BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KUDUS - DOCRPIJM 459c40c023 BAB IIIBAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KUDUS

3.1. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS

3.1.1. Sistem Perkotaan

  

4) PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan

  h. Desa Wates, memiliki fungsi sebagai kawasan yang mendukung akvitivas perdagangan ataupun jasa.

  g. Desa Kaliwungu, memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan aktivitas industri kecil.

  f. Desa Kesambi, memiliki fungsi sebagai pusat pemasaran produksi hasil bumi dan distribusi barang- barang kebutuhan sekunder.

  e. Desa Bulungcangkring, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan aktivitas pendukung industri.

  d. Desa Gondoharum, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan aktivitas pertanian dan penunjang industri.

  c. Desa Colo, memiliki fungsi sebagai pusat aktivitas wisata dengan karakter wisata alam dan wisata religius.

  b. Desa Menawan, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan permukiman.

  skala antar desa meliputi : a. Desa Puyoh, memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil perkebunan.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 1

  c. Ibukota Kecamatan Dawe, memiliki fungsi sebagai pusat aktivitas wisata dengan karakter wisata alam dan wisata religius.

  b. Ibukota Kecamatan Gebog, memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sarana daerah.

  a. Ibukota Kecamatan Undaan, memiliki fungsi sebagai pusat aktivitas pertanian dan pengembangan konservasi alam.

  pelayanan satu kecamatan; meliputi :

  

3) PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang direncanakan memiliki skala

  PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) adalah Pusat Pelayanan Kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari menjadi PKL (Pusat Kegiatan Lokal); yaitu ibukota Kecamatan Jekulo dengan fungsi utama sebagai kawasan pengembangan industri baru dan pelayanan permukiman.

  2)

  PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten; yaitu Kota Kudus dengan fungsi utama sebagai pusat pelayanan permukiman.

  1)

  Rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Kudus berdasarkan hirarkinya diklasifikasikan, meliputi :

  Arahan pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten dituangkan dalam tiga (3) substansi besar, yiatu : sistem perkotaan, sistem/kawasan perdesaan sebagai wilayah pelayanan, dan sistem jaringan prasarana (mencakup : transportasi, energi dan kelistrikan, telekomunikasi, persampahan dan sanitasi, sumber daya air). Secara rinci arahan pengembangan wilayah Kabupaten Kudus, adalah :

  d. Ibukota Kecamatan Mejobo, memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan permukiman. i. Desa Kalirejo, memiliki fungsi sebagai pusat pengumpul dan distribusi hasil-hasil bumi dari desa- desa lain di sekitarnya (hinterlandnya). Rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Kudus dalam keruangan dapat digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Kudus.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 2

GAMBAR 3.1. PETA RENCANA SISTEM PERKOTAAN KABUPATEN KUDUS.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 3

3.1.2. Sistem Jaringan Prasarana

3.1.2.1. Rencana Sistem Jaringan Transportasi

  Kusumadya (batas terminal

  Arahan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Kudus, meliputi : jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air dan sistem pengelolaan lingkungan. Adapun rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Kudus adalah :

  Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi Kabupaten Kudus meliputi sistem jaringan jalan, terminal dan jaringan jalur kereta api, yang diuraikan sebagai berikut : A. Jaringan Jalan

  Rencana pengembangan sistem jaringan jalan Kabupaten Kudus, meliputi : 1) Jalan Nasional yang sudah dikembangkan sepanjang 19,91 km, meliputi ruas : Jalan R. Agil

  • – arah Semarang); Jalan R. Agil Kusumadya (tugu Ahmad Yani – batas terminal); Jalan Lingkar Tenggara (Jati
  • – Ngembalrejo); Jalan Raya Kudus-Pati (Ngembalrejo-Pati).
  • – Jl. Simpang Tujuh – Jl. Jendral Sudirman – Ngembalrejo; Jalan Sunan Muria – Jalan RM Sosrokartono - Colo; dan yang akan dikembangkan sepanjang 19,6 km meliputi ruas Jalan Lingkar Utara (Mijen
  • – UMK); Jalan Lingkar Timur (UMK - Ngembalrejo) dan Jalan Lingkar Jati – Mijen.
  • – Pramuka – Mlati Kidul – Megawon – Jepang Pendem – Mejobo; Jalan KH Asnawi – Jalan Besito– Peganjaran;
  • – Jalan Patimura – Getas Pejaten; Jalan Mayor Basuno – Jalan Subchan ZE; Jalan Dewi Sartika – Jalan Gribig.
  • – UMK – Bae; Jalan Ngembalrejo – Karangbener – Bae; Jalan Karangbener – Gondangmanis – Bae – Jalan Trunojoyo – Getasrabi; Jalan KH Noorhadi – Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo – Jalan Mangga – Jalan Titsudono – Mlati Kidul; Jalan Kyai Telingsing; Jalan H Agus Salim – Jalan Tanjung – Jalan Kartini – Jalan Bakti; Jalan Tumpang Krasak – Mlati Kidul – Loram Wetan –
  • – Jalan Kresna; Jalan Getas Pejaten – Tanjung Karang; Jalan Loram Wetan – Jepang – Megawon – Ngembal Kulon; Jalan Gulang – Payaman – Jalan Sal. Kencing;
  • – Jati Kulon; Jalan Pasuruhan Lor – Garung Kidul – Kedungdowo – Mijen; Jalan Garung Lor – Getasrabi; Jalan Mijen – Karangampel.
  • – jalan yang menghubungkan antar desa dan antar dukuh yang terdapat di Kabupaten Kudus.
  • – Demak – Kudus – Pati – perbatasan Jawa Timur.

