Singa betina bangkit (LISA BEVERE)

  L I S A    

B E V E R E

  

Bangkit dan Ubah Dunia Sekeliling Anda

B A N G K I T Lioness Arising (Singa Betina Bangkit) by Lisa Bevere © 2012 Messenger International www.MessengerInternational.org Originally published in English Additional resources in Bahasa Indonesia are available for free download at: www.CloudLibrary.org To contact the author: LisaBevere@ymail.com Printed in Indonesia Singa Betina Bangkit oleh Lisa Bevere © 2012 Messenger International www.MessengerInternational.org Diterbitkan pertama kali dalam Bahasa Inggris Bahan-­bahan tambahan dalam Bahasa Indonesia tersedia untuk diunduh secara gratis dari: www.CloudLibrary.org Untuk mengontak penulisnya: LisaBevere@ymail.com Penerjemah: Slamat Parsaoran Sinambela Layout: Budi Wilken Siahaan Dicetak di Indonesia Kutipan ayat Kitab Suci yang tidak diberi keterangan diambil dari Alkitab © 1974, 1993

dan Perjanjian Baru TB Edisi 2 © 1997 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Kutipan ayat

Kitab Suci yang diberi keterangan (FAYH) diambil dari Firman Allah Yang Hidup. © 1989

oleh Yayasan Kalam Hidup. Kutipan Kitab Suci yang diberi keterangan (BIS) diambil dari

Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-­hari © Lembaga Alkitab Indonesia.

  

Kepada semua saudariku singa betina

Yang merasakan sesuatu yang menggairahkan

di dalam dirinya, yang liar, dahsyat, dan indah.

  

Anda memesona.

Anda lahir demi sekarang ini.

Jangan takut pada kekuatanmu, persoalanmu,

pengetahuanmu. Bangun dan bangkitlah!

  

Beranilah menghadapi maksud rancangan

ketika Anda diciptakan.

Daftar Isi

  1. Membangunkan Singa Betina ...................................................... 1

  2. Kekuatan yang Tak Terlihat.......................................................... 17

  3. Bangkit dan Membahayakan........................................................ 35

  4. Ketakutan dan Ketakjuban........................................................... 55

  5. Kekuatan untuk Melayani............................................................ 75

  6. Di Bawah Misi yang Sama............................................................ 89

  7. Memberi Salam dan Merawat...................................................... 113

  8. Sifat Strategis.................................................................................. 129

  9. Hidup dalam Terang, Berburu dalam Gelap............................. 151

  10. Berjalan bersama Sang Singa Jantan............................................ 185

  11. Dari Bisikan ke Auman.................................................................. 201 Daftar Organisasi............................................................................219 Catatan-­catatan .............................................................................. 221

  1 Membangunkan Singa Betina

  Alam tercipta untuk berkonspirasi dengan semangat memerdekakan kita.

  RALPH  WALDO  EMERSON 994. Malam itu tak berbeda seperti malam-­malam lainnya.

  Saya tidur lebih larut daripada biasanya setelah setengah mati

  1

  merapikan rumah. Saya sedang hamil dan tiap hari mengurus tiga anak laki-­laki. Karena itu begitu berbaring di tempat tidur, saya langsung pulas. Saya hanya akan terjaga bila mendengar bunyi alarm, suara anak-­anak atau merasakan sinar matahari pagi menembus kamar saya. Namun malam ini saya tidur dan terjaga karena sebuah hentakan yang membangunkan kesadaran saya.

  Saya mengalami mimpi yang tak biasa namun nyata. Menyebutnya mimpi kedengaran seolah-­olah peristiwa itu terjadi ketika saya tidur atau setengah sadar. Bukan seperti itu. Saya biasa bermimpi tetapi tidak senyata dan sedahsyat ini. Dalam mimpi saya ini, saya sangat sadar. Di hadapan saya terbentang sebuah pemandangan yang sepertinya dalam

  

Singa Betina Bangkit

  waktu dan tempat yang berbeda. Saya merasa tidak menapak di bumi. Saya berdiri di alam surga, tempat yang dipenuhi cahaya namun tak menyilaukan.

