identifikasi stabilitas wilayah longsor kecamatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Tanah merupakan material yang sangat berpengaruh dalam suatu

pekerjaan konstruksi, karena suatu daerah tidak akan memiliki sifat yang sama
dengan daerah yang lain. Sebagian besar wilayah Indonesia berada pada tanah
lunak dan gambut,khususnya didaerah bengkalis.
Tuntutan ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban
bangunan,tingkat keamanan yang diinginkan, dan kondisi lapisan tanah. Oleh
karena itu, untuk bangunan-bangunan sederhana atau ringan, kadang-kadang tidak
dibutuhkan penyelidikan tanah,karena kondisi tanahnya dapat diketahui
berdasarkan pengalaman setempat.
Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan
yang menyebabkan bergeraknya masa tanah dan batuan dari tempat yang lebih
tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pergerakan tersebut terjadi karena adanya
faktor gaya yang terletak pada bidang tanah yang tidak rata atau disebut dengan
lereng. Selanjutnya, gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng tersebut
dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah, sifat fisik tanah, dan sudut dalam

tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang bidang luncuran (Sutikno, 1997).
Keruntuhan suatu tanah dapat terjadi secara alamiah maupun buatan.
Seperti halnya yang terjadi pada daerah meskom yang mengalami keruntuhan
tanah yang cukup besar sekali. Dalam pengertiannya, unrestrained slope atau
talud tanpa perkuatan merupakan permukaan tanah miring dengan sudut tertentu
terhadap bidang horizontal dan tidak dilindungi. Kondisi ini pada suatu geometri
dan kondisi tertentu memiliki potensi untuk mengalami keruntuhan.
Keruntuhan tanah yang terjadi didaerah meskom pada saat sekarang ini
akan terus-menerus terjadi apabila hal tersebut tidak segera diatasi dengan baik.
Salah satu cara yang paling tepat untuk mengatasi keruntuhan suatu tanah tersebut
adalah dengan membangun talud. Sebelum merencanakan talud tentunya harus
ada penyelidikan tentang tanah itu sendiri.

1

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:

a.

Bagaimana sifat fisik dan teknis tanah asli di Daerah runtuhan Desa
Meskom ?

b.
1.3.

Bagaimana desain talud untuk daerah runtuhan Desa Meskom ?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui sifat fisik dan teknis tanah gambut.
b. Untuk mendesain talud/lereng berdasarkan hasil penyelidikan tanah
dan pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan.

1.4.

Manfaat penelitian
Adaapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan kajian yang memberikan gambaran secara umum
tantang sifat fisik dan teknis tanah gambut yang ada di desa meskom.
b. Memberikan gambaran tentang desain talud.

1.5.

Batasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang lingkupnya cukup luas, maka

pada penelitian akan dibatasi permasalahannya. Batasan masalah pada penelitian
adalah sebagai berikut :
a. Sampel tanah berasal dari daerah runtuhan desa meskom
b. Untuk mengetahui sifat fisik dan teknis tanah runtuhan desa meskom
Adapun data yang di dapat dari pengujian sifat fisik dan teknis adalah:
1. Pengujian sifat fisik
a. Kadar air
b. Berat volume
c. Berat Jenis Tanah
2. Pengujian sifat teknis
a. Geser kipas (vane shear test)


2

c. Pengujian hand boring dilakukan sebanyak 3 titik
d. Kedalaman pengujian hand boring adalah 6 meter
e. Tanah yang di uji adalah tanah gambut di daerah runtuhan desa meskom.
1.6.

Keaslian penelitian
Penelitian tentang tanah sebelumnya telah banyak dilakukan mengingaat

perkembangan dari tahun ketahun terus meningkat diantaranya :
a. Saiful bahri (2015) dengan judul “Identifikasi Pengaruh Penambahan Pasir
Terhadap Sifat dan Teknis Tanah Lempung Lunak Desa Pangkalan Nyirih”
Kesimpulan pengujian adalah pengaruh persentase penambahan pasir terhadap
sifat teknis tanah terhadap berat isi kering maksimum (γd maks) tertinggi yaitu
1,470 gram/cm³ pada variasi penambahan 25 % pasir. Sedangkan pengaruh
persentase pasir terhadap nilai qu yang paling tertinggi yaitu 84,88 kPa pada
variasi penambahan 5% pasir.
b. Oscar Fithrah Mur (2007) dengan judul “Analisis Resiko Kelongsoran Pada

Lokasi di Sekitar Perkantoran Walikota Bukit Tinggi” dengan kesimpulan
adalah Untuk kondisi tanah yang sama, nilai faktor keamanan lereng sangat
dipengaruhi oleh kemiringan lereng tersebut, dimana lereng yang landai atau
lereng dengan kemiringan yang kecil (kemiringan lereng < 30°) akan
mempunyai nilai faktor keamanan yang tinggi (FS> 1.50), dan sebaliknya
lereng yang terjal atau lereng dengan kemiringan yang besar (kemiringan
lereng > 30°) akan mempunyai nilai faktor keamanan yang rendah (FS< 1.50).
Adapun yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian di atas adalah:
a. Lokasi pengujian di daerah runtuhan desa meskom.
b. Sampel tanah yang di uji adalah tanah gambut.
c. Tidak melakukan stabilisasi tanah.
d. Hanya melakukan pengujian pada tanah asli saja
e. Tidak menganalisis resiko keruntuhan yang ditimbulkan pada tanah.

3

f. Menggunakan pengujian hand boring untuk menentukan karakteristik
tanah dan lapisan tanah.
g. Menggunakan pengujian uji geser kipas (vane shear test).
h. Untuk perhitungan talud menggunakan metode bishop.


