Evaluasi Kerusakan Gedung Exim Plaza Yog

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

Evaluasi Kerusakan Gedung Exim Plaza Yogyakarta
Akibat Gempa dan Metode Perbaikannya
Meassa Monikha Sari1), Evy Kusumaningrum1), M. Teguh2)
1)

Program Beasiswa Unggulan BPKLN Kemdikbud, MTS, Univ. Islam Indonesia
2)
Staf Pengajar FTSP dan MTS, Univ. Islam Indonesia
Email: khasanny@yahoo.com ; evy@milisdad.web.id
ABSTRAK

Pasca gempa 27 Mei 2006 Gedung Exim Plaza Yogyakarta mengalami kerusakan
yang cukup parah baik kerusakan struktural maupun kerusakan non-struktural.
Kerusakan geser terjadi pada bagian kolom dan balok struktur, sedangkan
untuk kerusakan non-struktural terjadi pada dinding, plafond dan pasangan
lantai (keramik). Kerusakan terjadi dari kerusakan ringan, sedang hingga berat.
Makalah ini mengevaluasi struktur gedung bangunan A pada Gedung Exim
Plaza yang mengalami kerusakan berat. Evaluasi struktur dilakukan dengan dua

tahapan meliputi investigasi lapangan dan analisis struktur dengan ETABS
sedangkan evaluasi non-struktur dilakukan dengan investigasi lapangan. Dari
hasil evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian
antara hasil perhitungan analisis struktur dengan ETABS dengan simulasi beban
gempa Yogyakarta dan hasil investigasi pasca gempa di lapangan. Pada kolom di
as C5-C9 terdapat kesesuaian di antara keduanya. Metode retrofitting dilakukan
di seluruh kolom bangunan A dengan cara steel concrete jacketing sedangkan
pada bangunan S dan bangunan B dilakukan strengthening dan concrete
jacketing sesuai kebutuhan struktur masing-masing.
Kata kunci: gempabumi, evaluasi kerusakan, metode perbaikan

Beberapa saat setelah terjadi
gempabumi, perlu diketahui kondisi
bangunan dan kerusakan yang timbul
akibat gempabumi. Menurut Satyarno
(2011), salah satu permasalahan di
lapangan yang terjadi bagaimana
memberikan kepastian bagi para
penghuni bangunan dalam menentukan
apakah bangunan yang telah terkena

gempa tersebut aman untuk digunakan
kembali atau tidak, terutama apabila
bangunan tersebut adalah bangunan
publik dan bangunan untuk aktivitas

1. Pendahuluan
Gempa berkekuatan 5,9 Skala
Richter (berdasarkan laporan BMKG,
berkekuatan 6,3 SR berdasarkan USGS)
yang terjadi di Yogyakarta pada 27 Mei
2006 telah menimbulkan kerusakan
bangunan dan korban jiwa. Banyaknya
korban jiwa yang timbul dan mengalami
luka sebagian besar bukan disebabkan
oleh gempa itu sendiri, tetapi karena
tertimpa bangunan yang roboh dan
kejatuhan material.

1


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

ekonomi. Untuk itu perlu dilakukan
evaluasi bangunan dalam rangka
mitigasi bencana pasca gempa terutama
jika dikaitkan dengan terjadinya gempa
susulan yang biasanya akan menambah
tingkat
kerusakan
atau
bahkan
meruntuhkan bangunan.
Program evaluasi kerusakan bangunan pasca gempa biasanya disebut
Building
Occupancy
Resumption
Program (BORP) dan mengingat
banyaknya bangunan yang harus
dievaluasi pasca gempa maka umumnya

menggunakan metode evaluasi visual
secara cepat (rapid visual screening)
yang mengacu dari beberapa pustaka
yang ada dan pengalaman di lapangan
(Satyarno, 2011). Evaluasi tingkat
kerusakan yang ditentukan pada rapid
visual screening hanya dilakukan untuk
memperkirakan
tingkat
keamanan
bangunan pasca gempa bagi penghuni
tetapi tidak bisa digunakan sebagai
acuan untuk menentukan perbaikan,
sehingga untuk menentukan apakah
bangunan
perlu
diperbaiki
atau
diruntuhkan harus dilakukan evaluasi
teknik yang lebih mendalam oleh ahli

