Laporan Praktikum Agroekologi botani tumbuha

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROEKOLOGI

Disusun Oleh :
Kelompok 19
1. Junaidi Muntoyib (H0713095)
2. Khairunnisa D

(H0713098)

3. Khalyfah Hasanah (H0713099)
4. Kristi Kartika

(H0713100)

5. Laela Dwi Jayanti (H0713101)
Co Assisten :
Liza Herdyana (H0712114)

LABORATORIUM EKOLOGI DAN MANAJEMEN

PRODUKSI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

i

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Agroekologi ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah
Agroekologi dan telah diketahui serta disahkan oleh Co-assisten dan Dosen
Koordinator Praktikum Agroekologi pada :
Hari

:

Tanggal

:


Juni 2014

Disusun oleh :
Kelompok 19
1. Junaidi Muntoyib (H0713095)
2. Khairunnisa D

(H0713098)

3. Khalyfah Hasanah (H0713099)
4. Kristi Kartika

(H0713100)

5. Laela Dwi Jayanti (H0713101)

Mengetahui,

Dosen Koordinator Praktikum


Co-Assisten

Agroekologi

Mercy Bientri Y. SP., M.Si

Liza Herdyana

NIP.198706222012122001

NIM. H0712114

ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan kasih dan karunia-Nyalah, saya selaku mahasiswa dapat menyelesaikan
laporan praktikum Agroekologi ini tepat pada waktunya.
Laporan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dari pihak lain

Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dosen Mata Kuliah Agroekologi yang telah memberikan bimbingan, petunjuk
serta saran yang sangat berguna hingga penyusunan laporan ini terselesaikan.
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan secara materiil dan moril.
4. Co-ass yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan laporan ini.
5. Teman-teman Agroteknologi yang telah memberikan dukungan dan semangat.
Penulis menyadari, dalam penulisan ini masih terdapat ketidak
sempurnaan oleh karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu dengan senang hati penulis menerima kritik maupun saran yang
membangun dari para pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Surakarta,

Juni 2014

Penyusun


iii

I.

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM MIKRO DENGAN PERTUMBUHAN

A.

Pendahuluan
1.

Latar Belakang
Iklim

merupakan

komponen

lingkungan


terpenting

yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor iklim sangat menentukan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Faktor iklim yang dipergunakan
dalam penelitian fenologi pada umumnya adalah curah hujan hal ini
adalah karena curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting
untuk pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah
pada tumbuhan tropis.
Tanaman-tanaman dikembangbiakkan dalam kondisi lingkungan
tertentu. Tanaman sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya
sementara dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun lebih berpengaruh
dibanding dengan perubahan iklim yang diproyeksikan dan bersifat
permanen. Perubahan iklim yang terjadi akan mempengaruhi perubahan
cuaca tahunan, hal ini merupakan bukti bahwa iklim mempengaruhi
perubahan cuaca. Hal tersebut mendukung perlunya pengukuran suhu
dan intensitas cahaya matahari karena tanaman tidak dapat tumbuh baik
pada suhu yang tidak optimal dan pada titik kulminasi dimana
penerimaan radiasi matahari paling tinggi selama masa pertumbuhan.

Hasil pengukuran tersebut akan diketahui rata-rata suhu harian dan
intensitas radiasi matahari suatu tempat. Keuntungannya, kita dapat
mengetahui secara pasti di mana tempat yang paling cocok bagi suatu
tanaman atau tanaman dapat hidup di tempat tertentu dengan perlakuan
sebagaimana keadaan aslinya. Sehingga produktivitas para petani tetap
terus stabil, meskipun terjadi perubahan faktor lingkungan.
Tanaman yang tumbuh dan berkembang, tidak terlepas dari faktorfaktor yang mempengaruhinya terutama Lingkungan. Lingkungan
merupakan sistem yang kompleks yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap

iv

pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor
lingkungan tersebut. Faktor-faktor lingkungan dapat digolongkan
menjadi faktor biotik dan abiotik. Faktor lingkungan abiotik terdiri atas
tanah, air, udara, kelembaban udara, angin, cahaya matahari, dan suhu.
Faktor lingkungan biotik terdiri atas organisme-organisme hidup di luar
lingkungan abiotik, terdiri atas manusia, tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme.
Proses pertumbuhan tanaman, suhu dan intensitas cahaya sangat

berpengaruh. Tanpa adanya suhu dan intensitas cahaya yang mencukupi,
pertumbuhan tanaman tidak akan stabil dan akan terhambat. Suhu dan
intensitas cahaya berfungsi dalam proses fotosintesis. Faktor-faktor
lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu
tanaman.
2.

Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari
hubungan faktor-faktor iklim dengan pertumbuhan tanaman.

B.

Tinjauan Pustaka
Lingkungan merupakan sistem yang komplek yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk mempelajari pengaruh
lingkungan

terhadap


pertumbuhan

tanaman

maka

perlu

dilakukan

penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut. Faktor-faktor lingkungan
dapat di golongkan menjadi faktor biotik dan abiotik. Kemampuan organisme
untuk hidup dan bereproduksi tergantung kepada banyak faktor abiotik dan
salah satu di antara faktor tersebut merupakan faktor pembatas yang sangat
penting (Laksono 2007).
Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman
pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke
akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun
jika 30% kandungan air dalam daun hilang kemudian proses fotosintesis
akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60% (Griffiths 2010).


v

Tanaman kedelai dapat tumbuh subur pada wilayah dengan tinggi 0-900
m dari permukaan laut, optimalnya yaitu sekitar 650 m karena sangat
berpengaruh terhadap umur tanaman. dengan temperatur antara 25°C-27°C
dengan penyinaran penuh yaitu minimal 10 jam/hari. Kelembaban suhu yang
dianjurkan rata-rata 50% (Balitbang 2007).
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Suhu berkorelasi positif
dengan radiasi matahari Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan
oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk
tanaman, kandungan lengas tanah Suhu mempengaruhi beberapa proses
fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan
nutrisi, fotosintesis, dan respirasi (Rachbini 2008).
Syarat tumbuh tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan
100-400 mm/bulan, suhu udara 230 C– 300 C, kelembaban 60% - 70%, pH
tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl (Prabowo 2009). Tanaman
kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis.

Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi
tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.
Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal,
tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu
yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhu
optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30oC
(Agro 2007).
C.

Metodologi Praktikum
1.

Waktu dan Tempat Praktikum

vi

Praktikum ini diadakan hari Sabtu, 15 Maret 2014 pukul 09.0012.30 WIB di halaman belakang Gedung D, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.

Alat dan Bahan
a. Alat
1) Polibag diameter 30 cm
2) Thermometer Udara
3) Hygrometer
4) Lightmeter
5) Kertas Milimeter
6) Timbangan
b. Bahan
1) Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) berumur satu minggu
2) Benih Kedelai (Glycine max) berumur satu minggu

3.

Cara Kerja :
a. Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag yang sudah
ditanami kacang hijau dan kedelai berumur 1 minggu.
b. Melakukan penyiraman setiap hari secukupnya.
c. Melakukan pengukuran terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan
intensitas cahaya setiap hari.
d. Mengukur tinggi tanaman (pertumbuhan) setiap minggu, dan hitung
pertambahan tinggi tanaman tersebut (tinggi tiap minggu).
e. Berdasarkan hasil pengukuran suhu, kelembaban udara dan intensitas
cahaya menghitung data rata-rata harian setiap minggu.
f. Pengamatan dilakukan sampai awal pertumbuhan generatif (sekitar 8
minggu).
g. Menggambarkan hubungan antara faktor faktor lingkungan dengan
pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman).

D.

Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Tinggi Tanaman

vii

a. F Tabel
Tabel 1.1 F Tabel Tinggi Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
b. Duncan
1.

Naungan
Tabel 1.2

Data Duncan Naungan Terhadap Tinggi Tanaman
Kedelai

Sumber : Data Rekapan

viii

2.

Jarak
Tabel 1.3 Data Duncan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Tinggi
Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Praktikum Agroekologi ini ini meliputi berbagai kegiatan mulai
dari proses penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang berjalan ±8
minggu. Pemanenan dilakukan pada minggu terakhir. Berdasarkan
praktikum diperoleh hasil bahwa jarak maupun jarak dan naungan tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai. Hal ini dibuktikan
dengan hasil dari perhitungan melebihi agka 0.05 yaitu sebesar 0,290
untuk jarak dan 0,493 untuk jarak dan naungan, sehingga tidak ada
perhitungan lanjutan lagi.
Hal yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman adalah naungan,
ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang bernilai lebih kecil
daripada 0,05 yaitu 0,01 sehingga dilakukan perhitungan lanjutan.
Perhitungan lanjutan ini berfungsi mengetahui bagaimana tingkat
pengaruh penggunaan naungan terhadap tinggi tanaman. Perhitungan
tersebut diperoleh bahwa naungan 75% (N3) memilki subset paling
besar yaitu 61,5571. Hal ini berarti dalam naungan 75% memiliki tinggi
tanaman kedelai yang paling tinggi diantara naungan yang lain.
Tanaman yang memiliki tinggi tanaman kedelai yang paling rendah
adalah tanaman yang berada di naungan 0% (N1), karena hasil
perhitungan pada naungan ini yang paling rendah yaitu 33,7750.

ix

Salah satu penyebab pada perlakuan naungan tinggi tanaman
lebih tinggi dibadnding dengan perlakuan lain adalah dengan adanya
hormon auksin. Pada hormon auksin perlakuan naungan akan
mengurang intnsitas matahari yang didapatkan leh tanaman sampe.
Hormon auksin akan bekerja secara maksimal pada keadaan gelap atau
kurang penyinaran. Sehingga pada naungan 75% keadaan didalam lebih
sedikit cahaya dan tinggi tanaman lebih tinggi dibanding perlakuan
yang lain.
Namun, pada perlakuan naungan ini tumbuhan terlihat lebih
pucat dan lemah. Terlihat dari tanaman yang lebih kecil ukuran
batangnya dan tidak bisa berdiri tegak. Keadaan di atas sejalan dengan
pernyataan Evita (2011) yang menyatakan bahwa kekurangan cahaya
pada tanaman menyebabkan bentuk tanaman lebih tinggi dan lemah.
Bentuk tanaman yang lebih tinggi (etiolasi) ini disebabkan aktivitas
hormon pertumbuhan, yakni auksin.
2. Bobot Total Sebelum Oven
a. F Tabel
Tabel 1.4 F Tabel Bobot Total Sebelum Oven

Sumber : Data Rekapan

x

b. Duncan
1) Naungan
Tabel 1.5 Data Duncan Pengaruh Naungan Terhadap Bobot Total
Sebelum Oven

Sumber : Data Rekapan
2) Jarak
Tabel 1.6 Data Duncan Pengaruh Jarak Tanam Dengan Bobot Total
Tanaman Sebelum Oven

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Hasil perhitungan praktikum yang telah dilakukan diperoleh
bahwa naungan sendiri tidak berpengaruh terhadap bobot total tanaman
kedelai. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan pengaruh naungan
terhadap bobot total sebelum dioven melebihi 0,05 yaitu 0,41. Jarak
serta naungan dan jarak mempengaruhi besar bobot total tanaman
kedelai. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan yang diperoleh yaitu

xi

kurang dari 0,05. Hasil yang di peroleh untuk keduanya adalah 0,00
sehingga dilakukan perhitungan lebih lanjut. Berdasarkan perhitungan
ini diperoleh hasil bahwa naungan 75% menghasilkan tanaman yang
memiliki bobot total yang paling kecil. Pengaruh jarak terhadap bobot
tanaman menghasilkan bobot tanaman kedelai paling besar yaitu jarak 1
(J1) karena hasil perhitungan lanjutan yang menghasilkan nilai yang
paling besar yaitu 44,0627. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya
tingkat persaingan pada jarak 1 (J1) ini.
3. Bobot Akar
a. F Tabel
Tabel 1.7 F Tabel Bobot Akar Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan

xii

b. Duncan
1) Naungan
Tabel 1.8 Data Duncan Pengaruh Naunagn Terhadap Bobot Akar
Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
2) Jarak
Tabel 1.9 Data Duncan Pengaruh Jarak Tanaman Terhadap Bobot
Akar Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh data bahwa
nilai signifikansi pada pengujian dengan corrected model, intercept dan
naungan kurang dari 0,05 yaitu masing-masing adalah sebesar 0,00
sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing perlakuan tersebut
yang meliputi corrected model, intercept dan naungan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap bobot akar tanaman. Sementara pada
perlakuan jarak menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu
sebesar 0,256 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan
perlakuan pemberian jarak tidak berpengaruh nyata terhadap bobot akar
xiii

tanaman. Kemudian pada perlakuan naungan yang dipadukan dengan
jarak menunjukkan nilai signifikansi 0,409 sehingga dapat disimpulkan
bahwa perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap bobot akar.
Berdasarkan tabel pengamatan, naungan pertama menunjukkan
nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu sebesar 1,000 yang menandakan
bahwa naungan tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap bobot
akar. Tabel pengamatan menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada
pengujian dengan jarak menunjukkan angka lebih dari 0,05 yaitu
sebesar 0,053, hal tersebut menandakan bahwa jarak tidak berpengaruh
nyata terhadap bobot akar.
4. Jumlah Daun
a. F Tabel
Tabel 1.10 F Tabel Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan

xiv

b.

Duncan
1) Naungan
Tabel 1.11 Data Duncan Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah
Daun Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
2) Jarak
Tabel 1.12 Data Duncan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Jumlah
Daun Tanaman Kedelai.

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa pada
uji yang meliputi corrected model, naungan, jarak dan naungan yang
dipadukan dengan jarak memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu
masing-masing sebesar 0,123; 0,640; 0,187 dan 0,70 sehingga dapat
disimpulkan

bahwa

pengujian

xv

dengan

variabel

tersebut

tidak

berepengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman. Sedangkan pada uji
dengan intercept menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,00 sehingga
dapat disimpulkan bahwa intercept berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa
pengujian dengan naungan memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05
yaitu sebesar 0,385 yang menandakan bahwa naungan tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa pengujian dengan
jarak memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,122
yang menandakan bahwa jarak tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun pada tanaman.
E.

Kesimpulan dan Saran
1.

Kesimpulan
Hasil pengamatan praktikum acara 1 mengenai hubungan faktor
iklim mikro dengan pertumbuhan dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.

Berdasarkan praktikum diperoleh
hasil bahwa jarak maupun jarak dan naungan tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman kedelai.

b.

Hasil perhitungan praktikum yang
telah dilakukan diperoleh bahwa naungan sendiri tidak berpengaruh
terhadap bobot total tanaman kedelai.

c.

Intercept dan naungan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap bobot akar tanaman kedelai.

d.

Pengujian dengan variabel tersebut
tidak berepengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman.

xvi

2.

Saran
Saran yang dapat praktikan sampaikan pada praktikum acara 1 ini
adalah :
a. Proses praktikum dianggap kurang serius, baik praktikan maupun co.
Ass terlihat tidak ada kekompakkan.
b. Jaringan komunikasi tidak elastis sehingga mengakibatkan sebagian
praktikan ketinggalan informasi.
c. Proses pembuatan laporan terlalu terburu-buru, sedangkan banyak
waktu senggang terbuang untuk menunggu hasil rekap data di acc.

xvii

DAFTAR PUSTAKA
Agro.

2007.
Faktor
Iklim
terhadap
Pertumbuhan
Kedelai.
http://agroresearch.com. Diakses pada tanggal 7 April 2014.

Balitbang. 2010. Syarat Tumbuh Kedelai. www.sulsel.litbang.deptan.go.id.
Diakses pada tanggal 7 April 2014.
Evita 2011. Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L)
Merrill) Pada Naungan Buatan. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains Volume 13 (2): 19-28

Griffiths. 2010. Tanaman Pangan. www. acehforum.or.id. Diakses pada tanggal 7
April 2014.
Hamsyin 2005. Analisis Status Kesuburan Tanah di Lahan Budidaya Padi Sawah
di Desa Muara Wis KAB. Kukar dan Desa Rantau Belimbing KAB.
Pasir Pada Dua Kondisi Iklim yang Berbeda. Laporan Penelitian. 9495.
Laksono. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan. UGM Press.
Yogyakarta.
Prabowo, Yudi. 2009. Pertumbuhan Tanaman Tropis. Jurnal Agrosains 1(1) : 6667. Balitbang. Bogor .
Qodrita dan Berliana 2006. Iklim dan Cuaca. BMG: Yogyakarta.
Rachbini, Didik J. 2008. Hubungan Suhu dan Pertumbuhan Tanaman.
http://www.faperta.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 7 April 2014.
Risnadewi, Deasy dan Syakhril 2003. Pengaruh Pemberian Atonik Pada Fase
Vegetatif Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis.
Laporan Penelitian. 24.
Wiraatmaja, Yaqub 2012. Dasar dan Perkembangan Ilmu Lingkungan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

xviii

II. STUDI PENDAHULUAN ANALISIS VEGETASI
(RECONNAISSANCE STUDY)
A. Pendahuluan
1.

Latar Belakang
Vegetasi dapat didefinisikan sebagai tumbuhan penutup permukaan
bumi. Vegetasi seperti ini dapat berbeda berdasarkan lokasi dan waktu
serta bergantung pada komposisi penyusunnya. Vegetasi yang ada di
suatu tempat akan berubah seiring dengan perubahan iklim. Berdasarkan
lokasi dan keluasannya vegetasi dapat di bedakan kedalam banyak
formasi. Masing-masing formasi vegetasi di beri nama sesuai dengan
spesies tumbuhan yang paling dominan Contohnya formasi vegetasi
taiga, savana, tundra, dll.Vegetasi yang terbentuk dari kumpulan tumbuhtumbuhan di suatu tempat dapat di analisa komposisinya.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi dalam suatu ekosistem. Analisa
vegetasi berfungsi untuk mengukur dan menentukan komposisi jenis
tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan tumbuhan maupun keadaan
penutupan tajuknya. Analisa vegetasi dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu: metode kuadran metode garis metode tanpa plot dan
metode kwarter. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi
untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh
tumbuhan pada suatu tempat.

