MAKALAH SISTEM REPRODUKSI landasan psikologi

MAKALAH
SISTEM REPRODUKSI
(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ikhtiologi)

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Sri Sundari

(230110164001)

Priyanka Surya P

(230110164003)

Muadz Abdan S

(230110164005)

Hasna Nabila S

(230110164011)


Tri Nur Ramdhani

(230110164024)

PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PSDKU UNIVERSITAS PADJADJARAN PANGANDARAN
2017

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirrahim,

puji

dan

syukur

penulis


panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, untuk memenuhi
salah satu syarat tugas mata kuliah Ikhtiologi, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, penulis berterima kasih
kepada semua pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam
proses penyusunan dan pembuatannya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Yth Dosen Pengampu mata kuliah Ikhtiologi
2. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan kepada
penulis
3. Teman-teman

dan

semua


pihak

yang

telah

membantu

penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, tidak mudah
untuk mencapai kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
demi perbaikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat, umumnya untuk
pembaca, dan khususnya untuk penulis.

Pangandaran, April 2017

Penulis


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1


Organ Reproduksi

2.2

Seksualitas

2.3

Proses Reproduksi

2.4

Tempat Perkembangan Embrio
Dalam kaitannya dengan reproduksi, ikan dapat digolongkan berdasarkan tempat
embrio berkembang. Dalam hal ini terdapat dua golongan yakni golongan ovipar dan
golongan vivipara. Golongan ikan ovipar adalah ikan yang embrionya berkembang di
luar badan ovarium, sehingga telur dikeluarkan pada saat pemijahan. Golongan ikan
vivipara adalah ikan yang embrionya berkembang dalam ovarium, sehingga embrio
atau larva dikeluaran pada saat pemijahan. Golongan kedua ini masihdipisahkan
menjadi dua kelompok berdasarkan sumber makanan bagi embrio. Ikan vivipar yang

embrionya mengabsorbsi makanan dari kuning telur dimasukkan dalam kelompok
lesitotrofik, sedangkan yang embrionya memperoleh makanan dari plasenta termasuk
dalam kelompok matrotrofik.
1. Ikan ovipar
Golongan ikan ovipar adalah ikan yang mengeluarkan telur pada saat pemijahan.
Sebagian besar jenis ikan termasuk golongan ini. Ikan mas, mujair, gurami,
kakap,dan tongkol merupakan contoh ikan ovipar.
Banyak jenis ikan berpijah secara bersama-sama dan tanpa brpasangan. Sejumlah
ikan jantan dan betina mengeluarkan sperma dan telur secara bersama dalma suatu
lingkungan yang cocok. Ikan kembung merupakan contoh jenis ikan yang
melakukan pemijahan bersama di laut terbuka. Jumlah telurnya banyak dan
dibiarkan hanyut dalam perairan terbuka, terbawa dan terapung oleh turbulensi
suatu arus, kemudian menempel pada substrata tau menempel pada tmbuhan.
Pemijahan sering terjadi sesudah ikan beruaya ke tempat yang cocok, meskipun
sering melawan arus yang selanjutnya akan membawa telur dan larva kembali ke
daerah pengasuhan (nursery area). Beberapa ikan beruaya ke pantai termasuk
kelompok anadromus seperti shad (Alosa sp) (Bond 1979).
Berpasangan merupakan hal ang umum pada banyak jenis ikan, misalnya ikan
tuna yang memijah diperairan bebas atau di bagian dasar perairan. Beberapa
spesies lain berpasangan unuk memijah setelah satu dari pasangan tersebut atau

keduanya menyiapkan tempat untuk meletakkan telur. Ikan mujair jantan
membuat lubang di dasar perairan dan kemudian menarik betina untuk memijah
disitu. Telur yang telh dibuahi disimpan dan dierami oleh induk betina di rongga
mulutnya. Anak ikan yang sudah menetas untuk beberapa waktu masih dijaga dan
diasuh oleh induk betina.

2. Ikan Vivipar
Golongan ikan vivipara adalah ikan yang embrionya berkembang dalam ovarium,
sehingga embrio atau larva dikeluarkan pada saat pemijahan. Berangkat dari
pengertian ini, dapat dikatakan ikan vivipara melahirkan anak dalam pola
reproduksinya. Anak ikan yang dilahirkan hamir menyerupai individu dewasa.
Golongan ikan ini umumnya berfekunditas kecil dan keturunannya mendapat
semacam jaminan dari induk untuk dapat melangsungkan hidup awal dengan
aman. Hal ini yang membedakan ikan vivipar dari golongan ikan ovipa yang
fekunditasnya besar dengan ujuan untuk mengimbangi keadaan sekelilingnya,
terutama dari serangan predator. Kondisi demikian menunjukkan bahwa ikan
vivipara lebih modern (maju) daripada ikan ovipar dalam hal mempertaruhkan
eksistensal spesies.
Pola vivipaitas ini memerikan beberapa keunggulan bagi keberlanjutan populasi
(Bond, 1979). Pertama, viviparitas merupakan suatu bentuk perlindungan. Telur