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefenisikan sebagai

material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disetai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.
Tanah merupakan campuran dari partikel-partikel yang terdiri dari salah
satu atau seluruh jenis sebagai berikut (Bowles, 1984)
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batu besar yang biasanya terdiri
b.
c.

d.
e.

dari ukuran lebih besar dari 250-300 mm.
Kerikil (gravel) dalah partilkel batuan yang berukuran 5-150mm.
Pasir (sand) adalah batuan yang berukuran 0,074-5mm.
Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002-0,0074mm.
Lempung (clay) adalah partikel mineral berukuran lebih kecil dari

0,002mm.
f. Koloid (coloids) adalah partikel mineral yang “diam” berukuran lebih
kecil dari 0,001 mm.
Tanah dibentuk melalui proses pelapukan fisika dan kimiawi pada batuan,
pelapukan fisika terdiri dari dua jenis, pertama adalah penghancuran disebabkan
terutama oleh pembasahan dan pengeringan terus menerus atau pun pengaruh
salju dan es. Jenis kedua adalah pengikisan akibat air, angin, ataupun sungai es.
Proses ini menghasilkan butir yang kecil sampai yang besar, namun komposisinya
masih tetap sama dengan batuan asalnya. Selain itu tanah juga terbentuk dari
pelapukan kimiawi yakni proses yang lebih rumit dari pelapukan fisika dimana
proses ini memerlukan air serta oksigen dan karbondioksida. Proses ini mengubah

mineral yang terkandung dalam batuan menjadi jenis material lain yang sangat
berbeda sifatnya. (Wesley, 2012)

5

Pengertian tanah sangat luas dan tidak terbatas pada semua ilmu teknik,
akan tetapi tanah sering menyangkutkan di dalam aspek kehidupan manusia
terutama didalam pembangunan.

2.2

Deskripsi Tanah
Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem tiga fase yang terdiri atas

padatan, cairan dan gas. Pada kebanyakan tanah, fase padat terdiri atas partikel
yang membentuk keranga yang padatnya humus atau partikel organik terobsori.
Ruangan pori terdapat diantara fase partikel-partikel padat itu. Ruang pori itu
secara bersama diisi oleh cairan dan gas. Fase cairan kebanyakan ialah air dari
presipitasi, yang terdapat sebagai lapisan yang mengelilingi partikel fase padat
atau menduduki ruang pori yang lebih kecil. Ruang pori yang lebih besar terisi

oleh gas.
Volume tanah yang terisi berbagai fase berubah-ubah dari waktu ke waktu
dan dari tempat ke tempat. Volume air dan udara mempunyai hubungan timbal
balik secara langsung satu sama lain. Masuknya air kedalam tanah akan
mengeluarkan udara. (H.D Foth, 1994).

Gambar 2.1. volume tanah yang terisi padat, air dan udara. (Foth, 1994)

2.3.

Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah sangat berbeda – bedan adapun untuk mengetahui

karakter tanah harus diketahui golongan tanah, tanah terbagi menjadi dua bagian
yakni :
6

1. Tanah Organik
Tanah organik ini merupakan tanah dari sisa – sisa hewan atau
tumbuhan – tumbuhan yang telah mati kemudian melapuk sehingga

terbentuknya tanah. Tanah organik ini memiliki warna kusus yang
menunjukkan memiliki zat asam yang tinggi contohya tanah gambut.
2. Tanah Non Organik
Tanah non organik ini sering disebut dengan tanah mineral yaitu tanah
yang berasal dari pelapukan batuan organisme sehingga terbentuknya
tanah. Tanah non organik ini memiliki rendah zat keasaman, sehingga
baik digunakan untuk segala sesuatu, adapun tanah yang termasuk
didalam tanah non organik ini adalah tanah lempung lanau dan tanah
pasir.
2.4

Jenis – Jenis Tanah
Untuk mengetahui jenis – jenis tanah, harus mengetahui bentuk tekstur

dari tanah tersebut, tanah terbagi 4 macam yaitu:
1. Tanah Lempung
Tanah lempung merupakan tanah berpartikel kerangka dasar silikat
yang berdiameter kurang dari 4 mm, tanah lempung ini berbentuk
gumpalan yang keras disaat kering dan lengket pada saat basah.
2. Tanah Lanau

Tanah lanau adalah tanah yang berukuran lempung, lanau berupa
endapan yang mengapung dipermukaan air, tanah ini berbentuk
pecahan kristal kuarsa berbentuk pasir.

3. Tanah Pasir
Tanah pasir ini berbentuk dari batuan baku sedimentasi yang
memiliki butir – butir dan kerikil, tanah ini berukuran < 2 mm.
4. Tanah Gambut
Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa – sisa
hewan atau akar tumbuhan yang telah mati, tanah gambut ini
memiliki zat keasaman yang tinggi ( organik).
7

2.5

Sifat Tanah
Tanah secara umum mempunyai dua sifat utama, yaitu sifat fisik dan sifat

teknis

2.5.1

Sifat Fisik Tanah
Sifat fisis tanah adalah sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan

massa tanah, misalnya volume, kadar air dan berat tanah. Dalam keadaan tidak
jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu bagian butiran padat (s), bagian air
(w) dam bagian udara (a). Keberadaan air dan udara biasanya menepati pada
ruangan antara butiran/pori pada massa tanah tersebut. Gambar 2.2 (a)
memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume (v) dan berat (w),
sedangkan gambar 2.2 (b) memperlihatkan hubungan berat dan volume tanah
dalam tiga fase yang dipisahkan (butiran padat, air dan udara). Berat udara
dianggap sama dengan nol. (Hardiyatmo, 2002)

2.5.2

Sifat Teknis Tanah
Sifat teknis tanah merupakan sifat prilaku struktur massa tanah pada saat

diberi suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknik-mekanis. Parameter –
parameter kekuatan tanah terdiri dari:
a. Kohesi
Yaitu gaya tarik antara butiran tanah tergantung pada jenis tanah dan
kondisi kerapatan butiran. Jenis tanah yang termasuk dengan tanah kohesi
yaitu lempung,lempung berlanau, lempung berpasir atau berkrikil yang
sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Dalam
menentukan kuat geser tanah ini dapat ditentukan dengan melihat nilai
kohesinya.
b. Bagian butiran yang bersifat gesekan tergantung pada tekanan efektif
bidang geser terhadap sudut geser dalam (ø) yang terbentuk. (Wesley,
2012)

