TUGAS MAKALAH POLITIK HUKUM BATAM SEBAGA

TUGAS MAKALAH POLITIK HUKUM

Materi:
PAYUNG HUKUM BARU UNTUK BATAM “FTZ, KAWASAN
EKONOMI KHUSUS ATAU OTONOMI KHUSUS”
Judul:

BATAM SEBAGAI KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Disusun Oleh:

Fedryk Soaloon Harahap
17125204
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
2018

1

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga Penulis dapat
menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Isu mengenai keinginan
pemerintah untuk mengubah status FTZ (Free Trade Zone) Kota Batam menghantarkan
Penulis pada tugas mata kuliah “Politik Hukum”. Pada kesempatan ini, Penulis
mengangkat judul “BATAM SEBAGAI KAWASAN EKONOMI KHUSUS”.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam karya tulis baik
dari segi tata bahasa maupun materi yang disampaikan, terlebih lagi Penulis tidak
langsung melakukan pengkajian di lapangan. Untuk itu, Penulis mohon maaf kepada
Pembaca. Penulis menerima masukan kritik dan saran yang membangun dari Pembaca
agar dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi di kemudian hari. Penulis
berharap karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi Pembaca.
Terima kasih.
Batam, 23 Juli 2018

Penulis

2


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................7
C. TUJUAN....................................................................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................7
A. KONSEP KAWASAN EKONOMI KHUSUS...........................................................7
B. KAWASAN EKONOMI KHUSUS DI INDONESIA...............................................8
C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS. .…..18
D. KESIAPAN KOTA BATAM MENUJU KAWASAN EKONOMI KHUSUS……19
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………….20
A. KESIMPULAN........................................................................................................20
B. SARAN....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22

3


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kota Batam adalah sebuah kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau,
Indonesia. Wilayah Kota Batam terdiri dari Pulau Batam, Pulau Rempang dan
Pulau Galang dan pulau-pulau kecil lainnya di kawasan Selat Singapura dan Selat
Malaka. Pulau Batam, Rempang, dan Galang terkoneksi oleh Jembatan Barelang.
Jumlah Penduduk Kota Batam berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2015
tercatat sebesar 1.037.187 jiwa terdiri atas 638.404 jiwa laki-laki dan 197.247 jiwa
perempuan dengan sex ratio 106,59. (https://batam.go.id/profil/kependudukan/ ) di
akses 13 Juli 2018.
Dasar Hukum Pembentukan Kota Batam dari Masa ke Masa, sebagai berikut :
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 1971 tentang
2.

Pengembangan Pembangunan Pulau Batam;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1973 tentang daerah

3.


Industri Pulau Batam;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1974 tentang
Penunjukan dan Penetapan Beberapa Wilayah Usaha Bonded Warehouse di

4.

Daerah Pulau Batam;
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1977 tentang

5.

Pengelolaan dan Penggunaan Tanah di Daerah Industri Pulau Batam;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1978 tentang
Penetapan Seluruh Daerah Industri Pulau Batam Sebagai Wilayah Usaha

6.

Bonded Warehouse;
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1983 tentang Pembentukan


7.

Kotamadya Batam di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Riau;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1984 tentang
Hubungan Kerja Antara Kotamadya Batam dengan Otorita Pengembangan

8.

Daerah Industri Pulau Batam;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1984 tentang
Penambahan Wilayah Lingkungan Kerja Daerah Industri Pulau Batam dan
Penetapannya sebagai Wilayah Usaha Bonded Warehouse;

4

9.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1992 tentang
Penambahan Wilayah Lingkungan Kerja Daerah Industri Pulau Batam dan


Penetapannya sebagai Wilayah Usaha Kawasan Berikat;
10. Surat Keputusan Ketua Badan Pertanahan Nasional Nomor 09-VIII-1993
tentang Pengelolaan dan Pengurusan Tanah di Daerah Industri Pulau
Rempang, Pulau Galang dan Pulau-Pulau disekitarnya;
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 1998 tentang
Penyempurnaan atas Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang
Daerah Industri Pulau Batam;
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kota Batam dan Kedudukan Badan Otorita Batam dalam
Pembangunan Batam;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2007 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Kota Batam pada awal berdiri merupakan bagian dari Provinsi Riau dimana
daerah Batam merupakan daerah penyimpanan Minyak Pertamina untuk di export
keluar negeri kemudian beralih fungsi sebagai daerah industri setelah itu berangsur
sebagai daerah Bonded Warehouse hingga mencakup keseluruhan wilayahnya
menjadi Bonded Warehouse dimana Batam saat itu dikelola oleh oleh Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (Otorita Batam) atau sekarang

berganti nama dengan Badan Pengelola Batam. Pada Tahun 1983 dibentuklah Kota
Madya Batam yang termasuk di dalam Wilayah Provinsi Riau. Kemudian ditahun
2002 terjadi pemekaran Provinsi Riau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau. Pembentukan Kota
Madya Batam pada Tahun 1983 menyebabkan terjadinya dualisme perizinan dalam
berbagai hal terutama perizinan usaha dan juga menyangkut tanah dan bangunan,
Berdasarkan sejarah berdirinya Kota Batam telah menjadi kota yang memiliki
keistimewaan.

