BAB I PENDAHULUAN - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama. Hingga saat ini telah dilakukan berbagai usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, terutama melalui pengendalian angka kelahiran atau fertilitas. Upaya penurunan angka kelahiran ini dilakukan dengan cara pemakaian kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur. Dengan pemakaian kontrasepsi oleh pasangan usia subur yang semakin memasyarakat diharapkan semakin banyak kehamilan dan kelahiran yang dapat dicegah, yang kemudian akan menurunkan angka kelahiran atau fertilitas (BkkbN, 2005).

  Tahun 2010 jumlah penduduk dunia telah mencapai sekitar 6 miliar jiwa dan

jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat dunia yaitu 242 juta jiwa.

  

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 anak per wanita. Jumlah penduduk Indonesia setiap

saat mengalami peningkatan, padahal pemerintah telah berupaya untuk menargetkan

idealnya 2,1 anak per wanita. Meski begitu, masih ada saja dari keluarga Indonesia

yang senang mempunyai anak banyak (BkkbN, 2009).

  Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) dan United

  

Nations Population Found UNFPA (2005) pelaksanaan program KB masih mengalami

  beberapa hambatan. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, masih sekitar 46% Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum menjadi akseptor KB. Dari rekapitulasi laporan pengendalian program KB nasional tingkat Provinsi Sumatera Utara pada bulan

  KB aktif sebanyak 1.309.498 Pasangan Usia Subur (64,14%), dan Pasangan Usia Subur yang bukan merupakan peserta KB sebanyak 731.900 orang (BkkbN, 2009).

  Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, cenderung masih sangat mempercayai mitos-mitos terdahulu. Misalnya, banyak anak akan banyak rezeki. Banyak anak akan banyak kegembiraan di hari tua (jika semua anaknya bisa bergantian membahagiakannya). Bagi masyarakat kita, yang cenderung dinamis dalam bidang ekonomi dan sosial, atau makin meningkat kemakmuran hidupnya, jumlah anak sering dianggap bukan masalah yang memberatkan. Dalam hal ini, target program KB dengan semboyan "dua anak lebih baik" sering dianggap sebagai usang yang mungkin cuma cocok bagi masyarakat statis yang hidup dalam garis kemiskinan (BkkbN, 2010).

  Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

  Program KB ini mempunyai visi NKKBS dan telah dirubah menjadi keluarga berkualitas tahun 2015. Sehingga melalui program KB ini dapat dilakukan penilaian pelayanan KB yang berkualitas dengan mengikut sertakan menitikberatkan pada strategi agar pelayanan lebih mudah diperoleh dan peserta diterima oleh berbagai pasangan usia subur sehingga pasangan usia subur tertarik menjadi akseptor KB (Sarwono, 2005).

  Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum menjadi peserta KB. Dari hasil penelitian yang diketahui banyak alasan dikemukakan oleh wanita yang tidak menonjol adalah karena masalah kesehatan yang ditimbulkan dari efek samping ber-KB, karena masalah agama dan sosial budaya juga karena alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya yang mahal (BkkbN, 2010).

  Berdasarkan hasil penelitian Radita Kusumaningrum (2009) mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan PUS di kota Semarang disimpulkan faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada pus adalah jumlah anak (p=0,049), dan tingkat pendidikan (p=0,081).

  Kemudian jika dilihat dari menurut hasil penelitian Nikmah Choiriah (2010) mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pasangan Usia subur (PUS) tidak menggunakan alat kontrasepsi di Dusun II Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas segi demografi yaitu berdasarkan umur 26- 30 tahun 12 orang (48%), berdasarkan pekerjaan 15 orang (60%) bekerja, 21 orang (84%) beragama islam dan paritas melahirkan 3 kali 16 orang (64%), pengetahuan responden berada dalam klasifikasi cukup 17 responden (68%), 20 orang (80%) menyatakan bahwa ada efek samping sebagai akibat ber-KB, dari segi pendapatan keluarga mendukung sebanyak 15 orang (60%) untuk tidak berKB, mayoritas 20 responden (80%) dari segi agamanya mendukung untuk ber-KB, Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan setiap faktor masih memengaruhi ketidakikutsertaan pasangan usia subur dalam menggunakan alat kontrasepsi.