8

2.6

Tanah Gambut
Tanah gambut disebut juga tanah organic atau tanah bistosol adalah tanah

yang bahan induknya berupa sisa-sisa tanaman dari binatang kemudian bercampur
dengan lapisan mineral yang diendapkan. Salah satu ciri tanah gambut, yaitu
warna tanah pada umumnya cokelat tua (Gunawan Graha).
2.7

Klasifikasi Tanah Gambut
a. Klasifikasi gambut berdasarkan sudut pandang yang berbeda yaitu
dilihat dari tingkat kematangannya adalah gambut matang (saprik)
merupakan gambut yang sudah lapuk dan asal usulnya tidak diketahui,
memiliki kandungan serat 75% (Joko warino)
b. Klasifikasi gambut berdasarkan sifatnya ada dua:
1. Sifat Kimia
Ditentukan oleh keasaman tanah, kadar asam organik, kandungan
mineral, dan kandungan sulfur. Gambut di daerah tropis mengandung
lignin yang tinggi jika dibandingkan dengan gambut yang berada di
iklim sedang sebab terbentuk dari pohon-pohonan.

2. Sifat Fisik
Pada umumnya sifat fisik gambut berwarna coklat, hitam, dan agak
merah. Sifat-sifat gambut yang menonjol gambut kering beratnya
ringan, kuat menahan air, tanah gambut memiliki kecepatan massa
lebih daripada tanah mineral, keadaan fisiknya tidak berubah.
2.8

Longsor
Suripin

(2002)

tanah

longsor

merupakan

bentuk

erosi

dimana

pengangkutan atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang

9

relatif besar. Peristiwa tanah longsor dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan
atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan dan
sebenarnya merupakan fenomena alam yaitu alam mencari keseimbangan baru
akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan
terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah.
2.8.1 Tipe Longsoran
Naryanto (2002), jenis tanah longsor berdasarkan kecepatan gerakannya dapat
dibagi menjadi 5 (lima) jenis yaitu :
a. Aliran ; longsoran bergerak serentak/mendadak dengan kecepatan tinggi.
b. Longsoran ; material longsoran bergerak lamban dengan bekas longsoran
berbentuk tapal kuda.
c. Runtuhan; umumnya material longsoran baik berupa batu maupun tanah
bergerak cepat sampai sangat cepat pada satu tebing.
d. Majemuk; longsoran yang berkembang dari runtuhan atau longsoran dan
berkembang lebih lanjut menjadi aliran.
e. Amblesan (penurunan tanah); terjadi pada penambangan bawah tanah,
penyedotan air tanah yang berlebihan, proses pengikisan tanah serta pada daerah
yang dilakukan proses pemadatan tanah.
Penurunan tanah (subsidence) dapat terjadi akibat adanya konsolidasi,
yaitu penurunan permukaan tanah sehubungan dengan proses pemadatan atau
perubahan volume suatu lapisan tanah. Proses ini dapat berlangsung lebih cepat
bila terjadi pembebanan yang melebihi faktor daya dukung tanahnya, ataupun
pengambilan air tanah yang berlebihan dan berlangsung relatif cepat.
Air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah
(pada sisitem akifer air tanah dalam) dan turunnya tekanan hidrolik, sedangkan
tekanan antar batu bertambah. Akibat beban di atasnya menurun, penurunan tanah
pada umumnya terjadi pada daerah dataran yang dibangun oleh batuan/tanah yang
bersifat lunak (Sangadji, 2003).
2.9

Talud / Lereng
Talud/Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan

tertentu dengan bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena

10

proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara
alamiah misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan
manusia antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan
kereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu
longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah lereng
sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar.
Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau
mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.Setelah gempa
bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak mengakibatkan
kerugian materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatu
longsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan, jalur
transportsi serta sarana komunikasi. Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan
model yang akurat mengenai kondisi material bawah permukaan, kondisi air tanah
dan pembebanan yang mungkin bekerja pada lereng.
Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari
hasil analisis dapat dipertanyakan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan metode-metode seperti : metode Taylor, metode
janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll.
2.10

Stabilisasi Talud/Lereng metode Bishop
a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop
mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik
pusat busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan
c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak
rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer

dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana,
cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti.

11

Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang
memenuhi semua kondisi keseimbangan seperti Metode Spencer atau Metode
Keseimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok
digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk
busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Lokasi Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini lokasi untuk pengambilan sampel tanah terletak di

daerah meskom kecamatan bengkalis.

12

3.2.

Prosedur penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa tahaapan pengujian untuk

mempermudah dalam pelaksanaan pengujian, diantaranya pengamatan secara
visual terhadap sampel, setelah itu melakukan pengukuran serta analisis data.
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data tanah yanag nantinya akan
digunakan untuk mendesain talud yang aman.
1. Pengujian Hand Boring
2. Pengujian kadar air
3. Pengujian berat volume tanah
4. Pengujian berat jenis. (SNI 1964-2008)
5. Pengujian geser kipas (vane shear test).
6. Menganalisis hasil pengujian.
Secara umum penelitian ini dapat dibuat skema pelaksanaan penelitian
dari awal hinggga akhir sehingga bisa mempermudah dalam pengaturan dan
pembacaannya yaakni sesuai pada gambar dibawah ini :

Mulai

Perumusan Masalah
Pengajuan judul
Tidak
Penetapan judul dan
proposal
13

Ya
Hand Boring dan Pengambilan undisturbed sample
Pengujian Permeabilitas Tanah

Sifat fisik :
a. Pengujian Kadar Air
b. Berat volume tanah
c. Berat jenis tanah

Sifat teknis:
a. Pengujian Vane Shear

Pengolahan data
Desain Talud/lereng

Pembahasan

Kesimpulan
selesai
Gambar 3.1. Bagian alir tugas akhir
3.2.1

Peralatan penelitian
Pada penelitian ini, sampel yang akan di uji nantinya menggunakan

peralatan yang terdapat pada laboratorium uji tanah teknik sipil politeknik negeri
bengkalis. Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Alat Pengujian Hand Boring
a. Mata Bor
b. Pipa Bor

14

c. Tangkai Pemutar
d. Kunci Pipa
e. Tabung Silinder

Gambar 3.2 Alat hand boaring
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

2. Alat uji berat volume tanah
b. Tabung/cincin
c. Pisau
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
e. Sampel Exstruder / alat untuk mengeluarkan sampel dari tabung.