Sejak lahir hingga sekarang, Batam memiliki keistimewaan ekonomi, kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Pemerintah tentu ingin memperoleh lebih
dari Batam jika dibandingkan dengan kawasan lain di RI. Posisi geografis Batam
sangat strategis sehingga layak ditetapkan sebagai kawasan investasi yang perlu
5

keistimewaan. Batam yang istimewa secara ekonomi diharapkan menjadi
lokomotif ekonomi nasional, dan telah terbukti pada dekade yang lalu.
(http://ekonomi.metrotvnews.com/analisa-ekonomi/GKdgLlek-kembalikan-batam/
di akses 13 Juli 2018


Bertolak dari Sejarah Batam tersebut kita dapat menilai perkembangan
pertumbuhan perekonomian yang sangat pesat ditandai dengan jumlah penduduk
Batam dalam kurun 40 Tahun berdiri dimulai dari 6.000 jiwa hingga saat ini
menjadi 173 kali lipat. Saat ini status Batam merupakan Daerah Free Trade Zone
(Zona Perdagangan Besas dan Pelabuhan Bebas) yang diharapkan mampu untuk
meningkatkan laju roda perekonomian, namun di Tahun 2015 terjadi penurunan
ekonomi dunia sehingga berdampak secara langsung kepada Batam di Tahun 2016
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dan dipuncaki pada Tahun 2017
mencapai penurunan pertumbuhan ekonomi terburuk. Bank Indonesia mencatat,
pelemahan ekonomi sudah terjadi sejak 2016, namun semakin parah memasuki
2017. Kinerja pertumbuhan ekonomi Kepri sepanjang triwulan I sampai III 2017
menjadi yang terendah di Sumatera. Laju pertumbuhan ekonomi Kepri juga
tumbuh lebih rendah dibanding nasional. (https://www.alinea.id/bisnis/2017-tahunterburuk-bagi-batam-b1RUM9lk/ di akses 13 Juli 2018

Saat ini Pemerintah Republik Indonesia menyiapkan Batam sebagai KEK.
KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geo
ekonomi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan
kegiatan ekonomi tinggi dan daya saing internasional. KEK itu terdiri atas satu atau
beberapa zona, seperti zona pengelolaan ekspor, zona logistik, zona industry, zona
pengembangan tenologi, zona pariwisata, zona energi dan/atau zona ekonomi lain,

dan di dalamnya dapat di bangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja,
juga di sediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan
Koperasi baik sebagai pelaku usaha, maupun sebagai pendukung kegiatan
perusahaan yang berada di KEK. Artinya pemukiman akan dipisahkan dengan
KEK. Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional, oleh badan usaha,
pemerintah

kabupaten/kota,

atau

pemerintah

provinsi.
6

(http://batampos.co.id/2016/03/26/mengubah-ftz-menjadi-kek-di-batam/ di akses
23 Juli 2018

Oleh karena hal-hal tersebut di atas dan untuk memenuhi tugas yang diberikan

oleh Bapak Lu Sudirman, S.H., M.M., M.Hum. selaku Dosen Pengampu mata
kuliah “Politik Hukum”, Penulis menyusun makalah dengan mengangkat judul
“BATAM SEBAGAI KAWASAN EKONOMI KHUSUS”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bentuk dan konsep kawasan ekonomi khusus yang berlaku di Indonesia?
2. Sisi positif dan negatif dari kawasan ekonomi khusus yang berlaku di Indonesia?
3. Sejauh mana kesiapan Kota Batam apabila diberikan kewenangan sebagai kawasan
ekonomi khusus?
C. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan saran dan pendapat tentang
apa seharusnya payung hukum yang terbaik untuk Batam saat ini dalam menghadapi
pertumbuhan ekonomi yang sedang mengalami penurunan secara global, sehingga
dapat menumbuh kembangkan roda pertumbuhan ekonomi dengan pesat dalam meraih
kejayaan Batam yang telah sirna untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat Batam melalui Kawasan Ekonomi Khusus Batam.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. KONSEP KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sesuai dengan
Pancasila dan amanat Undang_undang Dasar 1945, dibentuklah ndang-Undang
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
7

dilaksanakan melalui penyelenggaraan pembangunan perekonomian nasional yang
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan,

berwawasan

lingkungan,

kemandirian,

serta

dengan

menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan
batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu (Pasal 1 Ayat 1 UU No. 39 Tahun 2009). Ada 7 zona KEK yang diatur dalam
UU tersebut antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

KEK Zona Pengolahan Ekspor;
KEK Zona Logistik;
KEK Zona Industri;
KEK Zona Pengembangan Teknologi;
KEK Zona Pariwisata;
KEK Zona Energi;
KEK Zona Ekonomi lain.

