FILSAFAT ILMU PENGERTIAN FUNGSI HUBUNGAN

Daftar Isi

1.

BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah ...................................................................................2
b. Rumusan Masalah ..............................................................................................2

2.

BAB II Pembahasan
a. Pengertian Filsafat ........................................................................................... 3
b. Fungsi Filsafat .................................................................................................. 4
c. Hubungan Filsafat dan Ilmu ............................................................................ 5
d. Pendekatan Dalam Filsafat Ilmu ...................................................................... 7
e. Objek Kajian Filsafat Ilmu .............................................................................. 9

3.

BAB III Penutup
a. Kesimpulan .................................................................................................... 12

b. Saran ...............................................................................................................12

4.

Daftar Pustaka.....................................................................................................13

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yaitu pertama
manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan
pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan
berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara
berpikir seperti ini disebut penalaran. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan


secara

logis-rasional,

agar

dapat

dipahami

dan

dipergunakan secara umum.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan
masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat
disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu
dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi,
cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan
metode


ilmiah;

macam-macam

penalaran

yang

dapat

digunakan

untuk

mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap
masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian filsafat?
2. Apa Fungsi Filsafat ?

3. Bagaimana Hubungan filsafat dan Ilmu?
4. Bagaimana Pendekatan dalam Filsafat Ilmu ?
5. Apa Objek Kajian Filsafat Ilmu ?

1 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta: Indeks, 2008. hlm. 20.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos
artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya
kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta
atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh
Pyhthagoras.2
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki pada kata falsafah dari
bahasa Arab, philosopy dari bahasa Inggris, philosophia dari bahasa Latin dan
philosophie dari bahasa Jerman, Belanda dan Perancis. Semua istilah itu bersumber
pada istilah Yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai, sedangkan philos

berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan sophia
berarti kebijaksanaan.3
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam,
Al-Farabi mengartikan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang
sebenarnya dari segala yang ada (ilmu itu ada, dengan kehidupan yang ada). Ibnu
Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji oleh manusia karena dia
dikaruniai akal. Francis Bacon filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan
filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. Immanuel Kant filsafat
sebagai ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di
dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab persoalan apa yang
dapat kita ketahui. Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika. Adapun Rene Descartes mengartikan filsafat
sebagai kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi
pokok penyelidikan.4
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menelaah segala sesuatu yang ada secara mendasar dan mendalam dengan
2 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2010, hlm. 2.

3 Muzairi, Filsafat Umum. Yogyakarta, 2009, hlm. 6.


4 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta, Rajawali Pers, 2010, hlm. 2-3.

3

mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena, akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut
dengan kata lain filsafat adalah pangkal dari segala ilmu yang ada dalam pemikiran
manusia.
B. Fungsi Filsafat
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang
seluruh kenyataan, upaya ini menghasilkan beberapa peranan bagi manusia. 5
Filsafat berperan sebagai pendobrak. Artinya bahwa filsafat mendobrak
keterjungkungan pikiran manusia. Dengan memahami, dan mempelajari filsafat
manusia dapat menghancurkan kebekuan, kabakuan, bahkan keterkungkungan
pikirannya dengan kembali mempertanyakan segala. Pendobrakan ini bisa
membuat manusia terbebas dari kebekuan, dan keterkungkungan. Jadi, bagi
manusia filsafat berperan sebagai pembebas pikiran manusia. Pembebasan ini
membimbing manusia untuk berpikir lebih jauh, lebih mendalam, lebih kritis
terhadap segala hal sehingga manusia bisa mendapatkan kejelasan dan keterangan

atas seluruh kenyataan. peranan ketiga yang dimiliki filsafat bagi manusia adalah
sebagai pembimbing. Selain memiliki peran bagi manusia, filsafat juga berperan
bagi ilmu pengetahuan umumnya. Menurut Descartes, filsafat adalah himpunan
dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan,
alam dan manusia.
Dalam menjalan peranannya filsafat memiliki tujuan. Menurut Plato,
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan
murni. Tujuan filsafat adalah meraih kebenaran. Tidak seperti agama yang
menyandarkan diri dan mengajarkan kepatuhan, filsafat menyandarkan diri dan
mengandalkan kemampuan berfikir kritis. Secara konkrit manfaat mempelajari
filsafat adalah :
1.

Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan pikiran
lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.

2.

Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.


5 Eka Martini., Filsafat Umum, Palembang: Noer Fikri Offset, 2012, hlm. 10.

4

3.

Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari
akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan
dan kesenangan si aku).

4.

Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya
ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap
semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan citacita mencari kebenaran.

5.


Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri(terutama
dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi,
ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.6

C. Hubungan Filsafat dan Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alima, ya’lamu, ilman dengan wazan
fa’ila, yaf’alu, fa’lan yang berarti mengerti, memahami benar-benar.