Gambar 3.3 Alat Uji Berat Volume Tanah
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

3.

Alat uji kadar air
b. Cawan alumunium
c. Pisau

15

d. Stiker / lebel
e. Timbangan ketelitian 0,01 gram
f. Oven listrik

Gambar 3.4 Alat Uji Kadar Air
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

4. Alat uji berat jenis
a. Picnometer + tutup + corong dengan kapasitas 100 ml
b. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
c. Kompresor
d. Pemanas (kompor listrik)
e. Kain lap, wadah, dan cawan
f. Thermometer skala 0,5ºC

Gambar 3.5 Alat Uji Berat Jenis
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

5. Alat Pengujian Geser Kipas (vane shear test)
a. Baling – baling ukuran 20 x 40 mm
d. Stang Pemutar

16

Gambar 3.6 Alat Uji Vane Shear
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

6.

Alat Pengujian Permeabilitas
a. Mata bor
b. Tangkai pemutar
c. Penggaris
d. Ember air
e. Stopwatch

3.2.2.

Prosedur pengujian
Adapun prosedur pengujian ini diantaranya :
1. Pengujian Hand Boring
Pengujian ini merupakan cara kerja membuat lubang pada tanah
dengan alat bor tangan dengan ukuran tertentu, dan dengan tenaga
manusia. Tujuan pengeboran ini adalah untuk mendapatkan atau
mendiskripsikan susunan lapisan tanah. Dari pengeboran ini dapat
dilakukan pengambilan tanah sebagai bahan untuk penelitian tanah
selanjutnya di laboratorium.
Prosedur pengujian ini antara lain:
1. Sambung mata bor dengan stang bor dengan kuat
2. Gunakan stang pemutar untuk mulai pengeboran tanah

17

Gambar 3.7 Pengeboran tanah
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

3. Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor penuh kurang.
4. Catat kedalaman pengeboran dan lakukan diskripsi tanah secara
visual
5. Lakukan pekerjaan ini berulang kali
6. Amati kedalaman setiap pengambilan tanah ini , jenis tanah, warna
tanah dan keadaannya serta muka air bila ada

Gambar 3.8 Mengamati Karakteristik Tanah
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

7. Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan keperluan atau pada
setiap pergantian lapisan dengan cara :
a. Ganti mata bor dengan stick apparatus

18

b. Pasang tabung contoh dengan dongkrak yang dipasangkan pada
angker dan ambang, atau
c. Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk
mengambil contoh tanah sampai dengan tabung terisi penuh
dengan tanah.
d. Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya
dengan tabung

Gambar 3.9 Mengganti Mata Bor Dengan Tabung Sampel
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

7. Buka stick apparatus dan buang sedikit tanah pada ujungnya dan
segera ditutup dengan plastic dan ikat dengan karet kedua ujungujungnya.

Gambar 3.10 Sampel Tanah Undisturbed
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

19

9. Beri etiket atau label nama lokasi titik bor dan kedalaman contoh
tanah yang diambil.
10. Lakukan pekerjaan ini sampai kedalaman yang diinginkan.
2. Pemeriksaan berat jenis butir tanah (Gravity of Specific)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah
yang mempunyai butiran lolos saringan No.12 (2 mm) dengan
menggunakan piknometer. Prosedur percobaan ini antara lain:
a. Siapkan sampel tanah yang sudah kering lolos saringan No.40
sebanyak 20 gram.

Gambar 3.11 Sampel Tanah Gambut
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

b. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan diperlukan.
c. Keringkan piknometer beserta tutupnya dengan kompresor luar
dan dalam, kemudian timbang dengan tutupnya.
d. Masukkan minyak suling sampai batas tutup kedalam piknometer
lalu timbang, kemudian keluarkan minyak kembali dan keringkan
lagi dengan menggunakan kompresor.

20

Gambar 3.12 Menimbang Picnometer + Minyak
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

e. Setelah iu masukkan sampel tanah sebanyak 20 gram kedalam
piknometer dan timbang kembali.

Gambar 3.13 Pengujian Berat Jenis Tanah
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

f. Tambah minyak suling kedalam piknometer yang berisi sampel
tanah sehingga tanah terendam dan kocok hingga homogen.

Gambar 3.14 Pengujian Berat Jenis Tanah
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

g. Sampel dan minyak yang berada didalam piknometer tersebut
diendapkan selam 24 jam, kemudia timbang kembali, setelah itu
ukur

temperature

suhunya

dengan

thermometer,

lakukan

pengolahan data.
3.

Pengujian Baling-Baling (vane shear test)

21

Pengujian ini dimaksud untuk melihat nilai kohesi pada tanah.
Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat yang akan digunakan
2. Bersihkan dahulu lokasi yang akan di uji
3. Tancapkan alat vane shear test kedalam tanah

Gambar 3.15 Pengujian Berat Jenis Tanah
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

4. Atur alat dengan bacaan alat berada di 0
5. Putar alat searah jarum jam
6. Kemudian lepaskan dan baca nilainya
7. Catat hasil pengujian
8. Pengolahan data
4.

Pengujian Permeabilitas
1. Siapkan alat yang akan digunakan
2. tentukan lokasi yang akan di buat sumur uji
3. Kemudian buat sumur uji dengan hand boring dengan
kedalaman 20 cm.
4. Kemudian masukkan air kedalam sumur uji sampai penuh
dan Letakkan penggaris kedalam sumur uji.

22

Gambar 3.16 Pengujian Permeabilitas Resapan
Sumber : Dokumentasi TA (2016)

5. Kemudian lakukan pengamatan setiap 5 menit dan selama
30 menit
6. Kemudian catat berapa cm penurunan air setiap pengamatan
selama 5 menit
7. Pengolahan data.