  Sinar kemilau itu ada di mana saja dan muncul dari apa saja. Tak ada halimun atau bayangan. Seluruhnya hanya warna kemegahan. Warna-­warni hidup yang memenuhi seluruh ruang. Warna-­warna itu padat dan saya tak bisa membandingkan dengan warna yang ada di dunia. Pigmen-­pigmen warna itu berlapis dan banyak dimensi. Untuk beberapa alasan, saya paling ingat warna seperti ungu tua (tetapi tidak serupa warna ungu kita di dunia) dan biru (tidak serupa warna biru kita di dunia). Tak ada ujung, tak ada sudut, tak ada batas di atas kepala. Namun warna-­warna itu menjadi latar yang menutupi. Lalu ada satu panggung yang meninggi terbuat dari batu yang berwarna krem. Dan di atasnya berbaring singa betina berwarna emas.

  Singa betina itu sungguh elegan. Dia tampak agung, kuat, dan mewah. Tubuhnya tak bergerak tetapi saya bisa pastikan dia sungguh-­ sungguh hidup. Bahkan dia lebih bertenaga daripada binatang apa pun yang pernah saya lihat. Kepalanya tegak namun tak terlihat tegang. Dua kaki depannya terentang di hadapannya. Bulu dan matanya bersinar keemasan. Dari keseluruhan dirinya yang tanpa cacat dan berlapis kuning kecokelatan itu, saya melihat setiap lengkung ototnya membentuk sempurna. Singa betina yang penuh pesona ini bergeming, kokoh, nyata, lebih hidup daripada singa betina di bumi. Saya sedang memperhatikan satu prototipe surga.

  Terukir pada bagian depan panggung itu kata dan huruf romawi: Bilangan XXIII. Berlawanan dari situasi singa betina ini, saya merasa diri saya transparan, tak bermakna, dan terasing. Saya seperti terpisah dari tubuh saya. Saya pun tak sadar sedang hamil. Tetapi saya sadar bahwa saya berada di sana untuk memperhatikan dan melihat, mengamati dengan baik-­baik. Saya mempelajari sesuatu yang belum saya sadari. Saya merasa penting untuk menangkap bobot perbandingan yang saya rasakan. Meski saya berada sendirian dengan singa betina itu, tetapi saya tak merasa tertekan atau terancam. Saya hanya memandang dengan penuh takjub. Saat melakukan itu, roh saya seakan menjadi lapang dan saya merasa terhubung dengan semua yang saya lihat. Saya menyerap keadaan sekeliling semampu yang saya bisa. Konsentrasi saya berpindah, saya menatap pada kedua mata singa betina itu.

  

Membangunkan Singa Betina

  Ketika itulah saya mendengar suara yang sepertinya datang dari belakang saya, berbunyi: Dengan lahirnya anak laki-­laki ini, kamu akan membangkitkan singa betina.

  Dalam cahaya emas yang memudar, keagungan dan ketakjuban itu lalu menghilang. Yang saya tahu setelah itu hari sudah pagi dan saya menjadi sadar sepenuhnya. Seluruh indra saya sangat sadar. Saya tidak merasa takut atau terkejut. Apa yang baru saja saya lihat? Seiring berjalannya waktu, saya yakin bumi ini adalah bentuk bayangan atau sebagian wahyu yang otentik yang terbatas waktu, dari keseluruhan surga yang kekal.

Bangkit Seperti Singa Betina

  Saat saya berbaring pada saat fajar kelabu, terjaga, jantung berdebar, dan tubuh gemetar. Saya merasakan Allah telah menyampaikan visi singa betina kepada saya untuk menyatakan sesuatu yang mudah luput akibat rutinitas keseharian. Saya mengarahkan perhatian saya kepada-­Nya. Saya mendengarkan dengan segenap panca indra saya. Kamar saya nampak pucat dan kosong, sangat polos dibandingkan dunia warna yang baru saja saya tinggalkan. Suara pagi bumi terdengar senyap dibanding suara nyaring dan jernih di dunia yang lain. Saya terdiam, takut bergerak, dan kehilangan sisa penglihatan visi itu. Saya menutup mata. Ya, semuanya masih nampak jelas dalam benak saya. Singa betina itu, panggung itu, tulisan itu, warna-­warni pada latar dan suara itu.

