HAKEKAT BAHASA SEBAGAI DASAR FILSAFAT TE

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/hakikat-bahasa-sebagai-filsfat-bahasa.html

HAKEKAT BAHASA SEBAGAI DASAR FILSAFAT
TEORI BAHASA
Perhatian filsafat terhadap bahasa yang merupakan paradigma teori-teori
bahasa sebenarnya telah berlangsung lama bahkan sejak zaman Yunani.
Sebagaimana diketahui Herakleitos telah mengembangkan pemikiran bahwa
“kata” (logos) menurutnya bukan semata-mata gejala antropologis melainkan
mengandung kebenaran kosmis yang universal. Demikian pula bilamana sebelum
Herakleitos ‘kata’ seringkali dipandang sebagai memiliki makna magis, namun
Herakleitos mengembangkannya sebagai fungsi semantic dan simbolis. Dalam
pengertian inilah dalam zaman Yunani kuno filsafat bahasa telah mendapat
perhatian

para

filsuf.

Demikian

juga


filsuf

besar

dunia

Plato

telah

mengembangkan pemikiran filsafat bahasa. Ia telah membahas tentang hakikat
bahasa, di mana ia menyatakan bahwa bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang
dengan perantaraan ‘onoma’ dan ‘rhemata’ yang merupakan cermin dari ide
seseorang melalui arus ujaran. Demikian juga pada saat itu telah berkembang
pemikiran spekulatif tentang hakikat bahasa sebagai ‘analogi’ dan ‘anomali’.
Ungkapan-ungkapan metafisik juga telah dikembangkan oleh para filsuf sebagai
upaya untuk menguak hakikat bahasa, antara lain Schleiermecher, Dilthey,
Heidegger maupun Gadamer.
A. Bahasa sebagai Sesuatu yang Alamiah

Manusia dalam hidupnya sebagai makhluk tidak dapat memenuhi
hasratnya secara sendiri-sendiri oleh karena itu manusia harus senantiasa
berkomunikasi dengan manusi lain. Dalam komunikasi manusia tidak akan
terjadi dengan baik manakala manusia tidak menggunakan suatu media
respresentative yaitu bahasa. Oleh karena itu nampaknya bahasa adalah
merupakan sarana khas makhluk manusia.
Walaupun secara ontologis bahasa memiliki hubungan sebab akibat
dengan manusia, namun ditinjau berdasarkan bagaimana bahasa itu berbunyi
dan nampak, maka terdapat pemikiran filosofis bahwa bahasa adalah bersifat
alamiah. Sesuatu yang terdapat dalam substansi bahasa itu sendiri pada
hakikatnya adalah bersifat alamiah,1karena sistem bunyi yang terdapat
1

Prof. Dr. Kaelan, M.S. Pembahasan Filsafat Bahasa (Yogyakarta: Paradigma,2013). Hal.284.

1
https://al-islamk.blogspot.com

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/hakikat-bahasa-sebagai-filsfat-bahasa.html


didalamnya, hubungan antara sistem bunyi tersebut dengan realitas di lar
bahasa itu sendiri merupakan sesuatu yang tidak direncanakan.
1. Bahasa Bersifat Kausalitas
Secara ontologis bahasa memiliki hubungan sebab akibat dengan
aktivitas manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi adalah merupakan
suatu penuangan pikiran manusia

selain itu bahasa sebagai suatu

manifestasi tingkah laku manusia. Hal itu meliputi dua macam dasar yaitu:
a. Bahasa sebagai pemikiran atau ide
Bahasa dapat dianggap sebagai dari hasil proses pemikiran, secara
kausalitas bahasa terwujud karena merupakan hasil pemikiran manusia.
Oleh karena itu struktur bahasa juga ditentukan oleh struktur pemikiran
manusia. Pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran
mendapatkan pengertian baru dengan perantara hal yang sudah diketahui.
Berpikir yang pada hakikatnya bersifat membangun (konstruktif). 2 Sifat
bahasa yang alamiah merupakan hasil pemikiran manusia ini
dikembangkan oleh paham tradisionalisme.
Brunot seorang tokoh aliran tradisionalisme menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara bahasa dengan pemikiran manusia yang terbagi
menjadi lima kategori pemikiran yaitu: wujud, fakta, lingkungan,
perasaan-perasaan, dan hubungan.3
b. Bahasa sebagai tingkah laku.
Pada sisi lain bahasa juga dianggap tersusun dari unit-unti tingkah
laku. Fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai denagn
banyaknya tindak dan prilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan,
karena bahasa digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan,
sedangkan prilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam. 4 Aliran
ini banyak dikembangkan oleh pakar yang memiliki latar belakang ilmu
sosiologi, antropologi bahkan kalangan linguis sendiri. Aliran teori
bahasa tagmemik yang dipelopori oleh Kenneth L. Pike misalnya
mengembangkan teorinya berdasarkan pada pemikiran bahwa bahasa
adalah tidak dapat dipisahkan dengan tingkah laku manusia pada
2

Poespropoja W. Logika Scientika Pengantar Dialektika dan Ilmu (Bandung: Pustaka
Grafika,2007)
3
Prof. Dr. Kaelan, M.S. Op.cit. Hal.285-286.

