BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kepuasan Nasabah Atas Pelaksanaan Manajemen Pemasaran Syariah (Studi Pada PT. BNI Syariah, Jl. Kapten Maulana Lubis No. 12 Medan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kegiatan pemasaran selalu ada dalam setiap usaha, baik usaha yang
berorientasi profit maupun usaha-usaha sosial. Pentingnya pemasaran dilakukan
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat akan suatu produk
atau jasa. Pemasaran menjadi semakin penting dengan semakin meningkatnya
pengetahuan masyarakat. Proses pemasaran menjadi bagian penting dalam
menawarkan barang dagangan kepada calon pembeli. Pemasaran juga bisa
dilakukan dalam rangka menghadapi pesaing yang dari waktu ke waktu semakin
meningkat (Kasmir, 2008: 52). Apabila seorang pengusaha mempunyai
manajemen pemasaran yang bagus, maka usahanya akan cepat berkembang.
Keberhasilan usaha suatu perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya.
Pemasaran merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai jauh sebelum
barang-barang/bahan-bahan masuk dalam proses produksi (Sofjan Assauri, 2004:
3). Selain itu, pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam
strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi
stakeholders (pelanggan, karyawan, pemegang saham). Sebagai ilmu, marketing
merupakan ilmu pengetahuan yang objektif yang diperoleh dengan penggunaan
instrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktivitas bisnis dalam

membentuk,

mengembangkan,

mengarahkan

pertukaran

yang

saling

menguntungkan dalam jangka panjang antara produsen dan konsumen atau
pemakai.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai strategi bisnis, marketing merupakan tindakan penyesuaian suatu
organisasi yang berorientasi pasar dalam menghadapi kenyataan bisnis, baik
dalam lingkungan mikro maupun lingkungan makro yang terus berubah (Ali

Hasan, 2008: 1).
Berdasarkan perkembangan teori dan konsep, (Hermawan Kartajaya,
2010: 8) membagi pemikirannya ke dalam tiga milestone, yang menandakan tiga
gelombang dari evolusi pemasaran yang berkembang secara umum. Milestone
pertama

dari

konsep

pemasaran

yang

dikembangkan

lebih

banyak


menitikberatkan pada pendekatan Rational Marketing. Pada milestone kedua,
beliau melihat bahwa pendekatan ini tidak cukup lagi sehingga diperlukan
pendekatan yang disebut Emotional Marketing. Dalam milestone ketiga, beliau
beragumen bahwa pendekatan bisnis telah mengalami pergesaran dari rasional,
emosional, menuju spiritual.
Pertama kali, pemasaran berorientasi pada transaksi, yaitu bagaimana
dapat menjual. Pada fase kedua, pemasaran menjadi berorientasi pada hubungan
bagaimana caranya membuat konsumen tetap kembali dan membeli lebih banyak.
Pada fase ketiga, pemasaran akhirnya bergerak mengundang konsumen untuk
berpartisipasi di dalam pengembangan produk dan komunikasi konsumen
(Hermawan Kartajaya, 2010: 69).
Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan dunia usaha yang begitu
cepat telah memaksa produsen dan para penjual berpikir keras agar tetap eksis di
dunianya. Perubahan ini diakibatkan oleh berbagai sebab seperti pesatnya
pertumbuhan dan perkembangan teknologi, baik teknologi mesin dan alat-alat
berat, terlebih lagi teknologi telekomunikasi. Perkembangan teknologi mesin dari

Universitas Sumatera Utara

manual sampai ke serba-otomatis telah mengubah mutu produk, mulai dari

kemasan sampai kepada isinya yang semakin menarik dan kompetitif. Begitu pula
dengan perkembangan dan perubahan teknologi informasi dan telekomunikasi
yang berkembang dalam hitungan detik. Dunia yang begitu luas dan terkotakkotak dalam beberapa bagian dan menjadi menyatu seolah tanpa batas menembus
belahan dunia lainnya. Kejadian di dunia lain secepat itu dapat diketahui bagian
dunia lainnya yang juga dalam hitungan detik. Akibat perubahan teknologi yang
begitu cepat, berimbas juga kepada perubahan perilaku masyarakat. Imbas yang
paling nyata adalah masyarakat begitu cepat pandai dalam memilih produk yang
disukai dengan membandingkan antara produk yang sejenis, tentu saja dalam arti
yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.
Dampak lain bagi produsen adalah ketatnya persaingan antarprodusen
untuk memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Produsen berusaha dengan sekuat
tenaga untuk merebut konsumen pesaingnya. “Siapa cepat dia dapat” atau
“konsumen harus dikejar dan direbut bukan ditunggu”, demikian istilah berbagai
produsen yang ikut meramaikan dunia persaingan. Dalam memasarkan
produknya, seorang pemasar harus pandai membaca situasi pasar sekarang dan di
masa yang akan datang, artinya pemasar harus cepat tanggap apa yang diinginkan
dan dibutuhkan konsumen, kemudian kapan dan di mana dibutuhkannya.
Dalam hal ini produsen harus mampu menciptakan produk yang sesuai
dengan


keinginan

dan

kebutuhan

konsumen

secara

tepat

waktu,

mengomunikasikan keberadaan dan keunggulan produk dengan kondisi produk
yang sebenarnya dan produsen juga harus pandai menarik minat dan merayu
konsumen untuk terus membeli dan mengonsumsi produk yang ditawarkan