dan embrio terlindung dari serangan pemangsa kecuali jumlahnya terlalu besar
untuk dikandung oleh indukya. Selain itu telur dan embrio juga terlindung dari
kondisi air yang membahayakan seperti anoksia, arus yang sangat deras, dan suhu
tinggi.
Fertilisasi jenis vivipar dilakukan secara internal, tidak eksternal seperti umumnya
pada kelompok ovipar. Berkenaan dengan hal tersebut fertilisasi memerlukan
modifikasi perilaku dan pengebangan alat penyalur spermatozoa ke dalam lubang
genital ikan betina. Famili Poecilidae mengembangkan alat yang dinamakan
spermatofora (Bond, 1979). Ikan hiu mengembangkan alat klasper yang
merupakan modifikasi sirip ventral.
Lama anak dalam kandungan dapat berubah-ubah bergantung kepada kondisi
lingkungannya. Suhu yang lebih tinggi daripada yang biasanya dapat
menyebabkan masa mengandung menjadi semakin pendek atau sebaliknya.
Jumlah anak ikan yang dikandung oleh induknya bergantung kepada besar kecil
induk. Semakin besar induk ikan akan semakin banyk pula jumlah anak yang
dapat dikandung.
Umumnya ikan bertulang rawan (cucut dan pari) merupakan glongan vivipara.
Meskipun demikian beberapa ikan bertulang sejati misalnya Poecilitidae,
Anablepidae dapat dikategorikan melahirkan anak.
a. Matrotrofik

Perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan plasenta pada
tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya juga termasuk formasi
pseudoplasenta. Pada spesies ikan yang nonplasenta, perkembangan anakan
mendapat makanan dari kuning telur untuk beberapa waktu, dan selanjutnya
kuning telur mendapat tambahan (suplemen) dari sekresi (susu uterin) induk.
Tambahan tersebut pada sebagian kecil spesies dapat berasal dari telur dan
embrio yang mati. Pada beberapa spesies Elasmobranchii sekresi nutritive
diambil melalui mulut atau spirakel. Pada yang lain, villi (trofonemata) yang
mensekresikan cairan nutritif memanjang melewati spirakel embrio menuju ke
sluran pencernaan (Bond, 1979). Di antara Ikan Teleostei yang matrotrofik

2.5

struktur tambahan yang dikembangkan berfungsi sebagai perluasan permukn
serapan, perluasan kantung pericardial pada sebagian Poecilidae.
b. Lesitotrofik
Ikan lesitotrofik merupakan golongan ikan yang juga melahirkan anak seperti
halnya ikan matrotrofik, namun anak yang dikandung selama
perkembangannya mendapat makana dari persediaan kuning telur yang nonplasental. Induk hanya memberikan perlindungan kepada perkembangan telur
tadi.

Banyak anggota rockfish (Seorpaenidae) yang termasuk kelompok lesitotrofik
melepaskan larva yang baru menetas. Tidak ada bagian tertentu ovarium yang
dikembangkan sebagai tempat telur berada selama masa pengeraman (Bond,
1977).
Pada Ikan Poecilida anakan tinggal sampai tahap juvenile tercapai, baru
dilahirkan. Anakan tinggal pada folikel ovarium serta dibekali kuning telur
dalam jumlah yang cuku untuk berkembang Pada Ikan Gambusia dan
Xipophorus kantung pericardial meluas menjadi struktur mirip kerudung yang
berlipat di atas kepala, yan berfungsi sebagai alat respirasi. Banyak anggota
Elasmobranchii menyimpan kapsul telur dalam oviduct sampai anakan
berkembang sempurna. Pada sawfish dan guitarfish kapsul tersebut berisikan
dua sampai empat telur. Pada beberapa anggota lain Elasmobranchii kapsul
telur tidak berkembang baik, dan anakan dengan kantung kuning telur berad
pada bagian uterus dari oviduct (Bond, 1977).
Peran Hormon dalam Reproduksi