struktur.
Gedung Exim Plaza Yogyakarta
yang dievaluasi pada penelitian ini
berfungsi sebagai gedung publik yang
digunakan untuk kantor, sekolah, dan
tempat perbelanjaan. Gedung ini terdiri
dari 3 (tiga) blok yaitu bangunan A, S
dan B dengan massa bangunan secara
struktural dipisah dengan adanya
dilatasi. Ketika terjadi gempabumi pada
27 Mei 2006 silam, gedung ini adalah
salah satu bangunan gedung yang
mengalami kerusakan. Kerusakan yang

terjadi tidak hanya pada komponen
struktur, akan tetapi juga pada
komponen non-struktur bangunan.
Pasca terjadi gempa ternyata bangunan
A mengalami kerusakan yang cukup
serius sehingga dalam evaluasi ini

bangunan A ditinjau lebih mendalam
karena mengalami kerusakan berat.
Kerusakan struktur Gedung Exim
Plaza dibagi menjadi 3 (tiga) kategori
kerusakan yaitu kolom rusak berat,
kolom rusak sedang dan kolom rusak
ringan. Kategori kerusakan berat pada
kasus ini adalah kolom mengalami
kerusakan atau crack sampai beton yang
terkekang bahkan baja tulangan
mengalami bengkok sehingga harus
diganti atau ditambah tulangannya.
Kolom rusak sedang apabila kolom
hanya rusak pada beton luar tidak
sampai beton yang terkekang sedangkan
untuk kolom rusak ringan hanya terjadi
crack pada plesteran.
Kerusakan yang terjadi pada
komponen non-struktur terdapat pada
dinding yang disebabkan karena adanya

gaya geser. Selain ada beberapa bagian
dinding yang roboh yaitu dinding pada
bagian shaft, ada juga dinding yang
geser keluar bangunan, kemudian
dinding yang hanya mengalami retak
pada plesteran. Disamping dinding,
komponen non-struktur lain yang
mengalami kerusakan adalah plafond
yang runtuh dan lantai keramik yang
retak dan pecah.
Bangunan atau gedung
yang
mengalami kerusakan akibat gempa
terutama pada komponen strukturnya
tidak selalu harus dirobohkan, akan
tetapi dapat diperbaiki dan diperkuat

2

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

sesuai dengan jenis kerusakannya
sehingga bangunan tersebut menjadi
lebih tahan dan lebih aman terhadap
gempa misalnya dengan retrofitting.
Makalah ini menjelaskan bagaimana
melakukan evaluasi kerusakan pada
Gedung Exim Plaza Yogyakarta akibat
gempabumi dan bagaimana metode
perbaikannya sehingga gedung ini dapat
segera difungsikan kembali serta
menjadi lebih kuat dan lebih aman
apabila terjadi gempabumi dikemudian
hari.

2.2 Metode Perbaikan
Menurut Christiawan (2011), ada
dua jenis perbaikan yang dapat
dilakukan dalam pekerjaan retrofitting

yaitu repairing dan strengthening.
Istilah repairing diterapkan pada
bangunan yang sudah rusak, yang telah
mengalami penurunan kekuatan, untuk
dikembalikan seperti semula, sedangkan
strengtheing adalah suatu tindakan
modifikasi struktur, mungkin belum
terjadi kerusakan, dengan tujuan untuk
menaikkan kekuatan atau kemampuan
bangunan untuk memikul beban-beban
yang lebih besar akibat perubahan
fungsi bangunan dan stabilitas.
Beberapa metode perbaikan yang
dapat digunakan yaitu antara lain
(Christiawan, 2011):
1. Drypacking yaitu bagian beton yang
rusak atau berongga dibersihkan atau
dibuang kemudian diisi dengan
mortar atau beton yang mempunyai
kandungan air yang rendah untuk

