BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan Bibir Bawah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA . Profil jaringan lunak terbentuk dari beberapa komponen, antara lain komponen skeletal,

  dental dan jaringan lunak (hidung, dagu dan bibir). Analisis profil wajah yang baik dapat membantu dalam menilai hubungan rahang dalam arah sagital dan vertikal. Di antara komponen jaringan lunak tersebut, posisi bibir merupakan salah satu hal penting karena termasuk dalam

  4

  sepertiga posisi wajah bagian bawah dan dapat berubah dengan perawatan ortodonti. Posisi dan

  1,2,4,14

  postur bibir juga dipengaruhi dari susunan dan inklinasi gigi insisivus. Oleh karena itu, perubahan jaringan lunak yang dapat terlihat dalam perawatan ortodonti berada di sekitar

  5,15 bibir.

2.1 Penilaian Profil Wajah

  Analisis jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain

  16

  adalah metode langsung pada jaringan lunak, fotometri, dan sefalometri. (Gambar 1)

  16 Gambar 1. Fotometri Profil Radiografi sefalometri juga dapat membantu dalam analisis profil wajah. Analisis sefalometri merupakan hal yang penting dalam bidang kedokteran gigi. Analisis sefalometri ini berperan penting dalam diagnosis, pembuatan rencana perawatan dan pemantauan perkembangan

  1,2

  perawatan. Fungsi radiografi sefalometri dalam bidang ilmu ortodonti adalah untuk membantu:

  1,2 1.

  Diagnosis ortodonti dalam pemaparan struktur skeletal, dental dan jaringan lunak.

  2. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah.

  3. Pembuatan rencana perawatan.

  4. Evaluasi hasil sebelum dan sesudah perawatan ortodonti.

  5. Perkiraan arah pertumbuhan.

  6. Sebagai alat bantu dalam riset yang melibatkan regio kraniodentofasial Sefalometri terbagi menjadi dua tipe:

  1. Sefalogram Frontal. Gambaran frontal atau antero-posterior dari tengkorak kepala (Gambar 2a).

  2,8 2. Sefalogram Lateral. Gambaran lateral dari tengkorak kepala (Gambar 2b).

  Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sefalometri lateral untuk melakukan penilaian profil bibir.

  (a) (b)

  2 Gambar 2. Sefalogram (a) frontal, (b) lateral

2.2 Titik-titik (Landmarks) Jaringan Lunak pada Sefalogram Lateral

  Landmarks merupakan suatu titik panduan dalam pengukuran sefalometri. Sefalometri

  menggunakan landmarks atau titik-titik tertentu pada tengkorak kepala yang mana digunakan untuk pengukuran dan analisis kuantitatif. Analisis terhadap jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan sefalogram lateral. Titik-titik yang digunakan dalam analisis jaringan lunak

  1

  (Gambar 3), antara lain: Nasion kulit (N ), Pronasal (Pr), Subnasal (Sn), Labrale superior (Ls),

  

Superior labrale sulkus (Sls), Stomion superior (Stm s ), Stomion inferior (Stm i ), Labrale inferior

  1

  1

  8 (Li), Inferior labrale sulkus (Ils), Pogonion kulit (Pog ), dan Menton kulit (Me ).

  8 Gambar 3. Titik-titik jaringan lunak pada sefalometri lateral

2.3 Garis-garis Referensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal

  Garis profil merupakan sebuah garis referensi dari area pada wajah yang dipengaruhi oleh pergerakan gigi geligi dalam arah antero-posterior. Beberapa garis telah dilaporkan dalam penelitian sebelumnya untuk mengevaluasi posisi antero-posterior bibir, antara lain garis Ricketts (garis E), garis Holdaway (garis H), garis Steiner (garis S1), garis Burstone (garis B), garis Sushner (garis S2). Garis-garis referensi ini melibatkan titik-titik yang berbeda sehingga memungkinkan dihasilkan suatu evaluasi posisi bibir yang berbeda. Maka, pemilihan akan garis

  4-6,9,17 mana yang paling tepat digunakan masih sering menjadi sebuah permasalahan.