Penganalisis

persebaran vegetasi

memudahkan ilmuwan ekologi untuk mempelajari suatu komunitas
tumbuhan. Kelestarian lingkungan ditentukan oleh indikatornya yang
berupa ada atau tidaknya komunitas suatu tumbuhan tertentu pada suatu
lingkungan tertentu. Kejadian ini terjadi karena beberapa jenis komunitas
tumbuhan sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada
tempatnya tinggal atau hidup.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis

suatu

vegetasi

xix

yang

sangat

membantu

dalam

mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini
suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus
diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang
mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di
mulai dari suatu titik. Titik tersebut merupakan titik padang bahwa
vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang
hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh
spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta
fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara
umum.
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu
tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda
pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem
yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuhtumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Guna keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Hasil
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

xx

2.

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Acara II tentang Studi Pendahuluan Analisis
Vegetasi (Reconnaissance Study) adalah:
a. Untuk mengetahui kondisi lingkungan secara umum
b. Untuk mengetahui komposisi vegetasi dan pola sebarannya.

B.

Tinjauan Pustaka
Tanaman sebagai komponen kehidupan biotik dan produsen primer
dalam rantai makanan bermanfaat penting bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya. Proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan akan merombak
energi matahari menjadi energi kimia yang berbentuk karbohidrat. Proses ini
merupakan proses alami yang menggunakan CO2 dan H2O sebagai bahan
bakunya dengan hasil lain selain karbohidrat adalah O2. CO2 merupakan
salah satu gas berbahaya bagi manusia sedangkan O2 merupajan gas yang
sangat penting bagi kehidupan manusia dan hewan lainnya. Vegetasi sebagai
pengendali tingkat pencemar udara perkotaan selain berperan sebagai
penyediaan oksigen dan penyerap karbon dioksida, juga berperan sebagai
pelindung terhadap asap dan gas beracun, serta penyaring udara kotor dan
debu (As-syakur dan Adnyana 2009)
Secara kovensional, untuk estimasi dan peramalan hasil hasil pertanian
(analisis pertubuhan vegetasi), sebuah algoritma yang telah ditulis
berdasarkan data penginderaan melalui optik yang diperoleh dari satelit
buatan, pesawat terbang, dll. Analisis pertumbuhan vegetasi menggunakan
algoritma tersebut telah dimasukkan ke dalam penggunaan praktis. Penemuan
saat ini berhubungan dengan suatu pertumbuhan vegetasi tumbuhan yang
diperdayakan kemudian dianalisa dengan metoda yang pantas untuk
penelitian

tumbuh-tumbuhan.

Kondisi-kondisi

pertumbuhan

yang

menggunakan data gambaran radar memperoleh dari alat radar yang mana
satelit diinstal lau satelit mengambil fotosuatu cakupan permukaan tanah atau
area target yang akan diambil fotonya. Untuk memperoleh informasi tentang
kondisi-kondisi menyangkut permukaan tanah, suatu perekaman medium
digunakan yang sudah diambungkan ke komputer untuk pelaksanaan
xxi

pengolahan metoda perekaman tumbuh-tumbuhan atau suatu cakupan
vegetasi (Rikimaru et al 2013).
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan
unit contoh atau sampel. Pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk
mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran
tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan
pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures).
Keperluan-keperluan yang perlu diperhatikan penelitian agar hasil datanya
dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis
pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling
unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan
cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang peneliti/surveyor dapat
memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti
dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi
penuh (metoda sensus) pada anggota suatu populasi (Marno 2012).
Gulma ialah tumbuhan yang sering tumbuh pada tanaman yang
dibudidayakan. Gulma dapat merugikan bagi pertumbuhan dan hasil tanaman
kerena bersaing pada pengambilan unsur harar air, udara dan sarana tumbuh.
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka keberadaan
gulma pada tanaman budidaya harus dikendalikan (Sebayang 2013).
Selain berkompetisi untuk memperebutkan kebutuhannya, beberapa
jenis gulma, antara lain ilalang dan mikania dapat mengeluarkan zat
perakaran gulma dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Jika gulma
pada suatu areal perkebunan didominasi oleh kedua jenis gulma tersebut,
tanaman

akan

terlihat

menguning

danterhambat

pertumbuhannya.

Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif
maupun secara vegetatif. Pengaruh gulma terlihat sangat nyata pada tanaman
yang masih muda. Pada periode kritis ini, upaya pengendalian gulma harus
dilakukan lebih intesif dengan memperhatikan faktor ambang ekonomis.
Pengendalian gulma terutama bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma

xxii

sampai batas toleransi merugikan secara ekonomis. Jadi, usaha pengendalian
gulma bukan upaya pemusnahan secara total. Pengendalian dilakukan secara
selektif, mula-mula terhadap jenis-jenis gulma yang palling berbahaya bagi
tanaman dan selanjutnya terhadap jenis gulma lain menurut skala prioritas.
Beberapa metode pengendalian gulma telah dilakukan di perkebunan, baik
metode manual, mekanis, kultur teknis, biologis, maupun metode kimiawi
dengan menggunakan herbisida, bahkan menggabungkan beberapa metode
sekaligus. Metode yang paling banyak digunakan adalah metode kimiawi
dengan menggunakan herbisida. Metode ini dianggap lebih praktis dan
menguntungka dibanding dengan metode yang lain, terutama jika ditinjau
dari segi kebutuhan tenaga kerja yang lebih sedikit dan waktu pelaksanaan
yang relatif lebih singkat (Barus 2003).
C. Metode Praktikum
1.

Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroekologi dilaksanakan pada hari Kamis, 3 April
2014 yang bertempat di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.

2.

Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Alat tulis
2) Kertas grafik millimeter
3) Roll meter
4) Kantong plastik
5) Gunting
6) Raffia
b. Bahan: Vegetasi di lokasi perkebunan/hutan/pekarangan.

xxiii

3.

Cara Kerja
a. Mengamati kondisi lingkungan secara umum
b. Membuat peta lokasi secara sederhana
c. Membuat daftar komposisi tumbuhan yang ada di lokasi
d. Menentukan secara visual, komposisi tumbuhan (homogen/heterogen)
dan tipe sebaran.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.

Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Daftar Komposisi Tumbuhan
Nomor

Nama Spesies

Tipe Tumbuhan

1.

Pohon Lamtoro

Pohon

2.

Pohon Angsana

Pohon

3.

Pohon Jati

Pohon

4.

Pohon Sawo

Pohon

5.

Pohon Kelengkeng

Pohon

6.

Pohon Mangga

Pohon

7.

Pohon Sengon

Pohon

8.

Pohon Sukun

Pohon

9.

Pohon Mahoni

Pohon

10.

Pohon Cokelat

Pohon

11.

Pohon Jambu Air

Pohon

Sumber: Laporan Sementara

xxiv

Tabel 2.2 Data Presensi-Absensi Vegetasi Dalam Plot Sampel
Poho
n

1

2

3

1

1

0

1

-

-

-

-

-

-

-

+¿ +¿ +¿ +¿ -

-

-

-

+¿ +¿ -

4

5

6

7

8

9

5x5

+¿ +¿ +¿ +¿ -

-

-

-

10x5

+¿ -

-

+¿ -

-

-

-

10x10

-

-

-

10x20 +¿ -

-

Petak

+¿ +¿ +¿ +¿

Sumber: Laporan Sementara
Tabel 2.3 Jumlah Individu Pada Masing-Masing Plot Sampel
Poho
n

1

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

5x5

1

1

1

1

-

-

-

-

-

-

-

10x5

1

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

10x10 -

-

-

-

1

2

2

1

-

-

-

10x20 1

-

-

-

1

1

-

1

1 1

2

Petak

1

Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Keperluan-keperluan untuk analisis
vegetasi yang diperlukan adalah data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut.

Analisis vegetasi dapat memperoleh informasi kuantitatif

tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

xxv

Pada pengamatan yang kami laksanakan kami hanya
menggunakan nama spesies dan tipe tumbuhan serta pendataan tentang
seberapa banyak spesies tersebut pada setiap plot-sampel yang kami buat.
Dari pendataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada plot-sampel yang
kami buat persebaran spesiesnya tidak merata. Menurut pengamatan,
pada dasarnya vegetasi yang tampak tumbuh subur pada plot-sampel
yang kami ambil adalah tanaman tahunan misalnya pohon 1 yang
merupakan lamtoro (Leucaena glauca). Nama pohon kami samarkan
menjadi pohon 1 hingga pohon 11 karena beberapa pohon belum
teridentifikasi oleh kami. Selain pohon lamtoro, di plot-sampel yang
kami ambil terdapat pohon buah seperti pohon 5 yang merupakan pohon
kelengkeng.
Hasil pengamatan yang telah didapatkan, dapat dilihat bahwa
terdapat berbagai variasi vegetasi dalam petakan yang berbeda-beda.
Semakin luas petakan yang dibuat, maka vegetasi yang ditemukan
semakin banyak pula. Dan sebagian besar vegetasi yang ditemukan
adalah tanaman tahunan lamtoro dan tanaman buah tahunan seperti
mangga (Mangifera indica) dan kelengkeng. Demikian pada suatu daerah
vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi
sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang
disebut luas minimum.
E. Kesimpulan dan Saran
1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan pada praktikum
kali ini adalah:
a.

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuh-tumbuhan.

b.

Persebaran spesies dari plot-sampel 5x5, 10x5,10x10, 20x10 tidak
merata atau ditemukan keberagaman spesies yang tumbuh.

xxvi

c.

Spesies terbanyak yang dijumpai adalah pohon 1 yaitu lamtoro
(Leucaena glauca.)

d.

Semakin luas petakan yang dibuat, maka vegetasi yang ditemukan
semakin banyak pula.

2.

Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum kali ini adalah untuk
praktikan

sebaiknya

mengefisienkan

waktu

dengan

melakukan

pengamatan dengan bersungguh-sungguh dan fokus sehingga waktu tidak
terbuang hanya untuk ha yang tidak berguna. Untuk coass yang ada di
lapang sebaiknya aktif memberikan informasi yang mungkin praktikan
masih belum mengerti. Untuk medan yang diambil untuk digunakan
untuk plot-sampel sebaiknya diambilkan lahan yang lebih luas sehingga
praktikan bisa lebih leluasa melaksanakan pengamatan dan tidak
bertubrukan dengan praktikan kelompok lain.

DAFTAR PUSTAKA

xxvii

As-syakur A.R.,Adnyana I.W.S. 2009. Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan
Citra Alos/Avnir dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk Evaluasi
Tata Ruang Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari 9(1):1-11.
Barus, Emanuel 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta
Marno

2012. Teknik Analisis Vegetasi Metode Dengan Petak.
http://marno.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 3 April 2014 pada
pukul 18.32.