mengurangi susut.
2. Injeksi (grouting), digunakan untuk
perbaikan elemen atau bagian elemen
yang retak. Bahan injeksi, misalnya
epoxy resin yang bersifat encer
dimasukkan pada celah/retak dengan
cara dipompa (diberi tekanan).
3. Shotcrete, dilakukan dengan cara
menyemprotkan mortar atau beton
(biasanya dengan ukuran agregat
yang kecil) pada permukaan beton
yang diperbaiki dengan suatu alat
bertekanan.
4. Jacketing, bahan berupa selubung
yang dapat melindungi beton
terhadap kerusakan. Bahan selubung
ini dapat berupa metal baja, karet,

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Evaluasi Kerusakan

Metode yang digunakan dalam
mengevaluasi kerusakan struktur dan nonstruktur Gedung Exim Plaza awalnya

dilakukan
secara
visual
atau
pemeriksaan langsung di lapangan,
berdasarkan data eksisting yang datanya
diambil dari data sekunder maupun
foto-foto setelah gedung terkena gempa
27 Mei 2006 Pada kerusakan struktur
selanjutnya dianalisa menggunakan
ETABS. Pada saat pemodelan struktur
Peraturan Dan Standar Perencanaan
Struktur adalah:
1. SKSNI 03 – xxxx – 2002 :
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung
2. SNI 03 – 1726 – 2002 :
Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung
3. SKSNI T –15–1991–03 :
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung 1991
4. SKSNI T – 15 – 1991 – 03:
Desain
Struktur
Rangka
Beton
Bertulang di Daerah Rawan Gempa

3

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

beton, komposit. Metoda ini umum
digunakan untuk perbaikan perkuatan
kolom.
5. Penambahan tulangan (external
reinforcement), digunakan untuk
memperkuat elemen struktur (balok,
pelat atau kolom) yang rusak cukup
parah atau membutuhkan perkuatan,
agar dapat berfungsi lagi memikul
beban atau beban baru yang harus
dipikul. Perkuatan pada balok
dilakukan apabila balok sudah
melendut
dan/atau
berdasarkan
analisis kekuatan sisa tidak mampu
lagi memikul beban rencana atau
beban baru yang dibebankan akibat
perubahan dari fungsi bangunan.
Tulangan tambahan tersebut dapat
berupa tulangan longitudinal ataupun
transversal. Penambahan tulangan
pada kolom juga dapat dilakukan
bersamaan dengan metoda jacketing
diatas. Akan tetapi yang perlu
diperhatikan pada kolom adalah
bahwa tulangan tambahan harus
diangkerkan pada fondasi, balok atau
pelat.

25x60

3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini berisi tentang evaluasi
kerusakan
Gedung
Exim
Plaza
Yogyakarta akibat gempa yang terjadi
pada tanggal 27 Mei 2006. Gedung ini
terletak di Jl. Adi Sucipto 163,
Yogyakarta yang terdiri dari basement,
lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4 dan
lantai atap dak beton dengan atap joglo
genteng glazur. Kolom dari lantai
basement sampai dengan kolom lantai 4
merupakan kolom menerus jadi untuk
denah kolom semuanya sama seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gedung Exim Plaza terdiri dari tiga
gedung yang terpisahkan oleh dilatasi
lantai bangunan A, bangunan S dan
bangunan B. Ketiga gedung ini terdiri
dari:
 Lantai basement - 4,00
 Lantai dasar
± 0,00
 Lantai 2
+ 4,00
 Lantai 3
+ 8,00
 Lantai 4
+ 12,00
 Lantai atap
+ 16,00

25x60

S

A

B

R

Gambar 1. Denah kolom

4

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

Langkah-langkah dalam penelitian ini dijelaskan dalam bagan alir pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir penelitian