Kawasan Ekonomi Khusus dapat diusulkan oleh Badan Usaha, Pemerintah
Kabupaten/Kota, maupun Pemerintah Provinsi guna meningkatkan kemakmuran daerah
yang diusulkan tersebut sebagai penggerak roda perekonomian untuk mensejahterakan
masyarakatnya serta menarik investor untuk menanamkan modal dan menggerakan
bidang usaha tertentu yang telah ditetapkan di dalam zona KEK tersebut.
Kriteria untuk usulan lokasi KEK:
1. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung;
2. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota
yang bersangkutan;
3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau
dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada
wilayah potensi sumber daya unggulan;
4. Mempunyai batas yang jelas.
B. KAWASAN EKONOMI KHUSUS DI INDONESIA
Kawasan Ekonomi Khusus telah diterapkan di Indonesia saat ini ada 12 (dua
belas) Kawasan Ekonomi Khusus antara lain, sebagai berikut :
8

1. KEK Sei. Mengkei:
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei

ditetapkan

memalui

Peraturan Pemerintah Nomo 29 Tahun 2012 tanggal 27 Februari 2012 dan
merupakan

KEK

pertama

di

Indonesia yang telah

diresmikan beroperasi

oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2015. KEK Sei Mangkei yang
berlokasi di Provinsi Sumatera Utara memiliki bisnis utama berupa industri kelapa
sawit dan karet dan difokuskan untuk menjadi pusat pengembangan industri kelapa
sawit dan karet hilir berskala besar dan berkualitas internasional.
Sebagai kawasan industri yang berada di sentra bahan baku berbasis agro dan
dekat dengan Selat Malaka, KEK Sei Mangkei juga memiliki bisnis pendukung
yaitu logistik dan pariwisata. Dengan total luas lahan sebesar 2.002,7 ha, KEK Sei
Mangkei terbuka akan potensi industri lainnya terutama di sektor hilir dengan nilai
tambah yang tinggi.
KEK Sei Mangkei didukung dengan infrastruktur di dalam dan luar kawasan.
Akses dari KEK Sei Mangkei ke jalan lintas Sumatera kurang lebih 10 km, jarak ke
Pelabuhan Kuala Tanjung kurang lebih 40 km dan jarak ke Bandara Internasional
Kualanamu kurang lebih 110 km.
Hingga akhir 2016, aliran investasi pelaku usaha untuk aktivitas industri di KEK
Sei Mangkei telah mencapai Rp3,52 triliun dan direncakan menjadi Rp5,52 triliun
pada akhir 2017. Saat beroperasi penuh di tahun 2025, KEK ini diproyeksikan dapat
menarik total investasi sebesar Rp129 triliun serta memberikan kontribusi pada
PDRB sebesar Rp92,1 triliun per tahun.
http://kek.go.id/kawasan/Sei-Mangkei/

2. KEK Tanjung Api-api
KEK Tanjung Api-Api ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51
Tahun 2014 dan berlokasi di Provinsi Sumatera Selatan. KEK Tanjung Api-Api
memiliki keunggulan geoekonomi yaitu berada di wilayah penghasil karet dan
kelapa sawit terbesar di Indonesia. Selain potensi daerah di sektor agro, KEK