Universitas Sumatera Utara


melalui berbagai strategi. Oleh karena itu, kemajuan teknologi ini dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk merebut hati konsumen agar membeli dan mengonsumsi
produknya, hanya melalui pemahaman pemasaran secara utuh dengan
menjalankan strategi pemasaran yang tepat.
Bank menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah suatu badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Secara umum pengertian pemasaran
bank (Kasmir, 2008: 54) adalah suatu proses untuk menciptakan dan
mempertukarkan produk atau jasa bank yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara memberikan kepuasan.
Bank sebagai lembaga keuangan yang menghasilkan jasa keuangan juga
membutuhkan strategi pemasaran untuk memasarkan produknya. Dampak dari
perubahan teknologi juga berdampak positif terhadap perkembangan dunia
perbankan. Produk yang ditawarkan kepada nasabahnya menjadi lebih cepat dan
efisien. Sebagai contoh dalam hal penagihan (inkaso), waktu yang dibutuhkan
menjadi lebih cepat. Di sisi lain untuk melakukan penarikan uang saat ini tidak
perlu dilakukan ke bank, tetapi cukup dapat ditarik di mesin Anjungan Tunai
Mandiri (ATM).
Dampak negatifnya bagi bank adalah tingginya biaya untuk membeli

teknologi tersebut. Belum lagi masalah keamanan dan perawatan menjadi prioritas
utama. Kemudian bank juga harus pandai membaca keinginan dan kebutuhan
nasabahnya melalui berbagai cara seperti melalui riset pemasaran (Kasmir, 2008:
1-3). Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki tugas memberikan jasa keuangan

Universitas Sumatera Utara

melalui penitipan uang (simpanan), peminjaman uang (kredit), serta jasa-jasa
keuangan lainnya. Oleh karena itu, bank harus dapat menjaga kepercayaan dari
nasabahnya. Kepercayaan sangat penting, karena tanpa kepercayaan masyarakat,
mustahil bank dapat hidup dan berkembang (Kasmir, 2008: 179).
Sektor perbankan memegang peranan penting dalam usaha pengembangan
di sektor ekonomi, dan juga berperan dalam meningkatkan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Sebagai lembaga intermediasi,
pihak

perbankan

membutuhkan


kepercayaan

dari

masyarakat

terutama

nasabahnya sehingga kelangsungan sektor perbankan sebagai urat nadi
perekonomian dapat terus berjalan. Untuk memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, maka sektor perbankan harus dikelola secara profesional mulai dari
segi pelayanannya, strategi pemasaran yang baik, segi keuangan yang harus
dikelola dengan prinsip kehati-hatian, serta perbankan juga harus inovatif dalam
menciptakan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap
bank untuk memperhatikan kebutuhan dan keinginan nasabahnya serta berusaha
memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih unggul serta lebih
memuaskan dari pada yang dilakukan oleh pihak bank dan pesaing lainnya.
Sehingga perhatian bank tidak hanya terbatas pada produk barang atau jasa yang

dihasilkan saja, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia, serta
lingkungannya (www.gunadarma.ac.id Diakses Tanggal 20 November 2013 pukul
08.25).

Universitas Sumatera Utara

Di masa kini dan di masa datang, apalagi setelah pecahnya skandal
keuangan yang merebak di Amerika pada tahun 2000-an yang ditandai dengan
tumbangnya perusahaan-perusahaan raksasa seperti Enron, Worldcom, atau
Global Crossing (Hermawan Kartajaya, 2010: 63), kemudian krisis ekonomi yang
melanda Indonesia dan Asia pada khususnya serta resesi dan ketidakseimbangan
ekonomi global pada umumnya, adalah suatu bukti bahwa ada sesuatu yang “tidak
beres” dalam sistem yang dianut saat ini. Adanya kenyataan bahwa 63 bank sudah
ditutup, 14 bank telah di-take-over, dan 9 bank lagi harus direkapitalisasi dengan
biaya ratusan triliun rupiah (M. Syafi’i Antonio, 2001: viii).
Era pemasaran telah bergeser ke arah spiritual marketing. Di level spiritual
ini, pemasaran sudah disikapi sebagai “bisikan nurani” dan “panggilan jiwa”
(“calling”). Di sini praktik pemasaran dikembalikan kepada fungsinya yang
hakiki dan dijalankan dengan moralitas yang kental. Prinsip-prinsip kejujuran,
empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama menjadi dominan. Jika di level

intelektual bahasa yang digunakan adalah “bahasa logika” dan di level emosional
adalah “bahasa rasa”, maka di level spiritual digunakan “bahasa hati”. Karena hati
nurani adalah lentera penerang yang akan menunjukkan ke mana arah yang akan
dituju. Nurani adalah “senjata pamungkas” untuk memenangkan persaingan.
Kasus runtuhnya sejumlah perusahaan di atas menunjukkan bahwa
sehebat apapun strategi bisnis, secanggih apa pun tools pemasaran yang
dijalankan, semuanya tak akan ada gunanya kalau tidak dilandasi nilai-nilai
spiritual yang kokoh. Kasus manipulasi akuntansi terbesar dalam kegiatan sejarah
bisnis Amerika Serikat tersebut menunjukan betapa semakin tingginya
kompleksitas bisnis, semakin canggihnya tools manajemen, dan semakin majunya

Universitas Sumatera Utara

perangkat regulasi ternyata tidak menjadikan praktik bisnis menjadi semakin
dewasa dan beradab. Justru sebaliknya, semakin kebablasan tanpa etika, tanpa
nilai-nilai moral, dan tanpa pegangan (Hermawan Kartajaya, 2010: 64).
Cepat atau lambat perusahaan harus memperbaiki kemampuannya untuk
mempertahankan dan mengembangkan perusahaannya. Kiblat perusahaan adalah
para langganan dan semua fungsi bekerjasama untuk melayani dan memuaskan
konsumen. Akhirnya, banyak ahli pemasaran mengatakan bahwa pemasaran perlu

diutamakan dalam perusahaan jika kebutuhan pelanggan dipuaskan secara efisien.
Dalam hal ini maka manajemen pemasaran itu sangat memegang peranan penting
agar perusahaan tetap berjalan bahkan maju dalam bisnisnya. Pemasaran yang
berhasil sudah tentu memiliki konsep yang baik pula, tidak ada unsur penipuan
maupun ketidakjujuran, biasanya pemasaran seperti ini menggunakan konsep
religius atau memasukkan unsur-unsur keagamaan, sehingga ada kehati-hatian
dalam memasarkannya.
Pasar syariah adalah pasar yang emosional (emotional market) sedangkan
pasar konvensional adalah pasar yang rasional (rational market). Maksudnya
orang tertarik untuk berbisnis pada pasar syariah karena alasan-alasan keagamaan
yang lebih bersifat emosional, bukan karena ingin mendapatkan keuntungan
finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya, pada pasar konvensional atau nonsyariah, orang ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa
terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya dan cara mendapatkan hasil tersebut
mungkin menyimpang atau malah bertentangan dengan prinsip syariah. Seorang
pakar ekonomi syariah Didin Hafidhudin mengatakan bahwa orang-orang yang
ada di pasar syariah justru sebenarnya sangat rasional dalam menentukan pilihan.