  2.3.1 Garis Ricketts (garis E)

  Sejumlah garis dan sudut yang menghubungkan titik-titik antropometrik telah dikemukakan, salah satunya adalah garis E yang dikemukakan oleh Ricketts. Garis tersebut dapat mengidentifikasi secara proporsional apakah bibir terlalu maju atau hidung dan dagu yang terlalu mundur. Garis E merupakan salah satu garis yang paling sering digunakan sebagai garis referensi dalam diagnosis dan rencana perawatan ortodonti karena kemudahan dalam pemakaian dan

  5,8,14 interpretasinya.

  Seorang individu mempunyai profil yang harmonis apabila labrale superior (Ls) terletak 2-4 mm di belakang garis E sedangkan labrale inferior (Li) 1-2 mm di belakangnya. Posisi

  

labrale superior (Ls) dan labrale inferior (Li) merupakan profil bibir atas dan bibir bawah. Oleh

  karena itu, titik Ls dan titik Li dapat berada di depan atau belakang garis. Diberikan tanda minus jika terletak di belakang garis E sebaliknya diberikan tanda positif jika terletak di depan garis E. Apabila letak titik Ls lebih 4 mm di belakang garis E, maka profil tampak cembung begitu juga sebaliknya. Namun demikian, menurut Ricketts nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung

  5,8,14 pada umur dan jenis kelamin (Gambar 4).

  8 Gambar 4. Garis Ricketts (Garis E)

  2.3.2 Garis Holdaway (garis H)

  Holdaway mempergunakan garis H untuk menggambarkan sebuah garis harmoni sebagai analisis keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak. Garis H ini diperoleh dengan

  1

  1

  menarik garis dari titik Pog yang merupakan singkatan dari pogonion kulit (pog ) ke labrale (Ls). Kemudian dilakukan analisis pada setiap bagian profil jaringan lunak berdasarkan

  superior 3,8,12 jaraknya terhadap garis H.

  Holdaway melakukan 11 analisis pengukuran untuk memperoleh profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari: jarak pronasal atau puncak hidung, jarak sulkus

  

labrale superior (Sls) dan sulkus labrale inferior (Sli), jarak Li atau bibir bawah ke garis H,

  besar sudut wajah, tebal bibir atas, besar sudut garis H, tebal dagu, kurva bibir atas dan

  8,15 kecembungan skeletal (Gambar 5).

  15 Gambar 5. Garis Holdaway (Garis H)

2.3.3 Garis Burstone (garis B)

  Dalam diagnosis suatu kasus ortodonti, Burstone menyatakan bahwa jaringan lunak merupakan penentu terakhir dari keharmonisan dan estetik fasial. Burstone mengatakan bahwa postur bibir dapat merupakan salah satu faktor etiologi yang menyebabkan malrelasi dari gigi geligi. Beliau menyarankan bahwa postur bibir harus menjadi salah satu faktor primer dalam

  16,17 rencana perawatan.

  Garis B yang dinyatakan oleh Burstone pada tahun 1958 digambarkan dari subnasal (Sn)

  1

  ke pogonion jaringan lunak (Pog ) (Gambar 6). Pada penelitian terhadap ras Kaukasoid,

  Burstone menyimpulkan bahwa bibir atas dan bibir bawah berada pada 3,5 mm dan 2,2 mm dari

  17,18 anterior garis tersebut.

  18 Gambar 6. Garis Burstone (Garis B)

2.3.4 Garis Steiner (garis S1)

  Steiner menggunakan garis S untuk menganalisis estetika profil jaringan lunak. Steiner membuat kurva berbentuk huruf S terbalik yang dihubungkan dari titik Pr, Sn, dan Ls dengan garis tebal putus-putus. Garis Steiner (S1) tersebut juga digambarkan dari bagian tengah kurva S antara pronasal dan subnasal ke pogonion jaringan lunak (Gambar 7). Bibir pada profil wajah

  1,2,8 yang seimbang akan menyentuh garis tersebut.