9

Tanjung Api-Api juga memiliki potensi sumber daya alam gas bumi dan batu bara
yang melimpah.
KEK Tanjung Api-Api juga memiliki keunggulan geostrategis yaitu dekat
dengan akses utama Sumatera bagian selatan ke Alur Laut Kepulauan Indonesia I
dan sebagai pintu gerbang kegiatan ekspor/impor wilayah Provinsi Sumatera
Selatan dan sekitarnya. Aksesibilitas KEK Tanjung Api-Api ditunjang dengan
infrastruktur pendukung yang telah tersedia, seperti akses Pelabuhan Tanjung ApiApi sejauh 2,5 Km, akses Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sejauh 65 Km,
akses Kota Palembang sejauh 70 Km, dan akses Pelabuhan Boom Baru sejauh 75
Km. Selain itu KEK Tanjung Api-Api juga dilalui oleh Jalan Nasional Palembang –
Tanjung Api-Api yang memudahkan pergerakan dari dan menuju KEK Tanjung
Api-Api.
Dengan kegiatan utama di bidang industri karet, kelapa sawit dan petrokimia,
KEK Tanjung Api-Api diharapkan dapat menarik investasi sebesar Rp 125 triliun
hingga tahun 2025.
http://kek.go.id/kawasan/Tanjung-Api-Api/
3. KEK Tanjung Kelayang
KEK Tanjung Kelayang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2016 dan berlokasi di Pulau Belitung. KEK yang ditetapkan sebagai KEK
Pariwisata ini memiliki keunggulan geostrategis, yaitu terletak antara Indonesia dan
negara ASEAN yang merupakan target captive market.
KEK Tanjung Kelayang termasuk ke dalam 10 destinasi pariwisata prioritas
memiliki objek wisata bahari dengan pantai berpasir putih dan panorama yang
eksotis. Pantai yang dihiasi batuan granit raksasa merupakan ciri khas dari pantai di
kawasan ini. Kawasan ini berdekatan dengan pulau-pulau kecil disekitarnya yang
juga memiliki pesonanya tersendiri.
Dengan total luas wilayah sebesar 324,4 Ha, KEK Tanjung Kelayang memiliki
konsep pengembangan pariwisata, yaitu “Socially?? and Environmentally
Responsible

Development

and

Cultural

Preservation”.

Dengan

konsep

pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, KEK ini
10

diharapkan mampu menarik investasi sebesar Rp 20 triliun hingga 2025, serta
mendatangkan 59.000 wisatawan per tahun dengan nilai ekonomi Rp 751,4 miliar
per tahun pada saat KEK ini sudah beroperasi penuh.
http://kek.go.id/kawasan/Tanjung-Kelayang/

4. KEK Tanjung Lesung
Berlokasi di ujung paling barat Pulau Jawa, yaitu Kabupaten Pandeglang,
Banten, KEK Tanjung Lesung merupakan KEK Pariwisata pertama dan telah
diresmikan beroperasi pada Februari 2015. KEK Tanjung Lesung memiliki letak
yang strategis dan akses yang mudah dijangkau, yaitu 170 km dari Ibukota Jakarta
dan dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 2,5 – 3 jam.
KEK Tanjung Lesung memiliki luas area 1.500 Ha dengan potensi pariwisata
yang beragam, antara lain keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna serta
kekayaan budaya yang eksotis. KEK Tanjung Lesung juga dekat dengan atraksi
wisata Banten lainnya seperti Kawasan Tua Banten, Budaya Badui dan Debus,
Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Krakatau serta wisata kepulauan.
Berasal dari kata “lesung” yaitu alat penumbuk padi tradisional, Tanjung Lesung
memiliki bentuk dataran pantai wilayah yang menjorok ke laut dan mirip lesung.
Dengan pantai dengan pasir putih serta laut yang jernih, KEK Tanjung Lesung telah
menarik baik wisatawan nasional maupun internasional. Selama tahun 2016 tercatat
jumlah kunjungan wisatawan sejumlah 570.000 orang dan ditargetkanmeningkat
hingga 6,1 juta wisatawan saat beroperasi penuh pada 2020.
http://kek.go.id/kawasan/Tanjung-Lesung/

5. KEK Mandalika
Terletak di bagian Selatan Pulau Lombok, KEK Mandalika ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk menjadi KEK Pariwisata.
Dengan luas area sebesar 1.035,67 Ha dan menghadap Samudera Hindia, KEK
Mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang sangat potensial.

11

KEK Mandalika menawarkan wisata bahari dengan pesona pantai dan bawah
laut yang memukau. Mandalika berasal dari nama seorang tokoh legenda, yaitu
Putri Mandalika yang dikenal dengan parasnya yang cantik. Setiap tahunnya,
masyarakat Lombok Tengah merayakan upacara Bau Nyale, yaitu ritual mencari
cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika. Perayaan ini
merupakan budaya yang unik dan menarik wisatawan baik lokal maupun
internasional.
Berdasarkan potensi dan keunggulan yang ada, PT Pengembangan Pariwisata
Indonesia (Persero) yang telah mengembangkan Nusa Dua Bali mengusulkan
pembentukan KEK Mandalika. Sebagai destinasi wisata bahari dan wisata budaya
dengan panorama yang eksotis dan berdekatan dengan Pulau Dewata, KEK
Mandalika diperkirakan akan menarik kunjungan 2 juta wisatawan mancanegara per
tahun pada 2019. KEK Mandalika memiliki konsep pengembangan pariwisata
berwawasan lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek wisata dan daya tarik
wisata yang selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan
hidup yang ada di masyarakat.
KEK Mandalika adalah KEK yang paling menarik bagi para investor saat ini
dan diharapkan menjadi destinasi wisata kelas dunia.
http://kek.go.id/kawasan/Mandalika/

6. KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan
Berlokasi di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, KEK Maloy
Batuta Trans Kalimantan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun
2014 dengan total luas area sebesar 557,34 Haa. Kawasan ini kaya akan sumber
daya alam terutama kelapa sawit, kayu dan energi didukung dengan posisi
geostrategis yaitu terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI
II). ALKI

II

merupakan

lintasan

laut

perdagangan

internasional

yang

menghubungkan Pulau Kalimantan dan Sulawesi, serta merupakan jalur regional
lintas trans Kalimantan, dan transportasi penyeberangan ferry Tarakan-Tolitoli, dan
Balikpapan-Mamuju.