  Begitu juga dengan penelitian lain dari Tri Wijayanti (2009) dengan judul “Faktor Sosial Budaya dan Pelayanan Kontrasepsi yang Berkaitan dengan Kesertaan KB IUD” menunjukkan ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara pendidikan ibu dan nilai budaya dengan kesertaan KB IUD di Kecamatan Gembong Kabupaten Kebumen.

  Sehubungan dengan hal di atas, Hartanto (2004) mengemukakan semua jajaran sekaligus mengajak semua pasangan usia subur yang potensial untuk menjadi akseptor KB yang lestari.

  Berdasarkan hasil survey BkkbN pada tahun 2010 di Sumatera Utara, jumlah Pasangan Usia Subur sebanyak 2.120.692 peserta, pasangan yang menjadi peserta KB aktif pada tahun 2010 sebanyak 1.424.630. Sementara pasangan usia subur yang bukan peserta KB ada sebanyak 716.739 (BkkbN, 2010).

  58

  63

  9 Medan Tembung 19785 3897 8140

  61

  10 Medan Tuntungan 11689 3021 4740

  66

  11 Medan Sunggal 17900 4201 6245

  12 Medan Petisah 9793 2158 4071

  68

  64

  13 Medan Helvetia 24244 6390 8763

  63

  14 Medan Polonia 7243 2970 1635

  64

  15 Medan Maimun 5216 1012 2316

  8 Medan Deli 24373 7330 8102

  7 Medan Belawan 17073 5350 6218

Tabel 1.1 Pencapaian Peserta KB Kota Medan Tahun 2011

  3 Medan Barat 8579 2071 3770

  NO Kecamatan Jumlah PUS Jumlah Pencapaian Pemerintah Swasta

  %

  1 Medan Kota 8354 1999 2953

  59

  2 Medan Timur 14138 2986 6189

  65

  68

  71

  4 Medan Baru 5783 1657 1978

  63

  5 Medan Denai 23455 7979 6446

  62

  6 Medan Labuhan 19488 8137 5151

  68

  6 Medan Johor 18376 4814 8213

  64

  17 Medan Amplas 21086 5551 7335

  61

  18 Medan Area 13935 3525 5209

  63

  19 Medan Marelan 20917 4057 10377

  69

  20 Medan Perjuangan 13772 3363 5040

  61

  

(Data Laporan Badan Pemerdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan 2011)

Tabel 1.2 Data PUS Per Kelurahan Kecamatan Medan Sunggal Peserta KB di Pelayanan Pemerintah Dan Swasta

  NO Kelurahan Jumlah PUS Peserta KB % Pemerintah Swasta

  1 Lalang 3049 776 1097

  61.42

  2 Sunggal 4771 894 2220

  65.27

  3 Tanjung Rejo 4421 1023 1728

  62.22

  4 Sei Kambing B 3917 1107 1274

  60.78

  5 Babura 1545 353 438

  51.19

  6 Simpang Tanjung 197

  24

  97

  61.42

  

(Data Laporan Badan Pemerdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan 2011)

  Dari data laporan pencapaian peserta KB dari 21 Kecamatan di Kota Medan yang paling rendah pencapaiannya ada di Kecamatan Medan Sunggal pencapaian hanya sekitar 10445 PUS (58 %) dari 17900 PUS. Kebanyakan penduduk di Kecamatan Medan Sunggal bekerja di sektor swasta seperti karyawan swasta dengan jumlah 16.245 orang dan disusul yang berprofesi sebagai pedagang 15.351 orang. Selain itu jika dilihat dari data Kecamatan Medan Sunggal tahun 2011 banyak juga diantara penduduk Kecamatan Medan Sunggal itu berprofesi tidak tetap atau dalam keadaan perekonomian yang sulit yaitu berkisar 2.950 orang.

