Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan Bibir Bawah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

(1)

PERBANDINGAN LIMA GARIS REFERENSI DARI POSISI

HORIZONTAL BIBIR ATAS DAN BIBIR BAWAH

MAHASISWA FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

N

Oleh:

MARIA JENITA SIAHAAN NIM: 090600096

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti Tahun 2014

Maria Jenita Siahaan

Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Atas dan Bibir Bawah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

x+32 halaman

Profil jaringan lunak terbentuk dari komponen skeletal, dental dan jaringan lunak. Posisi bibir merupakan salah satu hal penting karena berada pada sepertiga wajah bagian bawah dan dipengaruhi oleh inklinasi gigi anterior pada saat perawatan ortodonti. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan posisi horizontal bibir dengan menggunakan lima garis referensi, antara lain garis Ricketts (garis E), garis Holdaway (garis H), garis Sushner (garis S2), garis Steiner (garis S1), dan garis Burstone (garis B) dalam penilaian estetika. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan 64 sefalogram lateral mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara usia 18-25 tahun dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada sefalogram lateral, ditentukan titik-titik dan garis referensi kemudian diukur jarak dan ditentukan nilai koefisien variansnya terhadap bibir bawah (Li) dan bibir atas (Ls) dari masing-masing garis referensi.

Pada penelitian ini terlihat bahwa garis Ricketts (garis E) menunjukkan koefisien varians terendah sebesar 0,201 terhadap bibir bawah (Li) dan terhadap bibir atas (Ls). Sedangkan koefisien varians tertinggi pada garis Burstone (garis B) dan diikuti garis Holdaway (garis H) yang hanya pada bibir bawah. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa garis Ricketts memiliki dispersi koefisien varians terendah dan merupakan garis referensi terbaik yang kemudian diikuti oleh garis S1 (Steiner), garis S2 (Sushner), garis B (Burstone), dan garis H (Holdaway).


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan,22 Desember 2014

Pembimbing: Tanda Tangan


(4)

NIP:19800 3232 0081 22002 ……….. TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 22 Desember 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort ANGGOTA : 1. Erna Sulistyawati., Sp.Ort (K)


(5)

KATA PENGANTAR

Saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan pernyertaan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis tujukan kepada orang tua tersayang yaitu papi (Ir. Jannes Siahaan) dan mami (Rosmaini Tampubolon) atas segala doa, dukungan baik moril maupun materil yang tak henti-hentinya kepada penulis.

Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis juga mendapatkan banyak dukungan, saran akademis serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof Nazruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K)., selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan masukan untuk penulis.

3. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort selaku pembimbing skripsi atas segala perhatiannya yang luar biasa dan kebaikannya untuk meluangkan waktu selama proses skripsi berlangsung. 4. Erliera, drg., Sp.Ort sebagai dosen penguji yang telah menyediakan waktunya dan

member masukan pada penulis.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya staf pengajar Departemen Ortodonti.

6. Adik-adik penulis tersayang, Clarita Sonia, Dewi Fortuna dan Mathew Anugrah yang selalu mendoakan penulis dan memberi perhatian dan semangat yang sangat besar kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat penulis Vannya, Ayu, Handini, Dewi, Epifeni, Ruth, Febby, Iiyani Henida Tarigan, Sri Talent, Sri Fitria, Debora, Bekka, Roma, Yulisha, Sinta, keluarga besar Cinamote, dan semua stambuk 2009 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk segala dukungan, bantuan dan doa kepada penulis.


(6)

8. Jefta Novendri Panjaitan,SH untuk segala perhatian dan doa kepada penulis dan selalu memberikan semangat untuk penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang membantu proses penyelesaian skripsi ini dan penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan selama penelitian ini berlangsung. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, 22 Desember 2014 Penulis,

(MARIA JENITA SIAHAAN) NIM: 090600096


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penilaian Profil Wajah ... 5

2.2 Titik-Titik (Landmarks) Jaringan Lunak pada Sefalogram Lateral ... 7

2.3 Garis-Garis Referensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal ... 8

2.3.1 Garis Ricketts (garis E) ... 9

2.3.2 Garis Holdaway (garis H) ... 10

2.3.3 Garis Burstone (garis B) ... 10

2.3.4 Garis Steiner (garis S1) ... 11

2.3.5 Garis Sushner (garis S2) ... 12

2.4 Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu ... 13

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 14


(8)

3.3 Populasi Penelitian ... 14

3.4 Sampel Penelitian... 14

3.4.1 Besar Sampel ... 15

3.4.2 Kriteria Inklusi ... 15

3.4.3 Kriteria Eksklusi ... 16

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 16

3.5.1 Variabel Bebas ... 16

3.5.2 Variabel Tergantung ... 16

3.5.3 Variabel Terkendali ... 17

3.5.4 Defenisi Operasional ... 17

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 18

3.6.1 Alat Penelitian ... 18

3.6.2 Bahan Penelitian ... 19

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.8 Pengolahan Data ... 22

3.9 Analisis Data ... 22

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 23

BAB 5. PEMBAHASAN ... 27

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Saran ... 30


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil uji Mann-Whitney pada Data Mahasiswa FKG USU………... ….. 24 2. Rerata Nilai Pengukuran dan Nilai Koefesiens Varians pada Mahasiswa FKG USU….. 25


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fotometri Profil ... 5

2. Sefalogram (a) Frontal, (b)Lateral ... 7

3. Titik-Titik Jaringan Lunak pada Sefalometri Lateral ... 8

4. Garis Ricketts (Garis E) ... 9

5. Garis Holdaway (Garis H) ... 10

6. Garis Burstone (Garis B) ... 11

7. Garis Steiner (Garis S1) ... 12

8. Garis Sushner (Garis S2) ... 13

(a) Garis E: Pronasale- Pogonion kulit, (b) Garis B: Subnasale- Pogonion kulit, (c) Garis S2: Nasion kulit- Pogonion kulit, (d) Garis H: Pogonion kulit- Labrale superior, (e) Garis S1: Pogonion kulit- Columella ... 18

9. (a) Tracing Box, (b) Pulpen, (c) Pensil, (d)Penghapus, (e) Kalkulator ... 19

10. (a) Sefalogram, (b)Kertas asetat ... 19


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Teori 2. Kerangka Konsep

3. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif dari Pengukuran pada Sefalometri Mahasiswa FKG USU

4. Hasil Uji Normalitas Data

5. Hasil Perhitungan Statistik Koefisien Varians Mahasiswa FKG USU


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ortodonti adalah ilmu yang mengawasi pertumbuhan dan perkembangan sistem pengunyahan dengan tujuan agar tidak terjadi penyimpangan dan kelainan sehingga diperoleh oklusi yang optimal dengan bentuk wajah yang menyenangkan.Pengertian ortodonti yang lebih luas menurut American Board of Orthodontics (ABO) adalah cabang spesifik dalam profesi kedokteran gigi yang bertanggung jawab pada penelitian dan menitikberatkan pada masalah tumbuh kembang gigi-geligi dan struktur anatomi yang saling berkaitan sejak lahir sampai dewasa. Tindakan ini meliputi prosedur preventif, interseptif dan korektif pada malposisi gigi yang membutuhkan reposisi gigi dengan piranti fungsional dan mekanik untuk mencapai oklusi normal dan muka yang menyenangkan.1,2

