T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menalar dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Salatiga 05 Tahun Pelajaran 20162017 T1 BAB I

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 dengan tematik integratif merupakan kurikulum yang

menggunakan pendekatan dengan tema. Tema menjadi penting untuk sajian yang
lengkap bagi kegiatan pembelajaran dengan memadukan seluruh muatan pelajaran
pokok. Tema dalam kurikulum 2013 dijabarkan menjadi subtema dan setiap sub
tema memuat satuan pembelajaran (Mawardi, 2014 : 2). Pendekatan proses
pembelajaran

untuk

kuikulum

ini


dilaksanakan

dengan

menggunakan

pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengambil langkah-langkah ilmiah dalam membangun pengetahuan siswa.
Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses kegiatan 5 M yakni
mengamati. Pada kegiatan ini siswa dihadapkan pada fenomena suatu masaah.
Proses kegiatan selanjutnya yakni menanya, dimana siswa mampu memunculkan
pertanyaan berdasarkan fenomena yang ada. Kegiatan selanjutnya mencoba, siswa
diharapkan mampu menggunakan pengalamannya untuk mencoba mencari
jawaban

berdasarkan

percobaan


yang

dilakukan.

Kegiatan

selanjutnya

menalar, dengan bekal pengetahuan yang dimiliki, siswa dapat mengolah
informasi dan menemukan konsep yang tepat dari masalah yang dihadapi.Proses
kegiatan akhir yakni mengomunikasikan baik secara lisan maupun tulisan.
Kegiatan

inilah

yang

nantinya

menjadi


proses

pembelajaran

dengan

mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.
Pengamatan yang dilakukan di kelas V SD Negeri Salatiga 05 dalam
pembelajaran terutama ketika menjelaskan materi masih sebagian besar dilakukan
dengan penggunaan metode berceramah walaupun secara tidak langsung sudah
menggunakan pendekatan saintifk yang masih belum dapat maksimal. Hal ini
terbukti dari kegiatan pembelajarannya berupa tanya jawab dan kegiatan yang
lebih berpusat pada guru. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan
penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting saja, dan menjawab
pertanyaan jika ditunjuk, bermalas-malasan dan melakukan kegiatan yang tidak

2

ada hubungannya dengan pelajaran. Dengan kata lain implementasi pendekatan

saintifik di dalam pembelajaran masih kurang.
Kegiatan pembelajaran tidak lepas dari kegiatan yang telah disajikan
dalam pembelajaran saintifik, salah satunya adalah keterampilan menalar.
Keterampilan menalar merupakan salah satu keterampilan saintifik yang sangat
penting. Shadiq (2004:4) menjelaskan bahwa penalaran adalah proses mengolah
informasi melalui pikiran yang dilakukan dengan cara menghubung-hubungkan
fakta-fakta yang diketahui untuk memperoleh suatu kesimpulan. Keterampilan
menalar dalam pelajaran

dilakukan melalui kegiatan mengamati hingga

mengkomunikasikan sehingga dapat diperolah suatu hal yang dapat dijadikan
acuan untuk menyimpulkannya.
Kemampuan menalar sangatlah penting bagi siswa dalam memperoleh
materi atau konsep suatu pembelajaran. Namun kenyataan di lapangan sangat
berbeda. Banyak siswa yang belum dapat mengetahui bahkan mengaplikasikan
konsep suatu materi, sehingga siswa kurang maksimal dalam belajar khususnya
dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hal tersebut disebabkan
kemampuan guru yang kurang memperhatikan kemampuan penalaran siswanya.
Berdasarkan informasi dari guru kelas V, tingkat kemauan anak lebih memilih