  2) Rencana Jalan Provinsi yang sudah dikembangkan sepanjang 51,53 km , meliputi ruas : Jalan Sunan Kudus – Jalan Jepara; Jalan Jati – Purwodadi; Jalan Purwodadi; Jl. Lukmonohadi - Jl A. Yani; Jl. Dr Ramelan

  3) Rencana Jalan Kabupaten meliputi :

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  Prambatan – Gribig – Tulis; Ngembalrejo – Karangbener – Gondangmanis.

  b. Rencana jalan lokal primer meliputi ruas : Jalan Kapten Ali Mahmudi - Jalan Mayor Kusmanto; Jalan HOS Cokroaminoto

  c. Rencana jalan lokal sekunder meliputi ruas : Jalan Dersalam

  Loram Kulon

  Jalan Pasuruhan Lor

  d. Rencana jalan lingkungan, meliputi jalan

  4) Rencana pengembangan jalan bebas hambatan Kabupaten Kudus berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah meliputi pengembangan jalan bebas hambatan / jalan tol yang menghubungkan Semarang

  III- 4

  a. Rencana Jalan kolektor sekunder meliputi ruas : Jalan Pemuda

  B. Terminal Rencana pengembangan terminal Kabupaten Kudus meliputi :

  1) Terminal tipe A berada di Kecamatan Jati; berfungsi untuk melayani angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan direncanakan menggunakan konsep terpadu dengan angkutan kereta api. 2) Terminal Tipe B di rencanakan di Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Undaan dan Kecamatan Dawe, berfungsi untuk melayani angkutan antar Kabupaten Dalam Provinsi.

  Terminal tipe C direncanakan di tiap kecamatan yang berfungsi sebagai sub terminal; merupakan

  3)

  pangkal dan ujung dari suatu pergerakan antar kecamatan dan berfungsi untuk melayani angkutan perdesaan, antara lain di Desa Bae, Desa Getaspejaten, Desa Padurenan, Desa Kesambi, Desa Piji, Desa Honggosoco, Desa Singocandi, Desa Gulang, Desa Jekulo, dan Desa Krandon. Terminal Barang direncanakan di Kecamatan Jati, berfungsi untuk melayani angkutan barang.

  4)

  C. Jaringan Kereta Api Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api Kabupaten Kudus, meliputi :

  1) Pengembangan jaringan rel kereta api komuter yang menghubungkan Semarang, Kudus, Pati dan Rembang; 2) Pengembangan prasarana transportasi kereta api, berupa revitalisasi rel mati dan revitalisasi stasiun Wergu.

  D. Prasarana Lalu Lintas Lainnya Rencana pembangunan atau pengembangan prasarana lalu lintas lainnya, meliputi:

  1) Fasilitas tempat khusus parkir yang berlokasi di Bakalan Krapyak, Colo, Pangkalan Truk Klaling, Getaspejaten. 2) Halte/Shelter, yang berlokasi di sepanjang jaringan trayek angkutan umum.

3.1.2.2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi

  Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Kudus, meliputi :

  • – 1) Pengembangan jaringan Pipa Bahan Bakar Minyak (BBM), yaitu jaringan Pipa BBM Cepu Semarang dengan Depo di Kota Semarang.

  2) Pengembangan jaringan Pipa Gas meliputi 3 (tiga) jalur, yaitu dari Semarang

  • – Demak – Kudus – Pati – Rembang sebanyak 2 (dua) jaringan dan dari Jepara – Kudus – Pati – Rembang sebanyak 1 (satu) jaringan.

  3) Pengembangan SPBU diarahkan untuk setiap kecamatan serta pengembangan SPBE pada daerah- daerah yang stratategis dan mudah jangkauannya. 4) Pengembangan pembangkit tenaga listrik, meliputi rencana pengembangan jaringan pembangkit tenaga listrik yang mengikuti jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Jawa Bali. 5) Pengembangan jaringan pembangkit tenaga listrik Kabupaten Kudus dilakukan dengan menggunakan sumber energi alternatif lain yang ada dan telah dikembangkan di Kabupaten Kudus, seperti minyak jarak, biogas, energi bayu (angin) dan solarcell. Rencana pengelolaan jaringan energi Kabupaten Kudus, meliputi :

  a. Membatasi kegiatan pengembangan di sekitar lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 5 b. Pengembangkan jaringan transmisi tenaga listrik nasional dan lokal oleh perusahaan listrik negara, swasta maupun masyarakat. Pengembangan jaringan pembangkit tenaga listrik baru dan terbarukan di Kabupaten Kudus meliputi : 1. Pengembangan jaringan transmisi listrik di daerah-daerah terpencil.

  2. Peningkatan daya kapasitas listrik.

  3.1.2.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

  Rencana Pengembangan Telekomunikasi berupa jaringan kabel di Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut : 1) Jaringan Terestrial.