  Waktu terus berlalu. Debur di jantung saya mereda. Tubuh saya kini tenang. Lalu saya membuka mata. Rasa penasaran memenuhi kepala saya ketika mengingat tulisan pada bagian depan panggung tadi. Saya meraih Alkitab dan menariknya ke tempat tidur. Pikiran saya sibuk bertanya-­tanya. Apakah angka itu berhubungan dengan pasal atau ayat? Jika iya, apa maksudnya Bilangan pasal 23? Saya membolak-­balik halaman demi halaman. Hati saya tenggelam ketika saya memperhatikan catatan penerjemah di Alkitab itu tentang nubuat Bileam. Saya tahu dia seorang nabi yang tepat, namun kurang dihargai. Saya terus membaca. Saya tak merasakan sesuatu pun yang mengugah sampai saya tiba pada ayat 19.

  Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta.

  

Singa Betina Bangkit

  Bukan anak manusia sehingga Ia menyesal.

  0DVDNDQ ,D EHUÀUPDQ GDQ WLGDN PHODNXNDQQ\D" Atau berbicara dan tidak menepatinya?

  Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati;; Dan apabila Dia memberkati,

  Maka aku tidak dapat membalikkannya! Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub;; Dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel.

  Tuhan, Allah mereka, menyertai mereka;; Dan sorak-­sorak karena Raja ada di antara mereka. Allah yang membawa mereka ke luar dari Mesir;;

  Adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan, Sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub;; Ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel.

  Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, Begitu juga kepada Israel,

  Keajaiban yang diperbuat Allah (Bilangan 23:19–23) Kalimat ini tentang kesetiaan Allah. Janji-­janji-­Nya pasti dan dapat dipercaya. Berkat-­berkat-­Nya tak dapat diubah. Karena kesetiaan

  Allah, bangsa Israel memiliki masa depan yang aman dan bebas dari pengaruh-­pengaruh cemar dan sihir atau kutukan yang mengikat. Semuanya serba meyakinkan, tetapi ayat berikut ini terasa menyumbat.

  Lihat, suatu bangsa yang bangkit seperti singa betina, Dan yang berdiri tegak seperti singa jantan.

  Yang tidak membaringkan dirinya, Sebelum ia memakan mangsanya,

  Dan meminum darah dari yang mati dibunuhnya (Bilangan 23:24) Dengan gemetar saya mengulang dengan hati-­hati membaca kalimat-­kalimat yang berani ini: bangkit seperti singa betina, berdiri tegak seperti singa jantan. Metafor yang liar itu mengena pada diri saya. Saya dapat membayangkan: singa jantan dan singa betina, bangkit di atas rumput. Ketika mereka bangkit, dinamika dataran kosong itu berubah. Yang tadinya tenang menjadi setrum listrik. Setiap makhluk merasakan perubahan sikap tubuh singa jantan itu dan mengawasi dengan saksama. Singa-­singa emas itu bangkit, merentangkan dirinya, menantang udara, mengamati wilayah kekuasaan mereka, siap

  

Membangunkan Singa Betina

  bertindak. Mungkin mereka lapar. Mungkin mereka terusik dengan hadirnya musuh yang melanggar batas teritori mereka. Ini saatnya menjelaskan bahwa kehadiran mereka telah diketahui

  Sekali mereka bangkit, ketegangan muncul, sampai gerak-­gerik mereka mereda kembali. Jika singa-­singa itu menjadi tak sabar, makhluk-­ makhluk lain takkan tenang sampai singa-­singa itu memerangi musuh-­ musuhnya atau menyenangkan diri sendiri, lalu berpindah tempat.

  Saat mereka bangkit, saya merasa kekuatan mereka juga menggetarkan jiwa saya. Siapa tak terpesona dan tertawan memandang singa jantan atau singa betina bergerak dari singgasananya? Sesuatu yang menakjubkan untuk diperhatikan. Tetapi apa arti semua ini bagi saya? Apa hubungan saya dengan kekuatan liar keemasan ini?

  Sementara gambaran itu menggetarkan saya, timbul juga semacam perasaan tak senang dalam diri saya. Saya suka gagasan singa-­singa betina berbaring santai di bawah sinar matahari sementara anak-­ anak mereka bermain-­main. Namun kesan mereka sebagai pemburu dan pembunuh, menakutkan saya dan membuat saya benci. Saya pernah menonton National Geographic atau Wild Kingdom, dan saya memalingkan pandangan ketika sekelompok kucing besar itu menyeret Impala (Kijang Afrika) dan Kuda Zebra.