4
Abdul Chaer, Psikolinguistik, (Jakarta: Rineka cipta cetakan kedua, 2009), Hal. 33.

2
https://al-islamk.blogspot.com

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/hakikat-bahasa-sebagai-filsfat-bahasa.html

umumnya.Menurut Pike bahwa unit dasar bahasa adalah ‘tagmeme’ yang
berasal dari bahasa Grik ‘tagma’ yang berarti arrangement (susunan).
2. Bahasa Bersifat Bebas
Terdapat teori yang menyatakan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah
sebagai suatu substansi yang bebas. Bahasa adalah sebagai sesuatu substansi
yang tidak tergantung pada sesuatu yang lain. Hal ini meliputi dua
pengertian bahasa yaitu:
a. Bahasa sebagai struktur
Pemikiran tentang hakikat bahasa yang hanya dipandang sebagai
struktur, terutama struktur empiris adalah pandangan bahasa sebagaimana
dikemukakan oleh kalangan penganut strukturalisme, yang dipelopori
oleh Saussure bahwa bahasa merupakan suatu bangunan dari unit-unit

yang lebih kecil dan sampai yang terkeci, kata, morfem, fonem.5
Pandanga dasar ini dikembangkan lebih lanjut oleh sejumlah aliran
antara lain aliran Gloosematik. Teori Gloosematik menganggap bahasa
sebagai suatu sistem hubungan internal. Aliran ini juga menggunakan
metode logika formal yang bertujuan untuk menggambarkan struktur
internal bahasa secara lengkap dengan sederhana mungkin. Aliran lain
yang mengembangkan teori strukturalisme adalah Noam Chomsky dan
Bloomfield. Bloomfield beranggapan bahwa bahasa sebagai suatu
struktur empiris sampai tingkat yang terkecil bahasa yaitu fonem.
Adapun Comsky menampilkan pemikiran yang lebih maju. Ia memulai
dengan suatu anggapan bahwa struktur kebahasaan itu sudah sebagai
suatu teori yang menurunkan semua kalimat-kalimat gramatikal. Teori ini
berusaha untuk menjelaskan bagaimanakah unsur struktur yang
jumlahnya terbatas yang terdapat dalam suatu bahasa tertentu dapat
menghasilkan kalimat yang jumahnya tidak terbatas.
b. Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi.

Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan
manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan
perasaan, emosi dan lain sebagainya. Sarana yang vital dalam

komunikasi adalah bahasa. Bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial.
5

Prof. Dr. Kaelan, M.S. Op.Cit. Hal.287.

3
https://al-islamk.blogspot.com

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/hakikat-bahasa-sebagai-filsfat-bahasa.html

Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia.
Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat setempat. Gagasan, ide,
pikiran, harapan, dan keinginan disampaikan lewat bahasa. Bahasa
merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui bahasa
yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan,
motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan, dan adat
istiadat manusia.
B. Bahasa sebagai Aktivitas Manusia
Dalam kehidupan manusia bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi, melainkan juga menyertai proses berfikir manusia dalam usaha

memahami dunia luar. Informasi lewat bahasa, selain hanya menunjuk pada
struktur kebahasaan itu sendiri, juga mampu menunjuk pada sesuatu yang lain
yaitu berkaitan dengan aktifitas mental. Hubungan antara bahasa dengan
pikiran sehingga menghadirkan konsep mental yang akhirnya membentuk
suatu pandangan hidup seseorang atau suatu masyarakat telah menjadi bahan
kajian para filsuf bahkan sejak zaman aristoteles. Misalnya aristoteles telah
mengemukakan bahwa kata-kata sebagai sarana ujaran pada hakikatnya dapat
digunakan sebagai penanda sikap maupun suatu aktivitas kejiwaan.
Pemikiran ini memang berbeda dengan pemikiran-pemikiran
terdahulu yang menekankan bahasa sebagai komunikasi, sebagai unsur-unsur
pemikiran. Pemikiran yang menganggap bahwa bahasa sebagai suatu aktivitas,
yaitu menyangkut fungsi bahasa digunakan manusia dalam hidupnya sebagai
suatu aktivitas mental manusia yang meliputi aktivitas jiwa, dan aktivitas
otak.6
Secara ontologi bahasa dianggap sebagi suatu aksi yaitu sebagai suatu
dinamika gerak mental manusia. Pengembangan bidang ini dalam sudi bahasa
disebut sebagai bidang psikomekanik. Prinsip teori ini ialah bahwa gerak
mental yang ikut terjadi pada waktu bahasa diungkapkan tentu memerlukan
waktu, walaupun sekecil mungkin. Pskikomekanik digunakan untuk mengkaji
gerak-gerak mental tersebut dan untuk menyatakannya dengan mental, dalam

rangka memperlihatkan proses mental yang terjadi dalam penggunaan bahasa.
C. Bahasa Bersifat Dinamis
6

Ibid. Hal. 290

4
https://al-islamk.blogspot.com

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/hakikat-bahasa-sebagai-filsfat-bahasa.html

Terdapat aliran filsafat bahasa yang hanya mendasarkan pada
pemikiran ontologis bahwa bahasa hanya merupakan suatu aksidensia yaitu
perubahan.
Menurut pandangan ini bahwa bahasa pada hakikatnya adalah suatu
perubahan yang terus menerus, bukan sesuatu yang bersifat sudah jadi. Dalam
pandangan ini, nampaknya selaras dengan pandangan filosofis pemikiran –
pemikiran filsafat zaman Yunani kuno, yaitu Thales, Anaximandros, dan
Aniximenes yang menyatakan segala sesuatu di alam semesta ini adalah
senantiasa berubah.