  Kebanyakan penduduk di Kelurahan Sunggal berada pada umur 15-44 tahun dan memiliki jumlah anak > 3 orang.

  Sedangkan untuk di Kelurahan Medan Sunggal yang paling kecil pemanfaatannya ada di Kelurahan Babura dari 1545 PUS hanya 791 (51.19 %) PUS yang menggunakan KB.

  Jumlah penduduk Kelurahan Babura tahun 2011 tercatat sebanyak 11967 jiwa yang terdiri dari 5899 laki-laki (49,29%) dan 6068 perempuan (50,71%). Mayoritas penduduknya beragama Kristen Protestan 5664 jiwa (47,33%) dan suku yang paling dominan adalah suku batak yaitu 6291 jiwa (52,56%) dimana suku batak yang ada di kelurahan Babura ini masih sangat memegang teguh budaya (kepercayaan) yang diwarisi dari leluhur mereka terdahulu yaitu Filosofi 3H "Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon". Dalam kultur masyarakat Batak, pencapaian 3H ini merupakan ukuran keberhasilan pencapaian dan kesuksesan seseorang.

  Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai 3H tersebut, bekerja keras menuntut ilmu agar bisa "Hamoraon" (Kaya), kemudian membina rumah tangga dan memiliki banyak keturunan "Hagabeon" (Memiliki banyak keturunan) dan yang terakhir berusaha mencapai tingkatan tertinggi dalam kehidupan yaitu menjadi pribadi yang sempurna "Hasangapon" (Memiliki kehidupan yang terhormat).

  Menurut survey awal di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan didapat bahwa dari 10 PUS hanya 3 orang yang menggunakan KB, sementara 7 orang lagi tidak menggunakan KB dengan alasan 4 orang diantaranya mengatakan memang tidak mau menggunakan KB karena masih mengikuti budaya (kepercayaan) filosofi 3H tersebut dan diantara 3 lainnya mengatakan tidak cocok menggunakan KB karena efek sampingnya.

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengambil judul fakor-faktor yang memengaruhi pasangan usia subur menjadi akseptor KB di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.

  1.2 Perumusan Masalah

  Masih rendahnya keikutsertaan pasangan usia subur menjadi akseptor KB di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.

  1.3. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pasangan usia subur menjadi akseptor KB di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.

  2) Tujuan Khusus a.

  Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pasangan usia subur menjadi akseptor KB berdasarkan pendidikan.

  b.

  Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pasangan usia subur menjadi akseptor KB berdasarkan pengetahuan.

  c.

  Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pasangan usia subur menjadi akseptor KB berdasarkan paritas.

  d.

  Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pasangan usia subur menjadi akseptor KB berdasarkan budaya (kepercayaan).

1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan ada manfaatnya terutama : 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi peneliti sehingga peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.

  2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang jelas dan lengkap tentang Keluarga Berencana kepada pasangan usia subur yang ada di

  Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal sehingga dapat meningkatkan

keikutsertaan pasangan usia subur menjadi akseptor KB di wilayah tersebut.

  3)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi

peneliti lain yang terkait dengan program KB. 4)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi

bagi pelaksana pelayanan keluarga berencana dalam merencanakan program peningkatan cakupan Keluarga Berencana pada pasangan usia subur.

Dokumen yang terkait

Analisis Regresi Pengaruh Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor KB dan Jumlah Posyandu terhadap Jumlah Kelahiran di Kota Medan Tahun 2010

0 41 90

Pengaruh Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor KB dan Jumlah Posyandu Terhadap Jumlah Kelahiran di Kota Medan Tahun 2012

0 45 63

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2012

1 37 82

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Usia Menikah Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

19 88 123

Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

1 54 54

View of Keikutsertaan Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Desa Ujung Payung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

0 1 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 9

BAB 2 LANDASAN TEORI - Analisis Regresi Pengaruh Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor KB dan Jumlah Posyandu terhadap Jumlah Kelahiran di Kota Medan Tahun 2010

0 0 9

B. Faktor Pengetahuan - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2012

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasangan Usia Subur (PUS) - Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2012

0 0 19