  Ketika pikiran itu membersit dalam benak, saya teringat lagi perkataan pada malam visi itu: “Dengan lahirnya anak laki-­laki ini, kamu akan membangkitkan singa betina.” Apa maksudnya? Saya tak melihat keterkaitan antara singa betina yang kuat dan berani dengan perempuan hamil yang berbaring di tempat tidur. Dengan menyebut saya singa betina, sungguh menggelikan. Saya suka makan tahu. Saya setengah vegetarian. Saya bukan predator haus darah. Saya selalu ketakutan dengan apa saja di luar kekuasaan saya. Saya cepat terintimidari oleh orang banyak yang saya temui. Saya juga merasa perempuan-­perempuan kuat dan dominan itu menakutkan.

  Kehamilan saya kali ini agaknya seperti sebuah permohonan maaf yang resmi. Ketika berdoa menggebu-­gebu beberapa bulan sebelum hamil, saya menyingkirkan semua keluhan dan berkata kepada Allah, ”Baiklah, Tuhan. Aku ini milikmu! Jadilah seperti yang Kau kehendaki dalam hidupku. Aku akan melaksanakan apa saja yang Kau inginkan. Bahkan aku mau berbicara kepada perempuan-­perempuan kalau itu yang Kau inginkan.” Meski pada waktu itu sebenarnya belum terpikir apa yang akan saya katakan.

  

Singa Betina Bangkit

  Ketika kemudian saya hamil, semua pikiran itu hilang. Saya bayangkan tuntutan dan kepatuhan saya seperti ujian -­ seperti kerelaan Abraham mengorbankan anaknya, Ishak. Mungkin saya mendapat bonus karena telah merasa rela dan saya tak perlu meneruskan janji saya.

  Tetapi dengan adanya penglihatan singa betina ini, janji sebelum saya hamil itu tampaknya tetap berlaku. Dan apakah ini maksudnya tentang anak laki-­laki?

  Selama hamil saya merasa akan melahirkan bayi perempuan. Tiap orang yang bertemu dengan saya pun berkata bayi dalam kandungan saya adalah perempuan. Tak pernah seorang pun berkata kemungkinan laki-­laki. Satu-­satunya yang menyembunyikan rahasia tentang laki-­laki adalah saya sendiri.

  Saya menggeleng-­gelengkan kepala karena tak percaya. Jika penglihatan ini benar, saya akan membentuk diri serupa singa betina. Pastinya orang lain pun bisa melihat perubahan ini. Namun visi ini perlu penegasan yang serius.

Mencari Penegasan

  Beberapa minggu berlalu. Kemudian seorang perempuan penginjil yang sangat saya hormati mengunjungi kota kami. Saya punya kesempatan seperti ini. Dia mengundang saya dan seorang teman lain yang juga hamil untuk makan siang bersama. Teman saya itu wanita pebisnis yang berhasil. Ia mempunyai pengalaman yang radikal ketika ia menjadi orang percaya. Dia mengguncangkan Asia dengan Injil yang dia beritakan. Mungkin visi singa betina itu dimaksudkan untuk dia... Iseng-­ iseng saya memutuskan untuk menceritakan gagasan ini ketika makan siang nanti. Saya ingin tahu bagaimana tanggapannya.

  Pertemuan kami jatuh pada satu siang yang cerah di Winter Park, Florida. Kami berjalan-­jalan sebentar. Akhirnya, makan siang. Saya bertanya-­tanya dalam hati bagaimana mulai menceritakan tentang singa betina itu. Saat kami makan, pembukaan ke arah singa betina itu muncul.

  Teman saya yang sedang hamil itu berkata bahwa janin di dalam perutnya adalah perempuan. Si penginjil menanggapi dengan girang, berkata bahwa bayi saya pun akan perempuan.

  

Membangunkan Singa Betina

  “Bagaimana kalau laki-­laki?” tanya saya. Dia tampak terkejut mendengar saya berkata seperti itu. Dia berkata bayi saya perempuan ada alasannya. Saya sudah punya tiga anak laki-­ laki. John, suami saya, berharap kali ini lahir anak perempuan. Saat itu saya putuskan untuk menceritakan penglihatan singa betina itu dan menegaskan bahwa bayi dalam kandungan saya adalah laki-­laki.

