BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian - Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1. Rancangan penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional .

  3.2. Tempat dan waktu penelitian

  Penelitian dilakukan di Poli Paru dan ruang rawat inap paru RS. H.Adam Malik Medan /Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU. Penelitian dilaksanakan mulai Desember 2012 - Mei 2013.

  3.3. Subyek penelitian

  Populasi adalah semua penderita PPOK eksaserbasi dan stabil yang berobat jalan ke Poli Paru dan yang dirawat inap di RS. H.Adam Malik Medan/Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU periode Desember 2012 - Mei 2013.

  3.4. Kriteria inklusi

  1. Penderita PPOK stabil (kelompok I)

  2. Penderita PPOK eksaserbasi (kelompok II)

  3. Berusia di atas 40 - 65 tahun

  3.5. Kriteria eksklusi

  1. Penderita PPOK yang masih merokok

  2. Penderita PPOK dengan gangguan fungsi hati.

  3. Penderita PPOK yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kadar CRP (statin, aspirin, Vit. C, Vit. E, antibiotika, steroid sistemik)

  4. Penderita penyakit menahun yang disingkirkan dengan melakukan anamnesis

  5. Penyakit paru lainnya seperti bronkiektasis, tuberkulosis atau asma

  6. Penderita sindroma metabolik

  3.6. Besar sampel

  Berdasarkan rata-rata kunjungan pasien PPOK ke Poli RS H. Adam Malik dalam satu tahun adalah 82 orang. Sehingga rata-rata kunjungan diperoleh 7 orang dalam satu bulan dengan asumsi penderita eksaserbasi dan stabil sama maka perkiraan penderita PPOK stabil adalah 30 orang dan PPOK eksaserbasi adalah 30 orang. Karena dalam penelitian ini terdiri atas dua kelompok maka diasumsikan besar sampel adalah sama.

  Jumlah pengamatan total adalah 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

  3.7. Kerangka operasional Anamnesis Pem. Fisik Foto thorax Spirometri Derajat keparahan

  PPOK Eksaserbasi Umur Jenis kelamin Riw. merokok

  IB HB, lekosit

  IMT Derajat PPOK EKG

  LFT, KGD Kriteria inklusi dan eklusi

Kadar CRP

  Stabil

  Gambar 7. Kerangka operasional penelitian

3.8. Defenisi operasional

  1. Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditentukan dari ijasah tertinggi yang diterima pasien dari institusi formal

  2. Pekerjaan adalah ditentukan dari pekerjaan pasien yang ditekuni pasien minimal 6 bulan terakhir ketika datang berobat ke RSHAM

  3. Umur adalah ditentukan dari sejak pasien lahir sampai pasien tercatat (dalam hitungan waktu tahun) sebagai sampel penelitian, dikelompokkan:

  • 40 - 44 tahun - 60 - 64 tahun
  • 45 - 49 tahun - 65 - 69 tahun
  • 50 - 54 tahun - > 70 tahun
  • 55 - 59 tahun

  4. Pemeriksaan fisis pasien PPOK didapati tanda-tanda sebagai berikut yaitu inspeksi: bentuk dada barrel chest, atau normal, penggunaan otot bantu napas, pelebaran sela iga, hipertropi otot bantu napas. Dari palpasi didapati: fremitus melemah, sela iga melebar dan dari perkusi dijumpai hipersonor; dari auskultasi ditemukan suara napas vesikuler melemah atau normal dan ekspirasi memanjang.

  5. Penderita PPOK eksaserbasi adalah subjek yang ditegakkan menderita PPOK melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thoraks dan spirometri yang secara klinis sedang mengalami gejala eksaserbasi yaitu sesak bertambah, produksi sputum meningkat, perubahan warna sputum (sputum menjadi purulen).

  6. Penderita PPOK stabil adalah subyek yang ditegakkan menderita PPOK melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan foto thoraks yang secara klinis jika pasien tersebut tidak mengalami eksaserbasi selama 2 bulan. Adapun kriteria stabil adalah:

  • Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik,
  • Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisis gas darah menunjukkan PH normal PCO

  2 > 60mmHg dan PO

  2

  < 60 mmHg,

  • Sputum tidak berwarna atau jernih
  • Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)
  • Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan - Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan.