  Dalam penilaiannya, Steiner kemudian mengemukakan penilaiannya secara terpisah menjadi tiga bagian, yakni skeletal, dental dan jaringan lunak. Analisis dalam aspek jaringan lunak memungkinkan penilaian keseimbangan dan harmoni profil fasial bagian bawah. Steiner, Ricketts dan Holdaway mengembangkan kriteria-kriteria dan garis-garis referensi untuk keseimbangan profil wajah. Walaupun belum ada keseragaman konsep akan apa yang mendefinisikan suatu profil ideal, garis referensi Steiner telah banyak digunakan ortodontis

  1,2,8 untuk menilai keseimbangan jaringan lunak wajah.

  15 Gambar 7. Garis Steiner (Garis S1)

2.3.5 Garis Sushner (garis S2)

  Sebuah garis S2 dikemukakan oleh Sushner pada tahun 1977. Garis tersebut digambarkan

  1

  1

  dari nasion jaringan lunak (N ) ke pogonion jaringan lunak (Pog ) (Gambar 8). Analisis profil menurut Sushner, garis S2 adalah garis yang ditarik dari bibir atas dan bibir bawah yang berada di anterior. Sushner melakukan perbandingan antara populasi orang berkulit hitam dan orang berkulit putih. Pengukuran garis Sushner terhadap bibir atas adalah 8,8 mm dan bibir bawah adalah 6,7 mm pada wanita, sedangkan pada pria perbandingan bibir atas adalah 10,3 mm dan

  8,9 bibir bawah adalah 8 mm.

  18 Gambar 8. Garis Sushner (Garis S2)

2.4 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

  Universitas Sumatera Utara yang merupakan pusat pendidikan perguruan tinggi di pulau Sumatera memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis. Etnis tersebut berasal dari ras Proto Melayu, Deutro Melayu, Mongoloid dan India. Fisher berpendapat bahwa ada dua pola geografik manusia Indonesia yang sering menjadi masalah antara lain karena adanya invasi etnik dan kebudayaan yang berlangsung berabad-abad, dan karena terpisah-pisahnya wilayah yang mempengaruhi dispersi rasial dan difusi kebudayaan. Oleh karena itu Fisher membaginya

  19 menjadi dua antara lain adalah ras Deutro Melayu dan ras Proto Melayu.

  Ras Deutro Melayu terdiri dari orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu; ras Proto Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja, sedangkan orang Jakarta, Borneo Melayu, Banjar dan penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutro Melayu dan

Dokumen yang terkait

Perbandingan Konsistensi Garis E Ricketts Dan Garis S Steiner Dalam Analisis Posisi Horizontal Bibir Pada Mahasiswa Fkg Usu Suku India

6 79 63

Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan Bibir Bawah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

0 63 45

Perbandingan Lima Garis Referensi Dari Posisi Horizontal Bibir Atas Dan Bibir Bawah Pada Mahasiswa FKG Dan FT USU Suku Batak

2 46 80

Ukuran dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Ras Deutro-Melayu

5 77 59

Ukuran Dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

0 45 65

Perbandingan Konsistensi Garis E Ricketts dan Garis S Steiner dalam Analisis Posisi Horizontal Bibir pada Mahasiswa FKG USU suku India

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri - Perbandingan Konsistensi Garis E Ricketts Dan Garis S Steiner Dalam Analisis Posisi Horizontal Bibir Pada Mahasiswa Fkg Usu Suku India

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva - Efektifitas Mengunyah Keju Cheddar Terhadap Peningkatan Konsentrasi Ion Kalsium Saliva Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

0 1 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIVAIDS - Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai HIV / AIDS

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Gambaran Kecanduan Online Game pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011, dan 2012

0 1 10