Angle menekankan bahwa jaringan lunak merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keharmonisan fasial (Cit. Angle, 1907).3 Holdaway juga melaporkan bahwa hasil perawatan ortodonti yang harmonis dan stabil akan tercapai apabila jaringan lunak dinilai dalam penyusunan rencana perawatan (Cit. Holdaway, 1983).3 Pemeriksaan profil wajah dipengaruhi oleh komponen skeletal, dental dan jaringan lunak (hidung, dagu dan bibir). Di antara komponen jaringan lunak tersebut, posisi bibir merupakan salah satu hal penting karena berada pada sepertiga wajah bagian bawah dan dipengaruhi oleh inklinasi gigi anterior pada saat perawatan ortodonti.3-6

Dalam prosedur pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis dan menyusun rencana perawatan ortodonti diperlukan penilaian panjang, lebar dan lekukan bibir sehingga dapat diperoleh wajah yang harmonis.5 Penilaian terhadap bibir kompeten dan inkompeten juga berpengaruh dalam evaluasi profil sepertiga wajah bagian bawah. Bibir kompeten adalah suatu keadaan dimana bibir atas dan bibir bawah saling berkontak serta terlihat sedikit celah interlabial. Garis bibir letaknya sejajar dengan dataran oklusi gigi pada saat dalam posisi istirahat. Bibir inkompeten adalah suatu keadaan dimana terlihat celah interlabial antara bibir atas dan bawah pada saat mandibula dalam posisi istirahat. Bibir inkompeten disebabkan oleh


(13)

pertumbuhan dan perkembangan bibir atas yang kurang berkembang sehingga tidak berkontak dengan bibir bawah ketika dalam keadaan istirahat. Kontak bibir hanya terjadi saat kontraksi hiperaktif otot orbicularis oris dan otot mentalis. Hal ini juga dipengaruhi faktor genetik, lingkungan atau adanya kebiasaan buruk yang masih berlangsung hingga di atas usia 4 tahun.1,7

Berbagai garis pedoman telah diperkenalkan pada penelitian terdahulu untuk menggambarkan posisi bibir dalam arah anteroposterior untuk mendapat kualitas estetik dari profil wajah. Steiner mengevaluasi profil jaringan lunak dengan menarik sebuah garis S dari bagian tengah kurva S antara ujung hidung dan subnasal ke pogonion jaringan lunak dan menyatakan bahwa bibir harus mengenai garis tersebut. Holdaway menghubungkan posisi bibir bawah dengan garis H yang berasal dari pogonion jaringan lunak ke batas vermillion dari bibir atas. Menurut hasil studi yang dilakukannya pada ras Kaukasoid, 0 mm merupakan hasil ideal dengan rentang normal antara -1mm sampai +2mm.4,8

Analisis bibir menurut Ricketts mengartikan garis E merupakan garis yang ditarik dari ujung hidung ke jaringan lunak pogonion. Penelitian ini juga menyatakan bahwa secara normal bibir atas berada 4 mm di belakang garis E sedangkan bibir bawah 2 mm di belakang garis E. Penelitian mengenai garis B yang dilaporkan oleh Burstone mengartikan bahwa garis B merupakan garis yang ditarik dari subnasal ke pogonion jaringan lunak. Hasil penelitian Burstone melaporkan bahwa rerata bibir atas pada pria ras Kaukasoid berada 3,5 mm dan bibir bawah berada 2,2 mm dari anterior garis B.8,9

Analisis profil menurut Sushner, garis S2 adalah garis yang ditarik dari bibir atas dan bibir bawah yang berada di anterior. Sushner melakukan perbandingan antara populasi orang berkulit hitam dan orang berkulit putih. Pengukuran garis Sushner terhadap bibir atas adalah 8,8 mm dan bibir bawah adalah 6,7 mm pada wanita, sedangkan pada pria perbandingan bibir atas adalah 10,3 mm dan bibir bawah adalah 8 mm.8,9

Dari hasil penelitian yang tertulis di atas, perlu dilakukan uji klinis untuk melihat hubungan berbagai garis profil sebagai metode untuk evaluasi estetika menilai posisi bibir pada berbagai ras. Masing-masing ras tentu memiliki struktur anatomis yang berbeda yang dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Pemeriksaan ini dapat menggunakan fotometri maupun sefalogram lateral untuk menilai posisi bibir. Pada dasarnya, terdapat perbedaan dalam hubungan dentofasial antara berbagai kelompok ras sehingga akan menunjukkan pengukuran yang bisa berbeda baik bermakna maupun tidak. Contoh: Penelitian Mzizana pada populasi suku


(14)

Tsawana usia 15-20 tahun melaporkan bahwa profil wajah Tsawana (ras Negroid) lebih protusif dibandingkan ras Kaukasia. Artinya, perlu dilakukan modifikasi nilai norma profil wajah pada suku Tsawana dalam penyusunan rencana perawatan ortodonti.10 Selain itu, penelitian Tyasingsih (2001) terhadap suku Batak usia 18-25 tahun melaporkan bahwa posisi bibir pada suku Batak asli lebih protrusif dibandingkan dengan Batak campuran. Demikian juga dengan penelitian Mohammed, dkk (2011) terhadap orang Malaysia berusia 20-24 tahun yang melaporkan bahwa protusi bibir berhubungan erat dengan inklinasi gigi insisivus yang lebih ke labial.11,12

Populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terdiri dari ras Deutro Melayu dan Proto Melayu. Masing-masing ras tentu memiliki ciri khas masing-masing dalam struktur pendukung wajah. Berpatokan pada penelitian Lokalata (2012) terhadap suku Batak yang melaporkan bahwa garis Burstone sebagai garis yang memiliki nilai koefisien terbaik dibandingkan garis Ricketts (Garis E), garis Steiner (Garis S1), garis Sushner (Garis S2) dan garis Holdaway (Garis H), maka penulis ingin melanjutkan penelitian mengenai perbandingan 5 (lima) garis tersebut pada ras Deutro Melayu dan ras Proto Melayu. Alasan lain juga berkaitan dengan kesulitan dalam pemilihan garis mana yang paling tepat untuk menegakkan prosedur diagnosis ortodonti. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti perbandingan garis Ricketts (Garis E), garis Burstone (Garis B), garis Steiner (Garis S1), garis Sushner (Garis S2) dan garis Holdaway (Garis H) serta garis manakah yang memiliki koefisien varians terkecil pada ras Deutro Melayu dan ras Proto Melayu.

1.2 Permasalahan

Bagaimana perbandingan nilai koefisien kelima garis referensi dari posisi bibir atas dan bawah pada mahasiswa FKG USU?

1.3 Tujuan Penelitan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai koefisien kelima garis referensi dari posisi bibir atas dan bawah pada mahasiswa FKG USU.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada perbandingan nilai koefisien antara kelima garis referensi dari posisi bibir atas dan bawah pada mahasiswa FKG USU.


(15)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu pedoman untuk menegakkan diagnosis ortodonti.

2. Sebagai informasi dalam penyusunan rencana perawatan dan untuk evaluasi perawatan.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA .

Profil jaringan lunak terbentuk dari beberapa komponen, antara lain komponen skeletal, dental dan jaringan lunak (hidung, dagu dan bibir). Analisis profil wajah yang baik dapat membantu dalam menilai hubungan rahang dalam arah sagital dan vertikal. Di antara komponen jaringan lunak tersebut, posisi bibir merupakan salah satu hal penting karena termasuk dalam sepertiga posisi wajah bagian bawah dan dapat berubah dengan perawatan ortodonti.4 Posisi dan postur bibir juga dipengaruhi dari susunan dan inklinasi gigi insisivus.1,2,4,14 Oleh karena itu, perubahan jaringan lunak yang dapat terlihat dalam perawatan ortodonti berada di sekitar bibir.5,15

2.1 Penilaian Profil Wajah

Analisis jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain adalah metode langsung pada jaringan lunak, fotometri, dan sefalometri. (Gambar 1)16


(17)

Radiografi sefalometri juga dapat membantu dalam analisis profil wajah. Analisis sefalometri merupakan hal yang penting dalam bidang kedokteran gigi. Analisis sefalometri ini berperan penting dalam diagnosis, pembuatan rencana perawatan dan pemantauan perkembangan perawatan.1,2 Fungsi radiografi sefalometri dalam bidang ilmu ortodonti adalah untuk membantu: 1,2

1. Diagnosis ortodonti dalam pemaparan struktur skeletal, dental dan jaringan lunak. 2. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah.

3. Pembuatan rencana perawatan.

4. Evaluasi hasil sebelum dan sesudah perawatan ortodonti. 5. Perkiraan arah pertumbuhan.

6. Sebagai alat bantu dalam riset yang melibatkan regio kraniodentofasial Sefalometri terbagi menjadi dua tipe:

1. Sefalogram Frontal. Gambaran frontal atau antero-posterior dari tengkorak kepala (Gambar 2a).

2. Sefalogram Lateral. Gambaran lateral dari tengkorak kepala (Gambar 2b). 2,8 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sefalometri lateral untuk melakukan penilaian profil bibir.

(a) (b)

Gambar 2. Sefalogram (a) frontal, (b) lateral 2

2.2 Titik-titik (Landmarks) Jaringan Lunak pada Sefalogram Lateral

Landmarks merupakan suatu titik panduan dalam pengukuran sefalometri. Sefalometri menggunakan landmarks atau titik-titik tertentu pada tengkorak kepala yang mana digunakan


(18)

untuk pengukuran dan analisis kuantitatif. Analisis terhadap jaringan lunak wajah dapat dilakukan dengan sefalogram lateral. Titik-titik yang digunakan dalam analisis jaringan lunak (Gambar 3), antara lain: Nasion kulit (N1), Pronasal (Pr), Subnasal (Sn), Labrale superior (Ls), Superior labrale sulkus (Sls), Stomion superior (Stms), Stomion inferior (Stmi), Labrale inferior (Li), Inferior labrale sulkus (Ils), Pogonion kulit (Pog1), dan Menton kulit (Me1).8

Gambar 3. Titik-titik jaringan lunak pada sefalometri lateral8

2.3 Garis-garis Referensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal

Garis profil merupakan sebuah garis referensi dari area pada wajah yang dipengaruhi oleh pergerakan gigi geligi dalam arah antero-posterior. Beberapa garis telah dilaporkan dalam penelitian sebelumnya untuk mengevaluasi posisi antero-posterior bibir, antara lain garis Ricketts (garis E), garis Holdaway (garis H), garis Steiner (garis S1), garis Burstone (garis B), garis Sushner (garis S2). Garis-garis referensi ini melibatkan titik-titik yang berbeda sehingga memungkinkan dihasilkan suatu evaluasi posisi bibir yang berbeda. Maka, pemilihan akan garis mana yang paling tepat digunakan masih sering menjadi sebuah permasalahan.4-6,9,17


(19)

2.3.1 Garis Ricketts (garis E)

Sejumlah garis dan sudut yang menghubungkan titik-titik antropometrik telah dikemukakan, salah satunya adalah garis E yang dikemukakan oleh Ricketts. Garis tersebut dapat mengidentifikasi secara proporsional apakah bibir terlalu maju atau hidung dan dagu yang terlalu mundur. Garis E merupakan salah satu garis yang paling sering digunakan sebagai garis referensi dalam diagnosis dan rencana perawatan ortodonti karena kemudahan dalam pemakaian dan interpretasinya.5,8,14

Seorang individu mempunyai profil yang harmonis apabila labrale superior (Ls) terletak 2-4 mm di belakang garis E sedangkan labrale inferior (Li) 1-2 mm di belakangnya. Posisi labrale superior (Ls) dan labrale inferior (Li) merupakan profil bibir atas dan bibir bawah. Oleh karena itu, titik Ls dan titik Li dapat berada di depan atau belakang garis. Diberikan tanda minus jika terletak di belakang garis E sebaliknya diberikan tanda positif jika terletak di depan garis E. Apabila letak titik Ls lebih 4 mm di belakang garis E, maka profil tampak cembung begitu juga sebaliknya. Namun demikian, menurut Ricketts nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada umur dan jenis kelamin (Gambar 4).5,8,14

Gambar 4. Garis Ricketts (Garis E)8

2.3.2 Garis Holdaway (garis H)

Holdaway mempergunakan garis H untuk menggambarkan sebuah garis harmoni sebagai analisis keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak. Garis H ini diperoleh dengan


(20)

menarik garis dari titik Pog1 yang merupakan singkatan dari pogonion kulit (pog1) ke labrale superior (Ls). Kemudian dilakukan analisis pada setiap bagian profil jaringan lunak berdasarkan jaraknya terhadap garis H.3,8,12

Holdaway melakukan 11 analisis pengukuran untuk memperoleh profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari: jarak pronasal atau puncak hidung, jarak sulkus labrale superior (Sls) dan sulkus labrale inferior (Sli), jarak Li atau bibir bawah ke garis H, besar sudut wajah, tebal bibir atas, besar sudut garis H, tebal dagu, kurva bibir atas dan kecembungan skeletal (Gambar 5).8,15

Gambar 5. Garis Holdaway (Garis H)15 2.3.3 Garis Burstone (garis B)

Dalam diagnosis suatu kasus ortodonti, Burstone menyatakan bahwa jaringan lunak merupakan penentu terakhir dari keharmonisan dan estetik fasial. Burstone mengatakan bahwa postur bibir dapat merupakan salah satu faktor etiologi yang menyebabkan malrelasi dari gigi geligi. Beliau menyarankan bahwa postur bibir harus menjadi salah satu faktor primer dalam rencana perawatan.16,17

Garis B yang dinyatakan oleh Burstone pada tahun 1958 digambarkan dari subnasal (Sn) ke pogonion jaringan lunak (Pog1) (Gambar 6). Pada penelitian terhadap ras Kaukasoid,


(21)

Burstone menyimpulkan bahwa bibir atas dan bibir bawah berada pada 3,5 mm dan 2,2 mm dari anterior garis tersebut.17,18

Gambar 6. Garis Burstone (Garis B)18 2.3.4 Garis Steiner (garis S1)

Steiner menggunakan garis S untuk menganalisis estetika profil jaringan lunak. Steiner membuat kurva berbentuk huruf S terbalik yang dihubungkan dari titik Pr, Sn, dan Ls dengan garis tebal putus-putus. Garis Steiner (S1) tersebut juga digambarkan dari bagian tengah kurva S antara pronasal dan subnasal ke pogonion jaringan lunak (Gambar 7). Bibir pada profil wajah yang seimbang akan menyentuh garis tersebut.1,2,8