Model Desain Talud
3.3.1

Model 1 Kemiringan 1:1

6

MT

H

19

3.3.2

Model 1 Kemiringan 1:2
MT

6

3.3

H

23
31

3.3.3

Model 1 Kemiringan 1:3

6

MT

H

31

Model 2 Kemiringan 1:1

6

3.3.4

27

Model 2 Kemiringan 1:2

3

MT

H
3

3.3.5

28,3

24

3.3.6

Model 2 Kemiringan 1:3

6

MT

36

3.4

Langkah Perhitungan Talud/Lereng Dengan Menggunakan Program
DOSBox 0.74
Adapun langkah-langkah menjalankan program DOSBox 0.74 ini adalah
sebagai berikut :

3.5.

1.

Tentukan kordinat talud

2.

Masukkan perintah untuk masuk ke program

3.

Tentukan jumlah lapisan tanah yang akan digunakan

4.

Mulai mendesain talud

5.

Masukkan data tanah dan lain-lain

6.

Setelah semua selesai, lihat hasil analisis.

Cara Analisis
Adaapun cara menganalisis pada sebuah pengujian hingga memperoleh
data dan kesimpulan pada penelitian ini merupakan :

25

a. Semua data dari hasil pengujian akan dianalisis dalam bentuk tabel
atau kurva.
b. Untuk mempermudah menganalisis bisa menggunakan program excel.
3.6

Rekapitulasi Data
Tabel 3.1. Data Pengujian Hand Boring
Nama Titik
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3

Kedalaman
1M
2M
3M
4M
5M
6M
1M
2M
3M
4M
5M
6M
1M
2M
3M
4M
5M
6M

Jumlah sampel
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Sumber : Data TA (2016)

26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hand Boring dan Pengambilan Undisturbed Sampel
Dari hasil pengujian hand boaring dan pengambilan undisturbed sampel di

lokasi daerah runtuhan desa meskom dapat dijelaskan bahwa tanah pada lokasi
runtuhan tersebut adalah tanah gambut dengan karakteristik tanah berwarna
coklat, coklat tua, dan tanah tersebut mempunyai kadar air yang cukup tinggi,
serta tanah tersebut tegolong gambut yang sangat tebal mencapai 6-7 m.
Pengujian hand boaring dan pengambilan undisturbed sampel

ini untuk

mengetahui karakteristik tanah sampai kedalaman 6 m dan sampel tanah yang
diambil dengan menggunakan hand boaring di uji dilaboratorium uji tanah.
Pengujian dari tanah tidak terganggu (undisturbet) ini meliputi pengujian kadar air
(w), dan berat volume tanah (ᵞ). Adapun data tentang karakteristik tanah gambut
ini dapat dilihat pada (lampiran 1 - 3).
4.2

Permeabilitas Tanah

27

Permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik
melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal.
Dari hasil pengujian dilapangan permeabilitas resapan untuk tanah gambut sebesar
3,82 m/hari. Untuk pengujian permeabilitas resapan dapat dilihat pada tabel 4.1
dibawah ini.

Tabel 4.1. Hasil pengujian permeabilitas resapan tanah
Waktu Sampel
1
0
20
10
16,2
20
13,4
30
10,7
40
8
50
5
60
3
Jumlah

Elev Waktu sampel
(cm)
2
0
20
3,8
10
17
2,8
20
14,5
2,7
30
11,3
2,7
40
8,7
3
50
6,6
2
60
4,9
17
Jumlah
Waktu Rata-Rata (Menit)
Elevasi Rata-Rata (cm)
Nilai K ( cm/menit )
Nilai K(m/hari)
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Elev
(cm)
3
2,5
3,2
2,6
2,1
1,7
15,1

Waktu sampel
3
0
20
10
17,6
20
15,7
30
13
40
9,3
50
7
60
4,3
Jumlah

Elev
(cm)
2,4
1,9
2,7
3,7
2,3
2,7
15,7

60
15,93
0,27
3,82

Pengolahan data untuk pengujian permeabilitas resapan dapat dilihat sebagai
berikut :
Jumlah titik

= 3 titik

Lama pengamatan

= 60 menit

Kedalaman sumur resapan

= 20 cm

m/hari

= 1 hari(1440jam) / 1 m (100 cm) = 14,4



Elevasi rata-rata (cm)
= (∑ elevasi(titik 1 + titik 2+ titik 3)) / ∑ titik
= ( 17 + 15,1 + 15,7 ) / 3
= 15,93



Nilai koefesien permeabilitas resapan (K) cm/menit

28



= elevasi rata-rata / lama pengamatan
= 15,93 cm / 60 menit
= 0,27 cm/menit
Nilai koefesien permeabilitas tanah (K) m/hari
= nilai k cm/menit x 14,4
= 3,82 m/hari

4.3

Kadar Air Tanah (w)
Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran padat,

dinyatakan dalam persen%. pengujian kadar air inidilakukan untuk mengetahui
kadar air yang terkandung didalam tanah asli tersebut, dari hasil penelitian dapat
diperoleh kadar air sebesar 233,55 % - 848,21 % pada titik 1, 517,78 % - 758,00%
pada titik 2, dan 154,85 % - 819,45 % pada titik 3. Untuk hasil pengujian kadar air
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

NO
1
2
3
4

PERCOBAAN / KODE CAWAN
Berat cawan + kalibrasi (W1)=(gram)
Berta cawan + berat tanah basah (W2)=(gram)
Berta cawan + berat tanah kering (W3)=(gram)
Berat air (W2-W3)=(gram)
Berat tanah kering (W3-W1)=(gram)
Kadar air (w)=(no.4 / no.5)x 100 (100%)
Kadar air ( w ) rata - rata %

Sampel
1
8,74
20,35
10,51
9,84
1,77
555,9

Sampel
2
10,48
25,05
12,95
12,1
2,47
489,9
517,78

Sampel
3
9,34
31,09
12,92
18,17
3,58
507,5

Tabel 4.2. Contoh perhitungan kadar air tanah asli
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Contoh perhitungan kadar air tanah asli hasil pengujian tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
Berat cawat kosong (W1)

: 8,74 gram

Berat cawan + berat tanah basah (W2)

: 20,35 gram

Berat cawan + berat tanah kering (W3)

