Elias tugas hukum tata negara
Perbedaan antara hukum tata negara dengan hukum tata usaha negara
Istilah pengertian atau perbedaan hukum tata negara dengan hukum tata usaha negara.
Istilah hukum tata negara’’ merupakan hasil terjemahan dari perkataan bahasa belanda
staatsrecht.sudah menjadi kesatuan pendapat di antar para sarjana hukum belanda untuk
membedakan antara hukum’’hukum tata negara dalam arti luas(staatsrecht in ruime
zin)dan hukum tata negara dalam arti sempit (staatsrecht in engezin) dan untuk membagi
hukum tata negara dalam arti luas itu atas dua golongan hukum yaitu:
1. Hukum tata negara dalam arti sempit(staatsrecht in enge zin)atau untuk singkatnya
dinamakan hukum tata negara (staatsrecht);
2. Hukum tata usaha negara(administratief rech)
Perbedaan pendapat dari yg timbul di antara para sarjana hukum belanda itu adalah justru
mengenai batas batas pengertian kedua golongan hukum itu.apakah menjadi garis
pemisah antara hukum tata negara (dalam arti sempit) dan hukum tata usaha negara atau
apakah yg di pakai bsebagai ukuran untuk menamakan segolongan kaidah hukum sebagai
hukum tata negara dan segolongan kaidah hukum lainnya sebagai hukum tata negara dan
segolongan kaidah kaidah hukum lainnya sebagai hukum tata usaha negara?
Van vollenhoven menerangkan bahwa hukum tata usaha negara itu adalah semua kaidah
hukum yang bukan hukum tata negara material,dan bukan hukum pidana material,van
vollenhoven membuat satu skema mengenai hukum tata usaha negara.didalam skema itu
ia membagi hukum tata usaha negara atas golongan golongan antara lain:
1. Hukum pemerintahan (bestuursrecht)
2. Hukum peradilan (justitierecht)ini dibagi lagi atas:
a.peradilan ketenaga kerjaan
b.peradilan perdata.
c.peradilan tata usaha
d.peradilan pidana
3.hukum kepolisian(politierecht)
4.hukum perundang undangan (regelaarsrecht)
Menurut logemann,hukum tata negara itu adalah hukum organisasi negara atau hukum
keorganisasian negara atau hukum mengenai organisasi(tata susunannya)negara.hukum ini
dapat di bagi atas dua golongan,yaitu sebagai berikut;
1. Hukum mengnai persoalan kepribadian hukum dari jabatan jabatan negara
memungkinkan kumpulan kumpulan jabatan jabatan itu di satukan lebih lanjut dalam satu
kepribadian hukum .
2. Hukum mengenai (luasnya)lingkungan kekuasaan negara yaitu suatu lingkungan di mana
kaidah kaidah hukum negara mempunyai kekuatan hukum yg berlaku.
Menurut van praag,baik hukum tata negara maupun hukum tata usaha negara adalah suatu
system delegasi dari peraturan peraturan tentang kekuasaan yang bertingkat tingkat.pada
hukum tata negara terdapat kaidah kaidah yang mendelekasikan kekuasaan dari pembuat
UUD pada pembuat UU,dari organ yang tertinggi kepada organ yg lebih rendah untuk
membuat aturan aturan yang berlaku umum (algermene regels)seperti KUH perdata dan
KUH pidana,dan lain lain.jadi pendelegasian termasuk dalam hukum tata negara ini adalah
tingkat tertinggi.sementara itu pada hukum tata usaha negara terdapat kaidah kaidah yg
mendelegasikan kekuasaan dari pembuat undang undang pada organ organ yg lebih rendah
untuk mengatur haln hal yg khusus atau membuat aturan aturan konkret tentang kejadian
kejasdian yg konkret.
1. Hukum tata negara meliputi hukum mengenai susunan (struktur)umum dari negara,yaitu
yg terdapat dalam undang undang organik
2. Hukum tata usaha negara meliputi hukum yg mengatur susunan dan wewenang khusus
dari alat alat perlengkapan badan badan kenegaraan,seperti hukum
kepegawaian(termasuk mengenai pensiun)peraturan wajib militer,peraturan mmengenai
jaminan sosial,peraturan perumahan,peraturan perburuhan,peraturan jaminan orang
miskin,dan sebagainya.
Sebagai reaksi terhadap pendapat pandapat yg membedakan secara tajam antara hukum tata
negara dan hukum tata usaha negara,timbul dua aliran sebagaimana di jelaskan di bawah ini?
1. Aliran relativisme
Menurut aliran ini,sesungguhnya tidak ada perbedaan yg tajam antara hukum tata negara
dan hukum tata usaha negara.timbuil aliran .sebagaimana di jelaskan di bawah ini.
1. Aliaran relativisme
Menurut aliran ini sesungguhnya tidak ada perbedaan yang tajam antar hkum tata
negara dan hukum tata usaha negara sebab kedua duanya mempunyai lapangan
penyelidiksan yang sma yakni negara;hanya cara meninjau objeknya dan cara
pendekatanya dari sudut yg berlainan.
2. Aliran historis utilitis
Menurut aliran ini,hukum tata negara dan hukum tata usaha negara ini tidak mungkin
dibedakan secara prinsipiil dan konsekuen,karena perbedaanya hanyalah di
dadasarkan atas pertimbangan historis dan utilitis.