Rikimaru et al. 2013.Vegetation Growth Condition Analysis Method, recording
Medium on Which Program is Recorded, and Vegetation Growth
Condition Analyzer. United States Patent. US 8,478,003 B2.
Sebayang H.T. 2012. Pengendalian Gulma pada Tanaman. Program Pascasarjana
Unversitas Brawijaya. Malang

xxviii

III. PERSAINGAN ANTARA TANAMAN BERBEDA JENIS
(INTERSPESIFIK)
A. Pendahuluan
1.

Latar Belakang
Makhluk hidup dalam mempertahankan hidupnya memerlukan
komponen lain yang terdapat dilingkungannya. Komponen lain tersebut
dapat berupa komponen abiotik dan komponen biotik. Beberapa contoh
komponen abiotik antar lain, udara dan air yang sangat diperlukan untuk
bernafas, minum, dan kebutuhan lainnya. Seperti oksigen yang dihirup
oleh hewan dan manusia dari udara untuk pernafasan, begitu pula dengan
tumbuhan. Perbedaannya, tumbuhan bernafas atau disebut melakukan
respirasi dengan mengambil karbondioksida dari udara bebas, dan
mengeluarkan

oksigen.

Keistimewaan

tumbuhan

lainnya

adalah

tumbuhan dapat melakukan fotosintesis yang merupakan cara mereka
hidup dengan mengolah zat-zat anorganik, menjadi organik dan
memanfaatkannya sebagai energi untuk tubuh dan bertahan hidup.
Proses fotosintesis yang dilakukan tanaman dan tumbuhan tentu
tidak dapat berlangsung jika tanaman tidak memiliki asupan hara. Unsur
hara dalam tanah yang masih berupa zat-zat anorganik diserap oleh tubuh
tumbuhan melalui akar untuk kemudian diangkut ke daun sehingga dapat
diolah melalui proses fotosintesis. Unsur-unsur hara tersebut dibagi
menjadi

macam, essensial dan nonessensial. Tanaman memerlukan

unsur hara untuk dapat bertahan hidup.
Sama halnya dengan manusia dan hewan, tumbuhan tidak hidup
menyendiri. Tumbuhan dan tanaman tumbuh berdampingan dan
berkompetisi dalam menyerap hara tanah pada lingkup habitat tertentu.
Tumbuhan dan tanaman berkompetisi untuk dapat memenuhi kebutuhan
hara yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Tanaman dan tumbuhan
yang tumbuh di daerah tertentu dan berjauhan tidak sertamerta saling
berkompetisi. Tumbuhan dan tanman berkompetisi pada habitat (tempat
tinggal) yang berdekatan. Tumbuhan dan tanaman tidak hanya

xxix

berkompetisi dengan spesiesnya sendiri (sejenis), tetapi tumbuhan dan
tanaman saling berkompetisi baik dengan sejenisnya (intraspesifik)
maupun beda jenis (interspesifik) selama tumbuhan dan tnaman terebut
tumbuh pada tempat yang saling berdekata. Berikut ini adalah percobaan
yang dilakukan guna mengetahui pengaruh kerapatan tanaman terhadap
pertumbuhan tanaman yang berbeda jenis.
2.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah mempelajari
pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan tanaman yang
berbeda jenis (interspesifik).

B. Tinjauan Pustaka
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif
terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber
daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan
terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak organisme mungkin
bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling
baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba
menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan
oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan,
oksigen, dan cahaya (Kastono 2005).
Pada pertanian yang masih sangat primitif, petani menerima tanah, curah
hujan, dan berbagai jenis tanaman yang ada sebagaimana adanya. Petani
sekedar membantu pertumbuhan tanaman dengan menyingkirkan persaingan
terhadap terhadap tumbuhan lain dalam penggunaan air dan sinar matahari
yang tersedia, serta melindungi tanamannya sari gangguan binatang liar.

xxx

Akibatnya ada kompetisi diantara tanaman untuk memenuhi kebutuhan yang
digunakan dalam pertumbuhan tanaman (Rita 2010).
Dalam menggunakan sumber lingkungan tumpangsari lebih baik
daripada monokultur. Umumnya memilih tanaman yang cocok dan memilih
pola tanam yang tepat dalam sistem tumpangsari dengan mengendalikan
penyiangan. Kita dapat meningkatkan kemampuan dalam menerima cahaya,
kelembaban, dan nutrisi. Di sisi lain, memilih kerapatan tanaman yang cocok
dalam tumpangsari dengan modus komplemental menyebabkan tanaman
lebih baik menggunakan sumber dan lebih baik untuk peningkatan hasil.
Tumpangsari merupakan salah satu cara cocok tanam dengan konsumsi
paling hemat dengan tanpa menggunakan input eksternal, yang menyebabkan
nutrisi tanah tidak terkuras dan terjaga kesuburannya, serta menghemat
sumber air tanah dalam jangka panjang, sehingga meningkatkan stabilitas
agrosistem (Rajaii 2014).
Interaksi perlakuan saat tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai dan juga bobot pipilan kering
jagung. Kedua faktor penelittian ini bekerja secara sendiri. Pengaruh saat
tanam

yang digunakan dalam penelitian ini terhadap pertumbuahan dan

produksi kedelai tidak tergantung pada jarak tanam, sebaliknya jarak tanam
juga tidak tergantung pada kapan kedelai itu ditanam. Jarakk tanam
mempengaruhi jumlah cabang, jumlah biji/plot, dan berat biji/plot
(Tohari 2000).
Tanaman yang tumbuh dengan persaingan, maka pertumbuhannya akan
lebih lambat dibanding dengan tanaman yang tumbuh dengna perlakuan tanpa
persaingan. Pada tanaman kompetisi akan bersaing dalam mengambil unsur
hara tanah. Perebutan unsur hara inilah yang mengakibatkan pertumbuhan
tanaman dengan erlakuan kompetisi menjadi lambat (Umiarsih 2013).

xxxi

C. Metode Praktikum
1.

Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agroekologi dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Maret
2014 yang bertempat di Rumah Kaca C, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret.

2.

Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Pot plastik/polibag
2) Tanah/media tanam
3) Cawan
4) Meteran
b. Bahan:
1) Benih kacang tanah
2) Benih kedelai
3) Benih kacang hijau
4) Benih jagung

3.