12

KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah melalui
industrialisasi atas berbagai komoditi di wilayah tersebut. Berdasarkan keunggulan
geostrategis wilayah Kutai Timur, KEK MBTK akan menjadi pusat pengolahan
kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi seperti industri
mineral, gas dan batu bara.
Hingga 2025, KEK yang ditetapkan pada bulan Oktober 2014 ini ditargetkan
dapat menarik investasi sebesar Rp 34,3 triliun dan meningkatkan PDRB Kutai
Timur hingga Rp 4,67 triliun per tahunnya.
http://kek.go.id/kawasan/Maloy-Batuta-Trans-Kalimantan/
7. KEK Palu
KEK Palu yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kawasan
pertama yang didesain oleh pemerintah sebagai pusat logistik terpadu dan industri
pengolahan pertambangan di koridor ekonomi Sulawesi. Secara geografis, KEK
Palu yang terintegrasi dengan Pelabuhan Pantoloan dan dilalui jalur strategis Alur
Laut Kepulauan Indonesia 2 memiliki potensi strategis sebagai hub antara kawasan
barat dan timur Indonesia. Teluk Palu yang dalam dan lebar memampukan kawasan
ini untuk menjadi jalur perdagangan nasional dan internasional, antara lain
menghubungkan kota-kota di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua serta negaranegara ASEAN.
KEK Palu yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014
akan mendukung Indonesia yang merupakan produsen nikel, kakao dan rumput laut
yang unggul di dunia. Terbentuknya KEK Palu juga diharapkan akan
mendorong hilirisasi industri logam dan meningkatkan nilai tambah dari komoditi
agro unggulan di Pulau Sulawesi seperti kakao, rumput laut, dan rotan.
Berdasarkan potensi dan keunggulan geostrategis yang dimiliki, KEK Palu
memiliki beberapa bisnis utama, yaitu nikel, bijih besi, kakao, rumput laut serta
rotan. Namun KEK Palu juga memberikan peluang bagi pengembangan aneka
industri lainnya sebagai bisnis pendukung, yaitu industri pengolahan karet, kelapa,
manufaktur dan logistik.

13

KEK Palu diproyeksikan dapat menarik investasi sebesar Rp 92,4 triliun hingga
tahun 2025 dengan dan menciptakan 97.500 lapangan kerja.
http://kek.go.id/kawasan/Palu/

8. KEK Bitung
KEK Bitung berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara dan ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014. KEK Bitung memiliki lokasi yang
sangat strategis dan merupakan pintu gerbang ekonomi ke negara-negara di Asia
Pasifik. Aksesibilitas

tersebut

didukung

dengan

adanya

Pelabuhan

Hub

Internasional Bitung sebagai hub perdagangan bagi Kawasan Timur Indonesia.
Berjarak 44 km dari Ibukota Manado, KEK Bitung diharapkan dapat menjadi pusat
pertumbuhan dan distribusi barang serta penunjang logistik di kawasan timur
Indonesia.
Dengan total area seluas 534 ha, KEK Bitung berbasis pada keunggulan
komoditas daerah Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai salah satu penghasil ikan
terbesar di Indonesia, KEK Bitung fokus pada industri pengolahan perikanan untuk
menghasilkan komoditi ekspor berkualitas internasional. Selain perikanan, KEK
Bitung juga fokus pada industri kelapa beserta produk turunannya yang memiliki
pasar yang sangat luas dan diminati baik dalam skala nasional maupun
internasional.
Berdasarkan potensi wilayah dan keunggulan geostrategis, KEK Bitung
diharapkan mendorong hilirisasi dan mendongkrak daya saing sektor perikanan,
agro, farmasi dan menarik investasi senilai Rp 32 triliun hingga tahun 2025.
(http://kek.go.id/kawasan/Bitung/

9. KEK Morotai
KEK Morotai yang terletak di Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara ditetapkan
melalui Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2014 dengan luas area 1.101,76 Ha.
KEK Morotai memiliki keunggulan geostrategis yaitu merupakan pulau terluar di
sisi timur laut Indonesia yang dekat dengan negara-negara ASEAN dan Asia Timur.
14

