ESSAI PERANAN AIR SUSU IBU ASI EKSKLUSIF

ESSAI
PERANAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DALAM KEBIJAKAN
SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN UNTUK MENGURANGI RISIKO
OBESITAS DI INDONESIA

OLEH
NI KADEK SUCIARTINI
NIM : H1A014051
Word Count : 1.099
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT
2014

Peranan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dalam Kebijakan Seribu Hari Pertama Kehidupan
untuk Mengurangi Risiko Obesitas di Indonesia
Dewasa ini obesitas telah menjadi permasalahan kesehatan global, termasuk di
Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2010
menunjukkan bahwa persentase obesitas pada balita mencapai 12,2 %. Selain itu, menurut
Aryono Hendarto obesitas sangat rentan terjadi pada anak usia sekolah dalam 10 tahun terakhir
ini yaitu antara 2,5 % sampai dengan 27%, pernyataan ini sesuai dengan penelitian di 10 kota
besar di Indonesia, (Hendarto, 2013). Hal ini memperingatkan perlunya penanganan serius oleh

pemerintah dalam mengatasi masalah obesitas.
Obesitas adalah kondisi seseorang mengalami kelebihan berat badan yang
disebabkan oleh penumpukan gizi terutama karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini sangat
dipengaruhi pula oleh ketidakseimbangan antara pemasukan energi yang terlalu berlebihan dan
pengeluaran energi yang sangat sedikit. Adanya obesitas juga merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker,
osteoarthritis, dan lain-lain, (Budiyanto, 2002 dalam Nurcahyo, F, n.d.).
Salah satu kebijakan yang telah diambil pemerintah Indonesia dalam mengatasi
masalah gizi adalah menjadi bagian dari Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam
Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan disingkat menjadi Gerakan 1000 HPK, (Kementerian
Kesejahteraan Rakyat RI, 2013).
Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan upaya untuk memperkuat
komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan gizi sejak seribu
hari pertama kehidupan dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Periode ini merupakan
periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi. Banyak yang berpendapat bahwa obesitas disebabkan oleh
faktor genetik, namun berbagai bukti ilmiah dari banyak penelitian lembaga riset gizi dan
kesehatan terbaik di dunia telah mengubah paradigma tersebut. Ternyata obesitas dapat dirubah
dan diperbaiki, hal ini dikarenakan faktor penyebab terpentingnya adalah lingkungan hidup sejak
konsepsi anak usia 2 tahun, (WHO, 1997 dalam Kementerian Kesejahteraan Rakyat RI, 2012).

Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik pada masa penentu ini. Salah satu
pemberian gizi yang tepat dan harus dilaksanakan pada periode ini adalah penerapan Air Susu

Ibu (ASI) Eksklusif sesuai dengan sasaran dari gerakan 1000 HPK sendiri yaitu meningkatkan
prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga berusia 2
tahun paling kurang 50 persen, (Kementerian Kesejahteraan Rakyat RI, 2013). Ketentuan tentang
peran ASI Eksklusif yang begitu bermanfaat memang sudah sangat

diperhatikan oleh

pemerintah. Tidak hanya melalui gerakan 1000 HPK, perhatian mengenai peranan ASI juga
terbukti dengan adanya Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif, (Kementerian Kesehatan RI, 2012) serta Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No.3 Tahun 2010 Tentang Penerapan
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, (MNPPA, 2010).
Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ASI sangat bermanfaat bagi
kesehatan bayi. Salah satu peran ASI yang sangat penting adalah menghindarkan bayi dari
malnutrisi, baik kurang gizi maupun gizi berlebih (obesitas), (Hendarto, 2013). Atas dasar inilah
penulis mengangkat topik peranan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dalam mengurangi risiko
obesitas di Indonesia.