Universitas Sumatera Utara

Beliau juga mengatakan, orang yang berada dalam kategori pasar emosional
biasanya lebih kritis, lebih teliti dan sangat cermat dalam membandingkan dengan
bank atau asuransi konvensional yang selama ini digunakannya sebelum
menentukan pilihannya ke pasar syariah.
Selain itu, menurut Budi Wisakseno (Republika. Jumat, 25 Februari 2005)
yang merupakan mantan Direksi Bank Muamalat Indonesia mengatakan bahwa
pemahaman dikotomi antara nasabah rasional dan nasabah emosional adalah
keliru. Cara berfikir seperti itu, katanya, dilandasi oleh teori pemasaran
konvensional yang berpaham sekuler; segala hal yang berlandaskan cara berfikir
keagamaan serta-merta akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak rasional. Ketika
seorang nasabah rasional mendapatkan informasi bahwa suku bunga perbankan
(konvensional) sedang tinggi, ia menarik dananya di bank syariah dan
memindahkannya ke bank konvensional.
Teori pemasaran konvensional mengatakan ini adalah sikap yang rasional
karena dia mencoba menghindar dari situasi yang kurang menguntungkan.
Namun, sebenarnya ini juga bisa dikatakan cara berfikir emosional, karena hanya
mempertimbangkan keuntungan dunia, tetapi mengabaikan keuntungan akhirat.
Sebaliknya, seorang nasabah yang menurut sebagian pihak-emosional karena
mengedepankan nilai-nilai ajaran agamanya dalam setiap pengambilan keputusan
investasi, sebenarnya mempunyai dua perspektif waktu. Pertama, perspektif waktu
sekarang, yaitu ketika ia masih hidup di dunia. Kedua, perspektif waktu setelah
mati, yaitu periode sejak nasabah meninggal atau kehidupan alam kubur sampai
dengan waktu saat manusia akan dihitung amal baik dan buruknya selama hidup
di dunia (dihisab).

Universitas Sumatera Utara

Adanya perspektif waktu setelah mati pada nasabah Muslim ini dapat
menjelaskan mengapa seorang nasabah bank syariah bahkan bisa menerima
keuntungan yang nilainya lebih kecil sepanjang hal itu halal. Memang, praktik
bisnis dan pemasaran sebenarnya bergeser dan mengalami transformasi dari level
intelektual (rasional), ke emosional, dan akhirnya ke spiritual. Pada akhirnya,
konsumen akan mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilainilai spiritual yang diyakininya.
Di level intelektual (rasional), pemasar menyikapi pemasaran secara
fungsional-teknikal dengan menggunakan sejumlah tools pemasaran, seperti
segmentasi, targeting, positioning, marketing-mix, branding, dan sebagainya.
Kemudian, di level emosional, kemampuan pemasar dalam memahami emosi dan
perasaan pelanggan menjadi penting. Di sini pelanggan dilihat sebagai manusia
seutuhnya, lengkap dengan emosi dan perasaannya. Beberapa konsep pemasaran
yang ada pada level emosional ini antara lain experiental marketing dan emotional
branding.
Konsep pemasaran syariah ini sendiri berkembang seiring berkembangnya
ekonomi syariah. Beberapa perusahaan dan bank khususnya yang berbasis syariah
telah menerapkan konsep ini dan telah mendapatkan hasil yang positif. Ke
depannya diprediksikan marketing syariah ini akan terus berkembang dan
dipercaya masyarakat karena nilai-nilainya yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan masyarakat, yaitu kejujuran.
Faktor spiritual merupakan kunci terakhir yang harus dimiliki seorang
pemimpin dalam suatu perusahaan. Kita perlukan kepemimpinan spiritual dalam
mengelola suatu bisnis, terlepas dari mana sumber spiritual tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Suatu bisnis, sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan dengan
agama, jika tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada semua pihak, berarti
belum melaksanakan spiritual marketing. Sebaliknya jika dalam berbisnis kita
sudah mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan kejujuran dan keadilan,
sesungguhnya kita telah menjalankan spiritual marketing, apapun bidang yang
kita geluti selama tidak bertentangan dangan prinsip syariah (Steven R. Covey,
1997).
Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak sematamata menghitung untung atau rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal yang
bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang mendorongnya, karena didalamnya
terkandung nilai-nilai spiritual. Ini akan menjadi bibit dan modal dasar baginya
untuk tumbuh menjadi bisnis yang besar, yang memiliki spiritual brand, yang
memiliki kharisma, keunggulan, dan keunikan yang tak tertandingi.
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas maka peneliti tertarik
untuk mengetahui bagaimanakah Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah Atas
Pelaksanaan Manajemen Pemasaran Syariah Pada PT. BNI Syariah, Jl. Kapten
Maulana Lubis No. 12 Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar tingkat kepuasan nasabah
atas pelaksanaan manajemen pemasaran syariah pada PT. BNI Syariah, Jl. Kapten
Maulana Lubis No. 12 Medan.”