Berada di tengah Samudera Pasifik, Pulau Morotai dahulu merupakan salah satu
basis militer pada Perang Dunia II yang kini kaya akan barang peninggalan
bersejarah. Selain menjadi wisata sejarah, KEK Morotai juga memiliki keunggulan
wisata bahari dengan keindahan pantai dan bawah laut yang mempesona. Hamparan
pasir putih halus, air laut yang jernih serta terumbu karang yang indah merupakan
daya tarik wisata KEK Morotai.
Dilintasi oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia III yang juga merupakan jalur
migrasi ikan tuna, KEK Morotai merupakan sumber bahan baku bagi industri
pengolahan perikanan. Dengan potensi yang dimiliki, KEK Morotai akan menjadi
pusat industri perikanan didukung dengan logistik yang akan menjadikan Pulau
Morotai hub internasional di kawasan timur Indonesia.
Berbeda dengan destinasi wisata kepulauan lainnya di Indonesia, KEK Morotai
memberikan nuansa sejarah sebagai nilai tambah bagi wisatawan. KEK Morotai
diharapkan dapat menjadi destinasi wisata internasional dengan perkiraan investasi
pelaku usaha sebesar Rp 30,44 triliun hingga 2025.
(http://kek.go.id/kawasan/Morotai/
10. KEK Sorong
KEK Sorong ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2016
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pertama di Papua. Penetapan KEK Sorong
diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di timur Indonesia yang
turut sejalan dengan salah satu prinsip Nawacita, yakni membangun Indonesia dari
pinggiran. Berlokasi di Distrik Mayamuk, KEK Sorong dibangun di atas lahan
seluas 523,7 Ha dan secara strategis berada pada jalur lintasan perdagangan
internasional Asia Pasifik dan Australia.
KEK Sorong yang terletak di Selat Sele memberikan keunggulan geoekonomi
yaitu potensi di sektor perikanan dan perhubungan laut. Lokasi tersebut juga sangat
strategis untuk pengembangan industri logistik, agro industri serta pertambangan.
Berdasarkan potensi yang dimiliki, KEK Sorong dikembangkan dengan basis
kegiatan industri galangan kapal, agro industri, industri pertambangan dan logistik.
KEK Sorong diperkirakan akan menarik investasi sebesar Rp 32,2 triliun hingga
tahun 2025.
15

( http://kek.go.id/kawasan/Sorong/ di akses 14 Juli 2018)
11. KEK Arun Lhokseumawe
KEK Arun Lhokseumawe terletak di Kabupaten Aceh Utara dan Kota
Lhokseumawe, Provinsi Aceh dan dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 2017. KEK ini bertumpu pada lokasi geografis Aceh yang dilintasi
oleh Sea Lane of Communication (SloC), yaitu Selat Malaka dan mempunyai
keunggulan komparatif untuk menjadi bagian dari jaringan produksi global atau
rantai nilai global. KEK yang terbentuk dari konsorsium beberapa perusahaan
eksisting, yaitu PT Pertamina, PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM), PT Pelindo 1,
dan Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) terdiri atas 3 (tiga) kawasan,
yaitu kompleks kilang Arun, Kecamatan Dewantara serta Desa Jamuan yang
merupakan lokasi pabrik PT KKA.
KEK Arun Lhokseumawe berfokus pada beberapa sektor yaitu energi,
petrokimia, agro industri pendukung ketahanan pangan, logistik serta industri
penghasil kertas kraft. Dari sektor energi (minyak dan gas) akan dikembangkan
regasifikasi LNG, LNG Hub/ Trading, LPG Hub/ Trading, Mini LNG Plant PLTG
dengan pengembangan pembangkit listrik yang ramah lingkungan atau clean energy
solution provider. Infrastruktur logistik juga dikembangkan untuk mendukung input
dan output dari industri minyak dan gas, petrokimia dan agro industri, melalui
peningkatan infrastruktur pelabuhan dan dermaga berstandar Internasional.
Selain itu, Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe berpotensi menjadi
salah satu ekosistem perairan yang kaya dan produktif dan memungkinkan menjadi
basis pengembangan industri perikanan tangkap. Dengan potensi yang dimiliki,
Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe juga akan menjadi kawasan basis
industri pertanian dengan dukungan komoditas unggulan seperti sawit, kopi, kakao,
karet, kelapa, minyak atsiri dan lain-lain.
KEK Arun Lhokseumawe akan berkembang bersamaan dengan pengembangan
wilayah beberapa negara di kawasan Asia Selatan melalui revitalisasi ekonomi laut
jalur sutra (Maritime Silk Road). Dengan demikian maka Kawasan Ekonomi
Khusus Arun Lhokseumawe berada pada pasar perdagangan ASEAN dan Asia
Selatan. Dengan potensi dan peluang yang dimiliki, KEK Arun Lhokseumawe
16