  Saya tak yakin perkataan saya masuk akal. Memang itu tak masuk akal. Saya sendiri pun tak merasa yakin betul. Saya tahu visi itu nyata tetapi saya gugup. Saya mengabaikan keterkaitan saya dengan gambaran singa betina itu. Saya terus berbicara, berusaha menjelaskan perjumpaan itu. Namun, bagaimana saya berharap mereka paham kalau saya sendiri pun bingung? Kebingungan saya itu tercermin pada wajah mereka yang mengerut, memperhatikan saya saat berbicara. Menyadari saya akan menemui jalan buntu, saya berhenti berbicara.

  Setelah itu ada jeda yang panjang dan suasana menjadi aneh. Tak lama penginjil itu menatap saya, berkata, “Kapan bayinya lahir?” “Sepuluh Oktober,” jawab saya malu-­malu, lega karena akhirnya saya berbicara sesuatu yang masuk akal sekarang. Lalu dia menyandarkan dirinya ke belakang kursinya, menggeleng-­ gelengkan kepalanya, dan berkata dengan suara percaya diri, “Tidak, tak mungkin singa betina kalau begitu.”

  Saya ingin sekali berseru, “Setuju!” tetapi karena geli, saya mengangguk saja. Di satu pihak saya lega, namun di pihak lain saya merasa agak terganggu, sangat malu, dan mungkin juga terhina.

  Apa maksudnya dengan melahirkan anak laki-­laki saya tak dapat menjadi singa betina? Saat itu musim semi. Oktober tinggal lima bulan lagi! Berapa lama sebenarnya waktu yang diperlukan seseorang bertransformasi menjadi singa betina? Tapi, kenapa juga saya ceritakan visi saya itu kepada mereka? Seharusnya saya menunggu saja sampai melahirkan nanti.

  Penginjil itu rupanya menangkap kebingungan saya, lalu berkata lagi, “Masih banyak hal yang Allah perlu kerjakan di dalam dirimu. Kamu akan terus sibuk sampai Oktober nanti.”

  Ya, begitulah. Meski saya tak menyukai keterbukaan penginjil itu, tetapi saya setuju dengan penilaiannya. Lalu percakapan kami kembali normal. Saya tutup mulut, tak berbicara lagi. Saya biarkan pikiran-­ pikiran itu berpindah ke batin saya. Penginjil perempuan itu hanya

  

Singa Betina Bangkit

  berkata apa yang tercermin secara jelas dari saya. Saya terganggu karena keraguan dan rasa tidak aman. Bahkan suami saya berkata, “Tak mudah hidup dalam pikiran-­pikiran kamu, Lisa. Ditambah lagi dengan kekhawatiran dan ketakutan yang mengepung kamu.” Dia benar. Rasanya pikiran itu makin rumit saja. Saya letih menjadi proyek pemulihan jangka panjang ini.

Tak Ada Lagi Alasan

  Bertahun-­tahun saya mencari-­cari alasan. Saya penderita kanker yang bertahan hidup. Saya adalah ibu sederhana yang tinggal di rumah, sibuk mengurus anak-­anak balita. Saya tak punya latar belakang yang hebat. Apa mungkin Allah berpikir saya ditakdirkan menjadi lebih dari semua itu? Adakah sesuatu yang kuat dan dahsyat di dalam diri saya, menunggu dibangkitkan? Mungkin saya akan menggunakan keberanian dengan baik. Bagaimanapun, bukankah saya seorang petualang ketika masih muda? Dulu saya pernah bercita-­cita menjadi entah pembunuh atau astronot.

  Ya, saya ingin memulihkan kekuatan yang hilang karena berusaha menyesuaikan diri sebagai istri pendeta dan seorang Kristen yang manis. Saya siap sedikit merentangkan sayap dan bangkit dengan kekuatan dan keindahan. Saya letih berpikir lemah dan rewel seperti anak kecil. Saya capek meIihat nyeri pada masa lalu. Sudah waktunya saya menghadapi tantangan. Saya senang karena suami saya seorang yang bersemangat dan kuat. Tetapi saya lelah bersembunyi di belakang semua itu. Saya letih karena melelahkan pikiran dengan begitu banyak hal yang tak penting. Lelah karena saya telah berpura-­pura selama ini. Mungkin visi singa betina itu yang saya perlukan sekarang! Lebih daripada sekedar manis dan aman, saya siap untuk terlihat berani dan fokus.