Dalam

bahasa Inggris ilmu disebut science, dari bahasa latin scientia-scire (mengetahui),
dan dalam bahasa Yunani adalah episteme.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu

tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.7
6 A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Renika Cipta, 2010, hlm. 32.

7 C.A. Van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku Arief Sidharta. Apakah Filsafat
dan Filsafat Ilmu Itu?, Bandung: Pustaka Sutra, 2008, hlm. 7-11.
5

Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia.
Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus
mengerti apakah hakekat ilmu itu sebenarnya. Seperti kata pribahasa Prancis
“mengerti berarti memaafkan segalanya”. Tujuan utama kegiatan keilmuan adalah
mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas
dan sebagainya8. Dari beberapa pendapat tentang ilmu tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat
tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka
dan kumulatif.
Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan

cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya
merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para penyelenggara
melakukan menyelidikan terhadap objek-objek serta masalah-masalah yang
berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri, maka orangpun dapat
melakukan penyelidikan lanjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut.
Dengan mengalihkan perhatian dari objek-objek yang sebenarnya dari penyelidikan
ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu matra baru.9
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas
dan sempit, filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang
menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti sempit yaitu
menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan dalam yang
terdapat di dalam ilmu. Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di
antaranya adalah:
1. Robert Akermann, filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpedapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan pendapat-pendapat terdahulu yang
telah dibuktikan.
2. Leswi White Beck, filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metodemetode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha
ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
8 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan dan karangan Tentang Hakekat Ilmu.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm. 19
9 Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003, hlm. 1
6

3. Cornelius Benjamin, filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang
menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsepkonsepnya serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang intelektual.
4. May Brodbeck, filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan
filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
5. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.10
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat
dirangkum menjadi tiga yaitu:
1. Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu.
2. Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep mengenai ilmu
dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan
kepragmatisan.
3. Studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang
ditunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
D. Pendekatan Filsafat Ilmu
Fisafat ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah
perkembangan ilmu bertujuan: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua,
filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan medote
keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode
keilmuan,

setiap

metode

ilmiah

yang

dikembangkan

harus

dapat

dipertanggungjawabkkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan
digunakan secara umum.11 Berdasarkan tujuan filsafat ilmu yang dikemukan oleh
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, maka dapat dikembangkan bahwa tujuan
filsafat ilmu mengkaji dan mencari fakta-fakta terhadap pemikiran secara ilmiah
dan rasional.

10 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Op.Cit., hal. 49
11 Ibid, hal. 52

7

Pendekatan dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat ilmu akan lebih mudah
di pahami arti pengertian bila diajukan pandangan tentang pokok masalah, yaitu
tentang permasalahan filsafat yang berarti hubungan antara filsafat dan ilmu.
Pendekatannya antara lain:
1. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif kerap dikontraskan dengan pendekatan induktif.
Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir
pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Dari
segi bahasa, deduktif atau deduksi berasal dari Bahasa Inggris, yaitudeduction
yang artinya penarikan kesimpulan-kesimpulan dari keadaan-keadaan umum
atau menemukan yang khusus dari yang umum. Pendekatan deduktif juga
diartikan sebagai cara berpikir dimana pernyataan yang bersifat umum ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dalam
pendekatan deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme yang secara
sederhana digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan (premis mayor
dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang
disimpulkan pada fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diteliti. Berpikir induktif adalah bentuk dari apa yang disebut
generalisasi. Induksi (induction) adalah cara mempelajarai sesuatu yang
bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan hukum atau hal yang bersifat
umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang dilakukan
dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang khusus dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum.
3. Pendekatan Rasionalisme

8

Rasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan rasio. Paham
ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip dasar keilmuan bersumber dari rasio
manusia, sehingga pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip rasio.
Karena rasio itu ada pada subjek (manusia), maka asal pengetahuan harus
dicari pada subjek. Rasio itu berpikir. Berpikir inilah ynag membentuk
pengetahuan. Karena hanya manusia yang berpikir, maka hanya manusia yang
mempunyai pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia berbuat dan
menentukan tindakannya. Berbeda pengetahuan, berbeda pula laku perbuatan
dan tindakannya. Rasionalisme juga bisa diartikan sebagai doktrin filsafat yang
menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika,
dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran
agama.
4.

Pendekatan Empirisme
Empirisme merupakan suatu paham yang mengutamakan pengalaman.
Secara harfiah, istilah empirisme berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata
emperia yang berarti pengalaman. Pendekatan empiris melihat bahwa
pengalaman, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah
merupakan sumber utama pengenalan. Empirisme adalah suatu aliran dalam
filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman
manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan12

E. Objek Kajian Filsafat Ilmu
Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang menjadi lapangan
penyelidikan atau lapangan studinya. Objek ini diperoleh melalui pendekatan atau
cara pandang, metode, dan sistem tertentu. Adanya objek menjadikan setiap ilmu
pengetahuan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Objek filsafat ilmu menurut
Surajiyo adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan.13

12 http://hamdimalae.blogspot.co.id/2014/04/makalah-filsafat-ilmu.html, pada tanggal 07 desember 2017
pukul 18.00.
13 Surajiyo, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 5.