soal-soal yang mudah dibanding soal yang rumit. Siswa bila diberi kesempatan
untuk menemukan alasan logis dari permasalahan yang diajukan, jarang sekali
ada siswa yang memanfaatkannya untuk menyampaikan hasil penalarannya.
Mereka takut (tidak berani) menyampaikan pendapat mengenai materi yang
disampaikan. Namun demikian, mereka sering berbicara (berkomunikasi)
sesama temannya terutama dengan teman yang dekat dengan tempat duduknya.
Hasil pengamatan awal pembelajaran di kelas 5 SDN Salatiga 05
menunjukkan bahwa keterampilan menalar siswa masih cukup rendah. Guru
masih sering menjadi pusat dalam proses pembelajaran dan mendominasi aktivitas
mengajar menyebabkan siswa merasa ketergantungan dan kurang aktif di dalam
kelas. Rendahnya minat, kualitas belajar siswa terhadap mata pelajaran tema,
sehingga rendah pula kemampuan menalar dan memecahkan masalah siswa yang
dapat menghambat pemahaman dan penguasaan penyampaian konsep dan materi

3

pembelajaran. Selain itu konsep-konsep atau materi pelajaran tematik yang
dianggap sulit oleh siswa karena terintegrasi beberapa muatan pelajarannya.
Beberapa penyebab lain, siswa sering sekali menjawab pertanyaan yang
seharusnya perlu pemikiran yang kritis justru hanya mampu menjawab yang asalasalan. Artinya pertanyaan guru sering dijawab siswa menyimpang dari apa yang

ditanyakan. Siswa jarang sekali mengajukan alasan-alasan kepada guru berkaitan
dengan masalah yang ditemukan selama
walaupun ada bagian

dari

proses pembelajaran berlangsung,

mereka yang belum dipahami.

Bila diajukan

pertanyaan kepada mereka, sebagian besar siswa tidak berani mengungkapkan
alasan logis untuk menjawab dan hanya sekedar jawaban singkat.
Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran tematik, terutama di
kelas 5

SDN

menyelesaikan


Salatiga 05 di atas menunjukkan siswa kurang mampu
soal-soal

rumit

saat

pembelajaran

yang

pada

akhirnya

mempengaruhi hasil belajar siswa. Kurang mampunya siswa tersebut ditunjukkan
pada nilai ulangan harian tema bermain dengan benda-benda sekitar yang
sebagian siswanya masih belum mencapai nilai yang memuaskan. Dari 37 orang
siswa baru 13 anak atau 35,13% siswa yang tuntas dan Sebanyak 24 siswa

masih dalam kategori belum tuntas. (Lampiran Tabel 1.1).

No

Tabel 1.1
Hasil Ulangan Harian Tema Bermain dengan Benda-Benda Sekitar
Siswa Kelas V SDN Salatiga 05
ASPEK
NILAI
JUMLAH PROSENTASE
SISWA

1

KKM

70

-


-

2

Rata-Rata

65

-

65.08 %

3

Nilai Tertinggi

92

1


-

4

Nilai Tengah

61

-

-

5

Nilai Terendah

43

1


-

6

Modus

43

3

-

7

Frekuensi Tuntas

< 70

14

37.83 %

8

Frekuensi Tidak Tuntas

> 70

23

62.17 %

4

Berdasarkan beberapa masalah yang ditemukan, faktor utama yang harus
segera diselesaikan adalah mencari upaya meningkatkan kemampuan menalar
siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak hanya mendengar dan
mencatat penjelasan guru, dan menjawab soal, tetapi juga mampu menyampaikan
alasan-alasan logis atau pendapat, sehingga mampu menyimpulkan dan
mengkomunikasikan pesan pelajaran baik secara individu maupun kelompok.
Peningkatan kemampuan menalar siswa pada akhirnya akan berpengaruh pula
terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu solusi untuk meningkatkan
kemampuan menalar siswa adalah diperlukan suatu model pembelajaran yang
mampu meransang siswa untuk berpikir (menalar) lebih kompleks. selain itu
diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami langsung masalah yang terjadi dan
dapat menemukan cara pemecahan yang tepat berdasarkan apa yang diketahui
siswa.
Discovery Learning adalah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa
dalam proses kegiatan mental

