MENINGKATKAN HASIL BELAJARMATEMATIKAMELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA (mirwati)

  

MENINGKATKAN HASIL BELAJARMATEMATIKAMELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA

A

KELAS VIII MTs DDI BARU-BARU TANGA

Oleh: Mirwati, S. Ag

  

Abstrak:Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa

melalui Model Pembelajaran Problem Solving. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas VIII MTs DDI Baru-Baru Tanga tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 27

  A

orang. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing dua kali

pertemuan proses pembelajaran dan satu kali pertemuan dilakukan tes hasil

belajar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mengamati aktivitas siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran serta

melakukan tes setiap akhir siklus.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

selama dua siklus, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas

  

VIII MTs DDI Baru-Baru mengalami peningkatan,hal ini diperoleh dari: (1)

A

peningkatan rata-rata hasil belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II

yaitu dari 66 meningkat menjadi 71,33; (2) peningkatan ketuntasan belajar

matematika siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari 44,44% atau 12 orang siswa

menjadi 85,18% atau 23 orang; dan (3) meningkatnya aktivitas siswa yang sesuai

dengan pembelajaran dari siklus I ke siklus II.

  Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Problem Solving

  Pendahuluan

  Matematika memegang peranan penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan karena matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu dasar pertimbangannya adalah karena matematika berperan sebagai sarana penataan nalar siswa. Dengan mempelajari matematika, siswa diharapkan dapat berpikir secara logis, analitis, kritis, dan kreatif serta diharapkan mampu memecahkan segala masalah yang dihadapi, baik masalah yang berkaitan dengan pelajaran matematika, maupun yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran guru dituntut untuk memiliki peran, yakni mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.Guru harus dapat menciptakan kesempatan belajar bagi siswa, dan mampu meningkatkan aktivitas siswa. Siswa jangan dianggap sebagai objek yang secara pasif menerima informasi dari guru, tetapi lebih dari itu. Siswa dianggap sebagai subjek yang berperan secara aktif dalam belajar.Guru dalam pembelajaran di kelas hendaknya memiliki berbagai model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang dapat mengaitkan materi ajar dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa, memberikan siswa kesempatan untuk menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematikanya dalam memecahkan masalah, dan membuat siswa merasa senang belajar matematika.

  Sehingga tidak ada lagi siswa yang menganggap bahwa matematika adalah ilmu yang abstrak, penuh teori dan sangat membosankan.Salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas dan pemikiran siswa adalah dengan beberapa cara dan penyelesaian dan dengan sendirinya penalaran dari pemahaman yang dimiliki siswa akan semakin tumbuh subur. Adapun pembelajaran Problem Solving (pemecahan masalah) dalam meningkatkan aktivitas siswa, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman materi yang telah disampaikan oleh guru melalui kerja sama kelompok, sebagaian besar dari pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh siswa. Dari pengalaman mengajar mulai tahun 2005 sampai tahun 2012 peneliti mengamati berbagai kecenderungan sikap, keinginan kerja kelompok maupun individu dan penerapan siswa terhadap pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. Hal ini juga diakui oleh rekan guru matematika di sekolah tersebut. Maka rumusan masalahnya adalah apakah dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI Baru-Baru Tanga?Penelitian

  

A

  ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs

  A

  DDI Baru-Baru Tanga dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem

  

Solving. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa,

  dapat meningkatkan hasil belajar siswa, bagi guru, memberikan alternatif dalam melaksanakan penelitian dalam proses pembelajaran matematika dan bagi Sekolah, sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pengembangan bagi guru agar dapat lebih profesional dalam melaksanakan prosespembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutupendidikan di sekolah.

  Kajian Teori

  Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, dilakukan secara berurutan, setapak demi setapak, kontinu, mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya dan menggunakan pengalaman belajar sebelumnya. proses pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan yang melibatkan guru dan siswa, dimana perubahan tingkahlaku siswa diarahkan pada peningkatan kemampuan dalammempelajari dan mendisposisikan matematika sesuai tujuan yang diharapkan, sedangkan guru dalam mengajar harus pandai mencari model pembelajaran yang akan membantu siswa dalam kegiatan belajarnya. Sedangkan hasil belajar matematika adalah ukuran yang menyatakan seberapa besar tujuan pembelajaran matematika yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam suatu interval atau penggalan waktu tertentu melalui pemberian tes sebagai evaluasi belajar baik secara lisan ataupun tulisan. Model pembelajaran merupakan skenario pembelajaran di kelas. Problem solvingadalah suatu model pembelajaran yang dimulai denganmenghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Pada saat siswa berhadapan dengan masalah tersebut, maka ia akan menyadari bahwa untuk menyelesaikannya ia akan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya, pendekatan sistematiknya dan diperlukan pengintegrasian informasi dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan jika ditinjau dari variabel tugasnya, maka masalah yang diajukan harus dapat dipahami siswa, yaitu dapat berkenaan dengan pengalaman siswa di rumah, pengalaman di sekolah, dan pengalaman ia sebagai anggota masyarakat. Mengenai model pembelajaran Problem Solving, maka berikut ini karakteristiknya: a. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.

  b. Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.

  c. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.

  d. Guru menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi.

  e. Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah.

  f. Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri. Adapun 5 (lima) langkah dasar untuk problem solving adalah sebagai berikut : a. Mendasari bahwa masalah itu ada.

  b. Identifikasi masalah.

  c. Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk meyusun hipotesis.

  d. Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin.

  e. Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Memahami model pemecahan masalah di atas, maka kelebihannya antara lain :

  a. Siswa lebih terlatih dalam problem solving skills

  b. Mendorong siswa untuk berfikir alternatif

  c. Melatih keruntutan berfikir logis siswa Sedangkan kekurangannya antara lain : a. Kadang siswa belum menyadari akan adanya masalah.