Dalam penilaiannya, Steiner kemudian mengemukakan penilaiannya secara terpisah menjadi tiga bagian, yakni skeletal, dental dan jaringan lunak. Analisis dalam aspek jaringan lunak memungkinkan penilaian keseimbangan dan harmoni profil fasial bagian bawah. Steiner, Ricketts dan Holdaway mengembangkan kriteria-kriteria dan garis-garis referensi untuk keseimbangan profil wajah. Walaupun belum ada keseragaman konsep akan apa yang mendefinisikan suatu profil ideal, garis referensi Steiner telah banyak digunakan ortodontis untuk menilai keseimbangan jaringan lunak wajah.1,2,8


(22)

Gambar 7. Garis Steiner (Garis S1)15 2.3.5 Garis Sushner (garis S2)

Sebuah garis S2 dikemukakan oleh Sushner pada tahun 1977. Garis tersebut digambarkan dari nasion jaringan lunak (N1) ke pogonion jaringan lunak (Pog1) (Gambar 8). Analisis profil menurut Sushner, garis S2 adalah garis yang ditarik dari bibir atas dan bibir bawah yang berada di anterior. Sushner melakukan perbandingan antara populasi orang berkulit hitam dan orang berkulit putih. Pengukuran garis Sushner terhadap bibir atas adalah 8,8 mm dan bibir bawah adalah 6,7 mm pada wanita, sedangkan pada pria perbandingan bibir atas adalah 10,3 mm dan bibir bawah adalah 8 mm.8,9


(23)

Gambar 8. Garis Sushner (Garis S2)18 2.4 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara yang merupakan pusat pendidikan perguruan tinggi di pulau Sumatera memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis. Etnis tersebut berasal dari ras Proto Melayu, Deutro Melayu, Mongoloid dan India. Fisher berpendapat bahwa ada dua pola geografik manusia Indonesia yang sering menjadi masalah antara lain karena adanya invasi etnik dan kebudayaan yang berlangsung berabad-abad, dan karena terpisah-pisahnya wilayah yang mempengaruhi dispersi rasial dan difusi kebudayaan. Oleh karena itu Fisher membaginya menjadi dua antara lain adalah ras Deutro Melayu dan ras Proto Melayu.19

Ras Deutro Melayu terdiri dari orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu; ras Proto Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja, sedangkan orang Jakarta, Borneo Melayu, Banjar dan penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutro Melayu dan Proto Melayu.19


(24)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan koefisien antara lima garis referensi dari posisi bibir pada mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu dan ras Deutro Melayu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Alumni No.2 Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014-Desember 2014.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu dan ras Deutro Melayu yang berusia ≥ 18 tahun.

3.4 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel berupa foto sefalometri lateral yang merupakan data sekunder dari penelitian yang berjudul “Nilai Sefalometri Pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara” oleh peneliti terdahulu tahun 2012 dan “Nilai Sefalometri Pada Mahasiswa Deutro Melayu Universitas Sumatera Utara” oleh peneliti terdahulu tahun 2013. Sampel berupa foto sefalometri lateral tersebut diambil dari mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu dan ras Deutro Melayu yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

3.4.1 Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus:

n =


(25)

n = Jumlah sampel minimum

Zα = Confidence Level, untuk α = 95 % Zα = 1,96

S = Standar Deviasi = 0,611 ( penelitian terdahulu ) d = 15 %

sehingga,

n =

n = 63,728 64 orang

Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan adalah 64.

Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 64 sampel (32 sampel Deutro Melayu dan 32 sampel Proto Melayu). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penyeleksian sampel adalah :

3.4.2 Kriteria Inklusi

a. Pasien yang belum pernah mendapat perawatan ortodonti b. Umur ≥ 18 tahun ( fase pertumbuhan sudah berhenti ) c. Semua gigi permanen lengkap ( kecuali molar tiga ) d. Oklusi normal

e. Overjet dan overbite 2-4 mm

f. Anatomis gigi, tulang, otot, dan jaringan sekitar gigi harus mempunyai perbandingan yang normal

g. Tidak ada cacat di kepala dan wajah yang dapat mempengaruhi hasil sefalogram

h. Mahasiswa Ras Proto Melayu dan Deutro Melayu Universitas Sumatera Utara ( 2 keturunan diatas )

3.4.3 Kriteria Eksklusi

a. Adanya gigi fraktur atau atrisi

b. Adanya kelainan ukuran gigi (makrodonsia / mikrodonsia)

c. Adanya kelainan bentuk gigi (peg shaped), agenesis dan mesiodens d. Adanya maloklusi


(26)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Bebas

a. Pronasal – Pogonion kulit (Pr-Pog1) b. Subnasal – Pogonion kulit (Sn-Pog1) c. Nasion kulit – Pogonion kulit (N1-Pog1) d. Pogonion kulit – Labrale superior (Pog1-Ls) e. Columella – Pogonion kulit (Co-Pog1) f. Labrale Superior (Ls)

g. Labrale Inferior (Li)

3.5.2 Variabel Tergantung a. Garis E - Ls

b. Garis E - Li c. Garis B - Ls d. Garis B - Li e. Garis S2 - Ls f. Garis S2 - Li g. Garis H - Li h. Garis S1 - Ls i. Garis S1 – Li

3.5.3 Variabel Terkendali

a. Mahasiswa FKG USU ras Proto Melayu dan ras Deutro Melayu dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

b. Jenis dan alat yang digunakan sama pada setiap subjek.

3.5.4 Definisi Operasional

a. Pronasal (Pr) : Titik paling anterior dari hidung

b. Pogonion kulit (Pog1) : Titik paling anterior dari jaringan lunak dagu


(27)

d. Nasion kulit (N1) : Titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung e. Columella : Titik tengah antara subnasal dan pronasal

f. Labrale superior (Ls) : Titik perbatasan mukokutaneous dari bibir atas g. Labrale inferior (Li) : Titik perbatasan mukokutaneous dari bibir bawah h. Garis Ricketts (Garis E) : Garis yang ditarik dari pronasal ke pogonion kulit i. Garis Burstone (Garis B) : Garis yang ditarik dari subnasal ke pogonion kulit j. Garis Sushner (Garis S2) : Garis yang ditarik dari nasion kulit ke pogonion kulit k. Garis Holdaway (Garis H) : Garis yang ditarik dari pogonion kulit ke labrale superior l. Garis Steiner (Garis S1) : Garis yang ditarik dari pogonion kulit ke columella m. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara

n. Ras Proto Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak, Toraja

o. Ras Deutro Melayu adalah Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu

p. Oklusi normal adalah oklusi dengan hubungan tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang atas berada pada groove bukal molar permanen rahang bawah

q. Usia adalah satuan waktu umur seseorang yang dihitung dari tahun lahir sampai waktu dilakukan pengambilan foto sefalometri lateral

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 9. Garis - garis referensi yang digunakan (a) Garis E: Pronasal–Pogonion kulit (b) Garis B: Subnasal–Pogonion kulit (c) Garis S2: Nasion kulit–Pogonion kulit (d) Garis H: Pogonion kulit – Labrale Superior (e) Garis S1: Pogonion kulit – Columella.17


(28)

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian

a. Tracing box b. Pulpen

c. Pensil mekanik d. Pensil 4H e. Penghapus f. Kalkulator

Gambar 10. Alat penelitian (1)Tracing Box (2)(a) Pulpen (b) Pensil mekanik (c) Pensil 4H (d) Penghapus (e) Kalkulator 3.6.2 Bahan Penelitian

a. Sefalogram lateral b. Kertas asetat

Gambar 11. Bahan penelitian (a) Sefalogram (b) Kertas asetat

a b


(29)