  Jaringan terestrial terdiri atas : a. Jaringan Kabel.

  Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi berupa jaringan kabel di Kabupaten Kudus adalah pengembangan jaringan distribusi dan prasarana penunjang telepon kabel sampai ke tingkat ibukota perdesaan.

  b. Jaringan Nirkabel.

  Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi berupa jaringan nirkabel di Kabupaten Kudus adalah pengembangan sistem telepon tanpa Kabel sebagai jaringan internet murah di kawasan perdesaan. 2) Jaringan Satelit.

  Rencana pengembangan jaringan satelit di Kabupaten Kudus adalah pengembangan prasarana telepon satelit berupa BTS (Base Transceiver Station) sampai ke tingkat perdesaan dan kawasan terisolir serta pengembangan sistem telepon satelit berbasis masyarakat. Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Kudus, meliputi :

  a. Meningkatkan perkembangan dan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.

  b. Penyediaan infrastruktur sistem jaringan telekomunikasi berupa tower BTS (Base Transceiver Station) secara bersama-sama.

  3.1.2.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

  Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air, meliputi : 1) Pengembangan sistem jaringan sumber daya air untuk air bersih diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah.

  2) Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan :

  a. Peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau,

  b. Peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis. 3) Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di Kabupaten Kudus meliputi :

  a. Rencana perlindungan sumber-sumber air baku,

  b. Peningkatan area resapan air, c. Pengembangan prasarana sumberdaya air.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 6

  4) Rencana perlindungan sumber-sumber air baku dan peningkatan area resapan air dilakukan dengan :

  a. Pemanfaatan air baku dilakukan juga dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan dan upaya perlindungannya.

  b. Penataan kawasan sempadan sungai, waduk, telaga, mata air dan embung dari bangunan- bangunan yang merusak c. Membatasi penggunaan sumur bor di wilayah kabupaten maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen) dari rumah tangga yang ada.

  d. Membatasi penambahan penggunaan sumur bor pada kawasan non perumahan dan permukiman maksimal 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ada.

  e. Pengembangan pembuatan sumur resapan di setiap kawasan perumahan.

  f. Optimalisasi lahan tidak produktif milik masyarakat untuk area resapan air dengan pola insentif. 5) Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air meliputi :

  a. Rencana sistem jaringan irigasi mencakup jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier dengan mengoptimalkan SWS (Sistem Wilayah Sungai), sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Sub DAS (Daerah Aliran Sungai).

  b. Peningkatan jaringan irigasi pada kawasan pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan sawah lestari. 6) Pengembangan dan peningkatan kemampuan kapasitas tampung dan pemeliharaan konstruksi waduk dan embung di kabupaten Kudus, meliputi : a. Waduk Logung yang terletak di Desa Rejosari dan Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo.

  • – b. Embung Ngemplak di Desa Ngemplak Kecamatan Undaan dengan pengaturan sempadan 50 100 m (lima puluh sampai seraus meter) dari titik pasang ke arah darat.

  c. Pengembangan embung-embung seluas 100 Ha (seratus hektar) dan bendung-bendung di sungai untuk memperbanyak tampungan cadangan air baku. 7) Rencana sistem pengendalian banjir dilakukan dengan :

  a. Sistem pengendalian banjir dilakukan dengan upaya perlindungan di wilayah hulu dan tata kelola air di wilayah hilir.

  b. Upaya perlindungan di wilayah hulu dilakukan dengan pengamanan kawasan lindung dan daerah resapan air.

  c. Tata kelola air dilakukan dengan pengembangan sistem drainase wilayah terpadu dengan sistem wilayah sungai, sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) dan sub DAS (Daerah Aliran Sungai) serta pengembangan sumur resapan.

  d. Pengembangan sistem drainase wilayah disinergiskan dengan sistem penampungan air berupa waduk dan embung maupun polder.

3.1.2.5. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

  Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan Kabupaten Kudus, meliputi : 1) Rencana Sistem Drainase, meliputi :

  a. Pengembangan drainase Kabupaten Kudus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dengan tata air yang sudah ada.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 7

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 8

  b. Pengembangan drainase Kabupaten Kudus dilakukan dengan mengintegrasikan sistem drainase dengan sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Sub DAS (Daerah Aliran Sungai).

  c. Rencana pengembangan sistem jaringan drainase terpadu pada satuan kawasan perkotaan yang memiliki kerentanan terhadap banjir sebagai upaya pengurangan resiko bencana. 2) Rencana Sistem Persampahan, meliputi :

  a. Sistem pengelolaan persampahan Kabupaten Kudus dilakukan dengan sistem 3R, yaitu Reduce, Reuse dan Recyle.

  b. Rencana lokasi TPS (Tempat Penampungan Sementara) di Kabupaten Kudus lokasinya menyebar di setiap kecamatan di Kabupaten Kudus.

  c. Rencana lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) di Kabupaten Kudus adalah di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo.

  d. Rencana sistem pengelolaan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Kabupaten Kudus dilakukan dengan sistem sanitary landfill dan insenerator. 3) Rencana Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum, meliputi : a. Optimalisasi sumber air dan mengurangi tingkat kebocoran.

  b. Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dan sistem non perpipaan.

  c. Upaya pemanfaatan sumber-sumber air baku di permukaan secara optimal, dari kawasan perkotaan sampai dengan kawasan perdesaan dan kawasan yang kesulitan air. 4) Rencana Sistem Pengelolaan Limbah, meliputi :

  a. Pengelolaan limbah untuk kawasan perkotaan dilakukan dengan sistem perpipaan dan pengolahan manual untuk kawasan perdesaan.

  b. pengembangan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang dilakukan dengan pengembangan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk industri yang dilengkapi jaringan perpipaan air limbah untuk kawasan perkotaan yang padat. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Kudus dalam keruangan dapat digambarkan dalam

  

Peta Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Kudus. Arahan pengembangan struktur

  ruang wilayah Kabupaten Kudus dalam keruangan dapat dilihat pada Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kudus.