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan manajemen pemasaran syariah pada PT. BNI Syariah, Jl. Kapten
Maulana Lubis No. 12 Medan dan juga untuk mengetahui tingkat kepuasan
nasabah atas pelaksanaan manajemen pemasaran syariah pada bank tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi
studi Administrasi Negara khususnya dalam menganalisis tingkat
kepuasan nasabah atas pelaksanaan manajemen pemasaran syariah
(syariah marketing).
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan pendalaman bagi peneliti untuk lebih memahami
tentang analisis tingkat kepuasan nasabah atas pelaksanaan manajemen
pemasaran syariah (syariah marketing).
b. Dapat menjadi masukan bagi lembaga terkait dan juga bagi lembagalembaga lain yang berkepentingan dalam hal analisis tingkat kepuasan
nasabah atas pelaksanaan

manajemen pemasaran syariah (syariah

marketing).
3. Manfaat akademis
Sebagai tahap dalam pengembangan kemampuan berpikir ilmiah sebagai
syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu departemen Ilmu
Administrasi Negara.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori/teoretical framework (Adi Rianto, 2004: 29) adalah
kerangka berpikir kita yang bersifat teoritis atau konsepsional mengenai masalah
yang kita teliti. Teori merupakan proposisi atau asumsi yang telah dibuktikan
kebenarannya.
Dalam suatu studi penelitian perlu adanya kejelasan titik tolak atau
landasan berpikir untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu
disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan dari mana
sudut masalah tersebut disorot (Hadari Nawawi, 1992: 149).
Berdasarkan rumusan di atas, penulis akan mengemukakan beberapa teori,
pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berpikir dalam
penelitian ini.
1.5.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
Pemasaran yaitu suatu proses sosial yang di dalamnya berupa individu dan
kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan (need) dan inginkan
(want) dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk dengan pihak lain (Nasution Arman Hakim, Sudarso Indung, Trisurno
Lantip, 2006: 1). Sedangkan beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya
adalah :
1. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran.
2. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu
proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok

Universitas Sumatera Utara

memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan
dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
3. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan
barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar
sasaran serta tujuan perusahaan.
4. Menurut W. Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan
usaha

yang

ditujukan

untuk

merencanakan,

menentukan

harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan

untuk

mempertahankan

kelangsungan

perusahaannya,

untuk

berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh
sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan.
Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada
konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai
pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan atau dapat di simpulkan bahwa
pemasaran adalah adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang

Universitas Sumatera Utara

menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangakan manajemen adalah proses perencanaan (Planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (Actuating) dan pengawasan. Jadi dapat diartikan
bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, penerapan,
dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan
maksud untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi.
1.5.1.1 Fungsi Pemasaran
Fungsi-Fungsi Pemasaran
1. Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik
dengan menukar uang dengan produk maupun pertukaran produk dengan
produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.
2. Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta
menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan
konsumen dengan banyak cara baik melalui air, darat, udara, dsb.
Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan produk agar tidak
kekurangan saat dibutuhkan.
3. Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen
dapat dilakukan melalui perantara pemasaran yang menghubungkan
aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara

Universitas Sumatera Utara

antara lain seperti pengurangan resiko, pembiayaan, pencarian informasi
serta standarisasi/penggolongan produk.
1.5.1.2 Konsep Pemasaran dan Macam-Macam Konsep Pemasaran
Konsep-konsep

inti

pemasaran

meliputi:

kebutuhan,

keinginan,

permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan: pertukaran, transaksi dan
hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat membedakan antara kebutuhan,
keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya
ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan
pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam.
Sedangkan permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang
didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta
memberikan kepuasan yang diharapkan secara efektif dan efisien dibandingkan
para pesaing. Konsep pemasaran yang telah diungkapkan dengan berbagai cara:
(1) Temukan keinginan pasar dan penuhilah; (2) Buatlah apa yang dapat dijual
dan jangan berusaha menjual apa yang dapat dibuat; (3) Cintailah pelanggan,
bukan produk anda; (4) Lakukan menurut cara anda; (5) Andalah yang
menentukan; (6) Melakukan segalanya dalam batas kemampuan untuk
menghargai uang pelanggan yang sarat dengan nilai, mutu dan kepuasan.
Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar
pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu: konsep produksi, konsep
penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan konsep pemasaran
global.

Universitas Sumatera Utara

1. Konsep produksi
Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk
yang tersedia di mana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi
pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai
efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas. Disini tugas manajemen
adalah memproduksi barang sebanyak mungkin, karena konsumen
dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas dengan daya
beli mereka.
2. Konsep produk
Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang
menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang terbaik. Tugas
manajemen disini adalah membuat produk berkualitas, karena konsumen
dianggap menyukai produk berkualitas tinggi dalam penampilan dengan
ciri-ciri terbaik.
3. Konsep penjualan
Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, jangan dibiarkan begitu
saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang
agresif.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan
efisien dibandingkan para pesaing.
5. Konsep pemasaran sosial

Universitas Sumatera Utara

Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah
menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta
memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan
efisien daripada para pesaing dengan melestarikan atau meningkatkan
kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
6. Konsep pemasaran global
Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya memahami
semua faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran melalui
manajemen strategis yang mantap. Tujuan

adalah berupaya untuk

memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
1.5.1.3 Sistem Pemasaran dan Lingkungan Sebuah Sistem Pemasaran
Sistem adalah sekelompok item atau bagian-bagian yang saling
berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan
terpadu. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembagalembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktorfaktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta
mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Dalam pemasaran
kelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaitan itu mencakup: (1)
Gabungan organisasi yang melaksanakan kerja pemasaran; (2) Produk, jasa,
gagasan yang dipasarkan; (3) Target pasar; (4) Perantara (pengecer, grosir, agen
transportasi, lembaga keuangan; (5) Kendala lingkungan (environmental
constraints).

Universitas Sumatera Utara

Sistem pemasaran yang paling sederhana terdiri dari dua unsur yang saling
berkaitan, yaitu organisasi pemasaran dan target pasarnya. Unsur-unsur dalam
sebuah sistem pemasaran serupa dengan unsur-unsur yang ada pada sistem radio
stereo. Bekerja secara terpisah, tetapi pada waktu dipertemukan secara tepat.
Macam-macam sistem pemasaran:
1. Sistem pemasaran dengan saluran vertikal
Pada sistem ini produsen, grosir, dan pengecer bertindak dalam satu
keterpaduan.