R.Bonard menerangkan bahwa hukum tata negara itu meliputi ketentuen ketentuan mengenai alat
alat perlengkapan yg tertinggi dari negara,sedangkan hukum tata usaha negara meliputui
ketentuan ketentuan mengenai tata usaha(administrasi)negara dan alat alat perlengkapan
administrasi dari negara.
Lebih lanjut , M.Dduverger menerangkan bahwa di dalam organisasi negara itu harus dibedakan
antara pengusaha dalam arti sebenarnya(gouvernants proprementdits)dan pejabat pejabat tata
usaha(gouvernants proprements)dan pejabat pejabat tata usaha (administrateurs)pengusaha
negara dalam arti sesungguhnya,menurut dia,adalah alat alat perlengkapan negara tertinggi(ies
organs supremes de I’etat)yang mengambil keputusan mengenai prinsip haluan politik
umum,sedangkan pejabat tata usaha negara adalah mereka yang melaksanakan keputusan
keputusan prinsip itu dalam menghadapi keadaan keadaan khusus.
Atas dasar pembedaan jenis tugas kenegaraan yg mengkibatkan keharusan pembedaan jenis alat
perlengkapan seperti diterangkan di atas,kita dapat membagi hukum tata negara atas dua
golongan sebagai berikut:
1. Hukum tata usaha negara ialah hukum mengenai sususnan tugas dan wewenang,dan
hubungn kekuasaan satu sma lain,hubungn dengan pribadi pribadi hukum lainnya dari
alat alat perlengkapan(jabatan jabatan)tata usaha negara sebagai pelaksana segala usaha
negara (perundang undangan pemerintahan dan peradilan)menurut prinsip prinsip yang
telah di tetapkan oleh alat alat perlengkapan negara tertinngi(badan legislative badan
eksekutif,dan badan yudikatif)
2. Hukum tata negara ialah hukum mengenai organisasi negara pada umumnya(hubungan
penduduk dengan negara.pemiliham umum,kepartaian,cara menyalurkan pendapat dari
rakyat,wilayah negara,dasar negara,hak asasi manusia,lagu,bahasa,lambangb pembagian
negara atas kesatuan.kesatuan kenegaraan dan sebagainya)mengenai system pemeritahan
negara (structure gouvernementale)mengenai kehidupan politik rakyat dalam
hubungnnya dengan susunan organisasi negara,mengenai susunan,tugas dan
wewenang,hubungn kekuasaan satu sama lain,serta hubungannya dengan rakyat dari alat
alat perlengkapan ketatanegaraan sebagai jabatan jabatan tertinggi yang menetapkan
prinsip umum bagi pelaksanaan berbagai usaha negara,singkatnya,segala sesuatu
mengenai organisasi negara yg tidak termasuk hukum tata usaha negara seprti tersebut di
nomor 1 dapat dimasukan kedalam hukum tata negara.
Hukum tata usaha negara
1.
2.
1.
2.
3.
4.
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha negara. Yang dimaksud “rakyat pencari keadilan”
adalah setiap orang baik warga negara Indonesia maupun orang asing dan badan hukum perdata
yang mencari keadilan pada Paradilan Tata Usaha Negara.
Tujuan
Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan
warga negaranya, yakni sengketa yang timbul sebagai akibat adanya tindakan-tindakan pemerintah
yang dianggap melanggar hak-hak warga negaranya. Tujuan pembentukan Peradilan Tata Usaha
Negara adalah:
Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak individu.
Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan
bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut.
Tujuan tersebut diatas, kemudian ditampung dalam penjelasan umum angka ke-1 UU no. 5 Th
1986 tetang Peradilan Tata Usaha Negara (untuk selanjutnya digunakan istilah UU PERATUN).
Dengan demikian, fungsi dari Peradilan Tata Usaha Negara sebenarnya adalah sebagai sarana
untuk menyelesaikan konflik yang timbul antara pemerintah (Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara) dengan rakyat (orang atau badan hukum perdata) sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan tata usaha negara)
Jika ditelusuri, sebanarnya telah banyak upaya yang dilakukan agar terwujud suatu UndangUndang yang mengatur tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Upaya2 yang mendukung ke arah
terwujudnya Undang2 tentang Peradilan Tata Usaha Negara telah dimulai sejak periode pra 1986,
misalnya adanya Rancangan Undang-Undang (RUU) Wiryono Prodjodikoro, yang merintis lahirnya
Undang-Undang tentang Peradilan Administrasi Negara sejak tahun 1949. Rancangan UndangUndang Lembaga Pembinaan Hukum Nasional (RUU LPHN) Gaya Lama. RUU Usul Inisiatif
DPRGR dan RUU LPHN Gaya Baru semuanya bertujuan untuk membentuk Peradilan Tata Usaha
Negara. Namun beberapa RUU yang telah diupayakan tersebut tidak diteruskan ke DPR untuk
diadakan pembahasan. Barangkali yang menjadi sebabnya adalah belum adanya kemauan politik
dari pemerintah pada waktu itu. RUU tentang Peradilan Tata Usaha yang pernah diajukan dan
dibahas oleh DPR yaitu RUU Th 1982, namun No 14 Th 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kahakiman. Sebagai pelaksana, sudah barang tentu RUU ini harus sesuai dengan UU
pokoknya. Karena itu, pemerintah beranggapan judulnya tidak bisa lain dari yang telah ditetapkan
dalam UU pokoknya. Namun usul DPR tersebut telah diakomodasi dalam batang tubuhnya yang
menyebutkan bahwa UU Peradilan Admistrasi Negara. Pasal 10 UU No. 14 Tahun 1970 yang
terakhir telah direvisi dengan UU No. 4 Tahun 2004 tantang Kekuasaan Kehakiman menentukan
adanya 4 lingkungan peradilan yaitu :
Peradilan Umum
Peradilan Agama
Peradilan Militer
Peradilan Tata Usaha Negara
Masing-masing lingkungan peradilan memiliki wewenang mengadili badan–badan peradilan tingkat
pertama dan banding, yang semuanya berpuncak ke Mahkamah Agung RI. Untuk melaksanakan
ketentuan pasal 10 UU No. 14 Th 1970 Jo. UU No. 4 Th 2004, maka telah melalui proses panjang
pada tanggal 29 Desember 1986 dibentuk UU No. 5 Th 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
(LN 1986 No. 77 dan TLN No. 3344). Setelah sempat ditidurkan selama 5 tahun sejak diundangkan,
UU No. 5 Th 1986 baru diterapkan secara efektif setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 7
Th 1991 tentang penerapan UU No. 5 Th 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (LN 1991 No.
8) pada tanggal 14 Januari 1991. Yang kemudian dengan adanya tuntutan reformasi dibidang
hukum, telah disahkan UU No. 9 Th 2004 tentang Perubahan UU No. 5 Th 1986. Demikian secara
ringkas sejarah lahirnya UU PERATUN
Ruang Lingkup
Sifat hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara berbeda dengan sifat hukum acara
perdata. Bertumpu pada sifat tersebut, hukum acara PTUN menjadi bagian dari hukum publik.
Konsekuensinya hukum acara PTUN memiliki karakter hukum publik. Dengan demikian PTUN
termasuk peradilan dalam ruang lingkup hukum publik.
Tugas dan Wewenang
Pengadilan mempunyai tugas dan wewenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa tata usaha. (vide pasal 47 UU No. 5 Th 1986 Jo. UU No. 9 Th 2004). Pengadilan menurut
UU PERATUN ini adalah Pengadilan Tata Usaha Negara dan/atau Pengadilan Tinggi TUN.
3. Subjek dan Objek Peratun
Subjek
Yang menjadi subjek di peratun adalah Seseorang atau Badan Hukum Perdata sebagai
Penggugat dan Badan atau Pejabat TUN sebagai Tergugat. Mengenai orang (natuurlijk person)
yang dapat menjadi Penggugat, UU PERATUN tidak mengaturnya. Menurut Indroharto, karena UU
PERATUN belum mengatur hal tersebut, maka apa yang berlaku dalam hukum acara perdata dapat
diterapkan pada hukum acara PTUN. Untuk dapat maju tidak dalam keadaan pailit. Selanjunya
mengenai badan hukum perdata yang dapat bertindak sebagai pihak penggugat dalam ruang
lingkup pengertian UU PERATUN ialah Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara
yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata. (vide pasal 1 angka 6). Badan atau
pejabat
TUN adalah badan atau pejabat TUN yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (vide pasal 1 angka 2).
Objek
Dari pengertian Keputusan TUN tersebut di atas dapat diambil unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Penetapan Tertulis.
2. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN.
3. Berisi tindakan hukum TUN.
4. Berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Bersifat konkret, individual dan final.
6. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Ad. 1. Penetapan tertulis
Penetapan pasal tersebut menggariskan bahwa istilah penetapan tertulis terutama menunjuk
pada isi dan bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN. Keputusan itu
memang diharuskan tertulis, namun yang disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formalnya seperti
surat keputusan pengangkatan dan sebagainya. Persyaratan tertulis itu diharuskan untuk
kemudahan segi pembuktiannya. Oleh karena itu sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat
tertulis tersebut dan akan merupakan suatu keputusan badan/pejabat TUN menurut UU ini apabila
sudah jelas:
a. Badan atau pejabat TUN mana yang mengeluarkan;
b. Maksud serta mengenai hal apa tulisan itu;
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya.
Ad. 2. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN
Sebagai suatu keputusan TUN, penetapan tertulis juga merupakan salah satu instrumen
yuridis pemerintah yang dikeluarkan oleh badan pejabat TUN dalam rangka pelaksanaan suatu
bidang urusan pemeritahan. Selanjutnya mengenai apa dan siapa yang dimaksud dengan badan
atau pejabat TUN, disebutkan dalam pasal 1 angka 2: “ Badan atau pejabat TUN adalah badan atau
pejabat yang melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Badan atau pejabat TUN disini ukurannya ditentukan oleh fungsi yang melaksanakan yang
diperbuat itu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan suatu
pelaksanaan dari urusan pemerintahan, maka apa saja dan siapa saja yang melaksanakan fungsi
demikian itu, saat itu juga dapat dianggap sebagai suatu badan atau pejabat TUN.
Sedang yang dimaksud urusan pemerintahan adalah segala macam urusan mengenai masyarakat
bangsa dan negara yang bukan merupakan tugas legislatif atau yudikatif. Dengan demikian apa dan
siapa saja tersebut tidak terbatas pada instansi-instansi resmi yang berada dalam lingkungan
pemerintah saja, akan tetapi dimungkinkan juga instansi yang berada dalam lingkungan kekuasaan
legislatif maupun yudikatif, bahkan pihak swasta, seperti BUMN, Universitas swasta dan yayasan
dapat dikategorikan sebagai badan atau pejabat TUN dalam konteks sebagai subjek di peratun.
Asas asas hukum tata negara
1.2 Asas-asas Hukum Tata Negara
Obyek asas Hukum Tata Negara sebagaimana obyek yang dipelajari dalam Hukum Tata
Negara, sebagai tambahan menurut Boedisoesetyo bahwa mempelajari asas Hukum Tata
Negara sesuatu Negara tidak luput dari penyelidikan tentang hukum positifnya yaitu UUD
karena dari situlah kemudian ditentukan tipe negara dan asas kenegaraan bersangkutan.
1.2.1
Asas Negara Hukum
Yaitu negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga
2
negaranya. Asas Negara hukum (rechtsstaat)
cirinya yaitu pertama, adanya UUD atau
konstitusi yang memuat tentang hubungan antara penguasa dan rakyat, kedua adanya
pembagian kekuasaan, diakui dan dilindungi adanya hak-hak kebebasan rakyat.
Unsur-unsur / ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau Rechstaat
adalah :
1. Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang
mengandung persamaan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kultur dan
pendidikan.
2. Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan atau kekuatan lain apapun.
3. Adanya legalitas dalam arti hukum dalam semua bentuknya.
1. Asas Hukum, Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Asas kedaulatan dan demokrasi menurut jimly Asshiddiqie gagasan kedaulatan
rakyat dalam negara Indonesia, mencari keseimbangan individualisme dan
kolektivitas dalam kebijakan demokrasi politik dan ekonomi. Azas kedaulatan
menghendaki agar setiap tindakan dari pemerintah harus berdasarkan dengan
kemauan rakyat dan pada akhirnya pemerintah harus dapat dipertanggung jawabkan
kepada rakyat melalui wakil-wakilnya sesuai dengan hukum.
1.2.2
Asas Kesatuan
Adalah suatu cara untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu dan damai tanpa adanya
perselisihan sehingga terciptanya rasa aman tanpa khawatir adanya diskriminasi. Asas Negara
kesatuan pada prinsipnya tanggung jawab tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap berada
di tangan pemerintah pusat. Akan tetapi, sistem pemerintahan di Indonesia yang salah satunya
menganut asas Negara kesatuan yang di desentralisasikan menyebabkan adanya tugas-tugas
tertentu yang diurus sendiri sehingga menimbulkan hubungan timbal balik yang melahirkan
hubungan kewenangan dan pengawasan
1.2.1
Asas Pembagian Kekuasaan dan Check Belances
Yang berarti pembagian kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa
bagian baik mengenai fungsinya.
Beberapa bagian seperti dikemukakan oleh John Locke yaitu :
1. Kekuasaan Legislatif
2. Kekuasaan Eksekutif
3. Kekuasaan Federatif
Montesquieu mengemukakan bahwa setiap Negara terdapat tiga jenis kekuasaan
yaitu Trias Politica.
1. Eksekutif
2. Legislatif
3. Yudikatif
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber hukum dalam bahasa Inggris adalah source of law. Perkataan “sumber hukum”
itu sebenarnya berbeda dari perkataan “dasar hukum”, “landasan hukum” ataupun “payung
hukum”. Dasar hukum ataupun landasan hukum adalah legal basis atau legal ground, yaitu
norma hukum yang mendasari suatu tindakan atau perbuatan hukum tertentu sehingga dapat
dianggap sah atau dapat dibenarkan secara hukum. Sedangkan, perkataan “sumber hukum” lebih
menunjuk kepada pengertian tempat dari mana asal-muasal suatu nilai atau norma tertentu
berasal.
Hans Kelsen dalam bukunya “General Theory of Law and State” menyatakan bahwa
istilah sumber hukum itu (sources of law) dapat mengandung banyak pengertian, karena sifatnya
yang figurative and highly ambiguous. Pertama, yang lazimnya dipahami sebagai sources of law
ada 2 (dua) macam, yaitu custom dan statute. Kedua, sources of law juga dapat dikaitkan dengan
cara untuk menilai alasan atau the reason for the validity of law. Ketiga, sources of law juga
dipakai untuk hal-hal yang bersifat non-juridis, seperti norma moral, etika, prinsip-prinsip
politik, ataupun pendapat para ahli, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi pembentukan
suatu norma hukum, sehingga dapat pula disebut sebagai sumber hukum atau the sources of the
law.
Sumber hukum dapat dibedakan antara yang bersifat formal (source of law in formal sense) dan
material (source of law in material sense). Setiap negara memilki system hukum yang berbedabeda sehingga sumber hukum yang digunakan berbeda pula. Namun, khusus dalam hukum tata
negara pada umumnya yang bisa diakui sebagai sumber hukum ada lima, yaitu: Undang-Undang
Dasar dan peraturan perundang-undangan tertulis; yurisprudensi peradilan; konvensi ketata
negaraan; hukum internasional tertentu; dan doktin ilmu hukum tata negara. Seperti di Indonesia,
ada lima sumber-sumber hukum tata negara yang berlaku. Sumber-sumber dan contohnya ini
akan dijelaskan dalam paper ini.
Sumber hukum formil
Pengertian Hukum Formil menunjukkan cara mempertahankan atau menjalankan peraturanperaturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka
hakim.
Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada
cara mempertahankan/ melaksanakan isi peraturan.
Istilah pengertian atau perbedaan hukum tata negara dengan hukum tata usaha negara.
Istilah hukum tata negara’’ merupakan hasil terjemahan dari perkataan bahasa belanda
staatsrecht.sudah menjadi kesatuan pendapat di antar para sarjana hukum belanda untuk
membedakan antara hukum’’hukum tata negara dalam arti luas(staatsrecht in ruime
zin)dan hukum tata negara dalam arti sempit (staatsrecht in engezin) dan untuk membagi
hukum tata negara dalam arti luas itu atas dua golongan hukum yaitu:
1. Hukum tata negara dalam arti sempit(staatsrecht in enge zin)atau untuk singkatnya
dinamakan hukum tata negara (staatsrecht);
2. Hukum tata usaha negara(administratief rech)
Perbedaan pendapat dari yg timbul di antara para sarjana hukum belanda itu adalah justru
mengenai batas batas pengertian kedua golongan hukum itu.apakah menjadi garis
pemisah antara hukum tata negara (dalam arti sempit) dan hukum tata usaha negara atau
apakah yg di pakai bsebagai ukuran untuk menamakan segolongan kaidah hukum sebagai
hukum tata negara dan segolongan kaidah hukum lainnya sebagai hukum tata negara dan
segolongan kaidah kaidah hukum lainnya sebagai hukum tata usaha negara?
Van vollenhoven menerangkan bahwa hukum tata usaha negara itu adalah semua kaidah
hukum yang bukan hukum tata negara material,dan bukan hukum pidana material,van
vollenhoven membuat satu skema mengenai hukum tata usaha negara.didalam skema itu
ia membagi hukum tata usaha negara atas golongan golongan antara lain:
1. Hukum pemerintahan (bestuursrecht)
2. Hukum peradilan (justitierecht)ini dibagi lagi atas:
a.peradilan ketenaga kerjaan
b.peradilan perdata.
c.peradilan tata usaha
d.peradilan pidana
3.hukum kepolisian(politierecht)
4.hukum perundang undangan (regelaarsrecht)
Menurut logemann,hukum tata negara itu adalah hukum organisasi negara atau hukum
keorganisasian negara atau hukum mengenai organisasi(tata susunannya)negara.hukum ini
dapat di bagi atas dua golongan,yaitu sebagai berikut;
1. Hukum mengnai persoalan kepribadian hukum dari jabatan jabatan negara
memungkinkan kumpulan kumpulan jabatan jabatan itu di satukan lebih lanjut dalam satu
kepribadian hukum .
2. Hukum mengenai (luasnya)lingkungan kekuasaan negara yaitu suatu lingkungan di mana
kaidah kaidah hukum negara mempunyai kekuatan hukum yg berlaku.
Menurut van praag,baik hukum tata negara maupun hukum tata usaha negara adalah suatu
system delegasi dari peraturan peraturan tentang kekuasaan yang bertingkat tingkat.pada
hukum tata negara terdapat kaidah kaidah yang mendelekasikan kekuasaan dari pembuat
UUD pada pembuat UU,dari organ yang tertinggi kepada organ yg lebih rendah untuk
membuat aturan aturan yang berlaku umum (algermene regels)seperti KUH perdata dan
KUH pidana,dan lain lain.jadi pendelegasian termasuk dalam hukum tata negara ini adalah
tingkat tertinggi.sementara itu pada hukum tata usaha negara terdapat kaidah kaidah yg
mendelegasikan kekuasaan dari pembuat undang undang pada organ organ yg lebih rendah
untuk mengatur haln hal yg khusus atau membuat aturan aturan konkret tentang kejadian
kejasdian yg konkret.
1. Hukum tata negara meliputi hukum mengenai susunan (struktur)umum dari negara,yaitu
yg terdapat dalam undang undang organik
2. Hukum tata usaha negara meliputi hukum yg mengatur susunan dan wewenang khusus
dari alat alat perlengkapan badan badan kenegaraan,seperti hukum
kepegawaian(termasuk mengenai pensiun)peraturan wajib militer,peraturan mmengenai
jaminan sosial,peraturan perumahan,peraturan perburuhan,peraturan jaminan orang
miskin,dan sebagainya.
Sebagai reaksi terhadap pendapat pandapat yg membedakan secara tajam antara hukum tata
negara dan hukum tata usaha negara,timbul dua aliran sebagaimana di jelaskan di bawah ini?
1. Aliran relativisme
Menurut aliran ini,sesungguhnya tidak ada perbedaan yg tajam antara hukum tata negara
dan hukum tata usaha negara.timbuil aliran .sebagaimana di jelaskan di bawah ini.
1. Aliaran relativisme
Menurut aliran ini sesungguhnya tidak ada perbedaan yang tajam antar hkum tata
negara dan hukum tata usaha negara sebab kedua duanya mempunyai lapangan
penyelidiksan yang sma yakni negara;hanya cara meninjau objeknya dan cara
pendekatanya dari sudut yg berlainan.
2. Aliran historis utilitis
Menurut aliran ini,hukum tata negara dan hukum tata usaha negara ini tidak mungkin
dibedakan secara prinsipiil dan konsekuen,karena perbedaanya hanyalah di
dadasarkan atas pertimbangan historis dan utilitis.
R.Bonard menerangkan bahwa hukum tata negara itu meliputi ketentuen ketentuan mengenai alat
alat perlengkapan yg tertinggi dari negara,sedangkan hukum tata usaha negara meliputui
ketentuan ketentuan mengenai tata usaha(administrasi)negara dan alat alat perlengkapan
administrasi dari negara.
Lebih lanjut , M.Dduverger menerangkan bahwa di dalam organisasi negara itu harus dibedakan
antara pengusaha dalam arti sebenarnya(gouvernants proprementdits)dan pejabat pejabat tata
usaha(gouvernants proprements)dan pejabat pejabat tata usaha (administrateurs)pengusaha
negara dalam arti sesungguhnya,menurut dia,adalah alat alat perlengkapan negara tertinggi(ies
organs supremes de I’etat)yang mengambil keputusan mengenai prinsip haluan politik
umum,sedangkan pejabat tata usaha negara adalah mereka yang melaksanakan keputusan
keputusan prinsip itu dalam menghadapi keadaan keadaan khusus.
Atas dasar pembedaan jenis tugas kenegaraan yg mengkibatkan keharusan pembedaan jenis alat
perlengkapan seperti diterangkan di atas,kita dapat membagi hukum tata negara atas dua
golongan sebagai berikut:
1. Hukum tata usaha negara ialah hukum mengenai sususnan tugas dan wewenang,dan
hubungn kekuasaan satu sma lain,hubungn dengan pribadi pribadi hukum lainnya dari
alat alat perlengkapan(jabatan jabatan)tata usaha negara sebagai pelaksana segala usaha
negara (perundang undangan pemerintahan dan peradilan)menurut prinsip prinsip yang
telah di tetapkan oleh alat alat perlengkapan negara tertinngi(badan legislative badan
eksekutif,dan badan yudikatif)
2. Hukum tata negara ialah hukum mengenai organisasi negara pada umumnya(hubungan
penduduk dengan negara.pemiliham umum,kepartaian,cara menyalurkan pendapat dari
rakyat,wilayah negara,dasar negara,hak asasi manusia,lagu,bahasa,lambangb pembagian
negara atas kesatuan.kesatuan kenegaraan dan sebagainya)mengenai system pemeritahan
negara (structure gouvernementale)mengenai kehidupan politik rakyat dalam
hubungnnya dengan susunan organisasi negara,mengenai susunan,tugas dan
wewenang,hubungn kekuasaan satu sama lain,serta hubungannya dengan rakyat dari alat
alat perlengkapan ketatanegaraan sebagai jabatan jabatan tertinggi yang menetapkan
prinsip umum bagi pelaksanaan berbagai usaha negara,singkatnya,segala sesuatu
mengenai organisasi negara yg tidak termasuk hukum tata usaha negara seprti tersebut di
nomor 1 dapat dimasukan kedalam hukum tata negara.
Hukum tata usaha negara
1.
2.
1.
2.
3.
4.
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha negara. Yang dimaksud “rakyat pencari keadilan”
adalah setiap orang baik warga negara Indonesia maupun orang asing dan badan hukum perdata
yang mencari keadilan pada Paradilan Tata Usaha Negara.
Tujuan
Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan
warga negaranya, yakni sengketa yang timbul sebagai akibat adanya tindakan-tindakan pemerintah
yang dianggap melanggar hak-hak warga negaranya. Tujuan pembentukan Peradilan Tata Usaha
Negara adalah:
Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak individu.
Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan
bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut.
Tujuan tersebut diatas, kemudian ditampung dalam penjelasan umum angka ke-1 UU no. 5 Th
1986 tetang Peradilan Tata Usaha Negara (untuk selanjutnya digunakan istilah UU PERATUN).
Dengan demikian, fungsi dari Peradilan Tata Usaha Negara sebenarnya adalah sebagai sarana
untuk menyelesaikan konflik yang timbul antara pemerintah (Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara) dengan rakyat (orang atau badan hukum perdata) sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan tata usaha negara)
Jika ditelusuri, sebanarnya telah banyak upaya yang dilakukan agar terwujud suatu UndangUndang yang mengatur tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Upaya2 yang mendukung ke arah
terwujudnya Undang2 tentang Peradilan Tata Usaha Negara telah dimulai sejak periode pra 1986,
misalnya adanya Rancangan Undang-Undang (RUU) Wiryono Prodjodikoro, yang merintis lahirnya
Undang-Undang tentang Peradilan Administrasi Negara sejak tahun 1949. Rancangan UndangUndang Lembaga Pembinaan Hukum Nasional (RUU LPHN) Gaya Lama. RUU Usul Inisiatif
DPRGR dan RUU LPHN Gaya Baru semuanya bertujuan untuk membentuk Peradilan Tata Usaha
Negara. Namun beberapa RUU yang telah diupayakan tersebut tidak diteruskan ke DPR untuk
diadakan pembahasan. Barangkali yang menjadi sebabnya adalah belum adanya kemauan politik
dari pemerintah pada waktu itu. RUU tentang Peradilan Tata Usaha yang pernah diajukan dan
dibahas oleh DPR yaitu RUU Th 1982, namun No 14 Th 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kahakiman. Sebagai pelaksana, sudah barang tentu RUU ini harus sesuai dengan UU
pokoknya. Karena itu, pemerintah beranggapan judulnya tidak bisa lain dari yang telah ditetapkan
dalam UU pokoknya. Namun usul DPR tersebut telah diakomodasi dalam batang tubuhnya yang
menyebutkan bahwa UU Peradilan Admistrasi Negara. Pasal 10 UU No. 14 Tahun 1970 yang
terakhir telah direvisi dengan UU No. 4 Tahun 2004 tantang Kekuasaan Kehakiman menentukan
adanya 4 lingkungan peradilan yaitu :
Peradilan Umum
Peradilan Agama
Peradilan Militer
Peradilan Tata Usaha Negara
Masing-masing lingkungan peradilan memiliki wewenang mengadili badan–badan peradilan tingkat
pertama dan banding, yang semuanya berpuncak ke Mahkamah Agung RI. Untuk melaksanakan
ketentuan pasal 10 UU No. 14 Th 1970 Jo. UU No. 4 Th 2004, maka telah melalui proses panjang
pada tanggal 29 Desember 1986 dibentuk UU No. 5 Th 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
(LN 1986 No. 77 dan TLN No. 3344). Setelah sempat ditidurkan selama 5 tahun sejak diundangkan,
UU No. 5 Th 1986 baru diterapkan secara efektif setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 7
Th 1991 tentang penerapan UU No. 5 Th 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (LN 1991 No.
8) pada tanggal 14 Januari 1991. Yang kemudian dengan adanya tuntutan reformasi dibidang
hukum, telah disahkan UU No. 9 Th 2004 tentang Perubahan UU No. 5 Th 1986. Demikian secara
ringkas sejarah lahirnya UU PERATUN
Ruang Lingkup
Sifat hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara berbeda dengan sifat hukum acara
perdata. Bertumpu pada sifat tersebut, hukum acara PTUN menjadi bagian dari hukum publik.
Konsekuensinya hukum acara PTUN memiliki karakter hukum publik. Dengan demikian PTUN
termasuk peradilan dalam ruang lingkup hukum publik.
Tugas dan Wewenang
Pengadilan mempunyai tugas dan wewenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa tata usaha. (vide pasal 47 UU No. 5 Th 1986 Jo. UU No. 9 Th 2004). Pengadilan menurut
UU PERATUN ini adalah Pengadilan Tata Usaha Negara dan/atau Pengadilan Tinggi TUN.
3. Subjek dan Objek Peratun
Subjek
Yang menjadi subjek di peratun adalah Seseorang atau Badan Hukum Perdata sebagai
Penggugat dan Badan atau Pejabat TUN sebagai Tergugat. Mengenai orang (natuurlijk person)
yang dapat menjadi Penggugat, UU PERATUN tidak mengaturnya. Menurut Indroharto, karena UU
PERATUN belum mengatur hal tersebut, maka apa yang berlaku dalam hukum acara perdata dapat
diterapkan pada hukum acara PTUN. Untuk dapat maju tidak dalam keadaan pailit. Selanjunya
mengenai badan hukum perdata yang dapat bertindak sebagai pihak penggugat dalam ruang
lingkup pengertian UU PERATUN ialah Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara
yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata. (vide pasal 1 angka 6). Badan atau
pejabat
TUN adalah badan atau pejabat TUN yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (vide pasal 1 angka 2).
Objek
Dari pengertian Keputusan TUN tersebut di atas dapat diambil unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Penetapan Tertulis.
2. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN.
3. Berisi tindakan hukum TUN.
4. Berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Bersifat konkret, individual dan final.
6. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Ad. 1. Penetapan tertulis
Penetapan pasal tersebut menggariskan bahwa istilah penetapan tertulis terutama menunjuk
pada isi dan bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN. Keputusan itu
memang diharuskan tertulis, namun yang disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formalnya seperti
surat keputusan pengangkatan dan sebagainya. Persyaratan tertulis itu diharuskan untuk
kemudahan segi pembuktiannya. Oleh karena itu sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat
tertulis tersebut dan akan merupakan suatu keputusan badan/pejabat TUN menurut UU ini apabila
sudah jelas:
a. Badan atau pejabat TUN mana yang mengeluarkan;
b. Maksud serta mengenai hal apa tulisan itu;
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya.
Ad. 2. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN
Sebagai suatu keputusan TUN, penetapan tertulis juga merupakan salah satu instrumen
yuridis pemerintah yang dikeluarkan oleh badan pejabat TUN dalam rangka pelaksanaan suatu
bidang urusan pemeritahan. Selanjutnya mengenai apa dan siapa yang dimaksud dengan badan
atau pejabat TUN, disebutkan dalam pasal 1 angka 2: “ Badan atau pejabat TUN adalah badan atau
pejabat yang melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Badan atau pejabat TUN disini ukurannya ditentukan oleh fungsi yang melaksanakan yang
diperbuat itu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan suatu
pelaksanaan dari urusan pemerintahan, maka apa saja dan siapa saja yang melaksanakan fungsi
demikian itu, saat itu juga dapat dianggap sebagai suatu badan atau pejabat TUN.
Sedang yang dimaksud urusan pemerintahan adalah segala macam urusan mengenai masyarakat
bangsa dan negara yang bukan merupakan tugas legislatif atau yudikatif. Dengan demikian apa dan
siapa saja tersebut tidak terbatas pada instansi-instansi resmi yang berada dalam lingkungan
pemerintah saja, akan tetapi dimungkinkan juga instansi yang berada dalam lingkungan kekuasaan
legislatif maupun yudikatif, bahkan pihak swasta, seperti BUMN, Universitas swasta dan yayasan
dapat dikategorikan sebagai badan atau pejabat TUN dalam konteks sebagai subjek di peratun.