5

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Identifikasi Kerusakan Komponen
Struktur

Kerusakan yang terjadi akibat gempa
menyebabkan kolom-kolom struktur
mengalami keretakan yang bermacammacam tingkat kerusakannya. Pada
balok-balok struktur tidak terlalu
banyak kerusakan hanya di bagian atas
tangga yang berdekatan dengan gedung
S yang mengalami kerusakan. Selain itu
kerusakan juga terjadi pada dinding
gedung dan tangga pada bangunan
bagian A. Kerusakan yang paling
banyak terjadi ada pada struktur gedung
di bagian A yaitu pada struktur gedung
bagian A ini kolom-kolom mengalami
retak-retak, ada yang retak ringan dan
yang paling parah adalah retak-retak
hingga dalam.
Berdasarkan investigasi di lapangan
terdapat kerusakan struktur dan non
struktur. Untuk kerusakan struktur
terjadi pada kolom dan balok. Kategori
kerusakan pada struktur di kategorikan
menjadi rusak ringan, rusak sedang dan
rusak berat.

Gambar 3. Kolom rusak ringan

Gambar 4. Balok rusak ringan

2. Rusak sedang
Kerusakan struktur dikategorikan
rusak sedang apabila pada kolom atau
balok terjadi retak sampai beton
unconfined tetapi baja tulangan masih
utuh. Gambar 5 dan 6 memperlihatkan
retak yang terjadi tidak hanya pada
plester kolom tetapi juga pada beton
unconfined sedangkan baja tulangan
tidak mengalami kerusakan.

1. Rusak ringan
Kerusakan
struktur
termasuk
dalam kategori rusak ringan apabila
pada struktur terutama untuk kolom dan
balok hanya retak pada plesteran
kolom. Beton struktur tidak mengalami
kerusakan. Kolom dan balok yang
mengalami rusak ringan ditunjukkan
dengan adanya retak pada plester kolom
dan balok sedangkan untuk betonnya
tidak mengalami retak seperti yang
diperlihatkan oleh Gambar 3 dan
Gambar 4.

3. Rusak berat
Kolom termasuk rusak berat
apabila pada kolom retak sampai beton
confined dan ada juga kolom yang baja

6

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

tulangannya mengalami bengkok. Pada
Gambar 7 terlihat bahwa kolom
mengalami kerusakan sampai beton
confined dan ada tulangan yang
bengkok sehingga beton harus dibobok
dan tulangan yang bengkok dipotong
kemudian tulangan diganti dengan cara
penyambungan baja tulangan yang
lama dengan baja tulangan yang baru
dengan perpanjangan 60d.

Gambar 7. Kolom rusak berat

Selain dengan investigasi lapangan,
kerusakan pada struktur bangunan di
analisa dengan pemodelan ETABS.
Pada Gedung Exim Plaza digunakan
analisis ragam spectrum response.
4.2 Analisis Ragam Spectrum
Response
Sesuai dengan peraturan Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung analisis ragam
spectrum response adalah suatu cara
analisis untuk menentukan respon
dinamik struktur gedung 3 dimensi
yang berperilaku elastik penuh terhadap
pengaruh suatu gempa melalui suatu
metode analisis yang dikenal dengan
analisis ragam spectrum response
dimana respon dinamik total struktur
gedung tersebut didapat sebagai
superposisi dari respon dinamik
maksimum masing-masing ragamnya
yang
didapat
melalui
spectrum
response gempa rencana. Analisis
ragam spectrum response ini adalah
salah satu cara analisis gempa terhadap

Gambar 5. Kolom rusak sedang

Gambar 6. Kolom rusak sedang

7

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

bangunan gedung. Analisis ragam
spectrum response ini yang dipakai
dalam perhitungan Gedung Plaza Exim.
Pada pemodelan dengan ETABS
data yang digunakan sebagai berikut:
1. Kekuatan
karakteristik
beton
berdasarkan pada data adalah K –
225, dimana kekuatan silinder

dan BJTP 32, diameter 10 dan 16,
19 dan 25 mm.
5. Modulus elastisitas
6. Pembebanan yang digunakan dalam
pemodelan adalah baja
beton
finishing lantai
, plafond berikut rangka
, partisi
, dinding
½ bata
dan beban hidup
lantai mall
.