GAMBAR 3.2. PETA RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN KUDUS.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 9

GAMBAR 3.3. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 10

3.2. RENCANA PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KUDUS

  Arahan pengembangan pola ruang wilayah Kabupaten Kudus secara garis besar dikalsifikasikan menjadi dua (2), yaitu : kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara rinci rencana pola ruang di Kabupaten Kudus diuraikan sebagai berikut.

3.2.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

  Kawasan lindung yang ditetapkan adalah kawasan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan Lindung mempunyai keterbatasan untuk dikembangkan karena adanya faktor limitasi. Kawasan lindung di Kabupaten Kudus, meliputi :

3.2.1.1. Kawasan Hutan Lindung

  Rencana lokasi dan luasan hutan lindung di kabupaten Kudus, yaitu kawasan hutan lindung di Kabupaten Kudus ditetapkan di kawasan hutan Gunung Muria seluas kurang lebih 1.477Ha ( Hektar). Rencana Pengelolaan kawasan hutan lindung, melalui :

  Budi daya yang diperkenankan adalah kegiatan yang tidak mengolah permukaan tanah seperti hutan - atau tanaman keras yang panennya tidak atas dasar penebangan pohon atau merubah bentang alam, seperti penambangan bahan galian atau perindustrian, kecuali kegiatan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi kepentingan nasional atau regional. - Kegiatan yang sudah ada dan tidak menjamin fungsi lindung, secara bertahap dikembalikan pada fungsinya dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi fisik, sosial ekonomi setempat dan kemampuan pemerintah disertai dengan penggantian yang layak. - Hutan produksi yang ada segera dialihfungsikan dan tidak diperkenankan untuk dieksploitasi dengan cara penebangan kecuali secara terbatas. - Untuk kegiatan pariwisata yang diperkenankan adalah pariwisata yang bersifat menikmati pemandangan saja. - Untuk tanah rusak atau gundul di kawasan hutan lindung segera dilakukan reboisasi. Sedang yang terletak di luar kawasan hutan segera dihijaukan. - Hak atas tanah yang sudah ada di kawasan hutan lindung masih tetap dihormati dan masih boleh dikuasai, sepanjang kegiatan atau penggunaan tanahnya masih dapat memenuhi fungsi lindung dan tetap melaksanakan fungsi lahan konservasi yang intensif. - Untuk hak atas tanah, khususnya Hak Guna Bangunan (HGB) tidak diberikan perpanjangan kecuali bila penggunaan tanahnya tetap difungsikan untuk menjamin konservasi tanah dan air.

  Penguasaan tanah oleh masyarakat pada kawasan hutan lindung dikenakan beban pajak yang lebih - tinggi dan pengaturannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. - Untuk pembangunan sarana dan prasarana ke arah kawasan ini dibatasi agar dapat lestari. Oleh karena itu bangunan yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung masih diperkenankan sepanjang masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai tata bangunan serta tetap melakukan tindakan konservasi. Untuk rencana bangunan baru tidak diizinkan. - Kegiatan yang bertentangan dengan upaya mengkonservasi wilayah hutan, perlu dibatasi atau dilarang sama sekali.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 11

  • - Terhadap lahan hutan dan kawasan pendukungnya yang telah terlanjur dimiliki oleh perorangan atau suatu badan hukum, perizinan atas suatu kegiatan perlu dengan batasan atas KDB bila menyangkut suatu bangunan fisik. -

  Penguasaan tanah negara oleh masyarakat yang belum memperoleh hak atas tanah menurut Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), apabila penggarap kegiatannya sesuai dengan fungsi lindung, pada tahap pertama dapat diberikan Hak Pakai (HP) dengan persyaratan peningkatan intensitas penggunaan tanah mengutamakan fungsi lindung. - Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan ini dibatasi, sehingga bangunan yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung masih diperkenankan sepanjang masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai tata bangunan dan tetap melakukan tindakan konservasi, sedangkan bangunan baru tidak diizinkan. - Penguasaan dan pemilikan tanah yang cenderung mewujudkan jenis kegiatan yang bertentangan dengan kegiatan konservasi hidrologis, secara bertahap dibebaskan hak atas tanahnya melalui penggantian yang layak oleh pemerintah untuk dikembalikan menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh negara untuk selanjutnya dikelola menjadi hutan lindung, apabila pemilik atau penguasa tanah yang bersangkutan tidak mampu mewujudkan kegiatan yang berfungsi lindung di atas tanahnya sendiri dengan biaya sendiri.