3.7 Metode Pengumpulan Data

a. Pengumpulan foto sefalometri lateral dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Foto sefalometri lateral merupakan foto sefalometri lateral yang digunakan pada penelitian sebelumnya di Departemen Ortodonti Universitas Sumatera Utara.

b. Penapakan foto sefalometri lateral. Sefalogram di-tracing dengan tracing paper dan pensil 4H diatas pencahayaan tracing box.

c. Penentuan titik-titik referensi pada foto sefalometri lateral : Pronasal (Pr), Pogonion kulit (Pog1), Subnasal (Sn), Nasion kulit (N1), Columella, Labrale superior (Ls), Labrale inferior (Li).

d. Penentuan garis: Garis Ricketts (Garis E), Garis Burstone (Garis B), Garis Sushner (Garis S2), Garis Holdaway (Garis H), Garis Steiner (Garis S1).

e. Pengukuran jarak garis E ke labrale superior, garis E ke labrale inferior, garis B ke labrale superior, garis B ke labrale inferior, garis S2 ke labrale superior, garis S2 ke labrale inferior, garis H ke labrale inferior, garis S1 ke labrale superior dan garis S1 ke labrale inferior dengan bantuan kaliper digital.

f. Sebelum melakukan pengukuran, peneliti melakukan uji intraoperator untuk mengetahui ketelitian peneliti dalam pengukuran. Hal ini dikarenakan setiap pengulangan pengukuran belum tentu mendapatkan hasil yang sama dengan pengukuran pertama. Uji intraoperator dilakukan dengan mengambil 5 sampel secara acak dari pengukuran pertama dan pengukuran kedua kemudian dicari standar deviasi dari kedua pengukuran tersebut. Standar deviasi dari pengukuran pertama dan kedua kemudian dicari lagi standar deviasinya. Jika standar deviasi akhir yang didapat menunjukkan angka antara 0-1 berarti ketelitian pada pengukuran tersebut masih dapat diterima dan operator layak untuk melakukan penelitian.

g. Hasil uji operator menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dalam penyimpangan pengukuran yakni hasil yang didapat dari uji intraoperator adalah 0,292199 maka operator layak untuk melakukan pengukuran tersebut.

h. Dalam satu hari, pengukuran sefalometri dilakukan pada 5 (lima) sefalogram untuk menghindari kelelahan mata peneliti sehingga data yang diperoleh akan lebih akurat.


(30)

Gambar 12. Sampel Penelitian (a) Garis E: Pronasal - Pogonion kulit, (b) Garis B : Subnasal - Pogonion kulit, (c) Garis S2 : Nasion kulit - Pogonion kulit, (d) Garis H : Pogonion kulit – Labrale superior, (e) Garis S1 : Pogonion kulit - Columella

3.8 Pengolahan Data


(31)

3.9 Analisis Data

a. Dihitung rerata dan standar deviasi dari jarak garis E-Ls, jarak garis E-Li, jarak garis B-Ls, jarak garis B-Li, jarak garis S2-Ls, jarak garis S2-Li, jarak garis H-Li, jarak garis S1-Ls dan jarak garis S1-Li.

b. Dihitung koefisien varians dari jarak garis E-Ls, jarak garis E-Li, jarak garis B-Ls, jarak garis B-Li, jarak garis S2-Ls, jarak garis S2-Li, jarak garis H-Li, jarak garis S1-Ls dan jarak garis S1-Li dan kemudian dianalisis.

c. Garis dengan nilai koefisien varians terkecil merupakan garis dengan konsistensi terbaik dan kemudian diurutkan berdasarkan nilai yang telah diperoleh.


(32)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 64 orang yang terdiri dari 32 orang ras Deutro Melayu dan ras Proto Melayu yang merupakan mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membandingkan lima garis-garis referensi profil wajah yang digunakan dalam bidang ortodonti sehingga diperoleh garis dengan nilai koefisien terkecil.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan pada sefalogram, selanjutnya dilakukan uji statistik pada data-data hasil pengukuran. Dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Hasil yang terlihat pada uji normalitas adalah tidak normal sehingga dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

Tabel 1. Hasil Uji Mann-Whitney pada Data Mahasiswa FKG USU

Garis Referensi Uji Mann-Whitney

Sig. Garis Ricketts (Garis E)

E-Ls mm E-Li mm

0,070 0,017* Garis Burstone (Garis B)

B-Ls mm B-Li mm

0,007* 0,000* Garis Steiner (Garis S1)

S1-Ls mm S1-Li mm

0,116 0,002* Garis Sushner (Garis S2)

S2-Ls mm S2-Li mm

0,064 0,007* Garis Holdaway (Garis H)

H-Li mm 0,005

* *: p < 0,05 menunjukkan perbedaan bermakna

Tabel 1 yang merupakan hasil uji Mann Whitney dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna antara hasil pengukuran jarak masing-masing garis referensi terhadap bibir bawah dibandingkan pada hasil pengukuran jarak referensi terhadap bibir atas. Hasilnya menunjukkan uji perbedaan garis-garis referensi terhadap bibir atas dan bibir bawah, kecuali


(33)

garis Holdaway (garis H) yang hanya pada bibir bawah. Dari tabel 1 terlihat bahwa garis E menunjukkan perbedaan bermakna terhadap bibir bawah sebesar 0,017 sedangkan bibir atas tidak berbeda bermakna. Sedangkan garis B menunjukkan perbedaan bermakna terhadap bibir atas sebesar 0,007 dan bibir bawah sebesar 0,000. Selanjutnya sama seperti garis E, garis S1 dan garis S2 juga hanya menunjukkan perbedaan bermakna pada bibir bawah sedangkan bibir atas tidak. Sedangkan garis H juga menunjukkan perbedaan bermakna sebesar 0,005. Dapat disimpulkan bahwa hanya garis Burstone yang menunjukkan perbedaan bermakna pada bibir atas dan bawah.

Tabel 2. Rerata Nilai Pengukuran dan Nilai Koefisien Varians pada Mahasiswa FKG USU

Pengukuran Rerata Standar Deviasi

Batas Atas

Batas

Bawah KoefisienVarians

Dispersi (selisih koefesien

varians)

Garis E-Ls -1,06 3,007 5 -9 9,044 0,201

Garis E-Li 1,34 3,041 10 -5 9,245

Garis B-Ls 6,17 2,340 13 0 5.478 3,426

Garis B-Li 5,28 2,984 15 -1 8,904

Garis S1-Ls 1,19 2,532 7 -5 6,409 0,884

Garis S1-Li 2,69 2,791 10 -3 7,393

Garis S2-Ls 11,56 3,572 20 4 12,758 1,725

Garis S2-Li 8,17 3,322 20 2 11,033

Garis H-Li 2,33 2,254 10 -4 5,081 5,081

Secara keseluruhan, rerata nilai pada pengukuran jarak garis E terhadap bibir atas (Ls) adalah -1,06 mm dan terhadap bibir bawah (E-Li) adalah 1,34 mm. Rerata nilai pengukuran jarak garis B terhadap bibir atas adalah 6,17 mm dan terhadap bibir bawah (B-Li) adalah 5,28 mm. Rerata nilai pengukuran pada garis S1 terhadap bibir atas (S1-Ls) adalah 1,19 mm dan terhadap bibir bawah (S1-Li) adalah 2,69 mm. Rerata nilai pengukuran pada garis S2 terhadap bibir atas (S2-Ls) adalah 11,56 mm dan terhadap bibir bawah (S2-Li) adalah 8,17 mm. Demikian pula


(34)

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

Garis E Garis B Garis S1 Garis S2 Garis H

Ls Li

secara keseluruhan pengukuran jarak garis H terhadap bibir bawah (H-Li) adalah 2,33 mm (Tabel 2).