Air Susu Ibu adalah hasil sekresi dari kelenjar payudara, sedangkan Air Susu Ibu
Eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Tidak hanya itu,
masyarakat terutama ibu menyusui diharapkan tetap memberikan ASI hingga bayi berusia 2
tahun, tentunya dengan memberikan pula makanan pendamping ASI sebagai pelengkap
nutrisinya, (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Penerapan ASI Eksklusif ini berlandaskan pada manfaat ASI dalam mengatur pola
hidup bayi sejak lahir, berikut merupakan peran ASI bagi bayi dan ibu menurut Ikatan Dokter
Anak Indonesia :
1. ASI yang dikeluarkan pada 7 hari pertama setelah bayi lahir disebut kolostrum. Kolostrum
sangat baik diberikan pada bayi baru lahir karena mengandung banyak antibodi dan sel
darah putih serta vitamin A. Kandungan kolostrum ini sangat diperlukan oleh bayi karena
dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi, selain itu juga dapat menurunkan dan
mencegah terjadinya penyakit non infeksi, misalnya penyakit alergi, obesitas, kurang gizi,
2.

asma, dan eksim.
Peran ibu dalam memberikan ASI juga memberikan beberapa manfaat yaitu dapat
mencegah pendarahan setelah persalinan, mempercepat mengecilnya rahim, menunda masa
subur, mengurangi anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara. Hal terpenting

yang sebenarnya sangat bermanfaat adalah terjalinnya kasih sayang antara ibu dan anak.

Jika dipandang dari sudut psikologis, kontak akan terjalin setelah persalinan pada saat ibu
menyusui bayinya untuk pertama kali, proses ini disebut perlekatan (Bonding). Keadaan ini
akan menumbuhkan ikatan psikologis antara ibu dan bayinya. Ibu-ibu yang menyusui akan
merawat bayi mereka dengan penuh kasih sayang, selain itu, ibu akan merasa bangga dan
diperlukan oleh bayinya karena dapat menyusui.
Beberapa kendala yang sering ditemukan dalam pemberian ASI Eksklusif adalah
sebagai berikut :
1.

Terhalangnya waktu untuk memberikan ASI Eksklusif pada ibu yang bekerja. Menurut
Ikatan Dokter Anak Indonesia, ibu harus belajar cara memerah ASI segera setelah bayi
lahir. Suasana yang tenang sangat dibutuhkan dalam mengeluarkan ASI, sehingga peran
keluarga terutama suami sangat dibutuhkan saat kondisi seperti ini. Ketika ASI sudah
dikeluarkan, tempatkan ASI pada cangkir atau gelas yang bersih dan diletakkan pada
lemari es.

2.


Maraknya promosi susu formula yang menurut UNICEF, "out of control", merupakan
hambatan yang menyebabkan tidak efektifnya promosi ASI Eksklusif, (Kementerian
Kesejahteraan Rakyat RI, 2012). Oleh karena itu pemerintah perlu menggalakkan peran
ASI Eksklusif guna mengatasi konsumsi susu formula yang berlebih.
Berkaitan dengan maraknya susu formula, sebuah penelitian di Jerman pada tahun

2005 melakukan perbandingan antara pengaruh susu formula dan pengaruh ASI terhadap risiko
terjadinya obesitas. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin lama bayi diberikan
ASI maka semakin berkurang risiko terjadinya obesitas dengan pengurangan risiko 4 % tiap
bulannya. Bayi yang mendapat susu formula akan mengkonsumsi jumlah kalori yang lebih besar
dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Asupan kalori yang berlebihan ini akan memperbesar
risiko terjadinya obesitas, (IDAI, 2013).
Adapun beberapa mekanisme dasar peranan ASI Eksklusif untuk mengurangi angka
obesitas menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia yaitu :
1.

Air Susu Ibu yang dikonsumsi oleh bayi mampu mengatur asupan kalori sesuai dengan
kebutuhan bayi. Hal ini ditunjukkan ketika bayi berhenti meminum ASI maka ibu pun
percaya bahwa kebutuhan nutrisinya sudah terpenuhi, sedangkan jika ibu menggunakan


susu botol, hal ini belum tentu meyakinkan jika botol sudah kosong maka asupan
nutrisinya sudah cukup atau belum.
2.

Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif akan lebih mudah menerima makanan padat saat
penyapihan dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Penerimaan terhadap
makanan yang baik ini disebabkan bayi yang menerima ASI lebih mengenal berbagai
macam makanan melalui makanan yang dikonsumsi ibunya.

3.

ASI memberikan efek yang lebih baik terhadap metabolisme tubuh dan hormon seperti
insulin dan leptin dalam kaitannya dengan pengaturan lemak tubuh. Hal ini membuat bayi
yang mendapatkan ASI Eksklusif cenderung tidak obesitas dibandingkan dengan yang
mendapatkan susu formula.
Pemberian ASI Eksklusif telah banyak diteliti dalam kaitannya untuk mengurangi

risiko obesitas. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya manfaat pemberian ASI Eksklusif
dalam mengatur pola hidup bayi sejak lahir hingga berumur 2 tahun (1000 HPK). Oleh karena
itu, promosi pemberian ASI Eksklusif harus terus dilakukan pemerintah guna mengurangi risiko

terjadinya obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2013. ASI Eksklusif yang Tidak
Tergantikan. Available at: < http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/topik-kesehatan/98umum/141-asi-eksklusif-yang-tidak-tergantikan.>[Accessed 2 October2014].
H.R, Hasdianah, Siyoti, S, and Peristyowati, Y., 2014. Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet dan
Obesitas, Yogyakarta: Nuha Medika,.
Hendarto, A., 2013. ‘ASI Eksklusif pada Ibu yang Bekerja’. Indonesia Menyusui. Available at:
< http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/asi-eksklusif-pada-ibu-yang-bekerja.html>[Accessed
22 September 2014].
Hendarto, A., 2013. ‘Air Susu Ibu dan Perannya dalam Pencegahan Obesitas’. Indonesia
Menyusui.

Available

at:

<


http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-

perannya-dalam-pencegahan-obesitas.html>[Accessed 22 September 2014].
Kementerian

Kesehatan

RI.,

2012.

Bina

Gizi

dan

KIA.

Available


at:

[Accessed 2
October 2014].
Kementerian Kesehatan RI., 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2012

Tentang

Pemberian

Air

Susu

Ibu

Eksklusif.


Available

at:

[Accessed 2 October 2014].
Kementerian Kesejahteraan Rakyat RI., 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam
Rangka

Seribu

Hari

Kehidupan.

Available

http://kgm.bappenas.go.id/document/datadokumen/40_DataDokumen.pdf>

at:


<

[Accessed

24

September 2014].
Kementerian Kesejahteraan Rakyat RI., 2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Kehidupan. Available at: <
http://www.bappenas.go.id/files/5013/8848/0466/PEDOMAN_SUN_10_Sept_2013.pdf>[Access
ed 2 October 2014].

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak., 2010. Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 3 tahun 2010 Tentang
Penerapan

Sepuluh

Langkah

Menuju

Keberhasilan

menyusui.

Available

at:

<

http://www.kemenpppa.go.id/jdih/peraturan/Permeneg/PP&PA/No/2010/Penerapan/Langkah/Mn
ju/Kbrhsln/Menyusui.pdf> [Accessed 2 October 2014].
Nurcahyo, F., n.d. Kegemukan Sebagai Salah Satu Penghambat Aktivitas Jasmani Bagi Anak,
Obesitas Jadi. Available at: < https://id.scribd.com/doc/187497918/Obesitas-Jadi> [Accessed
at 22 September 2014].
Thomas A, Farley, MD, MH, and Deborah Dowell, MD, MPH., 2014.‘Preventing Childhood
Obesity’. American Journal of Public Health, Vol 104, No. 9. Available at: <
http://search.proquess.com> [Accessed 24 September 2014].