Tujuan:

mengendalikan

perilaku

saluran,

mencegah

perselisihan antara anggota saluran.
2. Sistem pemasaran dengan saluran horizontal
Pada sistem ini, ada suatu kerjasama antara dua atau lebih perusahaan
yang bergabung untuk memanfaatkan peluang pemasaran yang muncul.
3. Sistem pemasaran ganda
Pada sistem ini beberapa gaya pengecer dengan pengaturan fungsi
distribusi dan manajemen digabungkan, kemudian dari belakang dipimpin
secara sentral.
Lingkungan sebuah sistem pemasaran: (1) lingkungan makro ekstern
meliputi: demografi (kependudukan), kondisi ekonomi, teknologi, kekuatan sosial
dan budaya, kekuatan politik dan legal, persaingan; (2) lingkungan mikro
eksternal: pasar, pemasok, pialang (marketing intermediaries); (3) lingkungan
non-pemasaran intern: kekuatan non-pemasaran lainnya adalah lokasi perusahaan,
ketangguhan bagian penelitian dan pengembangan. Kekuatan intern bersifat
menyatu (interest) dalam organisasi dan dikendalikan oleh manajemen.

Universitas Sumatera Utara

1.5.1.4 Strategi Pemasaran dan Segmentasi Pasar
Strategi pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang
biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan
keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Dalam strategi
pemasaran, ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan
strategi dalam pemasaran yaitu: (1) Daur hidup produk: strategi harus disesuaikan
dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap
kedewasaan dan tahap kemunduran; (2) Posisi persaingan perusahaan di pasar:
strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam persaingan,
apakah memimpin, menantang, mengikuti atau hanya mengambil sebagian kecil
dari pasar; (3) Situasi ekonomi: strategi pemasaran harus disesuaikan dengan
situasi ekonomi dan pandangan ke depan, apakah ekonomi berada dalam situasi
makmur atau inflasi tinggi.
Macam-macam strategi pemasaran diantaranya: (1) Strategi kebutuhan
primer: strategi-strategi pemasaran untuk merancang kebutuhan primer yaitu
menambah jumlah pemakai dan meningkatkan jumlah pembeli; (2) Strategi
kebutuhan selektif: yaitu dengan cara a) mempertahankan pelanggan misalnya
memelihara

kepuasan

pelanggan,

menyederhanakan

proses

pembelian,

memgurangi daya tarik atau jelang untuk beralih merk; b) menjaring
pelanggan/Acquistion Strategier misalnya mengambil posisi berhadapan/head-to
head positioning, mengambil posisi berbeda/differentiated positioning.
Secara lebih jelas, strategi pemasaran dapat dibagi ke dalam empat jenis
yaitu: (1) merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlah pemakai; (2)
merangsang kebutuhan primer dengan memperbesar tingkat pembelian; (3)

Universitas Sumatera Utara

merangsang kebutuhan selektif dengan mempertahankan pelanggan yang ada; (4)
merangsang kebutuhan selektif dengan menjaring pelanggan yang ada.
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi
kelompok-kelompok

pembeli

yang

berbeda

yang

memiliki

kebutuhan,

karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk
atau bauran pemasaran yang berbeda. Atau segmentasi pasar biasa diartikan
segmentasi pasar adalah proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli
di pasar produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar. Dalam
penetapan segmentasi pasar ada beberapa hal yang menjadi dasarnya yaitu:
1) Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar konsumen:
a. Variabel geografi, diantaranya: wilayah, ukuran daerah, ukuran kota,
dan kepadatan iklim;
b. Variabel demografi, diantaranya: umur, keluarga, siklus hidup,
pendapatan, pendidikan, dll;
c. Variabel psikologis, diantaranya: kelas sosial, gaya hidup, dan
kepribadian;
d. Variabel perilaku pembeli, diantaranya: manfaat yang dicari, status
pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan dan sikap pada produk.
2) Dasar-dasar segmentasi pada pasar industri
a. Tahap 1: menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai akhir,
lokasi geografis, dan banyaknya langganan;
b. Tahap 2: yaitu sikap terhadap penjual, ciri-ciri kepribadian, kualitas
produk dan pelanggan.

Universitas Sumatera Utara

Syarat segmentasi pasar yaitu: (1) dapat diukur; (2) dapat dicapai; (3)
cukup besar atau cukup menguntungkan; (4) dapat dibedakan; (5) dapat
dilaksanakan. Tingkat segmentasi pasar yaitu: (1) pemasaran massal: pemasaran
massal berfokus pada produksi massal, distribusi massal dan promosi massal
untuk produk yang sama dalam cara yang hampir sama keseluruhan konsumen;
(2) pemasaran segmen: pemasaran segmen menyadari bahwa pembeli berbeda
dalam kebutuhan, persepsi dan perilaku pembelian; (3) pemasaran ceruk:
pemasaran ceruk/marketing niche berfokus pada sub group di dalam segmensegmen. Suatu ceruk adalah suatu group yang didefenisikan dengan lebih sempit;
(4) pemasaran mikro: praktek penyesuaian produk dan program pemasaran agar
cocok dengan cita rasa individu atau lokasi tertentu. Termasuk dalam pemasaran
mikro adalah pemasaran lokal dan pemasaran individu.
Manfaat dari segmentasi pasar adalah: (1) penjual atau produsen berada
dalam posisi yang lebih baik untuk memilih kesempatan-kesempatan pemasaran;
(2) penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuannya terhadap respon
pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan anggarannya
secara lebih tepat pada berbagai segmen; (3) penjual atau produsen dapat
mengatur produk lebih baik dan daya tarik pemasarannya.
Selanjutnya langkah-langkah dalam menentukan pasar sasaran, yaitu: (1)
langkah pertama dengan menghitung dan menilai potensi keuntungan dari
berbagai segmen yang ada; (2) langkah kedua dengan mencatat hasil penjualan
tahun lalu dan memperkirakan untuk tahun yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Pemasaran Syariah (Syariah Marketing)
Menurut Hermawan Kartajaya, nilai inti dari marketing syariah adalah
Integritas dan transparansi, sehingga marketer tidak boleh bohong dan orang
membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena
diskonnya. Syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu
inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai
dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam. Ini artinya
bahwa dalam syariah marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan, proses
penawaran, maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang
bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami. Sepanjang
hal tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah islami
tidak terjadi dalam suatu transaksi apapun dalam pemasaran dapat dibolehkan.
1.5.2.1 Konsep Pemasaran Syariah
Syariah Marketing merupakan solusi terhadap kebutuhan pasar yang
memimpikan penerapan bisnis yang sesuai dengan nilai dan kaidah agama,
diantaranya : (1) Jujur atau benar; (2) Amanah atau dapat dipercaya; (3) Fathanah
atau cerdas dan bijaksana; (4) Tabligh atau argumentative dan komunikatif.
Sejalan dengan nilai dan kaidah agama dalam berbisnis di atas, ada 3
konsep dasar dalam syariah marketing ini yakni :
1. Strategi untuk mind-share, yang berarti cara berfikir secara kreatif,
inovatif dan bijaksana dalam mencari ide untuk memasarkan suatu produk
atau jasa.