melalui tukar pendapat,

dengan diskusi,

membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Beberapa
penelitian tindakan kelas sebelumnya, ternyata model Discovery Learning mampu
meningkatkan kemampuan menalar dan hasil belajar siswa. Hasil Penelitian yang
dilakukan oleh Fitri Apriani Pratiwi (2014) menunjukkan bahwa penggunaan
model Discovery learning dengan pendekatan saintifik terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa sma didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit antara siswa yang
diajarkan menggunakan model Discovery learning dengan pendekatan saintifik
dan yang diajar menggunakan model cooperative learning dengan pendekatan
saintifik. Pembelajaran dengan model Discovery learning dengan pendekatan
saintifik memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis
siswa sebesar 28,23% dengan perhitungan Effect Size sebesar 0,78.
Sementara itu penelitian lain yang dilakukan oleh Neneng Maryam
Jamaliah Nurul Janah (2015) tentang penerapan pembelajaran berbasis proyek,
pemecahan masalah dan penemuan terhadap kemampuan menalar dan literasi

5

lingkungan siswa smp pada konsep fotosintesis menunjukkan hasil bahwa
terdapat perbedaan rata-rata penguasaan antara kemampuan menalar secara
menyeluruh yang signifikan antara kelas siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek dengan kelas siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran pemecahan masalah (Sig= 0,000).
Selain itu, gain antara kelas pemecahan masalah dengan penemuan juga memiliki
perbedaan yang signifikan (Sig=0,002). Sedangkan untuk kelas pembelajaran
berbasis proyek dengan penemuan tidak ditemukan perbedaan gain yang
signifikan (Sig = 0,208). Model pembelajaran berbasis proyek, pemecahan
masalah dan penemuan dapat memberikan hasil yang berbeda signifikan pada
seluruh komponen literasi lingkungan dengan berbagai variasi kategori N-gain
pada ketiga model tersebut.
Menurut jurnal penelitian lain yang dilakukan Alek Rimbayanto (2015)
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan menalar dan memecahkan
masalah matematika dengan model inquiry learning berbasis group investigation
pada siswa kelas vii semester 1 SMP Negeri 2 Grobogan Tahun 2014/2015.
Peningkatan

tersebut

menunjukkan

bahwa

gambaran

simbolis

dengan

memanipulasi simbol-simbol dari 31,25% meningkat menjadi 80,64%, menarik
kesimpulan dari permasalahan matematika dari 6,25% meningkat menjadi
58,06%. Adanya peningkatan kemampuan memecahkan masalah terlihat dari:
1) memahami masalah dari 31,25% meningkat menjadi 93,55%,
2) merencanakan cara penyelesaian masalah dari 15,625% meningkat menjadi
93,55%,
3) melaksanakan rencana penyelesaian masalah matematika dari 15,625%
meningkat menjadi 80,64%,
4) meninjau kembali hasil penyelesaian masalah dari 9,325% meningkat menjadi
58,06%..
Berdasarkan beberapa penelitian di atas untuk memperbaiki proses dan
hasil belajar siswa kelas 5 SDN Salatiga 05 perlu diterapkan model pembelajaran
Discovery Learning. Melalui model ini, diharapkan rata-rata tingkat kemampuan
menalar siswa tema bermain dengan benda-benda sekitar pada semua muatan

6

mencapai ≥ 70 %. Setelah siklus 2 dilakukan, nilai rata-rata ulangan harian tema
bermain dengan benda-benda sekitar pada semua muatan (Bahasa Indonesia,
PPKN, Matematika, IPA, IPS, SBdPdan PJOK) meningkat menjadi sekurangkurangnya mencapai 75. Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan persentase
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar tema bermain dengan bendabenda sekitar pada semua muatan meningkat menjadi 75%.

1.2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada permasalahan yang perlu
dikaji untuk dapat ditemukan solusi permasalahannya. Permasalahannya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Guru masih sering menjadi pusat dalam proses pembelajaran dan
mendominasi aktivitas belajar mengajar yang menyebabkan siswa merasa
ketergantungan dan kurang aktif di dalam kelas.
2. Keterampilan menalar siswa masih sangat rendah. Siswa sering sekali
menjawab pertanyaan yang seharusnya perlu pemikiran yang kritis justru
hanya mampu menjawab dengan asal-asalan. Artinya pertanyaan guru
sering dijawab siswa menyimpang dari apa yang ditanyakan.
3. Rata-rata hasil belajar siswa kelas 5 SDN Salatiga 05 baru mencapai 35 %
dan rata-rata masih berada di bawah 70.
4. Persentase jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar untuk
seluruh muatan baru mencapai 35,13%.
5. Kurangnya latihan keterampilan saintifik siswa terutama keterampilan
menalar.

1.3.

Batasan Masalah
Penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih
tepat sasarah. Adapun hal-hal yang dibatasi peneliti antara lain :
1.

Penerapan model pembelajaran yang masih menggunakan metode kurang
sesuai dengan karakteristik siswa.

2.

Penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan menalar dan hasil
belajar tema bermain dengan benda-benda sekitar. Penelitian ini berfokus

7

pada kemampuan menalar siswa karena salah satu muara yang dapat
dijadikan acuan siswa dalam menjawab pertanyaan adalah mampu
memahami dan menjelaskan secara logis dari setiap masalah yang
ditemukan.
1.4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat suatu rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning
dalam rangka meningkatkan kemampuan menalar dan hasil belajar tema
bermain dengan benda-benda sekitar pada siswa kelas V SDN Salatiga 05
tahun pelajaran 2016/2017?
2. Seberapa

tinggi

model

pembelajaran

Discovery

Learning

dapat

meningkatkan kemampuan menalar tema bermain dengan benda-benda
sekitar pada siswa kelas V SDN Salatiga 05?
3. Seberapa

tinggi

model

pembelajaran

Discovery

Learning

dapat

meningkatkan hasil belajar tema bermain dengan benda-benda sekitar pada
siswa kelas V SDN Salatiga 05?
1.5.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning
dalam meningkatkan kemampuan menalar dan hasil belajar tema bermain
dengan benda-benda sekitar pada siswa kelas V SDN Salatiga 05 tahun
pelajaran 2016/2017.
2. Meningkatkan kemampuan menalar siswa kelas V melalui penerapan
pendekatan saintifik model Discovery learning.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V melalui penerapan pendekatan
saintifik model Discovery learning.

8

1.6.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1.

Manfaat Teoritis
Memberikan informasi pengetahuan bahwa dengan menggunakan
model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan menalar dan
meningkatkan hasil belajar siswa.

Kemampuan menalar ini dapat

dijadikan bahan referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya.
2.

Manfaat Praktis
Berdasarkan tujuan penelitian diatas dapat diperoleh manfaat baik
bagi siswa maupun guru. Siswa dapat meningkatkan keterampilan menalar
dan hasil belajarnya melalui model Discovery Learning. Siswa dapat
merasakan suatu proses pembelajaran yang menarik dan menantang
sehingga menumbuhkan semangat dan rasa ingin tahu yang besar untuk
belajar.
Guru mempunyai kemampuan melakukan langkah-langkah dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga mempunyai bekal pengalaman
dalam pengembangan profesionalismenya. Guru memahami pentingnya
inovasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan perbaikan dalam proses
pembelajaran. Sekolah yang seluruh siswanya mampu mencapai hasil
belajar sesuai prosentase kelulusan yang telah ditetapkan, otomatis akan
meningkatkan prestasi sekolah secara umum. Output dari lulusan sekolah
tersebut akan menjadi outcome yang baik pada jenjang pendidikan
berikutnya.