9

Menurut Noeng Muhadjir objek studi filsafat ilmu dibagi menjadi dua yaitu
objek material dan objek formal.14

1. Objek material
Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu
membahas fakta dan kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan
logika yang digunakan semua disiplin ilmu. Sedangkan menurut Arif Rohman,
Rukiyati dan L. Andriani objek material suatu bahan yang berupa benda,
barang, keadaan atau hal yang dikaji.15 Menurut Surajiyo objek material adalah
suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan
itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh
suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal kongkret
ataupun hal yang abstrak.16 Menurut Waryani Fajar Riyanto objek materi adalah
sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian keilmuan. Ia
bisa berupa apa saja baik apakah benda-benda material atau benda-benda non
material. Ia tidak terbatas pada apakah hanya di dalam kenyataan kongret
seperti manusia ataupun alam semetesta ataukah hanya di dalam realitas
abstrak seperti Tuhan atau sesuatu yang bersifat ilahiah lainnya.17
2. Objek formal
Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta dan
kebenaran, serta telaah filsafati tentang konfirmasi dan logika. Fakta dan
kebenaran menjadi objek formil substantif, sedangkan konfirmasi dan logika
menjadi objek formil instrumentatif dalam studi filsafat ilmu. Objek formal
adalah sosok objek material yang dilihat dan didekati dengan sudut pandang
dan perspektif tertentu atau dalam istilah lain kemampuan berpikir manusia
dalam memperoleh pengetahuan yang benar.18 Sementara objek formal menurut
Waryani Fajar Riyanto adalah cara pandang tertentu, atau sudut pandang
14 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Rake Sarasin, 2011, hlm. 9.
15 Arif Rohman, Rukiyati, dan L. Andriani, Mengenal Epistimologi dan Logika Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 22.
16 Surajiyo, Op.Cit., hlm. 5.
17 Waryani Fajar Riyanto, Filsafat Ilmu Topik-topik Estimologi. Yogyakarta: Integrasi Interrkoneksi Press,
2011, hlm. 20.
18 Arif Rohman, Rukiyati, dan L. Andriani, Op.Cit., hlm. 22.

10

tertentu yang dimiliki serta yang menentukan satu macam ilmu. 19 Menurut
Surajiyo objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang yang ditujukan pada
bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana
objek material itu disorot.20 Dalam pandangan The Liang Gie obyek formal
adalah pusat perhatian dalam penelaah ilmuwan terhadap fenomena itu.
Penggabungan antara obyek material dan obyek formal sehingga merupakan
pokok soal tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah merupakan objek
yang sebenarnya dari cabang ilmu yang bersangkutan.21

19 Waryani Fajar Riyanto, Op.Cit., hlm. 20.
20 Surajiyo. Op.Cit., hlm. 7.

21 The Liang Gie, Op.Cit., hlm. 139.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Ilmu adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
sangat dibutuhkan dalam membuktikan suatu aksiden atau fenomena dan Subtansi
karena dengan filsafat lah bisa terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, karena
dengan akal lah bisa membuktikan suatu substansi dan substansi itu terbentuknya
dari filsafat. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga
orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan usaha
merefleksi,

menguji,

mengkritik

asumsi

dan

metode

keilmuan.

Sebab

kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur
ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan
metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian
tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut
dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu
dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis
sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus
dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa
harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi
mencapai kebenaran yang dicari.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan-kesalahan.Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan
pembaca dapat menyampaikan kritik dan juga sarannya terhadap hasil penulisan
makalah kami.

12

DAFTAR PUSTAKA
Arif Rohman, Rukiyati, dan L. Andriani. 2011. Mengenal Epistimologi dan Logika
Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Asmoro Achmadi. 2010. Filsafat Umum. Jakarta : Rajawali Pers
Burhanuddin Salam. 2005. Pengantar Filsafa. Jakarta: Bumi Aksara
Dani Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks
Martini, Eka, 2012, Filsafat Umum, Palembang:Noer Fikri Offset
Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras
Noeng Muhadjir. 2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Rake Sarasin
Peursen, Vav, C.A. 2008. Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Offset
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Demensi Ontologis, Epistemologis
dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksa
Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara ra
Suriasumantri S, Jujun. 2005. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan
The Liang Gie. 2012. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Libert
Waryani Fajar Riyanto. 2011. Filsafat Ilmu Topik-topik Estimologi. Yogyakarta:
Integrasi Interrkoneksi Press

13