Universitas Sumatera Utara

2. Tactic untuk market share, yakni bagaimana usaha kita dalam
mempengaruhi sasaran pasar melalui tulisan, gambar atau ucapan yang
baik dan santun.
3. Value untuk heart, pemasaran yang dilandaskan pada nilai-nilai agama dan
dilaksanakan dengan sepenuh hati dalam segala transaksi hingga mampu
memuaskan konsumen dan stakeholder.
1.5.2.2 Karakteristik Pemasaran Syariah
Terdapat karakteristik dalam pemasaran syariah ini, antara lain:
1. Mencintai konsumen
Konsumen adalah seorang raja yang harus dihormati. Berdasarkan konsep
syariah, seorang marketer harus mencintai konsumen sebagaimana
layaknya mencintai diri sendiri. Layani calon konsumen dan pelanggan
dengan sepenuh hati.
2. Jadikan Jujur dan Transparan sebuah brand
Saat memasarkan sebuah barang, ungkapkanlah kelemahan serta
keuntungan dari produk tersebut. Dalam marketing konvensional hanya
mengungkapkan sisi kelebihan produk sedangkan kelemahan produk tidak
ditampilkan. Pemasaran jenis ini akan membahayakan konsumen sebagai
pemakai yang pada akhirnya akan berdampak pada citra buruk bagi
perusahaan. Jadi orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan, bukan karena diskonnya.
3. Segmentasi pasar

Universitas Sumatera Utara

Berikan good value untuk barang yang dijual. Barang bagus dijual dengan
harga bagus (tinggi) dan barang dengan kualitas lebih rendah dijual
dengan harga yang lebih rendah.
4. Penuhi janji
Nilai sebuah produk harus disesuaikan dengan apa yang dijanjikan. Hal ini
akan menjamin kepuasan pelanggan.
5. Menjaga keseimbangan alam
Orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak
lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang
miskin dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja.
Menurut Hermawan Kartajaya bahwa syariah marketing sangat baik
diterapkan dalam peta bisnis di Indonesia dan dia akan bertahan, karena
prinsip dasarnya adalah kejujuran. Ini yang dibutuhkan oleh semua orang.
1.5.2.3 Prinsip-Prinsip Pemasaran Syariah
Prinsip Pemasaran Perspektif Syariah
-

Sustainable Marketing Enterprise (SME)
Suatu model pemasaran dimana perusahaan mampu bertahan dan
sukses tidak hanya pada saat ini tetapi juga di masa mendatang. Bahwa
perusahaan mengalami fase sebagaimana fase kehidupan manusia, yang
harus mempertahankan diri pada saat terjadi krisis dan perubahan situasi
dan kondisi. Jika perusahaan ingin tetap hidup, pemimpin perusahaan
harus melakukan tindakan creative destruction sebelum krisis menghadang
(David K. Hurst, 1955), sehingga perusahaan mulai kembali siklus
hidupnya. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang dapat

Universitas Sumatera Utara

mempertahankan keadaannya secara kontinyu agar dapat bertahan hidup
dalam pasar yang terus berubah.
-

Lanskap Bisnis Syariah Marketing
a. Information Technology Allows Us to be Trasparent (Change)
Perubahan adalah sesuatu hal yang pasti akan terjadi. Kekuatan
perubahan terdiri dari lima unsur

yaitu perubahan teknologi,

perubahan ekonomi, perubahan politik, perubahan social-cultural dan
perubahan pasar. Perubahan yang paling utama adalah perubahan
teknologi, karena teknologi akan memberi efek yang lebih luas
terhadap segala aspek yang nantinya akan juga mengalami perubahan.
Perkembangan teknologi memberi pengaruh yang besar terhadap
perusahaan syariah. Selain sebagai penunjang operasional dan standar
layanan,

teknologi

juga

menunjukkan

kesungguhan

dalam

melaksanakan prinsip syariah marketing. Kemudahan bagi konsumen
untuk mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi.
b. Be Respectul to Your Competitors (Competitor)
Globalisasi dan perubahan teknologi menciptakan persaingan
usaha yang ketat. Pasar semakin kompleks, terbuka dan modern.
Dalam menghadapi persaingan dibutuhkan motivasi dan keterbukaan
diri dengan berupaya menciptakan win-win solution antara perusahaan
dan pesaingnya. Sebagai perusahaan syariah komitmen kejujuran,
sikap adil, maslahah senantiasa menjadi standar dalam bersaing secara
sehat meskipun pelaku pasar sering terjadi perilaku yang kurang
bermoral.