: 10,51 gram

 Berat air

29

= w2 – w3
= 20,35 – 10,51
= 9,84 gram
 Berat tanah kering
= w3 – w1
= 10,51 – 8,74
= 1,77 graM
 Kadar air
= ( berat air / berat tanah kering ) x 100
= ( 9,84 gram / 1,77 gram ) x 100
= 555,9 %

 Kadar air rata-rata
= (kadar air(sampel 1 + sampel 2 + sampel 3)) / jumlah sampel
= (555,9 + 489,9 + 507,5 ) / 3
= 517,78 %
4.4

Berat Volume Tanah (ᵞ)
Berat volume basah (γsat) adalah perbandingan antara berat butiran tanah

termasuk air dan udara (W) dengan volume total tanah, yang dinyatakan dalam
notasi (γ) (gram/cm3). Berat isi tanah sangat berguna dalam mengevaluasi tanah
kohesif dan pengujiannya juga mudah. Tanah gambut yang berada didaerah
runtuhan desa meskon ini memiliki nilai 0,89 gram/cm3 - 1,19 gram/cm3 untuk
tanah gambut dan 2,02 gram/cm3 untuk tanah lempung. Untuk hasil pengujian
berat volume tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3.Contoh perhitungan pengujian berat volume tanah
NO
1
2
3
4
5
6

PERCOBAAN / KODE SAMPEL
Berat tabung/cincin kosong (W1)=(gram)
Berat tabung + sampel tanah (W2)=(gram)
Berat sampel tanah (W= W2-W1)=(gram)
Diameter tabung/cincin (d)=cm)
Tinggi tabung/cincin (t)=(cm)
Volume tabung/cincin (V)=(gram)
Berat volume tanah (ɣ) = (W/V)= (gram/cm3)
Berat volume tanah basah rata-rata (ɣ)=(gram/cm3)
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Cincin
besar
60,08

Cincin
kecil
13,21

136,17
76,09
3,58
7,31
75,58
1,01

21,71
8,5
2,1
2,36
8,17
1,04
1,02

30

Contoh perhitungan berat volume tanah hasil pengujian dapat dilihat sebagai
berikut :
Berat tabung/cincin kosong ( W1 )

= 60,08 gram

Berat tabung + sampel tanah ( W2 )

= 136,17 gram

Diameter tabung/cincin (d)

= 3,58 cm

Tinggi tabung (t)

= 7,31 cm

 Berat sampel tanah
= W2 – W1
= 136,17 – 60,08
= 76,09 gram


Volume tabung
= 1/4π.d2.t
= 1/4.(3,14.3,582.7,31)
= 75,58 cm3

Berat volume tanah (ᵞ)
= berat sampel tanah / volume tabung
= 76,09 / 75,58
= 1,01 gram/cm3



Rata – rata berat volume tanah (ᵞ)
= ( berat volume tanah( cincin besar + cincin kecil )) / 2
= (1,01 + 1,04) / 2
= 1,02 gram/cm3

4.5

Bearat Jenis Tanah (Gs)
Berat jenis (specific gravity) tanah (Gs) didefinisikan sebagai perbandingan

berat volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw), untuk tanah gambut
perbandingannya tidak menggunakan berat volume air, tapi menggunakan berat
volume minyak solar, berat volume solar (γ solar) sebesar 0,78 gram/cm3. Dari hasil
pengujian didapat hasil berat jenis tanah gambut sebesar 1,35 gram. Untuk hasil
pengujiam berat jenis tanah asli dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Berat Jenis Tanah
BERAT JENIS TANAH (Gs)
No. Piknometer
Berat piknometer kosong (M1)
Berat piknometer + tanah kering (M2)

gram
gram

I
1
64,73
84,73

II
2
64,14
84,14

31

Berat piknometer + tanah + minyak solar (M3)
Berat piknometer + minyak solar (M4)
Temperatur t °C
Berat tanah kering (A = M2 - M1)
Berat butir tanah yang terendam dalam
minyak (B = M3 - M4)
Berat butir tanah (C = A – B)
Berat jenis Gs = A/C
Rata - rata Gs
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

gram
gram
derajat
gram

152,05
146,91
29
20

150,59
145,37
29
20

gram
gram
gram
gram

5,14
14,86
1,35

5,22
14,78
1,35
1,35

Contoh perhitungan berat jenis tanah dari hasil pengujian tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :
Berat picno kosong (M1)

: 64,73 gram

Berat picno + tanah kering (M2)

: 84,73 gram

Berat picno + tanah + minyak (M3) : 152,05 gram
Berat picno + air (M4)

: 146,91 gram

Temperatur

: 29°C

Berat tanah kering (A)

: M2 – M1
: 84,73 – 64,73 = 20 gram

B

: M3 – M4
: 152,05 – 146,91 = 5,14 gram

Berat butir tanah (C)

:A–B
: 20 – 5,14 = 14,86 gram

Massa jenis Gs

: A/C
: 20/14,86 = 1,35 gram

4.6

Kohesi Tanah
Pengujian ini dimaksud untuk melihat nilai kohesi pada tanah, dari hasil

pengujian dilapangan didapat hasil 3,13 Kpa pada titik 1, 3,53 Kpa pada titik 2,

32

dan 3,07 Kpa pada titik 3. Adapun hasil dari pengujian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.5. Contoh hasil perhitungan vane shear
Titik
Bacaan
1
3,4
2
2,7
3
3,3
Nilai kohesi rata-rata =
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Nilai Kohesi kPa
3,4
2,7
3,3
3,13

Contoh Perhitungan data vane shear dapat dilihat sebagai berikut :


Nilai rata-rata kohesi

= (nilai kohesi(titik 1 + titik 2 + titik 3)) / jumlah titik
= (3,4 + 2,7 + 3,3) / 3
= 3,13 Kpa

4.7

Desain Talud/Lereng
4.7.1 Model 1 Kemiringan 1:1

Gambar 4.1 Analisis Stabilitas Talud
Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:1 ini
mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,315 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model
talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas
talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
No