  3.2.1.2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Kudus berupa kawasan resapan air, yang mana kawasan resapan air berupa kawasan konservasi lahan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air (recharge area), pejaga kesuburan tanah dan pencegah erosi serta hilangnya kesuburan tanah serta pencegah bencana alam gerakan tanah (longsoran).

  Lokasi kawasan resapan air di kabupaten Kudus, yaitu : - Desa Rahtawu, Desa Menawan dan Desa Kedungsari Kecamatan Gebog. - Desa Ternadi, Desa Kajar, Desa Colo, Desa Japan, Desa Soco, Desa Kandangmas, Desa Dukuh Waringin, Desa Tergo dan Desa Glagah Kulon Kecamatan Dawe. - Desa Tanjungrejo, Desa Klaling, Desa Terban dan Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo.

  Rencana Pengelolaan kawasan resapan air, melalui : - Pengelolaan kawasan konservasi dapat dilakukan dengan pengamanan lahan beserta fungsinya yang mengikuti pola pengelolaan kawasan lindung yang ada.

  Pengembangan kegiatan budi daya dapat diizinkan dengan batasan dan pengawasan tertentu, - penanganan paling efektif adalah reboisasi dengan tanaman keras serta membatasi masuknya air permukaan dan air bawah tanah masuk ke areal tersebut, bila masih memungkinkan dimanfaatkan sebagai areal pertanian lahan kering, penanganan yang diperlukan adalah pembuatan teras bangku dengan penguat penahan teras berupa batu dan perakaran tanaman keras/pohon serta pembuatan sistem drainase yang tidak memungkinkan air untuk menggenang pada lahan tersebut.

  3.2.1.3. Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Sungai A.

  Rencana sempadan sungai di Kabupaten Kudus, mencakup : Kawasan Sempadan Sungai di Kabupaten Kudus, yaitu di sepanjang kanan dan kiri Sungai Gelis, Sungai Piji, Sungai Logung, Sungai Wulan,

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 12 Sungai Juana dan sungai kecil lainnya yang terdapat di Kabupaten Kudus. Luasan keseluruhan kawasan sempadan sungai Kabupaten Kudus adalah kurang lebih 4.020 Ha (Hektar).

  Rencana pengelolaan sempadan sungai di Kabupaten Kudus, melalui : - Pada kawasan ini dibangun jalan inspeksi pada jalur jalan tertentu, sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur lintas pada umumnya. Untuk kawasan yang sudah terbangun diadakan program konsolidasi tanah dan pemeliharaan lingkungan, sedangkan yang sudah terbangun tidak diberikan izin mendirikan bangunan. - Kegiatan yang masih diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman, yang diizinkan, pemasangan papan reklame/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi jembatan/jalan umum maupun kereta api, yang bersifat sosial dan kemasyarakatan, serta bangunan lalu lintas air. - Tanah pada sempadan sungai dikelola oleh instansi pemerintah dan diberikan Hak Pakai. Tanah timbul di sungai berstatus tanah negara bebas. Jika aliran sungai berpindah tempat, termasuk kegiatan pelurusan sungai atau kegiatan teknis pengairan lainnya, maka aliran sungai yang lama menjadi tanah negara bebas yang dapat dimohonkan hak tanahnya. Prioritas pemberian hak tanah diberikan kepada bekas pemilik tanah yang tanahnya terkena aliran sungai yang baru, sekaligus sebagai kompensasi terhadap tanahnya yang hilang. - Kegiatan yang diperkenankan sesuai dengan lebar masing-masing jenis sungai atau saluran adalah kegiatan yang mampu melindungi atau membuat tebing sungai atau saluran dari kelongsoran, kegiatan yang fidak memperlambat jalannya arus air, kecuali memang sengaja bermaksud untuk memperlambat laju arus air seperti pembuatan cek dam atau krib penahan atau pembelok arus air sungai. - Kegiatan yang berkesesuaian dengan tujuan di atas meliputi penanaman tanaman keras atau tanaman perdu, perlindungan tebing sungai dengan pasangan batu/beton, krib pengendali aliran air. Sedangkan kegiatan pembangunan bangunan fisik yang mengakibatkan penghambatan aliran air sungai dilarang. - Pemilikan atau penggunaan tanah yang tidak sejalan dengan tujuan di atas, dibina untuk menyesuaikan kegiatannya agar serasi atau sejalan, secara bertahap yang diberikan kepada pemilik atau penguasa tanah dengan jalan membebaskan mereka dari pengenaan pajak, bumi dan bangunan atau sumbangan bentuk lainnya yang dikaitkan dengan pemilikan atau penguasaan tanah. Apabila yang bersangkutan tidak mampu melaksanakan penyesuaian ini secara sukarela, maka - pemerintah baik pusat maupun daerah dapat melakukan pembebasan hak atas tanah dengan penggantian yang layak secara bertahap yang peruntukannya diprogamkan untuk kegiatan konservasi. Kegiatan budi daya di sepanjang sungai dan garis sempadan yang diperkenankan meliputi jembatan penyeberangan, gardu listrik, bangunan telekornunikasi dan pengontrol atau pengukur debit air.

B. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

  Rencana kawasan sekitar danau atau waduk di Kabupaten Kudus, yaitu di sekitar Waduk Logung yang terletak di Desa Rejosari dan Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, serta di seputar Embung Ngemplak di Desa Ngemplak Kecamatan Undaan, dengan pengaturan

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 13 sempadan 50

  • – 100 m (lima puluh sampai seratus meter) dari titik pasang ke arah darat. Luasan Waduk Logung adalah kurang lebih 195 Ha (Hektar) dan Embung Ngemplak adalah kurang lebih 11,38 Ha (Hektar).

  Rencana Pengelolaan kawasan sekitar danau atau waduk di Kabupaten Kudus, melalui : - Kegiatan yang mengganggu kelestarian daya tampung/waduk seperti pendirian bangunan, permukiman dan penanaman tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan tidak diperkenankan dan dilarang. - Kegiatan yang masih boleh diusahakan adalah perikanan, pariwisata yang hanya untuk menikmati pemandangan saja, pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan, pemasangan papan reklame/pengumuman, permasangan pondasi dan rentang kabel, pondasi jembatan/jalan umum, bangunan lalu lintas air, serta pengambilan dan pembuangan air. - Selain bangunan pengendali/pengukur volume air, yang diperkenankan adalah kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata seperti hotel, rumah makan, tempat rekreasi, dengan tetap mengupayakan pembangunan fisik yang mampu mencegah terjadinya sedimentasi ke dalam danau. - Penggunaan tanah terus diusahakan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, konservasi vegetatif atau sabuk hijau (green belt) wajib diusahakan dan pada kawasan yang sudah terbangun diadakan program konsolidasi tanah dan pemeliharaan lingkungan. - Tanah pada kawasan sekitar waduk dikuasai oleh negara dan apabila dimiliki masyarakat, maka dibebaskan dengan penggantian yang layak dan dapat diberikan Hak Pakai kepada Dinas Pekerjaan Umum Pengairan. Pemilikan atau penguasaan tanah yang tidak sejalan dengan tujuan di atas, diadakan pembinaan secara bertahap kepada pemilik atau penguasa tanah untuk menyesuaikan kegiatannya secara sukarela dan meringankan mereka dari pengenaan pajak bumi dan bangunan atau sumbangan bentuk lainnya yang dikaitkan dengan pemilikan atau penguasaan tanah. Apabila yang bersangkutan tidak mampu melaksanakan penyesuaian ini secara sukarela, maka pemerintah baik pusat maupun daerah dapat melakukan pembebasan hak atas tanah dengan penggantian yang layak secara bertahap kemudian peruntukannya diprogramkan berupa kegiatan penanaman kembali/reboisasi hutan yang berfungsi sebagai sabuk hijau.

C. Kawasan Sekitar Mata Air

  Kawasan Sekitar Mata Air di Kabupaten Kudus, yaitu Kawasan Sekitar Mata Air Menawan, yaitu di Desa Menawan Kecamatan Gebog, Mata Air Buton di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, Mata Air Rejenu di Desa Rahtawu Kecamatan Dawe, Mata Air Kaliyitno di Desa Ternadi Kecamatan Dawe, Mata Air Tanjungrejo di Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo, Mata Air Asem Doyong di Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo, dan Mata Air Wonosoco di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan. Luasan kawasan sekitar mata air adalah kurang lebih 88 Ha (Hektar).

  Rencana pengelolaan Kawasan Sekitar Mata Air di Kabupaten Kudus, melalui : - Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan kehutanan atau tanaman tahunan yang produksinya tidak dengan penebangan pohon. Sedangkan penggalian atau perubahan bentuk medan atau pembangunan bangunan fisik yang mengakibatkan penutupan jalannya mata air serta mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air dilarang. - Persawahan dan perikanan masih diperkenankan keberadaannya. Sedang kegiatan yang sudah ada dan dapat mengganggu fungsi kawasan dipindahkan dengan penggantian layak.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 14

D. Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 15

  • - Kegiatan yang masih diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan, pemasangan papan reklame/pengumuman, pondasi dan rentangan kabel listrik, kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang fisik menggunakan tanah secara menetap atau terus menerus, bangunan lalu lintas air. -

  Kawasan sekitar mata air yang sumber airnya dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (misal PDAM) dapat diberikan Hak Pakai. Areal tanah pada kawasan sempadan mata air dikuasai langsung oleh negara dan jika dikuasai masyarakat, maka diadakan penggantian yang layak. Tindakan konservasi yang diutamakan adalah yang bersifat vegetatif. - Kegiatan yang sifatnya tidak sejalan dengan ketentuan baik melalui swadaya atau penggantian yang layak oleh pemerintah menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh negara dan penggunaan tanah yang mampu memelihara kelancaran jalannya mata air diprogramkan secara bertahap oleh pemerintah. Penyesuaian kegiatan yang mendukung pelestarian mata air. - Keberadaan mata air potensial perlu dijaga kelestariannya agar kondisi air yang ada dapat berkelanjutan atau meningkat, penetapan kawasan lindung sekitar mata air merupakan upaya yang tepat untuk tujuan tersebut, Kawasan lindung sekitar mata air untuk penerapan ruang kawasan budi daya telah ditetapkan dengan radius minimal 200 (dua ratus) meter sedangkan untuk kegiatan pertambangan ditetapkan radius minimal sejauh 500 (lima ratus) meter.

  Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya, yaitu Menara Kudus di Kecamatan Kota dan Colo di Kecamatan Dawe. Luasan Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya adalah kurang lebih 2 Ha (Hektar).

  Rencana pengelolaan Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal Lainnya, melalui : pengelolaan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya secara mendasar bertujuan untuk menjaga kelestarian peninggalan sejarah secara benar dan konsisten sebagaimana alur perjalanan budaya yang terjadi di lokasi peninggalan. Proses pengelolaan dapat ditempuh melalui penelitian dan inventarisasi nilai-nilai yang terkandung, serta mengembangkan berbagai bentuk atraksi pelestarian sejarah. Untuk itu segala aktivitas yang tidak selaras dengan kelestarian budaya perlu ditiadakan.

3.2.1.4. Kawasan Cagar Budaya

  Kawasan cagar budaya di Kabupaten Kudus meliputi :  Kecamatan Dawe, yaitu : Kawasan Gunung Muria, Makam Kramat Masin Dewi Nawangsih, Makam Bagus Rinangku dan Makam Kali Yitno;  Kecamatan Jati, yaitu : Masjid Loram, Sumur Gentong dan Klenteng Hok Tik Bio, dan Klenteng Hok Lin Bio;  Kecamatan Jekulo, yaitu : Eks. Kawedanan Tenggeles, Makam Mbah Dudo Bulusan dan Situs Pati Ayam;  Kecamatan Gebog, yaitu : Situs Menawan dan Situs Rahtawu;  Kecamatan Kota, yaitu : Makam Sunan Kudus, Klenteng Hok Hin Bio dan Beberapa Bangunan Masa Kolonial Belanda;  Kecamatan Mejobo, yaitu : Masjid Jepang/Masjid Wali Luasan keseluruhan kawasan cagar budaya adalah kurang lebih 84 Ha (Hektar). Rencana pengelolan Kawasan Cagar Budaya, melalui :

  • - Mengelola Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (termasuk benda-benda peninggalan bersejarah dan budaya leluhur) melalui pengembangan zona-zona pelestarian kawasan cagar budaya. -

  Pemanfaatan ruang yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata (rekreasi budaya). - Melakukan pengelolaan yang memadukan kepentingan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dengan kegiatan wisata budaya. - Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsi kawasan, tidak mengubah kondisi fisik, nilai-nilai yang terkandung didalamnya, penggunaan lahan serta kelestarian budaya bangsa.

3.2.1.5. Kawasan Rawan Bencana Alam

  A. Kawasan Rawan Bencana Longsor

  Kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Kudus, berada di Desa Rahtawu, Desa Menawan Kecamatan Gebog, puncak Muria bagian selatan Desa Terban Kecamatan Jekulo dan Desa Ternadi, Desa Soco, Desa Colo, Desa Japan, Desa Cranggang, Desa Glagah Kulon, Desa Kuwukan Kecamatan Dawe.

  Rencana pengelolaan Kawasan rawan bencana longsor, melalui : - Penetapan sebagai kawasan lindung dan kawasan lindung sempadan sungai adalah suatu upaya yang tepat untuk pengelolaan kawasan rawan bencana tanah longsor. - Reboisasi dengan tanaman keras, pembuatan terasering serta pembatasan dan pengawasan ketat terhadap kegiatan budi daya sangat diperlukan untuk menangani lahan rawan bencana tanah longsor. Pengelolaan lahan sebagai objek wisata diupayakan sebagai wisata ekologi sehingga keberadan - kegiatan tersebut justru akan memiliki dampak positif terhadap kondisi lahan yang ada. - Perencanaan dan pembuatan sistem drainase yang tepat sehingga mengurangi masuknya air tanah pada tubuh batuan yang rawan longsor. Budi daya pertanian lahan basah berisiko tinggi untuk diterapkan pada lahan jenis ini. - Penyuluhan/pelatihan pada masyarakat sekitar mengenai pengelolaan lahan rawan bencana longsor serta percontohan konstruksi penahan/pencegah longsoran merupakan usaha yang diharapkan segera diterapkan.

  B. Kawasan Rawan Bencana Banjir

  Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Kudus, berada di Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo bagian selatan, Kecamatan Mejobo bagian selatan, Kecamatan Jati bagian selatan dan Kecamatan Kaliwungu bagian selatan.

  Rencana pengelolaan Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Kudus, melalui : - Perlu upaya penetapan batas dataran banjir serta pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau;

  • - Pelarangan pemanfaatan ruang sempadan sungai bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya; -

  Normalisasi sungai dengan cara mengurangi sedimentasi tanah serta membangun kualitas tanggul penahan aliran secara permanen;

  • - Perbaikan sistem drainase baik pada permukiman maupun non permukiman;

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 16

  • - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai atau saluran pembuangan (drainase) melalui program penyuluhan atau penguatan lembaga lokal pemerhati masalah sungai.

3.2.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

  Kawasan budi daya merupakan kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan untuk kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia.

3.2.2.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

  A. Peruntukan Hutan Produksi Terbatas

  Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat).

  B. Peruntukan Hutan Produksi Tetap

  Kawasan peruntukan hutan produksi tetap ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat).

  C. Peruntukan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi

  Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria:  Memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat); dan/atau  Merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

  Kawasan Peruntukan Hutan Produksi di Kabupaten Kudus meliputi kawasan peruntukan hutan produksi terbatas dan kawasan peruntukan hutan produksi tetap. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas dengan luasan keseluruhan kurang lebih 1.086Ha (hektar), berada di Kecamatan Dawe, meliputi Desa Ternadi, Desa Kajar, Desa Colo dan Desa Japan; Kecamatan Gebog, meliputi Desa Menawan dan Desa Rahtawu; dan Kecamatan Jekulo, meliputi Desa Gondoharum, Desa Terban, Desa Klaling dan Desa Tanjungrejo.

  Adapun kawasan peruntukan hutan produksi dengan luasan keseluruhan kurang lebih 1.113 Ha (hektar), berada di Kecamatan Jekulo, meliputi Desa Gondoharum, Desa Terban, Desa Klaling, Desa Tanjungrejo; dan Kecamatan Undaan meliputi Desa Wonosoco.

  Rencana pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten Kudus, melalui: Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan - tidak boleh mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi. - Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian hutan/lingkungan. - Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara selektif.

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 17

  3.2.2.2. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

  Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Kudus terdapat di Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo dan Kecamatan Undaan, dengan luasan kurang lebih 400 Ha (Hektar). Rencana pengelolaan Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Kudus, melalui : - Kawasan hutan yang ada dijaga luasan dan tingkat produksinya dengan pemberian insentif kepada pemiliknya oleh pemerintah berupa kemudahan pengadaan bibit, penjualan hasil produksinya, kemudahan perijnannya dan lain-lain. - Pengembangan fungsi budidaya yang mendukung kegiatan di kawasan Hutan Produksi seperti wisata agro, penelitian dan pengetahuan alam, pendidikan dan kuliner. - Pengembangan dan pengelolaan kawasan hutan rakyat menjadi hutan rakyat lestari dilakukan dengan pengelolaan seperti kawasan lindung dan sistem tebang pilih

  • - Pada kawasan hutan rakyat, kegiatan budidaya yang diperkenankan adalah kegiatan yang tidak mengolah permukaan tanah secara luas dan panennya atas dasar penebangan pohon secara terbatas/terpilih sehingga tidak terjadi erosi tanah.

  3.2.2.3. Kawasan Peruntukan Pertanian Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan A.

a. Peruntukan Pertanian Lahan Basah

  Kawasan peruntukan pertanian lahan basah, yaitu berupa rencana pengembangan lokasi kawasan peruntukan pertanian lahan basah yang dilakukan dengan penyiapan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan pengembangan pertanian lahan basah di Kabupaten Kudus terdapat di seluruh Kecamatan yang berada di Kabupaten Kudus. Luasan kawasan peruntukan petanian lahan basah adalah kurang lebih 20.579 Ha (Hektar) dengan perincian sebagai berikut : seluas 1.984 Ha

   Kecamatan Kaliwungu seluas 176 Ha  Kecamatan Kota seluas 986 Ha  Kecamatan Jati seluas 5.805 Ha  Kecamatan Undaan seluas 1.699 Ha  Kecamatan Mejobo seluas 4.307 Ha  Kecamatan Jekulo seluas 881 Ha  Kecamatan Bae seluas 2.052 Ha  Kecamatan Gebog seluas 2.689 Ha  Kecamatan Dawe Jumlah seluas 20.579 Ha

  Rencana pengelolaan kawasan peruntukan pertanian lahan basah: - Kawasan ini hanya diperuntukan bagi tanaman padi sesuai dengan penetapan bupati.

  Penggunaan jenis tanaman lainnya selain padi diperkenankan apabila air tidak mencukupi atau adanya pertimbangan pencapaian target produksi optimal seperti palawija. - Pembangunan gedung, perumahan dan pabrik atau bangunan fisik di kawasan ini tidak diperkenankan kecuali bangunan fisik pendukung prasarana irigasi. - Untuk perkampungan atau bangunan fisik yang ada tidak diperkenankan melebar atau meluas ke areal sawah yang saat ini dan dinyatakan sebagai kawasan peruntukan pertanian lahan

  Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

  III- 18 basah atau bukan sawah tetapi berpotensi untuk berkembang menjadi sawah. Perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke non pertanian wajib memperhatikan rencana produksi pangan secara nasional maupun regional serta ada Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan tanah. - Pembangunan yang bersifat non pertanian diusahakan agar tidak menggunakan areal pertanian yang subur, beririgasi teknis, setengah teknis dan sederhana, serta berfungsi utama melindungi sumber daya alam dan warisan budaya. - Pelaksanaan konservasi tanah atas dasar status irigasi, produktivitas, sifat penggunaan tanah (perkotaan atau perdesaan) dan letak serta luas tanah dilakukan secara bertahap. Kegiatan yang diizinkan adalah pengolahan lahan dan penelitian. Jenis bangunan yang diizinkan yaitu prasarana irigasi. - Penyediaan bibit unggul oleh petani secara mandiri perlu dikembangkan untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap bibit unggul produksi daerah lain atau pengusaha bibit.

  Sehingga sektor partanian di Kabupaten Kudus akan menjadi kuat yang pada akhirnya akan menghambat berkembangnya sektor industri yang tidak berbasis potensi lokal. - Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya. Kawasan peruntukan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan.

  b. Peruntukan Pertanian Lahan Kering