2. Modulus elastisitas
3. Poisson Ratio

4. Baja polos dengan tegangan leleh
dan
atau setara BJTP 24

Hasil perhitungan pemodelan
ETABS ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Periode Gempa Yang Terjadi Pada Bangunan Gedung
Mode

Period

UX

UY

UZ

SumUX

SumUY

SumUZ

RX

RY

RZ

SumRX

SumRY

SumRZ

1

0.9734

52.004

0.041

0

52.0041

0.0407

0

0.0503

71.908

0.6764

0.0503

71.908

0.6764

2

0.862

28.939

0.089

0

80.9432

0.1301

0

0.1072

26.512

0.3305

0.1575

98.42

1.0069

3

0.791

0.1898

2.037

0

81.133

2.1668

0

2.4403

0.2613

14.8

2.5978

98.681

15.8072

4

0.7705

0.7145

26.52

0

81.8475

28.6891

0

31.533

0.8429

41.432

34.131

99.524

57.2393

5

0.7424

0.0638

55.29

0

81.9114

83.9818

0

65.152

0.0862

25.91

99.283

99.61

83.1495

6

0.547

0.0065

0

0

81.9178

83.9818

0

0

0.0005

0.0001

99.283

99.611

83.1496

7

0.4331

0

0.119

0

81.9179

84.1007

0

0.0016

0

0.0427

99.284

99.611

83.1923

8

0.4323

0

0

0

81.9179

84.1007

0

0

0

0

99.284

99.611

83.1923

9

0.4314

0.0001

0.023

0

81.918

84.124

0

0.1056

0.0001

0.0057

99.39

99.611

83.198

10

0.3005

10.291

0.07

0

92.2088

84.1938

0

0.0047

0.0337

0.2081

99.394

99.644

83.406

11

0.2759

0.3094

4.746

0

92.5182

88.9393

0

0.2761

0.0004

2.4849

99.671

99.645

85.8909

12

0.2509

0.2875

1.698

0

92.8056

90.6371

0

0.0202

0.0011

4.7538

99.691

99.646

90.6447

parah yaitu di as C5 sampai dengan as
C9 sesuai kerusakan di lapangan.
Kolom di as C5 sampai dengan C9
karena yang memiliki luas tulangan
longitudinal yang cukup. Akan tetapi
dari segi tinjauan terhadap gempa,
tulangan kolom-kolom di gedung
bagian A belum memenuhi persyaratan
perencanaan gempa. Dalam hal ini
ternyata terdapat kesesuaian antara
hasil analisis ETABS dengan riil.

4.3 Evaluasi Kerusakan Struktur
Tinjauan
kerusakan
awalnya
dilakukan secara visual setelah di tinjau
secara visual akan dibandingkan
dengan hasil pemodelan analisis
menggunakan ETABS. Data kerusakan
kolom secara visual ditunjukkan oleh
Tabel 2.
Berdasarkan hasil perhitungan
dengan ETABS, kolom-kolom yang
mengalami kerusakan yang cukup

8

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

Tabel 2. Data kerusakan Kolom
No
A

Uraian

Kerusakan pada non-struktur terjadi
pada dinding, plafond dan keramik
lantai seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 8, 9, 10 dan 11.

Kategori kerusakan
Ringan

Sedang

Berat

Bangunan A
1

Lantai 1

4

27

5

2

Lantai 2

4

27

5

3

Lantai 3

36

0

0

4

Lantai 4

36

0

0

B

Bangunan S
1

Lantai 1

15

0

1

2

Lantai 2

15

0

1

3

Lantai 3

16

0

0

4

Lantai 4

16

0

0

C

Bangunan B
1

Lantai 1

15

0

0

2

Lantai 2

15

0

0

3

Lantai 3

15

0

0

4

Lantai 4

15

0

0

Gambar 8. Kerusakan dinding bangunan.

