Ha

  6 Jam <30 cm Kec.Lebong Sakti

  10 Ha 12 jam <30 cm Kec.Amen

  9 Ha 12 jam <30 cm Kec.Uram Jaya

  12 Ha 12 jam <30 cm Kec.Lebong Utara

  4 Ha

  2 Jam <30 cm Jumlah 58,5 Ha

  Sumber : Dokumen MPS Kabupaten Lebong 7.

   Aspek Teknis Penanganan Drainase Perkotaan

  Dampak dari perubahan status kota lebong menjadi Ibu Kota Kabupaten, mulaibermunculan berbagai jenis pembangunan mengakibatkan terjadi perubahan dari areal persawahan menjadi areal permukiman dan infrastrukturnya, sehingga akan berpengaruh terhadap saluran drainase yang ada sekarang. Kondisi saluran/ drainase Kota lebongsaat ini banyak yang belum optimal, permasalahan yang sering dihadapi antara lain:

  • - Badan saluran terdapat endapan, sampah dll; -

  Saluran rusak; - Gorong-gorong tersumbat; Diameter/ dimensi saluran tidak sesuai; - - Elevasi saluran yang tidak baik; - Saluran irigasi juga sebagai drainase kota; - Pemeliharaan yang kurang.

8. Aspek Kelembagaan

  Pelayanan drainase perkotaan di Kabupaten lebong terutama dalam kawasanPerkotaan, Baik Perkotaan Ibukota Kabupaten maupun Kota-Kota Kecamatan dikelola oleh Bidang Cipta Karya dan Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten lebongOpersasi dan Pemeliharaannya dilakukan bersama antara Pemerintah Daerah,dengan peranserta aktif dari masyarakat setempat, baik masyarakat perkotaan, pengelolapasar maupun masyarakat perdesaan sebagai outward linkage-nya saluran utamadrainase di perkotaan.

  9. Aspek Pendanaan

  Pendanaan dalam penanganan drainase baik perkotaan maupun pedesaan masih sangatmengharapkan dukungan dari Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat mengingatkemampuan pendanaan dana dari Kabupaten relatif kecil. Peranserta aktif masyarakatsetempat yang ditunjukkan selama ini dapat mengurangi biaya operasional danpemeliharaan dari Pemerintah.

  10. Aspek Peran Serta Masyarakat

  Peran serta masyarakat/ pihak swasta dalam penanganan drainase masih terbatas,terutama pada lingkungan rumah dan perumahan. Sehingga diharapkan semua pemilikkepentingan/ pemangku kebijakan melakukan kesepakatan/ kesediaan untuk aktif dalampembangunan organisasi pengelola/ pemeliharaan saluran drainase perkotaan ini, sepertibergotong-rayong.

  Kesadaran masyarakat Kabupaten lebong dalam hal pemeliharaanaluran drainase di beberapa tempat patut diberikan apresiasi yang tinggi namun sebagianbesar komunitas tidak peduli malah menjadi aktor-aktor perusak lingkungan denganmemanfaatkan badan air saluran sebagai “Tempat Pembuangan Akhir”, Pada masa lalu,masyarakat Kabupaten lebong baik di Perkotaan maupun Perdesaan sudahmembuktikan bahwa keterlibatan mereka dalam penanganan ringan drainase (pemeliharaan berkala yang dikomandoi lembanga adat) dapat mewujudkan lingkunganyang bersih dan sehat.

  Pemerintah Kabupaten lebong, dengan bantuan dan arahansemua pihak akan berusaha sekuat tenaga untuk menghidupkan kembali kearifan adat di masa lalu untuk diterapkan ditengah-tengah masyarakat terutama dalamhal penanganan drainase dan persampahan.

11. Permasalahan yang Dihadapi

  Permasalahan yang umumnya dihadapi dalam hal pengelolaan drainase baik di perkotaanmaupun di perdesaan Kabupaten lebong lebih kepada faktor manusia danlingkungannya sendiri. Kurangnya akses air buangan dari sumber ke drainase indukmenjadi permasalahan lain yang perlu segera ditangani. Mengingat pertumbuhan fisikkota yang begitu cepat, pembangunan gedung yang kurang memperhatikansaluran pembuang dan pemahaman pengembang dan masyarakat yang masih belummemadai menjadikan kondisi ini semakin kompleks.

  Dari segi faktor manusia dapat dilihatdari kesadaran sebagian masyarakat yang membuang sampah dan benda keras lainnyake dalam saluran yang ada sehingga penyumbatan dan penyempitan saluran seringkaliterjadi. Dari segi Faktor Lingkungan, kebanyakan drainase yang ada tidak cukup memilikikemiringan disebabkan semua kota dan pemukiman padat yang ada di lebongterdapat pada kawasan yang topografinya rata (flat) sehingga penyumbatan yang terjaditidak dapat digelontor oleh daya/ aliran air yang ada.