diproyeksikan akan mencapai nilai investasi sebesar USD 3,8 miliar dan menyerap
tenaga kerja sebanyak 40.000 orang pada tahun 2021.
(http://kek.go.id/kawasan/Arun-Lhokseumawe/ di akses 14 Juli 2018
12. KEK Galang Batang
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang berada di Pulau Bintan
Kepulauan Riau, yang merupakan sentra choke point Selat Malaka, berdekatan
dengan Batam Free Trade Zone dan Selat Philip. Lokasi KEK Galang Batang
mempunyai akses langsung dengan Selat Malaka dan Laut China Selatan. KEK
Galang Batang diusulkan oleh badan usaha PT Bintan Alumina Indonesia dan telah
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2017, yang diundangkan
pada 12 Oktober 2017.
KEK Galang Batang akan dikembangkan sebagai sentra industri pengolahan
mineral hasil tambang (bauksit) dan produk turunannya baik dari refinery maupun
dari proses smelter. Diperkirakan KEK Galang Batang akan mampu menyerap
tenaga kerja sebesar 23.200 orang, tersebar untuk industri pengolahan refinery
sebesar 350 orang, industri pengolahan smelter sebesar 260 orang dan jasa dermaga
serta pelabuhan yang berpotensi menciptakan kegiatan ikutan (multiplier effect) di
kawasan tersebut. Adapun nilai investasi pembangunan KEK Galang Batang adalah
sebesar Rp 36,25 Triliun untuk 6 tahun.
( http://kek.go.id/kawasan/Galang-Batang/ diakses 14 Juli 2018

Berbagai KEK yang ada di atas dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat sehingga diharapkan mampu untuk meningkatkan roda
perekonomian daerah atau zona KEK tersebut sehingga demikian juga hendaknya
Batam kedepannya agar mampu meningkatkan roda perekonomian yang sudah mulai
redup sehingga dibutuhkan aturan baru yang dapat meningkatkannya dengan merubah
konsep FTZ yang seyogiannya berjalan 70 Tahun semenjak diundangkan diganti
dengan konsep KEK guna memberikan suntikan baru perekonomian di BATAM.

C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
17

1. Keunggulan Kawasan Ekonomi Khusus
FTZ

diterapkan

efektif

pada

2007.

Pemerintah

pusat memberikan

4 kelebihan yang tercantum dalam UU tentang Pelabuhan Bebas dan
Perdagangan Bebas, diantaranya yaitu :
1. Bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah(PPn-BM)
3. Bea masuk
4. Bea keluar
Sedangkan fasilitas dan kemudahan di KEK berdasarkan PP No. 96 Thn
2015, ada 13 poin. Batam termasuk yang bakal ditetapkan Presiden Joko
Widodo menjadi KEK. "Ada 5 kawasan yang disiapkan jadi KEK, semua di
Batam. Kelima kawasan itu akan ditetapkan segera. Presiden juga sudah mau
menetapkannya untuk tahap awal," kata Luhut Pandjaitan pada Kamis 15
Maret 2018 di Jakarta.
Adapun keuntungan KEK tersebut antara lain:
1. Investment allowance
2. Amortisasi dipercepat
3. Pajak devide
4. Kompensasi kerugian yang lebih lama
5. Tax holiday
6. Fasilitas pembebasan PPh Pasal 22 Impor
7. PPN impor tidak dipungut
8. PPN pembelian dalam negeri tidak dipungut
9. Pembebasan PPN dan atau PPnB
10. Penyerahan tidak dipungut kepada penerima fasilitas lainnya
11. Pengembalian PPN kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri
12. Penangguhan Bea Masuk
13. Pembebasan

Bea

Masuk

dan

Pembebasan

Cukai.

(http://www.batamnews.co.id/berita-32418-kelebihan-kek-vs-ftz-di-batamsiapa-pemenangnya.html/

18

Keunggulan lainnya untuk KEK adalah batasan yang jelas antara daerah
usaha, industri, dan pemukiman. Sehingga ini akan mempermudah Pemerintah
dalam pemberian fasilitas dan insentif fiscal yang tepat sasaran.