FOS

Circle Center

Radius

Initial

Terminal

Resisting

33

(BISHOP)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0,315
0,316
0,319
0,320
0,23
0,25
0,331
0,332
0,333
0,334

x - coord
(m)
9,90
8,53
9,72
9,16
10,29
9,49
9,91
10,00
10,93
10,24

y - coord
(m)
18,90
23,39
19,63
22,67
18,31
21,96
21,35
21,37
17,62
21,25

(m)

x - coord

x - coord

17,90
22,37
18,53
21,66
17,26
20,89
20,24
20,28
16,59
20,49

4,00
2,00
4,00
2,67
4,67
3,33
4,00
4,00
5,33
4,00

24,09
24,75
24,14
25,09
24,12
25,03
25,11
25,24
24,43
25,64

Moment (
Kn-m)
1,048
1,337
1,083
1,322
1,013
1,271
1,238
1,250
9,946
1,290

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:1
Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)

4.7.2 Model 1 Kemiringan 1:2

Gambar 4.2 Analisis Stabilitas Talud
Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:2 ini
mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,398 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model
talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas
talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:2
FOS
No

(BISHOP)

Circle Center
x - coord
y - coord
(m)
(m)

Radius
(m)

Initial
xcoord

Terminal
x - coord

Resisting
Moment (
Kn-m)

34

1
0,398
8,22
18,81
2
0,398
8,15
18,44
3
0,399
8,61
19,51
4
0,400
9,44
16,28
5
0,401
9,37
18,05
6
0,401
8,58
17,90
7
0,401
7,94
19,65
8
0,401
9,20
17,43
9
0,402
8,02
20,29
10
0,402
8,57
18,07
Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)

17,81
17,44
18,49
15,28
17,03
16,85
18,62
16,39
19,25
17,01

2,33
2,33
2,67
4,00
3,67
3,00
2,00
3,67
2,00
3,00

22,36
22,12
23,08
22,28
23,11
22,21
22,46
22,60
22,85
22,26

1,116
1,081
1,198
9,662
1,112
1,051
1,169
1,046
1,229
1,063

4.7.3 Model 1 Kemiringan 1:3

Gambar 4.3 Analisis Stabilitas Talud
Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:3 ini
mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,237 lebih kecil dari SFrencana 1.25, jadi model
talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas
talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:1
FOS
No
1
2
3
4
5

(BISHOP)
0,237
0,238
0,238
0,239
0,240

Circle Center
x - coord
y - coord
(m)
(m)
10,50
37,58
10,52
37,83
11,24
35,52
10,67
37,33
11,73
34,07

Radius
(m)
36,58
36,83
34,52
36,30
33,07

Initial
xcoord
2,00
2,00
3,00
2,33
3,67

Terminal
x - coord
32,02
32,12
32,07
32,05
32,07

Resisting
Moment (
Kn-m)
1,569
1,590
1,492
1,560
1,434

35

6
0,241
11,24
36,03
7
0,246
11,58
35,98
8
0,247
11,01
38,11
9
0,249
11,91
35,54
10
0,250
10,28
40,46
Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)
4.7.4

35,01
34,96
37,06
34,54
39,52

3,00
3,33
2,67
3,67
2,00

32,22
32,55
32,61
32,75
32,55

1,529
1,565
1,657
1,571
1,750

Model 2 Kemiringan 1:1

Gambar 4.4 Analisis Stabilitas Talud
Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:1 ini
mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,272 lebih kecil dari SFrencana 1.5, jadi model
talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas
talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:1
FOS
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

(BISHOP)
0,272
0,274
0,275
0,278
0,281
0,283
0,284
0,287
0,287
0,290

Circle Center
x - coord
y - coord
(m)
(m)
10,50
37,55
10,54
37,88
10,67
37,35
11,25
35,55
11,26
36,12
11,53
35,55
11,94
33,56
11,06
38,38
10,33
40,90
11,91
35,50

Radius
(m)
36,55
36,88
36,32
34,55
35,11
34,54
32,55
37,33
39,78
34,50

Initial
xcoord
2,00
2,00
2,33
3,00
3,00
3,33
4,00
2,67
2,00
3,67

Terminal
x - coord
32,01
32,15
32,06
32,09
32,28
32,35
32,08
32,76
32,69
32,73

Resisting
Moment (
Kn-m)
1,806
1,839
1,801
1,723
1,770
1,751
1,627
1,933
2,040
1,792

36

Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)

4.7.5 Model 2 Kemiringan 1:2

Gambar 4.5 Analisis Stabilitas Talud
Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:2 ini
mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,225 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model
talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas
talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:2
FOS

Circle Center
x - coord
y - coord
(BISHOP)
(m)
(m)
1
0,225
10,89
33,60
2
0,229
11,48
32,28
3
0,230
11,51
32,51
4
0,233
11,19
34,05
5
0,233
12,43
29,37
6
0,235
10,22
37,88
7
0,236
12,05
31,64
8
0,237
10,52
37,80
9
0,238
11,23
35,47
10
0,238
10,55
37,56
Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)
No

Radius
(m)
32,57
31,27
31,51
33,00
28,36
36,81
30,63
36,80
34,46
36,49

Initial
xcoord
3,00
3,67
3,67
3,33
5,00
2,00
4,33
2,00
3,00
2,33

Terminal
x - coord
31,02
31,18
31,30
31,44
31,07
31,71
31,53
32,11
32,04
31,96

Resisting
Moment (
Kn-m)
1,256
1,228
1,249
1,317
1,112
1,488
1,240
1,539
1,440
1,507

37

4.7.6 Model 2 Kemiringan 1:3

Gambar 4.6 Analisis Stabilitas Talud
Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:3 ini
mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,287 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model
talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas
talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:3
FOS

Circle Center
x - coord
y - coord
(BISHOP)
(m)
(m)
1
0,287
12,61
59,24
2
0,288
12,83
58,32
3
0,290
12,58
59.88
4
0,290
14,40
52,24
5
0,294
13,96
55,42
6
0,300
14,33
55,25
7
0,301
13,84
57,73
8
0,301
13,99
56,20
9
0,301
12,76
62,30
10
0,306
13,45
60,39
Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)
No