A. Permasalahan Sistem Drainase yang Ada

  Permasalahan yang sering dihadapi dalam penanganan drainase perkotaan, antara lain:

  • - Dimensi saluran sudah tidak mampu lagi menampung air limpasan; -

  Penyempitan badan saluran terutama di tepi jalan akibat beban jalan dan longsoran;

  • - Daya resapan air yang berkurang karena permukaan tanah dasar drainase memadat,sebagian telah tertutup material padat, seperti: bangunan, jalan dll; -

  Banyaknya sampah dan sedimentasi pada badan saluran; - Kurangnya perhatian perencana dan pelaksana di bidang ini terhadap elevasi saluran; Sebagian besar Gorong-Gorong (Box Culvert) yang melintasi - Jalan-Jalan Utama sudah pecah/ hancur sehingga aliran air dari hulu ke hilir tersumbat dan terjadi genangan di banyak titik pada musim hujan baik di perkotaan maupun di lingkungan permukiman perdesaan.

B. Sasaran Penanganan Drainase

  Sasaran penanganan drainase baik di perkotaan maupun di perdesaan ditujukan pada kawasan rawan genangan air dengan mengoptimalkan saluran drainase perkotaan yang ada, revitalisasi saluran drainase, dan pembangunan baru saluran drainase serta kampanye sehat melalui pemanfaatan dan pemeliharaan serta pemulihan fungsi drainase di lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun perdesaan. Penanganan drainase dilakukan secara terpadu dan terkendali antar sektor.

  Dengan demikian diharapkan tujuan akhir adalah semua kawasan pemukiman potensial baik di perkotaan maupun perdesaan akan bebas genangan untuk emnciptakan kawasan yang sehat dan nyaman.

  C. Rumusan Masalah

  Permasalahan drainase perkotaan di Kota lebong antara lain:

  a. Banyaknya endapan dan sampah pada badan saluran;

  b. Pemeliharaan saluran/ drainase yang terbatas;

  c. Dimensi saluran/ drainase yang tidak sesuai lagi dengan kondisi lapangan; d. Elevasi saluran/ drainase kurang diperhatikan; e. Masih mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase kota.

  D. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

  Kabupaten lebong memiliki iklim tropis yang ditandai dengan perbedaan musim antaramusim penghujan dan musim kemarau. Kondisi iklim sangat penting menjadi pertimbangan dalam perencanaan suatu saluran/ drainase, selain itu kondisi aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS).

  Data curah hujan rata-rata tahunan di Kabupaten Lebong sebesar 148,25 mm pada tahun 2015 dengan curah hujan tahunan tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Desember sebesar 276mm dengan jumlah hari hujan 16 hari, dan curah hujan terendah rara-rata pada bulan Septembersebesar 1 mm dengan jumlah hari hujan 1 hari. Lebih jelasnya lihat Tabel berikut:

  

Tabel 7. 7. Tabel Data Curah Hujan Dirinci Per Bulandi

Kabupaten Lebong Tahun 2015 Sumber: Lebong Dalam Angka 2016 12.

   Analisis Kebutuhan

  Curah hujan yang dipergunakan sebagai acuan rancangan bangunan drainase adalah curah hujan sesaat atau curah hujan jangka pendek. Curah hujan jangka pendek dinyatakan dengan intensitas hujan atau kelebatan hujan dalam satuan mm/jam. Besarnya intensitas hujan ini setiap daerah berbeda disebabkan topografi daerah hujan dan kekerapan/ frekuensi kejadian hujan.Penanganan drainase perkotaan di Kota lebong untuk mengurangi atau bahkanmeniadakan genangan pada suatu kawasan dapat dilakukan dengan cara: a. Pengangkatan dan pembersihan endapan dan sampah pada badan saluran; b. Pembangunan baru, perbaikan, revitalisasi dan pemeliharaan saluran/ drainase; c. Rehabilitasi/ perbaikan dimensi saluran drainase;

  d. Penyediaan dan perbaikan bak kontrol;

  e. Penyesuaian elevasi saluran/ drainase; f. Tidak mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase kota.

  g. Memberikan penyuluhan secara terstuktur bagi masyarakat

  h. Meningkatkan SDM Pengambil Kebijakan (Aparatur Pemda), Perencana (Konsultan) dan Pelaksana (Kontraktor) lokal 13.

   Analisis Sistem Drainase

  Sistem drainase yang ada saat ini masih belum menunjukkan hirarki yang tegas sesuai dengan fungsinya masing-masing. Maka perencanaan drainase/Master Plan dan DED sangat dibutuhkan untuk kawasan Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten lebong agar dapat menjaga dan memelihara faktor yang dapat menyebabkan banjir, antara lain: a. Daerah tangkapan air (cacthment area) b. Penggunaan lahan terus berkembang yang merubah fungsi.

  c. Tempat tampungan air dan sumur resapan yang diperlukan agar dapat menghambatlimpasan air hujan sebelum masuk ke badan saluran drainase.

  d. Intensitas hujan yang terjadi; e. Debit puncak saluran pada saat hujan dan pasang surut permukaan air laut.

  f. Dimensi saluran, gorong-gorong, dan box culvert.

  g. Pembangunan drainase di arahkan sevara terintegrasi antar sektor (PLN, PDAM,Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup) 14.