Proses reproduksi berkaitan erat dengan lingkungan perairan.
Oleh Karena itu proses reproduksi yang berujung pada pemijaha
memerlukan berbagai adaptasi terhadap lingkungan agar proses ini
dapat berlangsung dengan mulus dan berhasil. Ukuan keberasilan ialah

bila ikan dapat berkembang biak dan anaknya mampu tumbuh da
berkembang. Kunci keberhasilan reproduksi ialah berpijah pada waktu
dan tempat yang tepat. Saraf dan hormon merupakan system yang
mengindikasikan kondisi dan situasi lingkungan. Dua factor lingkungan
yang menonjol adalah suhu dan cahaya. Bagaimana system hormone dan
saraf bekerja bertalia dengan lingkunan, diagram yang tegambar pada
Gambar 11-10 memperlihatkan hal tersebut.
Pada beberapa spesies kesiapan reproduksi tercapai Karena adanya
pengaruh lamanya penyinaran dan suhu yang hangat. Pemijahan terjadi
ketika ada pemendekan penyinaran dan penurunan suhu, namun kejaian
yang sebaiknya juga bisa tejadi. Beberapa spesies terutama tanggap
terhadap suhu, sedangkan spesies lain lebih tanggap terhadap cahaya.
Aliran alir dan banjir, ketersediaan pakan, salinitas, dan juga beberapa
factor lingkungan lainnya dapat memberikan dampak terhadap system
endokrin yang bertalian dengan reproduksi (Bond,1979). Pars ditalis

proksimal dari pituitary mengeluarkan hormon gonadotrofk yang
mendorong perkembangan telur dan sperma, danmerangsang produksi
steroid androgen dan estrogen yang mengendalikan tingkah laku seksual
dan perkembangan ciri seksual dan sekunder. Sistem inilah yang
kemudian ditiru dalm budidaya ikan unuk mengkondisikan ikan memijah
lebih cepat atau lebih lambat dari musim pemijahan yan biasa dengan
mengatur pencahayaan suhu, arus air, dan lain-lain. Waktu pemijahan
juga dapat dikendalikan dengan menginjeksikan ekstrak pituitary.
Keberhasilan reproduksi tidak hanya bergantung kepada sinkronisasi
produksi gamet berkaitan dengan lingkungan. Tingkah lau reproduksi
yang bertalian dengan tahap perkembangan gamet juga dapat menjadi
penentu keberhasilan reproduksi. Tingkah laku ini terkait dengan peran
hormone (Stacey,1983). Tingkah laku seksual dapat berubah Karena
penghilangan kelenjar hormon.

2.6

Pemijahan
Pemijahan ikan dapat ditinjau dari berbagai hal sepeti dari titik

pandang daur pemijahan, system pemijahan, dan tipe pemijah.
1. Daur pemijah
Sebagian besar ikan melakukan pemijahan beberapa kali dalam
masa hidupnya. Ikan golongan ini dinamakan kelompok ikan
iteroparaous (iteo=berualang, paraous= melahirkan). Kelompok
ikan iteroparaous ada yang memijah setahun sekali. Namun,
diantara kelompok ini ada juga yang pemijahannya berulang lebih
dari satu kali dalam setiap tahun, misalnya ikan mujair. Bahkan
Lebistes memijah pada setiap interval emapat minggu (Lagler et
al.,1977). Beberapa spesies ikan, seperti sidat (Anguilla) dan
salmon pasifk yang melakukan pemijahan hanya sekali dalam masa
hidupnya dan kemudian sesudahnya ia mati, dinamakan kelomok
semelparous. Ikan salmon mnetas di peraira tawar, kemudian
beruaya ke laut untuk periode sekitar empat tahun, dan kemudian
kembali ke perairan tempat dia dulu ditetaskan untuk memijah dan
mati.
Sebagian besar ikan mempunyai musim pemijahan yang pasti.
Ikan-ikan di daerah bermusim empat uumnya memijah pada musim
semi atau musim panas. Ikan tropic memijah sepanjang tahun,
namun sebagian memijah pada awal musim penghujan terutama
ikan penghuni sungai.
2. Sistem Pemijahan
Yang dimaksudkan dengan system pemijahan disini adalah jumlah
pasangan yang terlibat dalam perkawinan pada satu musim
pemijahan. Dalam sistem pemijahan terdapat tiga kategori, yakni
promiscuous, poligami, dan monogami.
Pada system poligami satu individu mengawini banyak individu lain
dengan beda jenis kelamin. Pada jenis ini ada yang berwujud
poliandri

dan

poligini.

Poliandri

yakni

satu

individu

betina

mengawini banyak individu jantan, sedangkan poligini satu individu
jantan mengawini banyak individu betina.
3. Tipe Pemijahan
Ikan dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni dengan cara
bertelurnya (pemijahan), yakni pemijahan serempak dan pemijahan
bertahap. Pemijahan serempak yaitu sistem pemijahan yang saat
bertelurnya mengeluarkan memijahkan seluruh telurnya dalam
satu musim, sedangkan pemijahan bertahap hanya beberapa kali
memijahkan telurnya dalam satu musim.

LANJUTKEUN
ADZZZ

2.7

Ruaya Pemijahan

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA