Pencemaran air akibat penambangan batuba

DAMPAK PENAMBANGAN BATU BARA
TERHADAP LINGKUNGAN February 6, 2016
Filed under: Sumberdaya — Urip Santoso @ 11:23 pm
Tags: batubara, lingkungan

Oleh
Erni Yusnita
Email : erniyusnita47@gmail.com
Abstrak
Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi
yang saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak
lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini
menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak
lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara
total baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan
tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut
menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi,
banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu. Selain itu
penambangan batu bara juga bisa mengakibatkan perubahan social ekonomi
masyarakat disekitar kawasan penambangan. Upaya pencegahan dan
penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pertambangan batu

bara perlu dilakukan tindakan-tindakan tertentu sehingga akan dapat
mengurangi pencemaran akibat aktivitas pertambangan batubara dan
memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi di sekitar pertambangan.
Kata kunci : Penambangan batubara, dampak, upaya pencegahan
Pendahuluan
Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi
sumber daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu
memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya
diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia
memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau
Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis
bituminous adalah C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah
C240H90O4NS.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki
posisi ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan
datang batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk
menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis.
Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah
mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan

dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara
ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang
mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menghambat
terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk memberikan
perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan
hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-norma hukum administrasi

ladministrative penal law) merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat
perhatian, karena pada tataran implementasinya sangat tergantung pada
hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat administratif serta
pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai ultimum remedium
dalam penanggulangan pencemaran dardatau perusakan lingkungan hidup,
seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan.
Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-undangan yang
disebabkan tumpang tindih kepentingan antar sektor mewarnai berbagai
kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di
atas, maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan
pula pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan
sarana hukum pidana, dalam rangka memberikan perlindungan terhadap

kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul akibat degradasi
fungsi lingkungan hidup.
Tulisan ini berusaha menggambarkan bagaimana metode penambangan,
kerusakan yang diakibatkan dan solusi mengatasi kerusakan lingkungan pasca
penambangan.
Jenis Batu Bara
Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu
terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah antrasit,
bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut (Puslibang Kementrian ESDM, 2006)
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini
mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara
86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini
mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%.
Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.
3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini
mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.
4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini
mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar

air 35%-75%.
5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini
memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%.
Metode Penambangan Batubara
Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya
membutuhkan investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas
infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa
pasar dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif
menyebabkan industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko

yang tinggi baik dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun
aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan
dua metode yaitu (Sitorus, 2000) :
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang
terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan

gangguan seperti
1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
2. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan
galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian.
3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling
dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke
daerah hilir.
4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang
yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat
bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah
tercuci .
Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaanperusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut
Mining) . Penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka
dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi
penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta
membuang dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back
filling per blok penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran
deposit sumberdaya mineral, (Suhala Et, al.,, 1995).
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi.

Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam
tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk
mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang
melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top
soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi
untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali
batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke
processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan.
Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan
logam lain ketika dibuang.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak
ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk
pencemaran air, tanah dan udara.
Pengangkutan Batu Bara
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan
tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut
dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di
dalam pasar dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api

atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan
air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran
berkisar dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000 DWT)
sampai kapal berukuran Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta ton
(Jt) batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar
90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut.
Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal – dalam beberapa kasus,
pengangkutan batu bara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu
bara. Tindakan-tindakan pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan
dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan
hidup.
Dampak Penambangan Batubara
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan
kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan
(merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang
disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri,
minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga
mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo,
2003).

1. Dampak Terhadap Lingkungan
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan
Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa
negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan
dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk
kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara,
menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga
harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui
bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan
tamparannya terhadap industri penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil
penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah
dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan
pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang


termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan
sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara
juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar,
baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara
langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;
1. Pencemaran air,
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan
air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di
sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang
drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan
isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan
mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini
terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan
jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan
terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan
dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan

membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang
terkontaminasi merkuri.
2. Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.
Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan
polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti
influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.
3. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan
profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan
satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan
lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah
penambangan secara permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas
ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada
emisi gas rumah kaca.
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan
laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara

sungai.
Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas
pertambangan batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk
bukaan tambang dan pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti

pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti perkantoran,
permukiman karyawan,Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas
pertambangan batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk
(top soil) dan tanah penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah
pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat
fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan
lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke lapisan bawah akan
terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut.
1. Dampak Terhadap manusia
Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap
manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :
1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang
( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di
samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan
yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan
merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek
jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan
disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak
sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal,
merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga,
molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika
dibuang di lingkungan.
3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang
cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara
secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah penducian
batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah
pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi
keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan
pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg),
Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit.

1. Dampak Sosial dan kemasyarakatan

1. Terganggunya Arus Jalan Umum
Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara
berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan,
meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari
dampak yang ditimbulkan.
2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang
lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik
atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak
seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik
lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari
pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih
konsumtif. Bahkan kerusakan moral pun dapat terjadi akibat adanya pola hidup
yang berubah.
Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri,
Sumber wikipedia.com mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara
adalah salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2
setelah Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki
Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13
Milyar Ton. Nanun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal
positifnya Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah
bertambahnya devisa negara dari kegiatan penambanganya.
Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
Para pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
Salah satu bentuknya dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam
usaha tambang sekitar, sehingga membantu kehidupan ekonomi masyarakat
sekitar.
Solusi Terhadap Dampak Dan Pengaruh Pertambanga Batubara
Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting
dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu
bara yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka
adalah memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan
terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya
serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.
Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari
permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar
biasa dari energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan
oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan,
untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective)
yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara

sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki
(pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan
masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose
oleh debu batu bara (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara
dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place).
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuanketentuan yang berlaku (law enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.

Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih atas terselesaikanya penulisan artikel ini disampaikan
kepada dosen pengasuh Mata Kuliah Penyajian Ilmiah Bapak Prof. Dr. Ir. Urip
Santoso, M.Sc, yang telah memberikan arahan, petunjuk dan materi dasar untuk
membuat tulisan ini. Semoga Allah, SWT, membalas semua kebaikan Bapak.

Daftar Pustaka
Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai
Penelitian Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16
Juni 2006].
Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of
Forest, Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding
Environmental Service Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in
Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAF-SEA.
Bogor
Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah
(Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis
Sekolah Pascasarjana.IPB. Boger.

Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan
Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen
ESDM. Jakarta.
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan.
Jurusan Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.
Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Uversity Press. Yogyakarta.
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta’alim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi.
Jakarta.
Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Yogyakarta.Yogyakarta.

Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 44 PENGELOLAAN LINGKUNGAN AREAL
TAMBANG BATUBARA (Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining
Drainage) di PT. Bhumi Rantau Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan) Oleh:
Luthfi Hidayat *) Absrtak Kegiatan pertambangan batubara berpotensi
menimbulkan kerusakan lingkungan. Salah satu kerusakan lingkungan adalah
munculnya Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mining Drainage (AMD). AAT
dicirikan dengan pH air yang sangat rendah (pH antara 3-5), warna perairan yang
kuning kemerahan, dan berpengaruh buruk terhadap biota air. AAT muncul dari
adanya singkapan tanah yang mengandung pirit, bereaksi dengan udara dan air
hujan. Reaksi AAT Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai
proses oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro (Pyrite + oxygen +
water → ferrous iron + sulfate + acidity). Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri
lebih cepat (2-3 kali) dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan
menghasilkan keasaman yang lebih banyak (Pyrite + ferric iron + water → ferrous
iron + sulfate + acidity). Penanganan secara prefentif (menghindari singkapan
batuan pirit) adalah pengelolaan yang paling baik. Jika Air Asam Tambang sudah
terjadi, pengelelolaan dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama; pengaliran
air asam tambang, Kedua, pemompaan ke tempat perlakukan, ketiga; penetralan
air asam tambang di kolam pengendap. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya
pada dasarnya selalu menimbulkan dampak pada alam lingkungannya (BPLHD
Jabar, 2005). Aktivitas penambangan selalu membawa dua sisi. Sisi pertama
adalah memacu kemakmuran ekonomi negara. Sisi yang lain adalah timbulnya
dampak lingkungan. Salah satu komoditi yang banyak diusahakan saat ini, untuk
memenuhi kebutuhan energi di Indonesia adalah batubara. Pada saat ini
Indonesia memiliki potensi sumber daya batubara sekitar 60 miliar ton dengan
cadangan 7 miliar ton ( Witoro, 2007 ). Dilain pihak tambang batubara pada
umumnya dilakukan pada tambang terbuka (open mining), sehingga akan
berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan bioligis
tanah, serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi.
Dampak ini secara otomatis akan mengganggu ekosistem di atasnya, termasuk
tata air (Subardja, 2007). Salah satu permasalahan lingkungan dalam aktivitas
penambangan batubara adalah terkait dengan Air Asam Tambang ( AAT) atau
Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi dari
mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan, yang bereaksi dengan
oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007). Penampakan air asam
tambang di tahap awal adalah adanya air di pit tambang yang berwarna hijau.
Pada awal kegiatan tambang, yaitu sejak penyelidikan (eksplorasi) atau tahap
perencanaan perlu dilakukan untuk mengetahui dan menghitung besarnya
potensi air asam tambang yang akan ditimbulkannya. Mengetahui potensi
keasaman dari suatu tambang sangat penting karena keasaman batuan tersebut
baru merupakan potensi yang kehadirannya belum tentu akan menjadi persoalan
setelah dilakukan pengambilan (eksploitasi). Timbulnya air asam tambang (Acid

Mine Drainage) bukan hanya berasal dari hasil pencucian batubara, tetapi juga
dari dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan
permasalahan kepada kualitas air dan juga tanah. Potensi air asam tambang
harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah preventif serta
pengendaliannya dapat dilakukan. Pengendalian terhadap air asam tambang
merupakan hal yang perlu dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung
dan setelah kegiatan penambangan berakhir. Air asam tambang (Acid Mine
Drainage) dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air
tanah. Selain itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat
yang tinggal di sepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup
di darat juga biota perairan. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada
penelitian ini adalah; Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 45 1. Bagaimana
persoalan Air Asam Tambang di tambang batubara yang saat ini terjadi di PT.
Bhumi Rantau Energi. 2. Bagaimana upaya pengelelolaan pengelolaan air asam
tambang yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi. 1.3. Metode Penelitian Penelitian
ini pada prinsipnya dilakukan dengan dua tahapan metode. Pertama adalah
melakukan studi pustaka terkait persoalan Air Asam Tambang, dan tahapan
kedua adalah mengamati realitas pengelolaan Air Asam Tambang yang dilakukan
di perusahaan Tambang PT. Bhumi Rantau Energi. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan
Penelitian adalah; 1. Untuk memahami persoalan lingkungan akibat adanya Air
Asam Tambang di areal Pertambangan Batubara di PT. Bhumi Rantau Energi. 2.
Untuk memahami gambaran tahapan pengelolaan Air Asam Tambang di PT.
Bhumi Rantau Energi. II. KEADAAN LINGKUNGAN LOKASI TAMBANG 2.1. Lokasi
Penelitian PT. Bhumi Rantau Energi merupakan jenis perusahaan
PerseroaanTerbatas (PT). Kantor pusatnya terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda
Pondok Indah Kavling V-TA Jakarta Wisma Pondok Indah 2, sedangkan kantornya
terletak di Jalan Jend. Sudirman By Pass RT.02 RW.01 Desa Bungur, Kecamatan
Bungur Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Perusahaan ini bergerak di bidang
pertambangan. Sebagaimana Surat Keputusan (SK) Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) yang disetujui oleh SK Bupati Tapin Nomor 188.45/048/KUM/2011
tanggal 21 Maret 2011 tentang persetujuan Kelayakan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (ANDAL), RKL dan RPL pada kegiatan penambangan
batubara di PT. Bhumi Rantau Energi. Lokasi kegiatan pertambangan terletak 108
Km sebelah timur laut kota Banjarmasin dan dapat di tempuh dari kota
Banjarmasin lewat jalur darat sepanjang 102 Km sampai Rantau (ibu kota
kabupaten Tapin) selama ± 3 jam dengan kondisi jalan beraspal, kemudian jarak
dari kota Rantau sampai lokasi kegiatan pertambangan sepanjang ± 12 Km. 2.2.
Kondisi Penambangan Sistem penambangan batubara di wilayah Izin Usaha
Pertambangan (IUP) dengan kode wilayah TP10A02OP ditentukan atas beberapa
pertimbangan sebagai berikut : 1) Kondisi geologi dan endapan batubara 2)
Kondisi daerah prospek 3) Rencana dan skala produksi 4) Kondisi lapisan penutup
5) Pertimbangan dampak lingkungan Kondisi geologi, topografi dan lingkungan di
daerah tapak proyek adalah sebagai berikut : 1) Cadangan batubara yang

prospek untuk di tambang 2) Kemiringan daripada singkapan batubara berkisar
antara 25°-40° 3) Kondisi topografi 2.3. Keadaan Lingkungan Tambang Batubara
Morfologi di daerah pengamatan mempunyai penampakan yang relatif sama
berupa perbukitan bergelombang dengan kondisi topografi yang tidak terlalu
menonjol di setiap daerahnya. Namun, sebagai akibat adanya tambang rakyat,
disekitar singkapan batubara banyak gundukangundukan tanah, sehingga kondisi
topografi mengalami perubahan. Dibanding keadaan saat studi tahun 2000 (rona
lingkungan awal), maka perkembangan lingkungan sekitar relatif tidak banyak
perubahan. 1. Sebelah utara: pertanian (sawah dan kebun) 2. Sebelah selatan:
pertanian(sawah dan kebun) serta pemukiaman 3. Sebelah timur: sungai
bahalayung dan pemukiman 4. Sebelah barat: jalan raya dan pertanian Kualitas
air yang dikelola oleh air limbah yang berasal dari tambang dan stockpile
(tempat penumpukan batubara), mengacu pada kriteria baku mutu air limbah
batubara. Pengelolaan yang dilakukan yaitu mengelola air limbah dari tambang
tersebut dengan pembuatan settling pond pada stockpile PT. Bhumi Rantau
Energi. Di dalam pengelolaan air limbah pada settling pond terdapat proses
pengendapan Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 46
(sedimentasi),penggumpalan (koagulasi), pencampuran (flokasi) serta netralisasi.
Pada koagulasi bahan yang digunakan berupa tawas untuk menjernihkan air
serta mengendapkan lumpur dan bahan untuk netralisasi berupa kapur tohor
yang berfungsi untuk menetralkan air sehingga pH memenuhi baku mutu
pemerintah yaitu 6-9, kapur juga berfungsi menghilangkan Besi (Fe) dan Mangan
(Mn) sehingga air yang keluar melalui outlet kebadan sungai memenuhi baku
mutu yang dipersyaratkan. Kondisi flora lokasi pemantauan dilakukan pada areal
sarana prasarana bekas tambang yang telah direvegetasi. Beberapa tipe
penutupan vegetasi yang terdapat pada lokasi pemantauan adalah hutan
skunder dan vegetasi belukar, vegetasi kebun karet rakyat dan alang-alang dan
vegetasi tanaman yang terdapat pada areal revegetasi. Lokasi flora didalam
proyek terdapat vegetasi jenis pepohonan peneduh dan tanaman hias. Kekayaan
jenis pada lokasi ini masih termasuk sedikit. Berdasarkan hasil survey yang
dicatat terdapat 9 jenis. Tabel 1. Flora di dalam lokasi No Nama Tanaman Nama
Latin 1 Alaban Vitex pubescent 2 Jati Tektona grastis 3 Palam Palmae spp 4
Ketapang Terminalia 5 Akasia daun kecil Acacia 6 Karet Hevea 7 Pinus Pinus
mercusi 8 Jenis tanaman - 9 Akasi daun lebar Accacia decurens Tabel 2. Flora
darat yang ditemukan diluar/disekitar lokasi No NAMA NAMA LATIN 1 Kelapa
Cocos mucifera 2 Nangka Artocarfus integra 3 Kuini Mangifera odorata 4
Hampalam Licuala spinas 5 Keladi Colocasia escolenta 6 Jeruk Citrus SP 7
Rambutan Nephelium 8 Mengkudu Morinda citrifolia 9 Paku-pakuan Nephrolepis
exaltata 10 Ubi kayu Manihot utilisima Kondisi fauna darat secara keseluruhan
memberikan gambarn fauna yang menempati lokasi penambangan dan
sekitarnya seperti jenis mamalia, reftil dan ampibi dapat dilihat pada tabel
berikut : Tabel 3. Jenis Burung yang terdapat pada areal penambangan No Nama
local Nama latin 1 Burung Hantu Strix leptogrammice 2 Bubut Centropus sinensis

3 Cekaka kecil Todirhampus 4 Codet Lanius sach 5 Curiak Gerygone sulphurca 6
Darakuku Streptopelia chinensis 7 Elang Harliantos Indus 8 Keruang Pycnonotus
goiavier 9 Layang-layang Delichon dasypus 10 Pipikau Coturnik chinensis 11
Pilatuk Dryocopus jevensis 12 Pipit habang Lonchura mallanca 13 Pipit hirang
Neiglyptes triptis 14 Punai Triton vernan 15 Burung Sikatan Ficedula dumetoria 16
Burung Tinjau Copsychus saularis Berdasarkan tabel diatas memberikan
gambaran bahwa habitat daerah pertambangan dan sekitarnya merupakan
rumah tinggal burung. Beberapa jenis dari burung tersebut bersifat migran,
sehingga pada saat pengamatan jenis tersebut tidak ditemukan. Tabel 4. Fauna
jenis mamalia yang terdapat di wilayah studi No NamaLokal Nama Latin 1
Babihutan Sus barbutas 2 Cerucut Suncus sp. 3 Kelelawar Suku pretopodidae 4
Musang Paradaxarus sp. 5 Warik Macaca fascicularis 6 Trenggiling Manis javanica
7 Tupai Glyphates sumus 8 Kukang Nycticebus caucang 9 Bekantan Nasalis
larvatus Jenis reptil yang ditemukan setempat adalah Biawak (Varanus Salvator),
Ular Daun (Bungarus Fasiatus), Bunglon (Mabouyo Multifasciata) dan
Bingkarungan (Tiliqua sp). Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 47 Tabel 5.
Fauna jenis reptil yang terdapat diareal studi No Jenis reptile Namalatin 1 Biawak
Varanus salvator 2 Bingkarungan/Kadal Tiliqua sp. 3 Angui/Bunglon Gonychepalus
sp 4 Ular Naja saputrik 5 Ular sawa Phyton sp. 6 Ular tadung Bungarus 7
Ularpucuk Trimeresurus 8 Ular daun Leptphis Jenis-jenis Ampibi dan Insekta yang
ditemukan adalah seperti tertera dalam tabel berikut. Tabel 6. Fauna jenis
Amphibi yang terdapat di areal studi No Jenis Amphibi Nama Latin 1 Katak hijau
Rana sp. 2 Katak hijau teratai Rana limnocharis 3 Katak cokelat Rana sp. Tabel 7
Fauna jenis Insekta yang terdapat diareal studi No Jenis Insekta Nama latin 1
Capung - 2 Semut salimbada Suku formicidae dan Isotera 3 Kupu-kupu - III.
TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Tentang Air Asam Tambang Air asam tambang (AAT) atau
disebut juga dengan Acid Mine Drainage (AMD) adalah air yang bersifat asam
(tingkat keasaman yang tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah
yaitu dibawah 6,karena sesuai dengan baku mutu air pH normal adalah 6-9
sebagai hasil dari oksidasi mineral sulfida yang tersingkap oleh proses
penambangan dan terkena air. Air asam tambang (AAT) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk pada air asam tambang yang timbul akibat kegiatan
penambangan serta sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran
(drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida
(mineral belerang) yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama
penambangan. Perlu diketahui air asam tambang sebenarnya tidak terbentuk
akibat kegiatan penambangan saja tetapi setiap kegiatan yang berpotensi
menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida akan menyebabkan
terbentuknya air asam tambang. Beberapa kegiatan seperti pertanian,
pembuatan jalan, drainase dan pengolah tanah lainnya pada areal yang
mengandung mineral belerang akan menghasilkan air asam, karateristiknya pun
sama dengan air asam tambang. Air asam tambang dicirikan dengan rendahnya
pH dan tingginya senyawa logam tertentu seperti besi (Fe), mangan (Mn),

cadmium (Cd), aluminium (Al), sulfate ( ). Pyrite ( ) merupakan senyawa yang
umum dijumpai dilokasi pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai macam
mineral sulfida yang terdapat dalam batuan dan mempunyai potensi membentuk
air asam tambang seperti : marcasite ( ), pyrrotite ( ), chalcocite ( S), covellite
(CuS) molybdenite ( ), chalcopyrite ( ), galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan
arsenopyrite (FeAsS). Air asam yang mengandung logam berat yang mengalir ke
sungai, danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai
tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Air
asam tambang dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur
tanah, perubahan pola aliran permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia air
permukaan. Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan
oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan terutama
dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air dalam cekungan
semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar. Proses terjadinya
air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral-mineral sulfida yang terdapat
pada batuan hasil galian dengan air ( O) dan oksigen ( ). Oksidasi logam sulfida
dalam membentuk asam terjadi dalam persamaan reaksi sebagai berikut : Reaksi
pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai proses oksidasi. Pirit
dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro. 1. 2 + 7 + 2 → 2 + 4 + 4 Jurnal ADHUM
Vol. VII No. 1, Januari 2017 48 (Pyrite + oxygen + water → ferrous iron + sulfate +
acidity) Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali) dibandingkan
dengan oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman yang lebih banyak.
2. + 14 + 8 15 + 2 + 16 (Pyrite + ferric iron + water → ferrous iron + sulfate +
acidity) Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi
karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah
didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan
oksidasi sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air asam tambang antara lain
berasal dari : 1. Air Dari Tambang Terbuka Lapisan batuan akan terbuka sebagai
akibat dari terkupasnya lapisan penutup, sehingga unsur sulfur yang ada dalam
batuan sulfida akan terpapar oleh udara maka terjadilah oksidasi yang apabila
hujan atau air tanah mengalir di atasnya maka jadilah air asam tambang. 2. Air
Dari Unit Pengolah Batuan Buangan Material yang banyak terdapat limbah
kegiatan penambangan adalah batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan
buangan ini akan semakin meningkat dengan bertambahnya kegiatan
penambangan. Akibatnya batuan buangan yang banyak mengandung sulfur akan
berhubungan langsung dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida,
selanjutnya dengan adanya air akan membentuk air asam tambang. 3. Air Dari
Lokasi Penimbunan Batuan Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida
dapat menghasilkan air asam tambang karena adanya kontak langsung dengan
udara luar yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat adanya air. 4. Air Dari Unit
Pengolahan Limbah Tailing Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui
mempunyai potensi dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond

ini biasanya cukup tinggi karena adanya penambahan hydrated lime untuk
menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya. 5. Air Dari Tempat
Penimbunan Bahan Galian/Stockpile Bahan galian batubara yang dihasilkan dari
kegiatan penambangan diangkut dan dikumpulkan di stockpile untuk diolah dan
dipasarkan. Pada proses pengiriman batubara ke konsumen terlebih dahulu
dikecilkan ukurannya dengan metode penghancuran (crushing). Dalam proses
penghancuran batubara disiram dengan air untuk mengurangi debu,dimana
terkadang didalam lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini berpotensi
membentuk air asam tambang. 3.2. Dampak Buruk Air Asam Tambang
Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari asam
tambang tersebut antara lain yaitu : 1. Bagi masyarakat sekitar Dampak
terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan secara langsung
karena air yang dipompakan kesungai telah dinetralkan dan selalu dilakukan
pemantauan setiap hari untuk mengetahui temperatur, kekeruhan, dan pH.
Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang
seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk akan terganggu. 2.
Bagi biota perairan Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya
perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos,
kehadiran benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas
perairan. Pada perairan yang baik dan subur benthos akan melimpah, sebaliknya
pada perairan yang kurang subur bentos tidak akan mampu bertahan hidup. 3.
Bagi kualitas air permukaan Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit
akan menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air
yang mengalami perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan
mangan. 4. Kualitas air tanah Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang
paling penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak
mengandung logamlogam berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini
merupakan unsur hara mikro. Akibat kelebihan unsur hara mikro dapat Jurnal
ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 49 menyebabkan keracunan pada tanaman,
ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu dan
akhirnya akan mati. 3.3. Pencegahan dan Pengelolaan Air Asam Tambang
Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu dilakukan
upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini ada beberapa
cara untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam tambang. 1.
Penempatan Selektif Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam
tambang PAF (Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak berpotensi NAF
(Non Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian
lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang
ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya rembesan-rembesan
dikumpulkan pada satu lokasi. 2. Manajemen Tanah Manajemen tanah ini
bertujuan untuk : 1) Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga
pencampuran dan degradasi kualitas tanah pucuk tidak terjadi. 2) Menjamin

kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur, nutrisi, tersedia digunakan
dalam rehabilitasi. Pencegahan pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi
kontak antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit dengan air dan
oksigen di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan
PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana salah satu faktor tersebut
relatif kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua cara untuk melakukan hal
tersebut, yaitu dengan menempatkan PAF (Potentially Acid Forming) di bawah
permukaan air di mana penetrasi oksigen tehadap lapisan air sangat rendah atau
dikenal dengan wet cover system, atau dibawah lapisan batuan atau material
tertentu dengan tingkat infiltrasi air . Metode lainnya dengan cara pencampuran
(blending) beberapa tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur,
sehingga menghasilkan suatu timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran
dengan kualitas yang memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan
metode ini pembentukan AAT dapat dihindari. Secara umum penanganan AAT
yang telah terbentuk berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan
untuk mengembalikan nilai-nilai parameter kualitas air menjadi seperti kondisi
normalnya atau kondisi yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah
Pertambangan dan Energi No. 1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan
penanggulangan perusakan serta pencemaran lingkungan pada usaha
pertambangan. Secara umum pengolahan air asam tambang dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu : Active treatment dan Passive treatment. 1. Active Treatment
Technologies Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan
pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan
menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Terdiri dari : Netralisasi
(yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam, presipitasi
kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang paling umum
digunakan pada perlakuan AAT skala besar adalah kapur, ini karena bahan
tersebut tersedia secara komersial, mudah digunakan, teknologi telah terbukti,
biayanya murah dan efektif digunakan serta dikelola dengan baik dalam hal
kesehatan dan keselamatan kerja bagi penerapan skala besar. Menambahkan
tawas pada air asam tambang sebelum dialirkan kesungai tujuannya untuk
menjernihkan air. 2. Passive treatment technologies Merupakan proses
pengolahan yang tidak memerlukan intervensi, operasi atau perawatan oleh
manusia secara reguler bahan yang biasanya digunakan adalah memakai
tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni purun tikus. IV. PEMBAHASAN 4.1.
Proses Pengaliran Awal Air Asam Tambang Tahapan proses pengelolaan air asam
tambang pada PT. Bhumi Rantau Energi, pengaliran yang berasal dari pit (lubang
bukaan tambang tambang) dan juga dari unit pengolahan (crusher) sampai
akhirnya dikembalikan lagi ke lingkungan. Lubang bukaan tambang (Pit)
merupakan areal penambangan, lubang bukaan (Pit) ini berukuran sangat luas
dan terbuka sehingga apabila hujan turun. Air yang berasal dari lubang Jurnal
ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 50 bukaan tambang (Pit) akan bereaksi
dengan mineral sulfida (pirit) dan oksigen yang akhirnya teroksidasi sehingga

terbentuk air asam tambang (AAT). Air yang berasal dari lubang bukaan tambang
(Pit) ini selanjutnya dialirkan menuju sumuran (sump). Sump merupakan kolam
penampungan air yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta
dapat berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur. Pengaliran air dari sump
dilakukan dengan cara pemompaan. Sump ini dibuat secara terencana dalam
pemilihan lokasi maupun volumenya. Penempatannya pada jenjang tambang dan
biasanya dibagian lereng tepi tambang. Sump ini disebut dengan sump
permanen karena dibuat untuk jangka waktu lama, biasanya terbuat dari bahan
kedap air dengan tujuan untuk mencegah peresapan air supaya tidak
menyebabkan jenjang tambah longsor karena sump ini yang pertama menerima
air. 4.2. Proses Pemompaan Air Asam Tambang Pemompaan dalam hal ini
berfungsi untuk memindahkan atau membuang air dari tempat yang rendah
yaitu dari sumuran (sump) pada lantai kerja penambangan ketempat yang lebih
tinggi/keluar tambang. Volume air yang tertampung dalam sumuran (sump)
jumlahnya akan semakin bertambah jika sejumlah air tersebut tidak dipindahkan
ke kolam pengendapan yang akhirnya dapat menghambat kegiatan
penambangan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemompaan menuju kolam
pengandapan (settling pond). Limbah cair yang berada di tambang atau dari
tempat pengolahan (crusher) terlebih dahulu dipompa kesettling pond (kolam
pengendap I). Air yang berada pada kolam pertama mengalir ke kolam dua
melalui saluran yang dibuat zig zag antara kolam yang satu dengan saluran
kekolam yang lain. Pada kolam yang kedua dilakukan proses pengolahan limbah
atau yang disebut dengan kolam penawasan atau pengapuran. Cara penawasan
yaitu dengan memasukkan bahan tawas/aluminium sulfate (〖AL〗_2 O_3)
kedalam tandon yang sudah berisi air, kemudian diaduk-aduk setelah tawas
sudah mencair selanjutnya air tawas dalam tandon disemprotkan kekolam dua
dengan menggunakan pompa. Selain dilakukan penawasan juga dilakukan
pengapuran yaitu dengan cara ditaburkan pada setiap kolam. Pada kolam kedua
air di alirkan menuju kolam ketiga, dan pada kolam ini air sudah mulai jernih.
Pada kolam terakhir/kolam ke empat inilah kolam tempat penampungan air yang
sudah jernih dan sudah siap untuk dibuang kebadan sungai. Selain dilakukan
penawasan maupun pengapuran juga dilakukan pemantauan pH air yang keluar
dari kolam ke empat (outlet). Jenis pompa yang digunakan adalah Multiflo MF 380
yang menggunakan tenaga mesin diesel. Sebelum dilakukan proses penawasan
atau penetralan, pada kolam pertama terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH
dengan menggunakan pH meter. Dari pengukuran pada outlet settling pond
crusher PT. Bhumi Rantau Energi diperoleh hasil pH atau tingkat keasaman yang
rendah. Dan untuk penjernihan dilakukan penawasan terlebih dahulu sebelum
dilakukan proses penetralan dengan menggunakan kapur. 4.3. Proses Penetralan
Pada Kolam Pengendap Kolam pengendapan (Settling pond) merupakan kolam
yang berfungsi untuk menyaring dan mengendapkan lumpur-lumpur hasil dari
penambangan yang terlarutkan oleh air serta sebagai tempat mengolah air
sebelum dialirkan kesungai, terutama menetralkan pH air yang bersifat asam. Air