Aliran dalam filsafat bahasa yang kemudian berkembang menjadi
teori dan ilmu bahasa memandang bahasa sebagai suatu perubahan yang terus –
menerus, misalnya pemikiran yang dikembangkan oleh Jaspersen, Meyer,
Lubke, Sweet, Schuchardt, dan para tokoh linguistik lainnya. Perubahan itu
dapat menyangkut aksidensia ruang maupun waktu, yang bisa terjadi pada
individu dan masyarakat sebagai penutur bahasa.
Bahasa adalah merupakan salah satu unsur kebudayaan manusia. Oleh
karena itu perkembangan bahasa senantiasa selaras dengan perkembangan
kebudayaan manusia. Bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang
saling

berkesinambungan.

Bahasa

yang

digunakan

dalam


kelompok

masyarakat yang lainnya dalam suatu proses akulturasi kebudayaan
Pandangan tentang hakikat bahasa sebagai suatu perubahan yang
berdasarkan ruang membawa perubahan juga pada berbagai macam teori
bahasa. Banyak ahli bahasa menyelidiki perubahan bahasa menurut ruang yaitu
wilayah di mana bahasa tersebut hidup dan berkembang, yang memiliki induk
bahasa yang sama.7
Simpulan
1. Manusia dalam hidupnya sebagai makhluk tidak dapat memenuhi hasratnya
secara

sendiri-sendiri

oleh

karena

itu

manusia

harus

senantiasa

berkomunikasi dengan manusi lain. Dalam komunikasi manusia tidak akan
terjadi dengan baik manakala manusia tidak menggunakan suatu media
respresentative yaitu bahasa. Oleh karena itu nampaknya bahasa adalah
merupakan sarana khas makhluk manusia. Walaupun secara ontologis
7

Ibid, hal.293

5
https://al-islamk.blogspot.com

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/hakikat-bahasa-sebagai-filsfat-bahasa.html

bahasa memiliki hubungan sebab akibat dengan manusia, namun ditinjau
berdasarkan bagaimana bahasa itu berbunyi dan nampak, maka terdapat
pemikiran filosofis bahwa bahasa adalah bersifat alamiah. Sesuatu yang
terdapat dalam substansi bahasa itu sendiri pada hakikatnya adalah bersifat
alamiah, karena sistem bunyi yang terdapat didalamnya, hubungan antara
sistem bunyi tersebut dengan realitas di lar bahasa itu sendiri merupakan
sesuatu yang tidak direncanakan.
2. Dalam kehidupan nusia bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi, melainkan juga menyertai proses berfikir manusia dalam
usaha memahami dunia luar. Informasi lewat bahasa, selain hanya
menunjuk pada struktur kebahasaan itu sendiri, juga mampu menunjuk
pada sesuatu yang lain yaitu berkaitan dengan aktifitas mental. Hubungan
antara bahasa dengan pikiran sehingga menghadirkan konsep mental yang
akhirnya membentuk suatu pandangan hidup seseorang atau suatu
masyarakat telah menjadi bahan kajian para filsuf bahkan sejak zaman
aristoteles. Misalnya aristoteles telah mengemukakan bahwa kata-kata
sebagai sarana ujaran pada hakikatnya dapat digunakan sebagai penanda
sikap maupun suatu aktivitas kejiwaan.
3. Terdapat aliran filsafat bahasa yang hanya mendasarkan pada pemikiran
ontologis bahwa bahasa hanya merupakan suatu aksidensia

yaitu

perubahan. Menurut pandangan ini bahwa bahasa pada hakikatnya adalah
suatu perubahan yang terus menerus, bukan sesuatu yang bersifat sudah
jadi. Dalam pandangan ini, nampaknya selaras dengan pandangan filosofis
pemikiran – pemikiran filsafat zaman Yunani kuno, yaitu Thales,
Anaximandros, dan Aniximenes yang menyatakan segala sesuatu di alam
semesta ini adalah senantiasa berubah.

6
https://al-islamk.blogspot.com

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/hakikat-bahasa-sebagai-filsfat-bahasa.html

Daftar Pustaka
Kaelan. 2013. Pembahasan Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Paradigma.
W, Poespropoja. 2007. Logika Scientika Pengantar Dialektika dan Ilmu.
Bandung: Pustaka Grafika.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik. Jakarta: Rineka cipta cetakan kedua.

7
https://al-islamk.blogspot.com