2. Kelemahan Kawasan Ekonomi Khusus
Keunggulan KEK di atas hanya dinikmati oleh Investor yang melakukan
kegiatan usaha dan industri di dalam zona KEK saja. Sehingga setelah
diberlakukan KEK, maka FTZ secara yuridis akan dihapuskan dan akan
berdampak kepada pencabutan keunggulan FTZ yang dirasakan masyarakat
khususnya pembebasan bea masuk dan pembebasan cukai karena hanya
diberlakukan dalam Zona KEK saja, sehingga Zona yang berdampingan dengan
KEK akan menjadi pabean sehingga tidak akan menikmati pembebasan bea
masuk dan pembebasan cukai tersebut.
D. KESIAPAN KOTA BATAM MENUJU KAWASAN EKONOMI KHUSUS
1. Status Kota Batam Kini
Saat ini Batam merupakan daerah FTZ (zona non-pabean) sehingga
seluruhnya merasakan pembebasan bea masuk dan pembebasan cukai berikut
pembebasan PPN-BM sehingga dianggap mampu untuk menarik investor yang
akan melakukan usaha di Batam, namun pada kenyataannya saat krisis ekonomi
global terjadi, FTZ sendiri tidak mampu untuk meningkatkan roda
perekonomian Batam dan lebih lagi dengan banyaknya Investor asing yang
angkat kaki dari dunia usaha di Batam. Hal ini juga di karenakan rumitnya
birokrasi untuk melakukan usaha di Batam yang dirasakan oleh Investorinvestor tersebut, dimana adanya 2 perizinan yang harus mereka lakukan antara
lain Perizinan Pemko Batam dan Perizinan di BP Batam.
2. Potensi Batam Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
Saat ini Batam yang merupakan daerah FTZ (zona non-pabean) memiliki
batasan yang tidak jelas dalam bidang usaha industry, perkotaan, dan
pemukiman, sehingga tidak terjadi keseimbangan dan tata kota yang baik,
menyulitkan bagi pihak Bea dan Cukai untuk menentukan penyelundupan
karena batasan yang tidak jelas tersebut. Dengan adanya KEK nanti di harapkan
19

Batam akan lebih terorganisir dalam pembagian wilayah sehingga terbentuk
keseimbangan dan tata kota yang baik, serta mempermudah mengantisipasi
penyelundupan dikarenakan zona diluar dari KEK merupakan wilayah pabean
sehingga petugas Bea dan Cukai lebih mudah untuk mejalankan tugasnya serta
menghasilkan devisa negara.

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Batam merupakan daerah yang memiliki keistimewaan tersendiri dikarenakan
letaknya yang strategis diantara laut Malaysia dan Singapura, sehingga memiliki
potensi besar untuk menarik investor melakukan usaha dan industri di Batam.
Dimulai berkembangnya Batam dari Tahun 1971 hingga saat ini Batam berhasil
meningkatkan roda perekonomian sehingga menjadi besar saat sekarang, namun di
Tahun 2015 terjadi krisis ekonomi global yang berdampak melemahnya sektor
ekonomi di Batam yang saat ini berpayung hukum sebagai daerah FTZ (NonPabean).
Untuk meningkatkan roda perekonomian di Batam saat ini Pemerintah Pusat
sedang merencanakan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan Penulis juga
sangat setuju dengan wacana tersebut dikarenakan kita dapat menarik kesimpulan
untuk menilai apa yang baik untuk Kota Batam kedepannya dari data-data yang
penulis sajikan sehingga mampu meningkatkan kembali roda perekonomian yang
sudah redup dan dapat menumbuhkan lapangan kerja baru serta memberikan winwin solution yang baik tidak hanya memandang dari satu sudut pandang saja namun
dari segala perspektif yang ada dengan meminimalisir timbulnya kerugian disemua
pihak dan juga tidak meminimalisir timbulnya keuntungan hanya di satu pihak saja.

B. SARAN
Demikianlah yang dapat penulis sajikan kepada pembaca tentang pandangan
penulis bagaimana seharusnya payung hukum yang baik bagi Batam kedepannya
sehingga dapat terciptanya iklim usaha yang kondusif dan berimbang tanpa adanya
20

monopoli sehingga dampaknya juga dapat dirasakan oleh masyarakat banyak
khususnya masyarakat yang berdomisili di Batam dan untuk pendatang pada
umumnya, serta penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan data serta mohon
juga masukan dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan penulis di masa-masa
yang akan datang. Semoga dengan hadirnya tulisan penulis ini dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk langkah kedepannya, Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

DAFTAR PUSTAKA


Portal Resmi Pemerintah Kota Batam, https://batam.go.id/



Priyono

Eko

Sanyoto,

13

September

2017,

Kembalikan

Batam,

http://ekonomi.metrotvnews.com/analisa-ekonomi/GKdgLlek-kembalikan-batam/



Satriani Ariwulan, 22 Desember 2017, 2017, Tahun terburuk bagi Batam,
https://www.alinea.id/bisnis/2017-tahun-terburuk-bagi-batam-b1RUM9lk/



Ampuan Situmeang, 26 Maret 2016, Mengubah FTZ menjadi KEK di Batam,
http://batampos.co.id/2016/03/26/mengubah-ftz-menjadi-kek-di-batam/



Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Republik Indonesia, http://kek.go.id/

21