Universitas Sumatera Utara

c. The Emergence of Customers Global Paradox (Customer)
Pengaruh inovasi teknologi mendasari terjadinya perubahan
sosial budaya. Lahirnya revolusi dalam bidang teknologi informasi
dan telekomunikasi mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat,
contoh bahwa kehadiran internet telah membawa perubahan pada
segala sektor kehidupan manusia. Setiap produk dan service
sebenarnya ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang membeli
produk atau jasa seharusnya harus diberikan perhatian secara
maksimal. Bagi perusahaan syariah globalisasi membawa banyak
manfaat dan peluang menjadi sarana untuk lebih baik. Pengaruh
informasi dan teknologi ibarat pisau bermata dua tergantung cara dan
sikap kita dalam mengambil manfaat.
1.5.2.4 Strategi Pemasaran Syariah
Syariah Marketing Strategy
1. View Market Universally (Segmentation)
Segmentasi adalah seni mengidentifikasikan serta memanfaatkan
peluang-peluang yang muncul di pasar. Dalam melihat pasar, perusahaan
harus kreatif dan inovatif menyikapi perkembangan yang terjadi, karena
segmentasi langkah awal yang menentukan keseluruhan aktivitas
perusahaan
2. Target Customer’s Heart and Soul (Targeting)
Targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan
secara efektif, karena sumber daya yang dimiliki terbatas. Dengan
menentukan target yang akan dibidik usaha kita akan lebih terarah. Oleh

Universitas Sumatera Utara

karena itu perusahaan harus membidik pasar yang akan dimasuki sesuai
daya saing yang dimiliki (competitive advantage). Menurut (Warren. J
Keegan, Mark C. Green, 1988), Kriteria target market adalah market zise
dengan potential competition, dan compatibility dengan feasibility.
Tentunya untuk bersaing perusahaan harus memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif sesuai resources yang dimiliki.
Ada tiga hal yang dibutuhkan dalam segmentasi pasar. Pertama
bahwa segmen pasar yang dipilih cukup besar dan menguntungkan
(market zise). Kedua strategi targeting harus didasarkan pada keunggulan
daya saing perusahaan (competitive advantage). Ketiga situasi persaingan
(competitive situation). Oleh karena itu, perusahaan syariah harus mampu
membidik hati dan jiwa konsumennya. Baik yang jangka lama (long-term)
maupun yang bersifat singkat (short-term)
3. Build A Belief System (Positioning)
Yaitu strategi untuk merebut posisi dibenak konsumen, sehingga
strategi ini terkait bagaimana membangun kepercayaan, keyakinan, dan
kompetensi bagi pelanggan. Positioning ini menetapkan bagaimana
identitas produk atau perusahaan tertanam di benak konsumen yang
mempunyai kesesuaian dengan kompetensi yang dimiliki perusahaan
untuk mendapatkan kepercayaan, kredibilitas dan pengakuan dari
konsumen. Positioning harus sustainable terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di pasar yang harus terus dikomunikasikan secara konsisten
dan tidak berubah-ubah. Perusahaan syariah harus membangun positioning
yang kuat dan positif sangatlah penting, citra syariah harus bisa

Universitas Sumatera Utara

dipertahankan dengan menawarkan value-value yang sesuai prinsip
syariah.
4. Differ Youself With A Good Pacpage of Content and Context
(Differentiation)
Diferensiasi adalah tindakan merancang seperangkat perbedaan
yang bermakna dalam tawaran perusahaan. Diferensiasi ini bisa berupa
content (what of offer) dan context (how to offer) dan infrastructure
(capability to offer). Content adalah dimensi diferensiasi yang merujuk
pada value yang ditawarkan kepada pelanggan anda. Context merupakan
dimensi yang merujuk pada cara anda menawarkan produk. Sedangkan
infrastructure merujuk pada teknologi, SDM (people) dan fasilitas
(facility) yang digunakan untuk menciptakan diferensiasi content dan
context.
5. Be Honest With Your 4 P (Marketing Mix)
Marketing mix dikenal dengan 4P dengan elemen-elemennya
adalah Product (produk), Price (harga), Place (tempat/distribusi), dan
Promotion (promosi). Product dan price adalah komponen dari tawaran
(offers), sedangkan place dan promotion adalah komponen dari akses
(access). Marketing mix dimaksudkan bagaimana mengintegrasikan
tawaran dari perusahaan (company of offers) dengan akses yang tersedia
(company access).
Proses pengintegrasian ini menjadi kunci suksesnya usaha
pemasaran dari perusahaan. Model ini disebut juga dengan creation tactic
karena marketing mix haruslah berdasarkan penciptaan diferensiasi dari

Universitas Sumatera Utara

sisi content, context, dan infrastructure. Bagi perusahaan syariah, untuk
komponen tawaran (offer), produk dan harga haruslah didasari dengan
nilai kejujuran dan keadilan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Kualitas produk yang diberikan harus sesuai dengan yang
ditawarkan. Jadi dilarang perusahaan menyembunyikan kecacatan dari
produk yang ditawarkan. Sedangkan dalam menentukan harga, perusahaan
haruslah mengutamakan nilai keadilan. Jika kualitas produknya bagus
harganya bisa tinggi, sebaliknya jika produknya tidak berkualitas harus
disesuaikan dengan kualitas tersebut. Komponen akses berupa promosi
bagi perusahaan syariah haruslah menggambarkan secara riil apa yang
ditawarkan dari produk-produk atau servis perusahaan tersebut.
Promosi tidak boleh terlalu menampilkan imajinasi yang terlalu
tinggi bagi konsumennya karena ini termasuk penipuan dan kebohongan.
Dalam menentukan places atau saluran distribusi, perusahaan harus
mengutamakan tempat-tempat yang sesuai dengan target market sehingga
dapat efektif dan efisien. Proses integrasi terhadap offer dan access harus
didasari oleh prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran.
6. Practice A Relationship-based Selling (Selling)
Selling adalah penyerahan barang atau jasa dari penjual kepada
pembeli dengan harga yang disepakati atas dasar suka rela. Pengertian
secara luas bahwa selling adalah memaksimalkan kegiatan penjualan
sehingga dapat menciptakan situasi yang win-win solution bagi si penjual
dan si pembeli. Bagi perusahaan syariah harus menjadikan konsumen

Universitas Sumatera Utara

sebagai teman dengan sikap tolong menolong dan kejujuran sebagai
landasan utama serta membangun keharmonisan dengan konsumen.
1.5.2.5. Syariah Marketing Value
1. Use a Spritual Brand (Brand)
Brand atau merek adalah suatu identitas terhadap produk atau jasa
perusahaan. Brand mencerminkan nilai (value) yang diberikan kepada konsumen.
Jika perusahaan mempunyai Total Get yang lebih tinggi dibandingkan Total Give,
brand yang dimiliki mempunyai nilai ekuitas yang kuat. Selain itu positioning
dan differentiation yang telah terbentuk, brand akan menambah value bagi produk
dan jasa yang ditawarkan. Brand yang baik adalah brand yang mempunyai
karakter yang kuat dan bagi perusahaan atau produk yang menerapkan syariah
marketing atau prinsip-prinsip syariah. Yaitu brand yang tidak mengandung unsur
judi, penipuan, riba, tidak mengandung unsur kezaliman dan tidak membahayakan
pihak sendiri ataupun pihak orang lain.
2. Service Should Have The Ability to Transform (service)
Untuk menjadi perusahaan yang besar dan suistainable, perusahaan
berbasis syariah marketing harus memperhatikan service yang ditawarkan untuk
menjaga kepuasan pelanggannya. Dalam melakukan pelayanan seseorang
memperhatikan sikap, pembicaraan yang baik, bahasa tubuh, bersifat simpatik,
lembut, sopan, hormat dan penuh kasih sayang.
3. Practice a Realible Business Process (Proses)
Proses mencerminkan quality, cost dan delivery (QCD). Kualitas suatu
produk ataupun service tergambar dari proses yang baik, dari proses produksi
sampai delivery kepada konsumen secara tepat dan dengan biaya yang efektif

Universitas Sumatera Utara

dan efisien. Proses dalam konteks kualitas adalah bagaimana menciptakan proses
yang mempunyai nilai lebih untuk konsumen. Proses dalam konteks cost adalah
bagaimana menciptakan proses yang efisien yang tidak membutuhkan biaya yang
banyak, tetapi kualitas terjamin. Sedangkan proses dalam konteks delivery adalah
bagaimana proses pengiriman atau penyampaian produk atau servis yang
ditawarkan perusahaan kepada konsumen.
1.5.3 Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional
Perbandingan pemasaran syariah dengan pemasaran konvensional dapat
dijelaskan beberapa hal antara lain: (M. Nur Rianto Al Arif, 2010)
1. Konsep dan filosofi Dasar
Pemasaran konvensional merupakan pemasaran yang bebas nilai
dan tidak mendasarkan pada nilai-nilai ilahiyah dalam segala aktivitas
pemasarannya. Pemasar hanya lebih fokus pada pencapaian target
penjualan yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam pemasaran syariah
seorang

pemasar

harus

merasakan

bahwasanya

setiap

aktivitas

pemasarannya ia selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga sangat berhatihati dalam menjaga aktivitas pemasarannya.
2. Etika Pemasar
Pemasar syariah sangat memegang teguh etika dalam melakukan
pemasaran kepada calon konsumennya. Sangat menghindari kebohongan,
berlebihan dalam promosi, menjaga kejujuran dan janji. Dibandingkan
pemasaran konvensional cenderung bebas nilai sehingga seorang pemasar
bebas menggunakan cara-cara meskipun bertentangan dengan syariah.
3. Pendekatan Dengan Konsumen

Universitas Sumatera Utara

Konsumen dalam pemasaran syariah diletakkan sebagai mitra yang
sejajar. Perusahaan tidak menjadikan konsumen sebagai “sapi perah”
untuk membeli produknya. Oleh karena itu, tidak boleh melakukan
aktivitas pemasaran yang merugikan konsumen. Selalu berupaya
menciptakan nilai produk yang positif dan umpan balik dari konsumennya.
Sebaliknya pada pemasaran konvensional cenderung konsumen diletakkan
sebagai objek untuk mencapai target penjualan semata. Konsumen
terkadang dirugikan dengan janji yang berbeda dengan realitas.
4. Cara Pandang Terhadap Pesaing
Dalam pemasaran syariah setiap perusahaan dapat bersaing secara
sehat dan masing-masing punya peluang untuk berkembang dengan baik
tanpa menjatuhkan pesaingnya. Pesaing merupakan mitra yang turut
dalam menyukseskan implementasi ekonomi syariah. Hal berbeda pada
pemasaran konvensional cenderung menganggap pesaing sebagai pihak
lawan yang harus dimatikan karena dapat menghambat laju perusahaan.
5. Budaya Kerja
Budaya kerja yang harus diaplikasikan adalah budaya kerja yang
memiliki sifat kejujuran (shiddiq), cerdas atau kompeten (fathonah),
bertanggung jawab

(amanah)

dan

mampu

menyebarluaskan

dan

mengkomunikasikan aktivitas kerja yang baik (tabligh). Ada sembilan
etika pemasar, yang akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer
dalam menjalankan fungi-fungsi pemasaran, yaitu: (1) Memiliki
kepribadian spiritual (takwa); (2) Berperilaku baik dan simpatik (Shidiq);
(3) Berperilaku adil dalam bisnis (Al-Adl); (4) Bersikap melayani dan

Universitas Sumatera Utara

rendah hati (Khidmah); (5) Menepati janji dan tidak curang; (6) Jujur dan
terpercaya (Al-Amanah); (7) Tidak suka berburuk sangka (Su’uzh-zhann);
(8) Tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah); (9) Tidak melakukan sogok
(Riswah).
Selain itu ada lima hal sifat yang harus dimiliki oleh seorang marketer
yaitu: (1) Shiddiq (benar dan jujur): seorang pemasar sifat shiddiq haruslah
menjiwai seluruh prilakunya dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan
dengan pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat
perjanjian dengan mitra bisnisnya; (2) Amanah (terpercaya, kredibel): artinya,
dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel, juga bermakna keinginan untuk
memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Diantara nilai yang terkait dengan
kejujuran dan melengkapinya adalah amanah; (3) Fathanah (cerdas): dapat
diartikan sebagai intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Pemimpin yang
fathanah adalah pemimpin yang memahami, mengerti dan menghayati secara
mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya; (4) Tabligh
(komunikatif): artinya komunikatif dan argumentati