Tabel 2 juga menunjukkan nilai koefisien varians pengukuran sebesar 0,201 yang diperoleh dari jarak garis E terhadap bibir atas (E-Ls) adalah 9,044 dan bibir bawah (E-Li) adalah 9,245. Dilanjutkan dengan koefisien varians dari garis S1, garis S2, garis B, dan garis H. Pada garis H hanya dibandingkan dengan bibir bawah (Li) karena garis langsung ditarik dari pogonion kulit ke bibir atas (Ls). Dispersi hasil nilai yang diperoleh ditunjukkan grafik 1.

Grafik 1. Grafik dispersi nilai koefisien varians setiap garis referensi

Grafik 1 memperlihatkan secara lebih detail dispersi dari hasil nilai koefisien varians yang didapatkan pada penelitian ini sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 2. Pada tabel 2, terlihat bahwa dispersi garis H adalah garis dengan koefisien varians paling tinggi yang kemudian diikuti dengan garis B dan garis S2. Nilai koefisien varians yang paling rendah adalah garis S1 dan garis E dimana garis yang paling baik dengan dispersi terendah.


(35)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil perawatan ortodonti tidak hanya dinilai dari susunan oklusi gigi geligi yang baik saja, tetapi juga penampilan wajah yang didukung oleh struktur pembentuk jaringan lunak wajah.3,13 Jaringan lunak merupakan bagian dalam keseluruhan aspek keseimbangan fasial dimana bibir merupakan salah satu komponennya. Postur bibir dalam anteroposterior perlu dipertimbangkan dalam menilai jaringan profil wajah.4 Burstone (1958) menyatakan bahwa ketebalan jaringan lunak yang menutupi jaringan tulang berbeda untuk setiap bagian wajah pada masing-masing individu dan dapat mempengaruhi profil wajah seseorang. Perkembangan jaringan lunak seseorang tidak berhenti sampai masa pertumbuhannya berhenti. Hal ini disebabkan karena jaringan lunak bersifat dinamis dan alamiah serta dapat berubah sepanjang hidup. Faktor pertumbuhan ini juga mempengaruhi pronasale, bibir atas dan pogonion yang dapat membuat adanya perubahan posisi bibir bawah selama perawatan ortodonti. Oleh karena itu dalam menentukan garis referensi yang terbaik harus disesuaikan dengan kelompok etnis dan karakteristik bentuk wajah. Hal ini juga memerlukan penelitian klinis yang mendalam.3,6,20

Postur bibir dipengaruhi oleh kombinasi posisi insisivus, pola skeletal, ukuran hidung dan dagu, serta ketebalan dan tonus otot bibir 4 Bibir atas dan hidung merupakan unit penting dalam penilaian estetika wajah. Bibir atas biasanya berukuran lebih panjang 2-3 mm dari bibir bawah serta dipengaruhi susunan gigi geligi.8 Penilaian terhadap bibir kompeten dan inkompeten juga berpengaruh dalam evaluasi profil sepertiga wajah bagian bawah. Garis bibir letaknya sejajar dengan dataran oklusi gigi pada saat dalam posisi istirahat. Bibir inkompeten adalah suatu keadaan dimana terlihat celah interlabial antara bibir atas dan bawah pada saat mandibula dalam posisi istirahat. Bibir inkompeten disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan bibir atas yang kurang berkembang sehingga tidak berkontak dengan bibir bawah ketika dalam keadaan istirahat. Kontak bibir hanya terjadi saat kontraksi hiperaktif otot orbicularis oris dan otot mentalis. Hal ini juga dipengaruhi faktor genetik, lingkungan atau adanya kebiasaan buruk yang masih berlangsung hingga di atas usia 4 tahun.1,7,21

Penelitian ini menggunakan 5 (lima) garis referensi yakni garis Ricketts (garis E), garis Steiner (garis S1) , garis Burstone (garis B), garis Sushner (garis S2), garis Holdaway (garis H). Tujuan penelitian adalah untuk menilai garis estetika yang memiliki koefisien varians terkecil


(36)

sehingga dapat diaplikasikan pada ras Deutro Melayu dan ras Proto Melayu berdasarkan analisis sefalometri lateral dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sebelum dilakukan uji analitik, pada data-data hasil pengukuran perlu dilakukan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov (N≥50) pada 64 sampel penelitian. Jika hasil data pada uji normalitas menunjukkan nilai p≤0,05, maka dapat disimpulkan data tersebut normal begitu juga sebaliknya. Namun pada tabel 1 dapat dilihat bahwa distribusi data tidak normal dan uji normalitas dengan uji non-parametrik. Oleh karena itu, pengukuran dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

Hasil uji analitik pada tabel 2 menunjukkan bawah garis Burstone memiliki perbedaan bermakna terhadap bibir atas dan bawah. Sedangkan garis S1, garis S2, garis Rickets menunjukkan perbedaan bermakna hanya pada bibir bawah. Namun, untuk melihat koefisien varians tetap dilanjutkan untuk mencari selisih koefisien varians terendah. Tabel 3 dan grafik 1 menunjukkan koefisien varians terendah dari nilai garis E, dilanjutkan garis S1, garis S2, dan garis Burstone. Artinya, garis E dapat dianggap sebagai garis referensi terbaik dalam menilai posisi horizontal bibir. Hasil penelitan ini juga didukung oleh peneliti Lokalata (2012) pada suku batak yang menunjukkan bahwa garis Ricketts (garis E) merupakan garis yang memiliki nilai koefisien varians terendah setelah garis Burstone (garis B). Buschang yang meneliti berdasarkan jenis kelamin juga berpendapat bahwa garis Ricketts (garis E) dan garis Steiner (garis S1) adalah garis referensi terbaik dalam penelitiannya karena lebih jelas dalam menunjukkan perubahan posisi bibir secara horizontal.6 Hasan juga menyebutkan garis Ricketts (garis E) adalah garis referensi terbaik dalam mengevaluasi posisi bibir bawah berdasarkan jenis kelamin.4 Dalam aspek reabilitas sebuah garis referensi, garis-garis yang melewati hidung sangat dipercaya karena dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hidung harus diikutsertakan dalam penilaian estetis. Sehingga hasil penelitian sesuai dimana Garis Ricketts (Garis E) sebagai garis referensi yang paling efektif dalam menilai posisi bibir dalam arah horizontal pada populasi dewasa. 17

Pada hasil penelitian (tabel 3) ini disebutkan bahwa garis Holdaway (garis H) memiliki dispersi koefisien varians tertinggi yang dapat disimpulkan sebagai garis yang kurang efisien dalam penelitian ini. Hal ini juga didukung oleh peneliti Buschang, yang menyebutkan bahwa garis H adalah garis yang kurang efektif dalam menunjukkan perubahan posisi bibir secara statistik.6 Sebaliknya Hamdan melaporkan bahwa garis Holdaway (garis H) adalah garis yang paling baik dalam menunjukkan perubahan posisi bibir atas yang sangat berkaitan dengan profil


(37)

jaringan lunak. Ras Jordania memiliki posisi bibir yang sama dengan Amerika, dimana posisi bibir mereka lebih protusif khususnya pada jenis kelamin laki-laki.3