Cara Kerja
a. Menyediakan pot plastik atau polibag yang telah berisi tanah atau
media tanam
b. Memilih benih jagung, kacang hijau dan kedelai yang masih baik dan
direndam dalam air selama 1 jam
c. Menanam benih-benih tersebut ke dalam pot-pot atau polibag dan
diatur sedemikian rupa sehingga dalam percobaan ini terdapat
beberapa perlakuan:
1) 2 kacang tanah + 2 benih kacang kedelai
2) 2 benih kacang tanah + 2 benih kacang hijau
3) 2 benih kacang tanah + 2 benih jagung
4) 2 benih kacang kedelai + 2 benih kacang hijau
5) 2 benih kacang kedelai + 2 benih jagung
6) 2 benih kacang hijau + 2 benih jagung
7) 4 benih kacang tanah sebagai kontrol

xxxii

8) 4 benih kacang kedelai sebagai kontrol
9) 4 benih kacang hijau sebagai kontrol
10) 4 benih jagung sebagai kontrol
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali
d. Menyediakan beberapa pot yang ditanami 4 jenis benih tersebut
sebagai cadangan untuk penyulaman apabila selama percobaan ada
tanaman yang mati.
e. Penyiraman dan perawatan tanaman yang lain dilakukan setiap hari.
f. Melakukan pengamatan sampai tanaman berumur 6 minggu dan
mengukur tinggi tanaman setiap minggu.
g. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 4 minggu.
h. Mengukur tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sampai tanaman
berumur 4 minggu.
i. Apabila memungkinkan dirawat hingga menjelang saat pembungaan
dan menimbang biomasa tanaman.
j. Membandingkan pertumbuhan tinggi dan biomasa antara tanaman
kontrol dengan perlakuan
k. Membuat grafik pertumbuhan tanaman.

xxxiii

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Kacang Hijau
a. F Tabel
1) Tinggi
Tabel 3.1 F Tabel Tinggi Tanaman Kacang Hijau

Sumber : Data Rekapan
2) Jumlah Daun
Tabel 3.2 F Tabel Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau

Sumber : Data Rekapan

xxxiv

3) Biomassa
Tabel 3.3 F Tabel Biomassa Tanaman Kacang Hijau

Sumber : Data Rekapan
b. Duncan
1) Tinggi
Tabel 3.4 Data Duncan Tinggi Tanaman Kacang Hijau

Sumber : Data Rekapan
2) Jumlah Daun
Tabel 3.5 Data Duncan Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau

Sumber : Data Rekapan

xxxv

3) Biomassa
Tabel 3.6 Data Duncan Biomassa Tanaman Kacang Hijau

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat
kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas,
sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan
dan reproduksi individu penyaing. Kompetisi merupakan interaksi
antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup
mereka (Molles 2005). Kompetisi dapat terjadi antar individu
(intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau
interspesifik. Kompetisi interspesifik merupakan suatu kompetisi yang
terjadi pada spesies yang berbeda (Rien 2000). Persaingan
berpengaruh

pada

ukuran

populasi,

struktur

komunitas

dan

keanekaragaman spesies. Kompetisi interspesifik antara kedua spesies
dapat mengakibatkan kepunahan salah satu atau kedua kompetitor di
habitat mereka, atau keduanya saling berkoeksistensi di habitatnya.
Studi

mengenai

kompetisi

interspesifik

pada

tanaman

dapat

memberikan informasi yang berharga untuk mengungkapkan faktorfaktor yang membatasi distribusi suatu spesies atau keberhasilan
tumbuhnya spesies pada suatu wilayah (Wirakusuma 2003).
Praktikum ini menggunakan empat jenis tanaman yaitu kacang
hijau, kedelai, kacang tanah, dan jagung. Berdasarkan hasil
xxxvi

pengamatan pada persaingan beberapa jenis tanaman, untuk tanaman
kacang hijau diketahui bahwa persaingan yang terjadi tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan hasil
signifikan yang didapat lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,874 dengan
kisaran tinggi tanaman antara 46,5 sampai 58,36 cm. Hasil
pengamatan jumlah daun tanaman juga tidak menunjukkan pengaruh
nyata adanya persaingan. Hal ini dijelaskan melalui hasil signifikasi
yang juga lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,333. Berdasarkan hasil
signifikasi tersebut didapati jumlah daun yang berkisar antara 10-18
helai. Lain halnya dengan persaingan biomassa, terdapat pengaruh
nyata adanya persaingan pada biomassa tanaman kacang hijau. Hasil
signifikasi menunjukkan angka sebesar 0,017 yang nilainya lebih kecil
dari 0,05. Adanya pengaruh yang nyata dari persaingan, menjadi dasar
dilakukan pengujian yang lebih lanjut dengan uji duncan. Berdasarkan
hasil uji duncan diketahui bahwa tumpang sari tidak dapat dilakukan
pada persaingan antara kacang hijau dan jagung karena nilai Duncan
relatif kecil, yaitu sebesar 4,3667.
2. Kedelai
a. F Tabel
1) Tinggi
Tabel 3.7 F Tabel Tinggi Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan

xxxvii

2) Jumlah Daun
Tabel 3.8 F Tabel Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
3) Biomassa
Tabel 3.9 F Biomassa Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
b. Duncan
1) Tinggi
Tabel 3.10 Data Duncan Tinggi Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
xxxviii

2) Jumlah Daun
Tabel 3.11 Data Duncan Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
3) Biomassa
Tabel 3.12 Data Duncan Biomassa Tanaman Kedelai