4.4 Kerusakan Nonstruktur
Pola dan kriteria kerusakan
komponen nonstruktur berupa dinding
yang ditimbulkan akibat gempa 27 Mei
2006 bermacam kriterianya. Menurut
Departemen Pekerjaan Umum (2003)
kriteria kerusakan dapat dijabarkan
kedalam 5 (lima) tipe, yaitu:
1. Kerusakan geser dengan retak
rambut pada plesteran (lebar < 0,2
mm)
2. Retakan geser dapat terlihat jelas
pada pasangan bata (lebar retakan
>0,3mm)
3. Retak lentur menyebar dan menerus
pada dinding
4. Dinding mengalami displacement
horisontal
5. Dinding jatuh sebagian atau total.

Gambar 9. Dinding roboh

Kerusakan juga terjadi pada dilatasi
antar bangunan. Gedung Exim Plaza
terbagi menjadi 3 bangunan dan pada
saat terjadi gempa pelat lantai yang
menghubungkan antar bangunan juga
mengalami kerusakan yaitu retak
dengan lebar 3 cm sehingga antara
bangunan yang satu dengan yang
lainnya terlihat terpisah seperti terlihat
pada Gambar 12.

9

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

4.5 Cara Perbaikan Kerusakan
Struktur
Perbaikan pada struktur terutama
pada kolom menggunakan metode yang
berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kerusakannya. Kolom struktur yang
mengalami rusak ringan, sedang dan
berat pada bangunan A di lantai 1, 2
dan 3 dilakukan retrofitting dengan
metode steel concrete jacketing. Kolom
rusak berat dilakukan perbaikan dengan
cara beton kolom dibongkar dan besi
tulangan yang mengalami bengkok
dipotong kemudian disambung dengan
besi tulangan yang baru dengan
perpanjangan 60d. Sebelum beton
kolom dibongkar balok yang ada di
sekitar kolom diberi baja penunjang
untuk menahan beban.
Penambahan plat baja setiap sisi
kolom untuk memberikan pengekangan
pada
penampang
kolom.
Agar
perkuatan merata pada struktur existing
maka yang diperkuat bukan kolom yang
mengalami kerusakan berat akibat
gempa saja akan tetapi semua kolom
pada
bangunan
seperti
yang
diperlihatkan oleh Gambar 13 dan 14.

Gambar 10. Kerusakan plafond

Gambar 11. Kerusakan keramik lantai

Gambar 12. Kerusakan pada dilatasi
bangunan

Gambar 13. Detail perkuatan dengan plat
baja pada empat sisi kolom lama

10

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

Gambar 14. Hasil perbaikan dan perkuatan
plat baja pada empat sisi kolom lama

Pada kolom-kolom yang mengalami
rusak sedang dan ringan pada bangunan
S dan B di lantai 1, 2 dan 3 diperbaiki
dengan cara semua kolomnya diberi
pembungkus kolom baru yang terdiri
dari tulangan baja dan material
grouting. Metode ini dapat dilihat pada
Gambar 13 dan 14.

Gambar 16. Cara perbaikan kolom rusak
sedang dan ringan

4.5 Cara Perbaikan Kerusakan
nonstruktur
Kerusakan pada komponen nonstruktur yaitu dinding, plafond dan
keramik lantai diperbaiki sesuai dengan
tipe kerusakannya. Dinding yang
mengalami retak yang cukup parah dan
retak sampai dinding bata maka dinding
yang rusak dibongkar dan diganti
dengan yang baru, sedangkan dinding
yang mengalami retak ringan dilakukan
perbaikan dengan penjahitan (stiking)
menggunakan plester yang baru seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 17.
Untuk kerusakan plafond dan keramik
lantai pada bagian yang rusak diganti
dengan yang baru.