Perbedaan hasil penilaian dapat disebabkan karena setiap ras memiliki profil jaringan lunak yang berbeda. Selain itu, garis estetis ini hanya memperhitungkan posisi bibir bawah. Tyasingsih juga berpendapat hal yang sama dimana dalam penelitiannya jaringan lunak (bibir) pada populasi batak asli lebih protusif sehingga mengakibatkan perbedaan jarak yang berujung pada perbedaan hasil.11 Demikian juga dengan penelitian Mohammed,dkk (2011) melaporkan bahwa protrusi bibir berhubungan erat dengan inklinasi gigi insisivus yang menyebabkan perbedaan penilaian.11,12

Pola struktur wajah juga dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur, jenis kelamin, dan tipe maloklusi serta hubungan rahang. Norma ukuran penyusun wajah dapat berbeda-beda pada jaringan keras dan lunak. Perlu diingat bahwa norma yang diambil dari sampel satu populasi tidak mutlak berlaku pada populasi lain dan perlu dimodifikasi. Hal ini disebabkan karena masing-masing populasi memiliki ukuran tersendiri, apalagi bila suatu populasi tersebut memiliki perbedaan etnik. Adanya karaktestik dentofasial dari berbagai kelompok etnis dan ras membutuhkan pendekatan yang berbeda. 3,4,10

Setiap ras kemungkinan memiliki profil jaringan lunak yang berbeda. Terlihat dari hasil penilaian Naidu, Hsu maupun Lokalata yang memiliki persamaan dalam pengukuran lima garis referensi tetapi memiliki hasil penilaian yang berbeda antara garis yang terendah dengan garis referensi lainnya. Perbedaan hasil penilaian ini disebabkan karena setiap populasi masing-masing ras dan suku memiliki profil jaringan lunak yang berbeda dimana profil jaringan lunak seseorang sangat berpengaruh dalam hasil penilaian estetis wajah. Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah perbedaan jumlah besar sampel.


(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kelima garis referensi yang dipakai dalam rencana perawatan di bidang ortodonti memiliki perbedaan nilai koefisien varians. Garis yang memiliki koefisien varians terendah untuk melihat posisi bibir dalam keadaan horizontal pada mahasiswa FKG Universitas Sumatera Utara adalah garis Ricketts (garis E) dengan besaran koefisien varians 0,201. Kemudian disusul dengan garis Steiner (garis S1), garis Sushner (garis S2), garis Burstone (garis B) dan garis Holdaway (garis H). Pada penelitian ini garis Holdaway (garis H) adalah garis yang memiliki nilai koefisien varians paling tinggi sehingga garis Holdaway (garis H) dianggap kurang efisien dalam menilai posisi bibir dalam arah horizontal.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar agar didapatkan validitas yang lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan jenis kelamin dan ras-ras lain yang ada di Indonesia.

3. Apabila ada yang berkeinginan untuk penelitian lanjutan dengan membandingkan lima garis referensi, sebaiknya tidak digunakan garis Holdaway (garis H) karena garis H hanya menggunakan bibir bawah sebagai referensi.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

1. Singh G. Textbook of orthodontics. 2nd ed. India: Jaypee Brothers Medical Publisher, 2007: 3;66; 94-118.

2. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 3rded. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing House, 2003: 1-5; 143-58.

3. Hamdan AH. Soft tissue morphology of Jordanian adolescents. Angle Orthod 2010; 80 (1) : 80-5.

4. Hasan SR, Raja UB. Correlation among different profile planed used to evaluate lower lip position. Pakistan Oral & Dental Journal 2011; 31 (2) : 332-5.

5. Merrifield L. The profile line as an aid in critically evaluating facial esthetic. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1966; 52: 804-21.

6. Buschang PH, Fretty K, Campbell PM. Can commonly used profile planes be used to evaluate changes in lower lip position. Angle Orthod 2011; 557-62.

7. Tjut R. Pengaruh senam bibir terhadap bibir inkompeten pada remaja usia 15-18 tahun. Tesis. Program Pasca Sarjana , USU, Medan, 2000: 11-2.

8. Jacobson A. Radiographic cephalometry. London: Quintessence Publishing, 1995: 239-54. 9. Asad S, Kazmi F, Mumtaz M, Malik A. Assessment of antero-posterior position of lips:

E-Line- S-Line. Pakistan Oral & Dental Journal 2011; 31 (1) : 84-7.

10.Mzizana N. Soft tissue facial profile assessment of 15-20 years old Tswana subjects. Disertasi. Afrika Selatan: Master of dental sciences (odontology) Department of orthodontics school of dentistry, Faculty of Health Sciences University of Pretoria, 2009; 50.

11.Tyasingsih FD. Konfigurasi wajah dan interpretasi diri tentang wajah. Disertasi. Surabaya; Universitas Airlangga: 2001.

12.Mohammad HA, Abu Hassan, Hussain SF. Cephalometric evaluation for Malaysian Malay by Steiner analysis. Scientific research and essay 2011; 627-34.

13.Lokalata S. Perbandingan Lima Garis Referensi dari Posisi Horizontal Bibir Bawah Mahasiswa FKG pada Suku Batak. Skripsi. USU. Medan: 2012.

14.Hockley A, Weinstein M, Borislow AJ, Braitmen LE. Photos vs silhouttes for evaluation of African American profile esthetics. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2012; 161-7.


(40)

15.Saglam AMS , Gazilerli U. Analysis of holdaway soft-tissue measurement in children between 9 and 12 years of age. Eur J Orthod 2009; 31: 174-9.

16.Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4 th ed., Canada: Mosby Elsevier, 2007: 176-83.

17.Chaconas SJ. Prediction of normal tissue facial changes, Angle Orthod 1975; 45 (1): 12-24. 18.Naidu DL. Comparisons of the consistency and sensivity of five reference lines of the

horizontal position of the upper and lower lip to lateral facial harmony. Dissertation: India: Kothiwal Dental Collage & Research Centre, 2010:1-12.

19.Djoena H K, Fajar H, Bambang S. Antropologi untuk mahasiswa kedokteran gigi. 2009: 44-9.

20.Burstone CT. The integumental profil. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1958; 1-25.

21.Mahyastuti RD, Khrisnawati. Perbandingan posisi bibir dan dagu antara laki-laki dan perempuan Jawa berdasarkan analisis estetik profil muka menurut Bass. MIKG 2008; 1-7. 22.Farhad B N, Daljit S. Facial Aesthetics:2. Clinical Assessment. 2008: 159-70.