   Alternatif Penyelesaian Masalah

  Penanganan drainase perkotaan dilakukan dengan mencari sumber permasalahan genangan air yang terjadi dalam kawasan perkotaan. Untuk penyelesaian drainase secara keseluruhan harus dimulai dengan studi dan menyusun Master Plan Drainase agar penanganan drainase perkotaan dapat ditangani secara menyeluruh dan tepat sasaran.Himbauan dan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di badan saluran.

  Penyesuaian dimensi saluran yang disesuaikan dengan kondisi lapangan saat ini. Perencanaan drainase perlu dilakukan agar berfungsi secara optimal untuk mengalirkan air dengan membuat sekmenpada masing-masing kawasan sehingga air tidak berkumpul pada satu daerah dan begitu juga saluran yang berada di kedua sisi jalan sesuai dengan kapasitas atau intensitas pemanfaatan ruang/ kegiatan/ pada kawasan masing-masing.Rekomendasi Penanganan drainase perkotaan khususnya di kawasan Kota lebongantara lain yang dapat dilakukan adalah:

  Pengangkatan dan pembersihan endapan dan sampah pada badan - saluran;

  • Pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan saluran/ drainase;
  • Rehabilitasi/ perbaikan dimensi saluran/ drainase;
  • Penyesuaian elevasi saluran/ drainase; - Tidak mempergunakan saluran irigasi sebagai drainase kota.

15. Rencana Jaringan Drainase

  Untuk jangka menengah dan jangka Panjang, Rencana Investasi Jaringan Drainase Perkotaan dan Perdesaan diarahkan pada sistem yang terencana, terpadu dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan hidup:

  a. Sistem drainase perkotaan yang diusulkan yaitu dengan mengoptimalkan drainasekota yang telah ada dengan melakukan perbaikan-perbaikan saluran yang telahrusak.

  b. Untuk Ruas Jalan Baru dan Jalan Utama (Arteri, Kolektor, dan Jalan UtamaLainnya) sistem Drainase dilakukan secara Terpadu antar Sektor (PU,PLN,PDAM, Lingkungan Hidup)pembangunan dan peningkatan saluran tanah

7.5. Pengembangan Air Minum

  Pelayanan air bersih Kota lebong akan terdiri atas sistem perpipaan dan sistem non-perpipaan. Sistem perpipaan direncanakan dalam jangka panjang akan melayani sampai 80 % kebutuhan penduduk yang terdiri dari jaringan pipa primer, pipa sekunder, dan pipa tersier, dan sisanya oleh sistem non-perpipaan. Sistem perpipaan akan mengikuti pola jaringan jalan. Sistem non-perpipaan adalah dengan memanfaatkan air tanah dangkal untuk perumahan (dengan sumur dan pompa) danair tanah dalam untuk industri (dengan pompa air tanah dalam). Sejalan denganupaya untuk membatasi eksploitasi air tanah, maka untuk perumahan direncanakanpelayanan air bersih perpipaan sampai 80 % pada jangka panjang, sementara untuk industri diarahkan pada pengembangan industri baru yang tidak lapar air.

Gambar 7.1. Peta Jaringan Air Minum

  7.5.1. Gambaran Umum Sistem Air Minum 1. Sistem Pengelolaan

  Sistem perpipaan saat ini dikelola ditingkat kecamatan dan sehubungan dengan pemekaran Kabupaten, kondisi seperti ini harus segera dievaluasi dan dikelola olehPemerintah Daerah Ditingkat Kabupaten sehingga nantinya akan dapat diperhitungkan dalam aset daerah dan menjadi sumber PAD bagi daerah itu sendiri.

2. Cakupan pelayanan

  Cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten lebong masih dalam taraf berkisar 40 %.Sehubungan dengan Millenium development Goals (MDGs)dan komitmen pemerintah pusat terhadap peningkatan taraf kesehatan masyarakat dimana Kebutuhan masyarakat akan konsumsi air bersih merupakan hal yang paling utama untuk diperhatikan. Ditinjau dari prasarana dan sarana yang tersedia, Kabupaten lebong memiliki kapasitas produksi air bersih yang cukup. Berdasarkan realita tersebut maka pemerintah dalam hal ini Pemda tingkat dua bekerjasama dengan pemda tingkat satu dan Pemerintah Pusat untuk memikirkan peningkatan kapasitas produksi air bersih di Kabupaten lebong sehingga cakupan pelayanan mencapai >80% dari total penduduk Kabupaten lebong