Gambar 15. Detail perkuatan kolom
rusak sedang dan ringan

11

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

nonstruktur dengan mengganti
bagian yang rusak dan ada juga
yang hanya dengan perbaikan.

Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan terima kasih
kepada Kepala BPKLN Kemdikbud
yang telah memberikan beasiswa
pendidikan di Magister Teknik Sipil,
Univ. Islam Indonesia dan dana untuk
penelitian ini.

Gambar 17. Perbaikan dinding yang
mengalami rusak ringan

Kesimpulan
1. Kerusakan struktur pada Gedung
Exim Plaza dikategorikan menjadi 3
(tiga) yaitu rusak ringan, rusak
sedang dan rusak berat. Bangunan
A banyak yang mengalami rusak
berat sedangkan bangunan B dan S
mengalami rusak sedang dan rusak
ringan.
2. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan Etabs 9, kolom-kolom yang
mengalami kerusakan yang cukup
parah yaitu di as C5 sampai dengan
as C9 yang memiliki luas tulangan
longitudinal yang cukup. Akan
tetapi dari segi tinjauan terhadap
gempa, tulangan kolom-kolom di
gedung bagian A belum memenuhi
persyaratan perencanaan gempa.
Kerusakan struktur berdasarkan
hasil analisis sesuai dengan
investigasi lapangan.
3. Metode retrofitting yang digunakan
pada
bangunan
A
adalah
menggunakan metode steel concrete
jacketing dan pada bangunan S dan
bangunan B diberi pembungkus
baru dengan penambahan baja
tulangan dan material grouting.
Metode perbaikan pada kerusakan

Daftar Pustaka
Christiawan I., (2010), Evaluasi
Kinerja Bangunan Akibat Pengaruh
Gempa Rencana pada Stryktur
Gedung 3 Lantai Berdasar SNI-031726-2003., GEMA TEKNOLOGI
Vol. 16 No.1 Periode April 2010 –
Oktober 2010.
Christiawan I., (2011), Perkuatan
(Strengthening) Struktur Kolom
Dengan Penambahan Tulangan.,
GEMA TEKNOLOGI Vol. 16 No.
3 Periode April 2011-Oktober 2011.
Direktorat Jendral Cipta Karya.,
Departemen Pekerjaan Umum,
(2006), Pedoman Teknis Bangunan
Tahan Gempa., Jakarta
Fauzan., (2012), Analisis Metode
Pelaksanaan Retrofitting Pada
Bangunan
Sederhana.,
Jurnal
Rekayasa Sipil, Volume 8 No. 1,
Februari 2012.
Rustana., (2010), Analisa Kegagalan
struktur dan Perkuatan Gedung
Poltekes Siteba Padang Pasca
Gempa 30 September 2009., Teknik
Sipil UNAND.
Satyarno I., (2011), Evaluasi Visual
Secara Cepat Pada Bangunan
Sebagai Upaya Mitigasi Bencana
Pascagempa., Makalah Seminar
12

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 26 Juni 2013, ISSN 2301-6752

Mitigasi Bencana Alam dan Ulang
Tahun ke 10 Program Pendidikan
Bencana.,
MPBA-FT
UGM.,
Yogyakarta.
SKSNI 03 – xxxx – 2002, Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung.
SNI 03 – 1726 – 2002, Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung.
Sulendra I.K., (2012), Evaluasi Struktur
Bangunan Administrasi RSUD
UNDATA., Infrastruktur Vol. 2 No.
1, Juni 2012: 46-55.

Teguh M., (2012), Assesmen Struktur
Bangunan Gedung Bertingkat di
Kota Padang Pasca Gempa 2009.,
Yogyakarta.
Zaidir
dkk.,
(2012),
Evaluasi
Kelayakan Bangunan Bertingkat
Pasca Gempa 30 September 2009
Sumatera Barat., Jurnal Teknik
Sipil Vol. 8 NO. 1.

13