Radius
(m)
58,22
57,29
58,84
51,24
54,41
54,24
56,71
55,12
61,26
59,32

Initial
xcoord
2,00
2,33
2,00
4,33
3,67
4,00
3,33
4,00
2,00
3,00

Terminal
x - coord
40,23
40,22
40,33
40,25
40,63
40,97
41,11
40,71
41,10
41,27

Resisting
Moment (
Kn-m)
3,036
2,987
3,086
2,692
2,917
2,970
3,123
2,966
3,360
3.289

38

Setelah melakukan berbagai desain talud dengan program DXSTABLE, keamanan
talud masih belum didapat, artinya talud/lereng ini tidak bisa digunakan.
Tabel 4.12. Rekapitulasi hasil data pengujian kadar air tanah
Kadar Air Tanah (w ,gram/cm3)
Elevasi
Titik 1
Titik 2
1
233,55
517,78
2
539,74
639,12
3
769,41
758,00
4
382,3
735,25
5
813,33
757,55
6
848,21
602,16
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Titik 3
759,23
819,45
623,42
738,65
700,72
154,85

Tabel 4.13. Rekapitulasi hasil data pengujian berat volume tanah
Berat Volume (ˠ,gram/cm3)
Elevasi
Titik 1
Titik 2
1
1,02
0,89
2
1,06
1,12
3
1,14
1,11
4
1,11
1,09
5
1,19
1,15
6
1,16
1,15
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Titik 3
0,89
1,16
1,08
1,07
1,01
2,02

Tabel 4.14. Rekapitulasi hasil pengujian vane shear
Titik
1
2
3
Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Nilai Kohesi (kPa)
3,13
3,53
3,07

BAB V

39

PENUTUP

6.1

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Tanah yang ada di desa meskom adalah tanah gambut, dengan
karakteristik tanah berwarna coklat, coklat tua, sampai coklat kehitaman,
dan termasuk gambut yang sangat tebal mencapai 1 – 7 meter, serta
memiliki kandungan organik yang tinggi.
2 Dari hasil pengujian di laboratorium tanah gambut yang ada di desa
meskom memiliki kadar air yang cukup tinggi mencapai 848,21 %, berat
volume tanah terbesar 1,19 gram/cm3, berat jenis 1,35 gram dan memiliki
nilai kohesi tanah sebesar 3,53 kPa.
3 Dari hasil analisis stabilitas talud dengan berbagai desain kemiringan dan
model talud,

tidak didapatkan faktor keamanan talud. Hal ini

dikarenakan faktor tanah gambut yang memiliki daya dukung yang
rendah.

6.2

SARAN
Setelah melakukan penelitian tentang willayah longsor yang ada di desa
meskom, maka ada beberapa saran yang akan penulis berikan guna untuk
perbaikan agar penelitian dimasa akan datang akan mendapatkan hasil yang
lebih optimal antara lain:
1. Untuk penyelidikan tentang tanah gambut ini sebaiknya pengujian yang
dilakukan harus lebih banyak lagi.
2. Untuk mendapatkan hasil analisis yang baik tentang talud/lereng
sebaiknya program yang digunakan harus sesuai dengan kondisi
sebenarnya di lapangan.
3. Untuk mengembangkan penelitian ini maka harus ada penelitian yang
sama akan tetapi tujuan dari penelitian ini ditambahkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

40

Bowles, J. E., 1984, Mekanika Tanah, Edisi kedua, Alih bahasa Johan Kelanputra
Hainim, Erlangga.
Deden Rusdian Maulana, 2014, Stabilitas Lereng, Universitas Muhammadiyah
Tanggerang.
Hardiyatmo, H.C., 2002. Teknik pondasi 1, Edisi ke 2, Beta Offest, Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C., 2011. Perencanaan Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Tanah,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pertiwi Kusuma Astuti, 2013, Perkuatan Talud dan Pondasi Gedung Diklat
Rumah Sakit Peru dr. Ario Wirawan Kota Sala Tiga Menggunakan Metode
Grouting Semen Pada Tanah Timbunan , Universitas Negeri Semarang.
Susi Hidayah, 2007, Program Analisis Stabilitas Lereng, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang.
SNI 1966-2008, Cara uji Berat Jenis Tanah, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
SNI 1965-2008, Cara Uji Penentuan Kadar Air Untuk Tanah Dan Batuan Di
Laboratorium, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Surta Ria N. Panjaitan, 2013, Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut
Muara Batang Toru Sumatera Utara Setelah Mengalami Pemampatan
Awal. Institut Teknologi Medan.
Wesley, L.D., 2012. Mekanika Tanah, Andi Offest, Yogyakarta.
Zufialdi Zakaria, 2009, Analisis Kesetabilan Lereng Tanah, Universitas Padjajaran

41

Dokumen yang terkait

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

Analisis korelasi antara lama penggunaan suntik KB DMPA dan tingkat keparahan gingivitis di wilayah kerja puskesmas Sumbersari Jember

0 29 71

PERSEPSI ORANG TUA DENGAN REMAJA GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL TENTANG POLA ASUH DALAM KELUARGA Di SMPN 10 Malang, wilayah Puskesmas Kedung Kandang

0 21 18

Analisis perbedaan pendapatan dan efisiensi usaha tani sistem mira padi dan sistem tanah padi biasa di desa Plalangan kecamatan Kalisat kabupaten jember Musim tanam 1909/2000

0 6 73

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Pengaruh kompetensi, independensi, dan keahlian profesional terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (studi kasus pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan)

4 32 171

Preferensi dan keputusan masyarakat kecamatan Karawaci dalam menyalurkan zakat

4 41 107

Persepsi masyarakat terhadap KKN IAIN antasari di kecamatan banua lima kabupaten barito selatan kalimantan tengah.

0 44 70

Pengaruh peran dan kinerja auditor internal terhadap efektivitas sistem pengendalian internal : studi empiris perguruan tinggi badan layanan umum di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Banten

1 18 0

Pengolahan data gempa bumi wilayah pulau Jawa pada Sub Dit Gempat Bumi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung : laporan kerja praktek

0 14 41