  7. CRP adalah high sensitive C-Reactive Protein yang diambil dari serum subyek yang telah disentrifus 3000 rpm selama 10 menit, dan dinilai secara metode immunotubidimetri, dengan nilai normal 0,00 – 5,00 mg/L.

  8. Uji bronkodilator,

  • Dilakukan pada penderita PPOK stabil, dengan menggunakan spirometri
  • Pasien sebaiknya tidak menggunakan bronkodilator inhalasi kerja cepat enam jam sebelum uji, bronkodilator kerja lama 12 jam sebelum uji, atau teofilin lepas lambat 24 jam sebelum uji. Dilakukan pengukuran VEP

  1

  2

  agonis kerja singkat melalui Metered-Dose Inhaler. Dilakukan pengukuran setelah 10-15 menit setelah pemberian inhalasi bronkodilator

  • Kemudian diberikan 400 μg bronkodilator β sebelum pemakaian bronkodilator
  • Bila didapati peningkatan kurang dari 20% atau kurang dari 200 ml paska bronkodilator dibandingkan dengan hasil pre bronkodilator, maka dipastikan didapati adanya hambatan aliran udara yang bersifat non reversibel.

  9. Derajat Intensitas merokok (Indeks Brinkman) dibedakan sebagai berikut:

  • Ringan : 0-199
  • Sedang : 200-599
  • Berat : > 600

  10. Status merokok adalah riwayat mengenai perilaku merokok pada pasien PPOK dan dikategorikan berdasakan:

  • Perokok : orang yag telah merokok 20 bungkus/tahun atau 1 batang rokok perhari selama 1 tahun dan masih merokok dalam 1 bulan terakhir.
  • Bekas perokok : perokok yang telah berhenti merokok pada 1 bulan terakhir.
  • Bukan perokok : orang yang tidak merokok atau merokok kurang dari 100 batang

  11.Sindroma metabolik didefenisikan berdasarkan the IDF Consensus Worldwide

  definition of the metabolic syndrome yaitu seseorang yang memiliki obesitas

  sentral (lingkar pinggang > 102 cm untuk pria, dan > 88 cm untuk wanita ditambah 2 dari empat faktor dibawah ini:

  • Kadar trigliserida > 150 mg/dl.
  • Kadar kolesterol HDL< 40 mg/dl untuk pria dan < 50 mg/dl untuk wanita.
  • Peningkatan tekanan darah sistolik > 130 mmHg atau diastolik > 85 mmHg.
  • Peningkatan kadar gula darah puasa > 110 mg/dl.

3.9. Cara penelitian

  Seluruh subyek penelitian yang memenuhi semua kriteria inklusi dan eksklusi diperlakukan sebagai berikut:

  1. Anamnesis meliputi data pribadi yaitu nama, umur, tempat/tanggal lahir, jenis

  kelamin, pekerjaan, pendidikan, tinggi badan, berat badan, riwayat merokok, lama menderita PPOK, pemakaian obat bronkodilator sehari-hari, keluhan

  utama.

  2. Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan tanda vital, TB, BB, Indeks Massa Tubuh (IMT). Spirometri dilakukan untuk uji faal paru dan dilakukan pengukuran lingkar pinggang.

  3. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi darah rutin, uji faal hati, profil lemak, KGD puasa. AGDA dianalisa dengan subjek bernapas dengan udara ruangan dan posisi duduk. Kadar hsCRP diambil dengan sampel darah puasa sekitar 5 ml

  3.10. Analisa data

  Untuk menilai perbedaan antara kadar CRP penderita PPOK stabil dan eksaserbasi digunakan independent T test jika distribusi normal jika tidak normal digunakan uji Mann Whitney.

  3.11. Jadwal kegiatan

  Tabel 2. Jadwal kegiatan No Kegiatan

  I II

  III

  IV V

  VI

  1 Persiapan

  V

  2 Pengumpulan data

  V V

  V V

  3 Pengolahan data

  V V

  4 Penyusunan laporan

  V

  5 Seminar hasil

  V

3.12. Biaya Penelitian

  Tabel 3. Biaya penelitian No Keterangan

  Jumlah

  1 Pengumpulan kepustakaan Rp. 1.000.000,-

  2 Pembuatan proposal Rp. 1.000.000,-

  3 Pemeriksaan laboratorium Rp. 12.000.000,-

  4 Seminar proposal Rp. 1.500.000,-

  5 Pembuatan laporan penelitian Rp. 1.000.000,-

  6 Seminar hasil penelitian Rp. 1.500.000,- Total

  Rp. 18.000.000,-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan tahun 2013 dengan sampel adalah penderita yang berobat ke Poli PPOK RSHAM dan yang dirawat di RSHAM, jumlah penderita PPOK stabil yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 30 orang dan 30 penderita PPOK eksaserbasi. Penderita PPOK stabil dan eksaserbasi ini didiagnosa berdasarkan keluhan pernapasan yang dirasakan penderita seperti sesak napas, batuk, batuk berdahak, dan wheezing, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dada umumnya didapati suara

  pernapasan yang melemah, ekspirasi memanjang atauhpun wheezing. Sampel yang

belum pernah didiagnosa sebagai PPOK dilakukan pemeriksaan spirometri setelah dalam

kondisi stabil. Setelah dilakukan penjelasan mengenai penelitian dan menandatangani

  surat inform consent, maka penderita PPOK stabil yang setuju dilakukan pemeriksaan kadar hsCRP untuk mengetahui kondisi inflamasi sistemiknya, sedangkan pada pasien PPOK eksaserbasi pemeriksaan kadar hsCRP dilakukan dengan menggunakan serum sampel pada saat mengalami eksaserbasi. Hasil penelitian yang telah dianalisa secara statistik disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

  Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok umur terbanyak penderita PPOK

  eksaserbasi dan PPOK stabil adalah kelompok umur > 70 tahun masing-masing sebanyak 13 orang (43,3%) dan 10 orang (33,3%). Hasil uji statistik dengan

  menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,199 pada α : 0,05 karena p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan umur antara penderita PPOK

  eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.1)

  Uji Pearson Chi-Square p = 0,559

  

penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok lebih atau sama dengan

600 masing- masing sebanyak 21 orang (70,0%) dan sebanyak 23 orang (76.7%). Hasil

  Total

30 100,0

30 100,0

  23 76,7

  7 23,3 > 600 21 70,0

  < 199

  Indeks Brinkman PPOK eksaserbasi PPOK stabil n % n %

  dapat disimpulkan tidak ada perbedaan indeks brinkman antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.2)

Tabel 4.1.2. Distribusi penderita berdasarkan nilai Indeks Brinkman

  uji statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,559 pada α : 0,05 karena p-value > 0,05, maka

  Uji Pearson Chi-Square p=0,199 Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok indeks brinkman (IB) terbanyak

Tabel 4.1.1. Distribusi penderita berdasarkan umur Umur PPOK eksaserbasi PPOK stabil n % n %

  Total

30 100,0

30 100,0

  70 4,3 10 33,3

  13

  >

  65-69 1 3,3 6 20,0

  60-64 8 26,7 5 16,7

  3 10,0 4 13,3 55 - 59 5 16,7 3 10,0

  40 - 44 0,0 2 6,7 45 - 49 0,0 0,0 50 - 54

  • 200-599 9 30,0
Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok body mass index (BMI) terbanyak

  penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok 18.5 - 24.99 (normal) masing masing sebanyak 26 orang (86,7 %) dan sebanyak 19 orang (63,3 %). Hasil uji

  statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,112 pada α : 0,05 karena p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan BMI antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.3).

Tabel 4.1.3. Distribusi penderita berdasarkan derajat BMI BMI PPOK eksaserbasi PPOK stabil n % n %

  2 6,7 5 16,7 <18,5% 26 86,7

  19 63,3 18,5 – 24,99 2 6,7

  6 20,0 25 – 29,99

  

30 100,0

30 100,0 Total

  Uji Pearson Chi-Square p = 0,112 Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok

   VEP terbanyak penderita PPOK

  1 eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok 30% < VEP 1 < 50% prediksi (berat) masing masing sebanyak 16 orang (53,3%) dan sebanyak 14 orang (46,7%). Hasil uji

  statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,380 pada α : 0,05 karena p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan nilai VEP1 antara

  penderita PPOK eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.4)

Tabel 4.1.4. Distribusi penderita berdasarkan nilai VEP

  1 VEP PPOK eksaserbasi PPOK stabil

  1 n % n %

  VEP > 80% prediksi

  1

  50% < VEP

  menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,000 pada α : 0,05 karena p-value < 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan kadar hsCRP antara penderita PPOK

  eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok > 10 masing masing sebanyak 27 orang (90%) dan sebanyak 23 orang (76.7%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-

  Uji Pearson Chi-Square p=0,000 Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok CAT terbanyak penderita PPOK

  Total

30 100,0

30 100

  > 10,0 27 90,0 - -

  0.0-10,0 3 10,0 30 100

Tabel 4.1.5. Distribusi penderita berdasarkan nilai hsCRP Kadar hsCRP ( mg/L) PPOK eksaserbasi PPOK stabil n % n %

  eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.5)

  hsCRP terbanyak pada kelompok kadar > 10 mg/l sebanyak 27 orang (90,0%) dan seluruh penderita PPOK stabil adalah dengan kadar < 10 mg/l. Hasil uji statistik dengan

  1 < 80% prediksi

  Uji Pearson Chi-Square p = 0,380 Pada penelitian ini didapati bahwa penderita PPOK eksaserbasi memiliki kadar

  Total

40 100,0

30 100,0

  11 36,7 9 30,0

  1 < 30% prediksi

  VEP

  16 53,3 14 46,7

  1 < 50% prediksi

  3 10,0 7 23,3 30% < VEP

  square diperoleh nilai p-value : 0,116 pada α : 0,05 karena p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan nilai CAT antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.6).

Tabel 4.1.6. Distribusi penderita berdasarkan nilai CAT Nilai CAT PPOK eksaserbasi PPOK stabil n % n %

  3

  10 7 23,3 1 - 9

  27

  90 23 76,7 ≥ 10

  

30 100

30 100,0 Total

  Uji Pearson Chi-Square p = 0,166

Tabel 4.1.7. Tabel Uji Independent Samples Test Karakteristik PPOK eksaserbasi PPOK stabil P value

  

6,43 2,17

  hsCRP 16,19+ mg/l 3,08+ 0,000

  34,70 12,30 39,77 16,77

  VEP

  1 ± ± 0,106 17,33 4,05 17,17 5,45

  CAT ± ± 0,163

  7,44 9,76

  Umur 64,67+ 63,47+ 0,286

4.2. PEMBAHASAN PENELITIAN

  Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok umur terbanyak penderita PPOK

  eksaserbasi dan PPOK stabil adalah kelompok umur diatas 69 tahun dan tidak ada

  perbedaan secara statistik umur penderita PPOK eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.1) dan

  rata-rata umur penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah masing-masing 64,67+ 7,44 tahun dan 63,47+ 9,76 tahun (tabel 4.1.7). Hal ini sesuai dengan penelitian Sajal dalam studinya tahun 2012 dengan sampel sebanyak 1269 penderita PPOK mendapatkan rata-

  51 rata umur penderita PPOK adalah 62.1±10.4 tahun. Berdasarkan penelitian Syamsul

  tahun 2012 pada 22 pasien PPOK didapati umur terbanyak penderita PPOK yang

  52 mengikuti penelitian adalah antara umur 66 – 70 tahun sebanyak 8 orang (36,4%). Battaglia dkk dalam studinya pada 460 penderita PPOK stabil tahun 2011 menemukan

  53 bahwa r ata-rata umur penderita PPOK adalah 75 +5,9 tahun.

  Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok indeks brinkman (IB) terbanyak

  penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok lebih atau sama dengan 600 dan tidak ada perbedaan secara statistik indeks brinkman penderita PPOK eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.2), dan rata-rata VEP 1 penderita PPOK eksaserbasi dan

stabil adalah masing-masing 34,70 ± 12,30 % prediksi dan 39,77 ± 16,77 % prediksi (tabel

4.1.7). Berdasarkan penelitian Ohno dkk pada 61 penderita PPOK tahun 2007 ditemukan

bahwa seluruh penderita PPOK derajat berat dan sangat berat memiliki rata-rata IB 990 ±

  427 . Berdasarkan penelitian Syamsul tahun 2012 Indeks Brinkman yang terbanyak

  52

  adalah dengan nilai Kojima dkk dalam ≥ 600 (berat) sebanyak 13 orang (59,1%). studinya pada 11.460 penderita PPOK tahun 2005 mendapatkan bahwa peningkatan

  54

  proporsi kasus PPOK seiring dengan peningkatan IB. Nugraha dalam studinya tahun 2010 pada 40 penderita PPOK menunjukkan bahwa menurut Indeks Brinkman-nya pasien PPOK derajat ringan atau sedang mempunyai derajat IB ringan 30%, derajat IB sedang 50%, dan derajat IB berat 20%. Sedangkan pasien PPOK berat atau sangat berat

  55 mempunyai IB ringan 5%, IB sedang 25%, dan IB berat 70%.

  Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok body mass index (BMI) terbanyak

  2 penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok 18.5 - 24.99 kg/m

  (normal) dan tidak ada perbedaan BMI antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil

  (tabel 4.1.3). dan rata-rata VEP 1 penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah masing- masing 34,70 ± 12,30 % prediksi dan 39,77 ± 16,77 % prediksi (tabel 4.1.7). Sajal dalam studinya tahun 2012 dengan sampel sebanyak 1269 penderita PPOK mendapatkan rata-

  2

  51 rata BMI adalah 20.2±4.3 kg/m . Yang dkk dalam studinya pada 221.194 penderita

  56 PPOK tahun 2010 mendapatkan rata-rata BMI adalah 21.7±2,7 kg/m2. Battaglia dkk dalam studinya pada 460 penderita PPOK stabil tahun 2011 mendapatkan rata-rata BMI

  2 27.1±5.3 kg/m , selanjutnya menyatakan bahwa pasien PPOK cenderung mengalami kaheksia dan malnutrisi dikarenakan masukan nutrisi yang kurang, peningkatan kerja

  53

otot-otot pernapasan, efek dari beberapa sitokin inflamasi, hipoksia jaringan. Takemura

dkk dalam studinya pada 12.760 penderita PPOK stabil tahun 2005 mendapatkan rata-

  2

  57 rata BMI 23,3±3,1 kg/m .

  Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok

   VEP terbanyak penderita PPOK

  1 eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok 30% < VEP 1 < 50% prediksi (berat) masing masing sebanyak 16 orang (53,3%) dan sebanyak 14 orang (46,7%). Hasil uji

  statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,380 pada α : 0,05 karena p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan nilai VEP1 antara

  

penderita PPOK eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.4), dan rata-rata VEP penderita PPOK

  1 eksaserbasi dan stabil adalah masing-masing 34,70 ± 12,30 % prediksi dan 39,77 ± 16,77

  % prediksi (tabel 4.1.7) Battaglia dkk dalam studinya pada 460 penderita PPOK stabil

  tahun 2011 menyatakan bahwa dengan r ata-rata FEV1 penderita PPOK adalah

  53 54,7+18,3% prediksi. Berdasarkan penelitian Syamsul tahun 2012 ditemukan bahwa

  berdasarkan nilai VEP dan derajat obstruksi yang terbanyak adalah nilai 30% < VEP <

  1

  1

  52 50% prediksi dengan derajat obstruksi berat sebanyak 8 orang (36,4%).

  Pada penelitian ini didapati bahwa penderita PPOK eksaserbasi memiliki kadar

  hsCRP terbanyak pada kelompok kadar > 10 mg/l sebanyak 27 orang (90,0%) dan seluruh penderita PPOK stabil adalah dengan kadar < 10 mg/l. Hasil uji statistik dengan

  menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,000 pada α : 0,05 karena p-value < 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan kadar hsCRP antara penderita PPOK

  eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.5). Dari tabel 4.1.7 dapat dilihat bahwa untuk nilai

  hsCRP P value (0,000 < 0,05) terdapat perbedaan antara rata-rata kadar hsCRP penderita

  PPOK eksaserbasi ( 16,19+ 6,43 mg/l) dengan rata-rata kadar hsCRP penderita PPOK stabil ( 3,08+ 2,17 mg/l) , artinya bahwa rata-rata kadar hsCRP penderita PPOK eksaserbasi lebih tinggi daripada rata-rata kadar hsCRP penderita PPOK stabil. Dalam studinya Bircan dkk. menggunakan cutoff CRP 10 mg/l untuk eksaserbasi akut. Nilai kisaran normal yang digunakan adalah 0-10 mg/l. Hasilnya yaitu rata-rata kadar CRP pada PPOK stabil: 3,9 + 1,4 mg/l, dan PPOK eksaserbasi: 36,8+ 43,9 mg/l, kontrol

  43

  normal : 2.1+ 0.9 mg/l. Pada penelitian ini didapati bahwa kelompok CAT terbanyak

  penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok > 10 masing masing sebanyak 27 orang (90%) dan sebanyak 23 orang (76.7%). Hasil uji statistik dengan

  menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value : 0,116 pada α : 0,05 karena p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan nilai CAT antara penderita PPOK

  eksaserbasi dan stabil (tabel 4.1.6), dan rata-rata CAT penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah masing-masing 17,33 ± 4,05 dan 17,17 ± 5,45 (tabel 4.1.7). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Jones dkk dalam studinya pada 1817 penderita PPOK tahun 2011 mendapatkan hasil bahwa nilai CAT secara signifikan (p,0.0001) lebih baik pada

  58 penderita PPOK stabil (17,2+8,3) dibanding PPOK eksaserbasi (21,3+8,4).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

  Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perbandingan kadar C- Reactive Protein penderita penyakit paru obstruktif kronik stabil dengan eksaserbasi di rumah sakit umum pusat haji adam malik medan dan diperoleh kesimpulan, yaitu :

  1. Distribusi kelompok umur terbanyak derajat obstruksi penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah > 70 tahun masing-masing sebanyak 13 orang

  (43,3%) dan 10 orang (33,3%).

  2. Tidak ada perbedaan umur antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil.

  3. Distribusi kelompok indeks brinkman terbanyak penderita PPOK eksaserbasi

  dan stabil adalah dengan kelompok > 600 masing -masing sebanyak 21 orang (70,0%) dan sebanyak 23 orang (76.7%).

  4. Tidak ada perbedaan indeks brinkman antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil.

  5. Distribusi kelompok indeks brinkman terbanyak penderita PPOK eksaserbasi

  dan stabil adalah dengan kelompok > 600 masing -masing sebanyak 21 orang (70,0%) dan sebanyak 23 orang (76.7%).

  6. Distribusi BMI terbanyak penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah

  dengan kelompok 18.5 - 24.99 (normal) masing masing sebanyak 26 orang (86,7 %) dan sebanyak 19 orang (63,3 %).

  7. Tidak ada perbedaan BMI antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil.

  8. Distribusi kelompok

   VEP 1 terbanyak penderita PPOK eksaserbasi dan stabil adalah dengan kelompok 30% < VEP 1 < 50% prediksi (berat) masing masing sebanyak 16 orang (53,3%) dan sebanyak 14 orang (46,7%).

  9. Tidak ada perbedaan nilai VEP1 antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil.

  10. Penderita PPOK eksaserbasi memiliki kadar hsCRP terbanyak pada

  kelompok kadar > 10 mg/l sebanyak 27 orang (90,0%) dan seluruh penderita PPOK stabil adalah dengan kadar < 10 mg/l.

  11. Perbedaan kadar hsCRP antara penderita PPOK eksaserbasi dan stabil.

4. Saran

  1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar hsCRP pada penderita PPOK eksaserbasi dan stabil secara berkelanjutan sehingga mencakup sampel yang lebih banyak lagi.

  2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara hsCRP pada penderita PPOK eksaserbasi dan stabil dengan IB, BMI, CAT.