Asas asas hukum tata negara
1.2 Asas-asas Hukum Tata Negara
Obyek asas Hukum Tata Negara sebagaimana obyek yang dipelajari dalam Hukum Tata
Negara, sebagai tambahan menurut Boedisoesetyo bahwa mempelajari asas Hukum Tata
Negara sesuatu Negara tidak luput dari penyelidikan tentang hukum positifnya yaitu UUD
karena dari situlah kemudian ditentukan tipe negara dan asas kenegaraan bersangkutan.
1.2.1
Asas Negara Hukum
Yaitu negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga
2
negaranya. Asas Negara hukum (rechtsstaat)
cirinya yaitu pertama, adanya UUD atau
konstitusi yang memuat tentang hubungan antara penguasa dan rakyat, kedua adanya
pembagian kekuasaan, diakui dan dilindungi adanya hak-hak kebebasan rakyat.
Unsur-unsur / ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau Rechstaat
adalah :
1. Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang
mengandung persamaan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kultur dan
pendidikan.
2. Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan atau kekuatan lain apapun.
3. Adanya legalitas dalam arti hukum dalam semua bentuknya.
1. Asas Hukum, Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Asas kedaulatan dan demokrasi menurut jimly Asshiddiqie gagasan kedaulatan
rakyat dalam negara Indonesia, mencari keseimbangan individualisme dan
kolektivitas dalam kebijakan demokrasi politik dan ekonomi. Azas kedaulatan
menghendaki agar setiap tindakan dari pemerintah harus berdasarkan dengan
kemauan rakyat dan pada akhirnya pemerintah harus dapat dipertanggung jawabkan
kepada rakyat melalui wakil-wakilnya sesuai dengan hukum.
1.2.2
Asas Kesatuan
Adalah suatu cara untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu dan damai tanpa adanya
perselisihan sehingga terciptanya rasa aman tanpa khawatir adanya diskriminasi. Asas Negara
kesatuan pada prinsipnya tanggung jawab tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap berada
di tangan pemerintah pusat. Akan tetapi, sistem pemerintahan di Indonesia yang salah satunya
menganut asas Negara kesatuan yang di desentralisasikan menyebabkan adanya tugas-tugas
tertentu yang diurus sendiri sehingga menimbulkan hubungan timbal balik yang melahirkan
hubungan kewenangan dan pengawasan
1.2.1
Asas Pembagian Kekuasaan dan Check Belances
Yang berarti pembagian kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa
bagian baik mengenai fungsinya.
Beberapa bagian seperti dikemukakan oleh John Locke yaitu :
1. Kekuasaan Legislatif
2. Kekuasaan Eksekutif
3. Kekuasaan Federatif
Montesquieu mengemukakan bahwa setiap Negara terdapat tiga jenis kekuasaan
yaitu Trias Politica.
1. Eksekutif
2. Legislatif
3. Yudikatif
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber hukum dalam bahasa Inggris adalah source of law. Perkataan “sumber hukum”
itu sebenarnya berbeda dari perkataan “dasar hukum”, “landasan hukum” ataupun “payung
hukum”. Dasar hukum ataupun landasan hukum adalah legal basis atau legal ground, yaitu
norma hukum yang mendasari suatu tindakan atau perbuatan hukum tertentu sehingga dapat
dianggap sah atau dapat dibenarkan secara hukum. Sedangkan, perkataan “sumber hukum” lebih
menunjuk kepada pengertian tempat dari mana asal-muasal suatu nilai atau norma tertentu
berasal.
Hans Kelsen dalam bukunya “General Theory of Law and State” menyatakan bahwa
istilah sumber hukum itu (sources of law) dapat mengandung banyak pengertian, karena sifatnya
yang figurative and highly ambiguous. Pertama, yang lazimnya dipahami sebagai sources of law
ada 2 (dua) macam, yaitu custom dan statute. Kedua, sources of law juga dapat dikaitkan dengan
cara untuk menilai alasan atau the reason for the validity of law. Ketiga, sources of law juga
dipakai untuk hal-hal yang bersifat non-juridis, seperti norma moral, etika, prinsip-prinsip
politik, ataupun pendapat para ahli, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi pembentukan
suatu norma hukum, sehingga dapat pula disebut sebagai sumber hukum atau the sources of the
law.
Sumber hukum dapat dibedakan antara yang bersifat formal (source of law in formal sense) dan
material (source of law in material sense). Setiap negara memilki system hukum yang berbedabeda sehingga sumber hukum yang digunakan berbeda pula. Namun, khusus dalam hukum tata
negara pada umumnya yang bisa diakui sebagai sumber hukum ada lima, yaitu: Undang-Undang
Dasar dan peraturan perundang-undangan tertulis; yurisprudensi peradilan; konvensi ketata
negaraan; hukum internasional tertentu; dan doktin ilmu hukum tata negara. Seperti di Indonesia,
ada lima sumber-sumber hukum tata negara yang berlaku. Sumber-sumber dan contohnya ini
akan dijelaskan dalam paper ini.
Sumber hukum formil
Pengertian Hukum Formil menunjukkan cara mempertahankan atau menjalankan peraturanperaturan itu dan dalam perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka
hakim.
Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada
cara mempertahankan/ melaksanakan isi peraturan.