(41)

Lampiran 3

NILAI TENGAH PENGUKURAN DESKRIPTIF Descriptive Statistics

N Mean

Std. Deviation

Minimu m

Maximu m

Percentiles

25th

50th

(Median) 75th

ELs 64 -1.06 3.007 -9 5 -3.00 -1.00 1.00

Eli 64 1.34 3.041 -5 10 -1.00 2.00 2.75

S1Ls 64 1.19 2.532 -5 7 -1.00 1.50 3.00

S1Li 64 2.69 2.719 -3 10 1.00 2.50 3.00

S2Ls 64 11.56 3.572 4 20 9.00 11.50 14.00

S2Li 64 8.17 3.322 2 20 6.00 8.00 10.00

BLs 64 6.17 2.340 0 13 5.00 6.00 7.00

BLi 64 5.28 2.984 -1 15 3.00 5.00 7.00

HLi 64 2.33 2.254 -4 10 1.00 2.00 4.00

1=proto melayu; 2=deutro melayu


(42)

Ranks

1=proto melayu;

2=deutro melayu N Mean Rank Sum of Ranks

ELs 1 32 36.69 1174.00

2 32 28.31 906.00

Total 64

Eli 1 32 37.97 1215.00

2 32 27.03 865.00

Total 64

S1Ls 1 32 36.13 1156.00

2 32 28.88 924.00

Total 64

S1Li 1 32 39.44 1262.00

2 32 25.56 818.00

Total 64

S2Ls 1 32 36.80 1177.50

2 32 28.20 902.50

Total 64

S2Li 1 32 38.73 1239.50

2 32 26.27 840.50

Total 64

BLs 1 32 38.69 1238.00

2 32 26.31 842.00

Total 64

BLi 1 32 40.91 1309.00

2 32 24.09 771.00

Total 64

HLi 1 32 38.81 1242.00

2 32 26.19 838.00


(43)

Lampiran 4

NILAI UJI NORMALITAS

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Total Sig.Uji Normalitas Total Sign. Uji Normalitas

Garis E-Ls 64 0,018 64 0,194

Garis E-Li 64 0,000 64 0,036

Garis B-Ls 64 0,001 64 0,033

Garis B-Li 64 0,008 64 0,069

Garis S1-Ls 64 0,013 64 0,208

Garis S1-Li 64 0,000 64 0,002

Garis S2-Ls 64 0,200 64 0,446

Garis S2-Li 64 0,025 64 0,010


(44)

Lampiran 5

HASIL PENGUKURAN STATISTIK KOEFISIEN VARIANS

Pengukuran Rerata StandarDeviasi Batas Atas Batas Bawah KoefisienVarians

Garis E-Ls -1,06 3,007 5 -9 9,044

Garis E-Li 1,34 3,041 10 -5 9,245

Garis B-Ls 6,17 2,340 13 0 5.478

Garis B-Li 5,28 2,984 15 -1 8,904

Garis S1-Ls 1,19 2,532 7 -5 6,409

Garis S1-Li 2,69 2,791 10 -3 7,393

Garis S2-Ls 11,56 3,572 20 4 12,758

Garis S2-Li 8,17 3,322 20 2 11,033


(45)

Lampiran 6

HASIL UJI STATISTIK MANN-WHITNEY

Test Statisticsa

ELs ELi S1Ls S1Li S2Ls S2Li BLs BLi HLi

Mann-Whitney U 378.000 337.000 396.000 290.000 374.500 312.500 314.000 243.000 310.000

Wilcoxon W 906.000 865.000 924.000 818.000 902.500 840.500 842.000 771.000 838.000

Z -1.814 -2.382 -1.574 -3.030 -1.854 -2.696 -2.698 -3.638 -2.785

Asymp. Sig. (2-tailed)

.070 .017 .116 .002 .064 .007 .007 .000 .005


(1)

between 9 and 12 years of age. Eur J Orthod 2009; 31: 174-9.

16.Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4 th ed., Canada: Mosby Elsevier, 2007: 176-83.

17.Chaconas SJ. Prediction of normal tissue facial changes, Angle Orthod 1975; 45 (1): 12-24. 18.Naidu DL. Comparisons of the consistency and sensivity of five reference lines of the

horizontal position of the upper and lower lip to lateral facial harmony. Dissertation: India: Kothiwal Dental Collage & Research Centre, 2010:1-12.

19.Djoena H K, Fajar H, Bambang S. Antropologi untuk mahasiswa kedokteran gigi. 2009: 44-9.

20.Burstone CT. The integumental profil. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1958; 1-25.

21.Mahyastuti RD, Khrisnawati. Perbandingan posisi bibir dan dagu antara laki-laki dan perempuan Jawa berdasarkan analisis estetik profil muka menurut Bass. MIKG 2008; 1-7. 22.Farhad B N, Daljit S. Facial Aesthetics:2. Clinical Assessment. 2008: 159-70.


(2)

Lampiran 3

NILAI TENGAH PENGUKURAN DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Mean

Std. Deviation Minimu m Maximu m Percentiles 25th 50th

(Median) 75th

ELs 64 -1.06 3.007 -9 5 -3.00 -1.00 1.00

Eli 64 1.34 3.041 -5 10 -1.00 2.00 2.75

S1Ls 64 1.19 2.532 -5 7 -1.00 1.50 3.00

S1Li 64 2.69 2.719 -3 10 1.00 2.50 3.00

S2Ls 64 11.56 3.572 4 20 9.00 11.50 14.00

S2Li 64 8.17 3.322 2 20 6.00 8.00 10.00

BLs 64 6.17 2.340 0 13 5.00 6.00 7.00

BLi 64 5.28 2.984 -1 15 3.00 5.00 7.00

HLi 64 2.33 2.254 -4 10 1.00 2.00 4.00

1=proto melayu; 2=deutro melayu


(3)

1=proto melayu;

2=deutro melayu N Mean Rank Sum of Ranks

ELs 1 32 36.69 1174.00

2 32 28.31 906.00

Total 64

Eli 1 32 37.97 1215.00

2 32 27.03 865.00

Total 64

S1Ls 1 32 36.13 1156.00

2 32 28.88 924.00

Total 64

S1Li 1 32 39.44 1262.00

2 32 25.56 818.00

Total 64

S2Ls 1 32 36.80 1177.50

2 32 28.20 902.50

Total 64

S2Li 1 32 38.73 1239.50

2 32 26.27 840.50

Total 64

BLs 1 32 38.69 1238.00

2 32 26.31 842.00

Total 64

BLi 1 32 40.91 1309.00

2 32 24.09 771.00

Total 64

HLi 1 32 38.81 1242.00

2 32 26.19 838.00


(4)

Lampiran 4

NILAI UJI NORMALITAS

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Total Sig.Uji Normalitas Total Sign. Uji Normalitas

Garis E-Ls 64 0,018 64 0,194

Garis E-Li 64 0,000 64 0,036

Garis B-Ls 64 0,001 64 0,033

Garis B-Li 64 0,008 64 0,069

Garis S1-Ls 64 0,013 64 0,208

Garis S1-Li 64 0,000 64 0,002

Garis S2-Ls 64 0,200 64 0,446

Garis S2-Li 64 0,025 64 0,010


(5)

HASIL PENGUKURAN STATISTIK KOEFISIEN VARIANS

Pengukuran Rerata StandarDeviasi Batas Atas Batas Bawah KoefisienVarians

Garis E-Ls -1,06 3,007 5 -9 9,044

Garis E-Li 1,34 3,041 10 -5 9,245

Garis B-Ls 6,17 2,340 13 0 5.478

Garis B-Li 5,28 2,984 15 -1 8,904

Garis S1-Ls 1,19 2,532 7 -5 6,409

Garis S1-Li 2,69 2,791 10 -3 7,393

Garis S2-Ls 11,56 3,572 20 4 12,758

Garis S2-Li 8,17 3,322 20 2 11,033


(6)

Lampiran 6

HASIL UJI STATISTIK MANN-WHITNEY

Test Statisticsa

ELs ELi S1Ls S1Li S2Ls S2Li BLs BLi HLi

Mann-Whitney U 378.000 337.000 396.000 290.000 374.500 312.500 314.000 243.000 310.000

Wilcoxon W 906.000 865.000 924.000 818.000 902.500 840.500 842.000 771.000 838.000

Z -1.814 -2.382 -1.574 -3.030 -1.854 -2.696 -2.698 -3.638 -2.785

Asymp. Sig. (2-tailed)

.070 .017 .116 .002 .064 .007 .007 .000 .005