  b. Siswa sering mengalami kebingungan strategi atau kiat mana yang akan digunakan.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah kelas VIII A tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 27 orang, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Faktor yang Diselidiki adalah (1)Faktor Input: Siswa kelas VIII MTs DDI Baru-Baru Tanga.(2)Faktor Proses : Pembelajaran

  A

  matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving dengan pokok bahasan Teorema Phytagoras..(3)Faktor output: Hasil belajar matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving pada pokok bahasan Teorema Phytagoras.r. Untuk memperoleh data tentang aktifitas siswa dan guru digunakan lembar observasi. Prosedur Penelitian dari Siklus I dan Siklus II terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Cara pengambilan data yaitu dengan menggunakan lembar observasi dan data hasil belajar. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Yaitu, data pada hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data mengenai hasil tes dianalisis secara kuantitatif. Berdasarkan pengumpulan dan analisis data di atas maka indikator kinerja penelitian ini adalah Indikator kinerja dalam penelitian adalah peningkatan hasil belajar dengan melihat peningkatan skor rata-rata siswa tiap akhir siklus dan segi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta semakin meningkatnya jumlah siswa yang tuntas tiap akhir siklus. Nilai kriteria ketuntasan minimal yang digunakan adalah 70.

  Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI Baru-Baru Tanga. Sarana yang digunakan

  A

  untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah Model Pembelajaran

  

Problem Solving.Dari hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar matematika

  siswa, melalui Model Pembelajaran Problem Solving selama dua siklus menunjukkan bahwa, rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada Siklus I rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa yaitu 66 dari skor ideal 100 dengan standar deviasi 7,36. Pada Siklus II rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan yaitu sebesar 71,33 dari skor ideal 100 dengan standar deviasi 5,11.Ditinjau dari segi ketuntasan hasil belajar menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar setelah pemberian tindakan selama dua siklus, yaitu Siklus I terdapat 44,44% atau 12 orang siswa yang tuntas belajar dan pada Siklus II meningkat menjadi 85,18% atau 23 orang siswa. Dengan demikian dikatakan pada siklus II sudah mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan standar ketuntasan klasikal yaitu 85% siswa yang memperoleh nilai 70. Hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa persentase aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran siklus I sampai siklus II terus mengalami peningkatan dan aktifitas guru dalam proses belajar mengajar terlaksana dengan baik dari siklus I sampai siklus II. Dengan demikian, secara kualitatif selama siklus I hingga siklus II hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs DDI Baru-Baru Tanga melalui Model Pembelajaran Problem

  A

Solving dapat meningkat. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa kelas VIII

  A

  MTs DDI Baru-Baru Tanga secara kualitatif dan secara kuantitatif menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Problem Solving efektif digunakan dalam pembelajaran ini. Ini disebabkan karena Model Pembelajaran Problem Solving dalam pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar matematika. Siswa dilatih untuk memecahan masalah matematika sehingga dengan adanya Model Pembelajaran Problem Solving siswa menganggap lebih mudah memecahkan masalah-masalah matematika yang diberikan kepada siswa melaui Lembar Kerja Siswa yang dikerja secara berkelompok maupun latihan mandiri.

  Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal berikut ini.

  (1)Meningkatnya rata-rata hasil belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari 62,59 menjadi 78,66. (2)Meningkatnya ketuntasan belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari 15 orang siswa (51,72%) meningkat menjadi 27 orang siswa (93,10%) atau pada siklus kedua ini siswa telah tuntas secara klasikal. (3)Meningkatnya aktivitas siswa yang sesuai dengan pembelajaran dari siklus I ke siklus II dan adanya penurunan tingkat aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan penelitian maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: (1)Diharapkan kepada guru mata pelajaran matematika di SMP agar menerapakan pendekatan pembelajaran tutor sebaya setting kooperatif dalam pembelajarannya karena terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. (2)Untuk menerapkan pendekatan pembelajaran tutor sebaya setting kooperatif dalam pembelajaran matematika hendaknya guru memberikan bimbingan terlebih dahulu kepada para tutor agar lebih cermat dalam menjelaskan materi kepada teman-temannya. (3)Disarankan agar dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat kemampuan peserta didik agar lebih mudah dalam menerima pembelajaran.

  Daftar Rujukan

  Abdurahman, Mulyono. 2003, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Amin Suyitno. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (Petunjuk Praktis). Semarang:

  UNNES Depdikbud, 1993. Evaluasi Dan Penilaian Proyek Peningkatan Mutu Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara. Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Kokom Komalasari, 2010, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi,

  Bandung: Refika Aditama Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nur, M. 2005. Model Pembelajaran Partisipatif. Online (http://ktiptk.blogspirit. com/file/matpartisipatif.zip. Diakses pada tanggal 2 November 2012). Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

  Sudjana Nana, 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Suherman, Erman, 2001. Strategi Pembelajaran Matematikatika Kontemporer.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suryadi, D., Nishitani, I., Koseki,K., & Ohtake, K. (2001). Mathematical Problem

  Solving and Primary School Children: Some Essensial Issues, Gunma: Gunma. U. Ac. Jp.

  Syarif, Dahniar, 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode

  Penemuan Terbimbing dengan Pemberian Tugas Disertai Umpan Balik pada Siswa Kelas XI IPA I SMU Negeri 4 Parepare. Skripsi. UMPAR.

  Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

  Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. _____. 2009.Mendesains Model Pembelajaran Inovatif Progresif; Konsep

  Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KSP), Jakarta: Kencana.