Asam Tambang tidak hanya berasal dari kegiatan penambangan bisa juga dari
proses penghancuran batubara. Sebelum batubara masuk kedalam alat
penghancur (Crusher) maka batubara tersebut disiram dengan air, yang
bertujuan untuk mengurangi debu yang dihasilkan ketika proses penghancuran
dilakukan serta pada saat krusher (crusher)beroperasi juga dilakukan penyiraman
untuk membersihkan krusher (crusher) dari partikel-partikel batubara. Air
limpasan inilah yang berpotensi membentuk air asam tambang(AAT) karena
adanya mineral sulfida yang berada dalam batubara juga berpotensi merusak
lingkungan. Sehingga sebelum dibuang kelingkungan dilakukan pengolahan
terlebih dahulu. Hasil pemompaan yang berasal dari kegiatan krusher (crusher)
dialirkan ke kolam pengendapan (Settling pond) melalui paritan yang dibuat
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 51 mengelilingi tempat pengolahan
(Stockpile). Pada PT. Bhumi Rantau Energi terdapat dua settling pond crusher
yaitu settling pond crusher 1 dan settling pond crusher 2. Di settling pond
crusher 1 terdapat empat kolam dan settling pond crusher 2 terdapat lima kolam.
Kolam pertama berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur atau sedimentasi,
kolam kedua dan ketiga berfungsi sebagai kolam untuk penambahan tawas dan
kapur, kolam ke 4 difungsikan sebagai kolam parameter/acuan, karena air di
kolam terakhir ini akan langsung dialirkan ke badan sungai. V. KESIMPULAN 5.1.
Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan,
yaitu : 1. Sumber-sumber Air Asam Tambang (AAT) adalah air dari tambang
terbuka dari unit pengolahan batuan buangan, air dari unit pengolahan limbah
dan dari tempat penimbunan bahan galian. 2. Metode pengolahan air asam
tambang yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi adalah dengan metode active
treatment. 3. Air yang berpotensi air asam tambang tidak hanya berasal dari pit
tapi juga yang berasal dari unit pengolahan (crusher). 4. Air yang berpotensi
menjadi air asam tambang yang berasal dari pit dialirkan menuju sumuran
(sump), lalu dipompa menuju settling pond. 5. Sebelum dilakukan proses
penetralan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter. 6.
Proses menurunkan tingkat kekeruhan pada settling pond crusher adalah dengan
cara menambahkan larutan tawas. 5.2. Saran 1. Proses pengelolaan air asam
tambang agar dapat dilakukan lebih efektif untuk menghindari dampak negatif
bagi lingkungan maupun masyarakat yang bermukim di sekitar tambang. 2.
Pemantauan pH dan debit air limbah harus dilakukan secara berkesinambungan
untuk memastikan tingkat keamanan lingkungan perairan. 3. Tanggul-tan