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada persaingan beberapa jenis
tanaman, untuk tanaman kedelai diketahui bahwa persaingan yang
terjadi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini
dikarenakan hasil signifikan yang didapat lebih dari 0,05 yaitu sebesar
0,314 dengan kisaran tinggi tanaman antara 50,1 sampai 83,33 cm.
Hasil pengamatan jumlah daun tanaman juga tidak menunjukkan

xxxix

pengaruh nyata adanya persaingan. Hal ini dijelaskan melalui hasil
signifikasi yang juga lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,937. Berdasarkan
hasil signifikasi tersebut didapati jumlah daun yang berkisar antara
13-17 helai. Lain halnya dengan persaingan biomassa, terdapat
pengaruh nyata adanya persaingan pada biomassa tanaman kedelai.
Hasil signifikasi menunjukkan angka sebesar 0,003 yang nilainya
lebih kecil dari 0,05. Adanya pengaruh yang nyata dari persaingan,
menjadi dasar dilakukan pengujian yang lebih lanjut dengan uji
duncan. Berdasarkan hasil uji duncan diketahui bahwa tanaman
kedelai dan tanaman kacang hijau tidak dapat dilakukan tumpang sari.
Karena persaingan yang terjadi antara kedelai dan kacang tanah
mengganggu jumlah biomassa tanaman kedelai itu sendiri. Hal ini
dapat diketahui dari nilai duncan biomassa kedelai sangat kecil, yaitu
sebesar 1,8333.
3. Kacang Tanah
a. F Tabel
1) Tinggi
Tabel 3.13 F Tabel Tinggi Tanaman Kacang Tanah

Su
mber : Data rekapan

xl

2) Jumlah Daun
Tabel 3.14 F Tabel Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah

Sumber : Data Rekapan
3) Biomassa
Tabel 3.15 F Tabel Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah

Sumber : Data Rekapan
b. Duncan
1) Tinggi
Tabel 3.16 Data Duncan Tinggi Tanaman Kacang Tanah

Sumber : Data Rekapan
xli

2) Jumlah Daun
Tabel 3.17 Data Duncan Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah

Sumber : Data Rekapan
3) Biomassa
Tabel 3.18 Data Duncan Biomassa Tanaman Kacang Tanah

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Persaingan tinggi pada tanaman kacang tanah tidak memberikan
pengaruh nyata. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan pada data
adalah 0,817 yaitu lebih dari 0,05. Oleh karena itu tidak dilakukan uji
duncan. Secara umum, persaingan antar tanamaninterspesifik pada
tanaman kacang panjang tidak terlalu berpengaruh pada tinggi
tanaman. Perbedaan tinggi tiap tanaman hanya sedikit dan tidak

xlii

nampak nyata, sehingga data menyebutkan pengaruh persaingan
terhadap tinggi tanaman adalah tidak signifikan.
Jumlah daun dipengaruhi oleh persaingan tanaman dengan
tanaman lain baik sejenis maupun tidak sejenis. Jumlah daun tanaman
kacang tanah terbukti dipengaruhi oleh persaingan antar tanaman. Hal
ini disimpulkan dari hasil data bahwa tingkat signifikansi persaingan
tanaman terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah adalah 0,034
yaitu kurang dari 0,05. Data signifikan tersebut menunjukkan bahwa
persaingan terhadap jumlah daun tanaman kacang tanah berpengaruh
nyata. Dengan demikian dapat dilajut ke uji duncan. Dari uji duncan
diperoleh subset terkecil adalah pada N 3 yaitu persaingan tanaman
kacang tanah dengan tanaman

kacang hijau. Data tersebut

menunjukkan bahwa persaingan antara tanaman kacang tanah dengan
tanaman kacang hijau sangat ketat bila dibanding dengan persaingan
tanaman kacang tanah dengan tanaman lain.
Hasil olah data persaingan tanaman kacang tanah dengan
tanaman lain menunjukkan tingkat signifikannya lebih dari 0,05 yaitu
0,095. Dapat disimpulkan bahwa pengaruhnya persaingan antara
tanaman kacang tanah dengan tanaman lain terhadap biomassa
tanaman kacang tanah adalah tidak nyata. Sehingga tidak perlu
dilanjutkan ke uji duncan.

xliii

4. Jagung
a. F Tabel
1) Tinggi
Tabel

3.19

F

Tabel

Tinggi

Tanaman

Jagung

Sumber : Data Rekapan
2) Jumlah Daun
Tabel

3.20

F

Tabel

Jumlah

Daun

Tanaman

Jagung

Sumber : Data Rekapan
3) Biomassa
Tabel

3.21

F

Tabel

Sumber : Data Rekapan

xliv

Biomassa

Tanaman

Jagung

b. Duncan
1) Tinggi
Tabel

3.22

Duncan

Tinggi

Tanaman

Jagung

Sumber : Data Rekapan
2) Jumlah Daun
Tabel

3.23

Duncan

Sumber : Data Rekapan

xlv

Jumlah

daun

Tanaman

Jagung

3) Biomassa
Tabel

3.24

Duncan

Biomassa

Tanaman

Jagung

Sumber : Data Rekapan
c. Pembahasan
Tinggi tanaman jagung menurut hasil olah data didapat tingkat
signifikansinya mencapai 0,421. Hasil tersebut lebih dari 0,05.
Sehingga dinyatakan persaingannya tidak berpengaruh nyata pada
pertumbuhan tanaman jagung. Sehingga dengan diperolehnya data
tersebut tidak dapat dilanjutkan ke uji duncan.
Hasil olah data untuk tingkat signifikansi persaingan tanaman
pengaruhnya terhadap jumlah daun tanaman jagung adalah 0,224.
Hasil ini kurang dari 0,05, yang menyatakan bahwa persaingan antar
tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman
jagung. Sehingga tidak dilanjutkan uji duncan.
Biomassa tanaman jagung tidak terpengaruhi dengan adanya
persaingan tanaman. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikan
persaingannya yang lebih dari 0,05 yaitu 0,642. Perbandingan
biomassa tanaman jagung dengan yang lainnya tidak terlalu
dipengaruhi oleh persaingan tanaman. Sehingga, data tidak dapat
dilanjutkan pengujian duncan.
Pengujian Duncan dilakukan untuk menentukan seberapa jauh
tingkat perbedaan tinggi, jumlah daun, dan biomassa akibat adanya
xlvi

persaingan. Duncan akan memperlihatkan pengaruh persaingan
tertinggi

dan

persaingan

tanaman

apa

yang

menyebabkan

pengaruhnya menjadi signifikan. Beberapa perlakuan praktikum acara
3 menyebabkan adanya perbedaan tinggi, jumlah daun, dan biomassa.
Namun, perbedaan tidak mencapai tingkat signifikansi yang tepat
(