  Saya menyetir pulang ke rumah setelah makan siang itu. Saya memegang kemudi erat-­erat. Saya ingin mengkhayalkan atmosfer singa betina di dalam mobil Honda Civic saya. Saya membuka kaca jendela. Saya mendengarkan lagu rohani paling gres. Saya biarkan angin dari luar meniup “tengkuk singa betina saya”. Kedengarannya lucu kalau ingat peristiwa itu (lagipula sebenarnya singa betina tak punya tengkuk). Dari kaca mata hitam Ray-­Ban yang berbentuk kucing, saya memandang rambut ikal saya yang berwarna lewat kaca spion…

  

Membangunkan Singa Betina

Tapi, apa saya sedang melihat singa betina emas dengan rambut seperti ini? Tak siap pada bulan Oktober? Ha! Saya akan tunjukkan kepada Anda! Saya singa betina!

  Setelah acara makan siang yang janggal itu dan penilaian yang terus terang itu, juga serangkaian peristiwa lain, satu perubahan mulai terlihat bentuknya. Satu tantangan sudah dikeluarkan.

  Dengan lahirnya Arden Christopher, bayi laki-­laki saya, (namanya berarti berapi-­api, tekun, yang diurapi), sesuatu di dalam diri saya menjadi mengemuka. Meski tambah anak berarti tambah beban, namun saya menjadi anak perempuan Allah yang mempunyai fokus. Anda tahulah. Seperti kebanyakan ibu-­ibu rumah tangga, hubungan saya dengan Tuhan agak terpaksa. Saya nyaris tenggelam dalam rutinitas sehari-­hari. Saya terjebak dalam tuntutan daftar “harus” yang terus bertambah tiap hari. Saya lupa siapa saya. Saya sering ragu-­ragu. Dunia saya kecil, terpusat pada diri sendiri, terasing, nyaman sekaligus tak efektif. Saya ingat nama saya, laki-­laki yang saya nikahi, siapa anak-­anak saya, tetapi apa yang saya lakukan dan kepada siapa saya bertanggungjawab, mengalihkan perhatian saya yang berstatus sebagai anak perempuan Allah.

  Ketika saya berjeda dari semua itu, Allah mulai membisikkan satu kekuatan dan memanggil saya dengan nama yang berbeda. Bagi orang lain nama saya melekat pekerjaan saya. Saya adalah ibu dari anak-­ anak saya, istri dari suami saya, istri seorang pendeta dengan umatnya. Tetapi bagi Allah yang Mahatinggi, saya hanyalah anak perempuan-­ Nya. Ketika saya berfokus menjadi milik-­Nya dengan segenap arti, kehidupan dan kekuatan mengalir dalam hari-­hari saya. Rasa tenang memenuhi jiwa saya. Hati saya mengembang.

  Setelah Arden lahir, saya mulai melangkah ke luar dari bayang-­ bayang rasa tidak aman, rasa takut, wilayah nyaman dan kegagalan saya. Saya mulai menjangkau hal-­hal lain. Sambil mengurus Arden, saya menulis buku pertama saya, Out of Control and Loving It! Menulis membuat dunia lain terbuka bagi saya. Saya pergi ke luar negeri dan bertemu dan berbicara kepada perempuan-­perempuan yang haus akan kebenaran yang sejati. Saya menulis beberapa buku lain dalam merespons rasa sakit dan kehausan dan kebutuhan mendesak tentang kesehatan perempuan.

  Waktu terus berjalan. Kami pindah dari Florida ke Colorado. Sebelumnya rumah kami selalu hangat dan lembab karena sinar

  

Singa Betina Bangkit

  matahari. Di tempat baru lebih dingin dan kering. Kepindahan ini membuat kami lebih banyak diam di rumah dan duduk bersama. Kami harus beradaptasi dengan cuaca yang berbeda. Beberapa kali saya menyendiri dan dipanggil dengan sebutan singa betina. Namun saya hanya sedikit membuat catatan. Saya tersenyum, merasa puas karena sekarang saya bukan lagi seekor kucing rumah yang takut dan gugup. Saya mengira penglihatan singa betina itu telah berlalu karena saya merasa telah berubah.

  Tetapi saya salah.

Ini Bukan Tentang Dirimu, Lisa

  Musim gugur 2007. Singa betina itu mengunjungi saya lagi. Waktu itu saya menjadi salah satu petugas pelayanan pada konferensi perempuan di Selandia Baru, negara yang menakjubkan. Acara ini dipadati banyak peserta. Begitu banyaknya sampai-­sampai gereja tuan rumah mengadakan konferensi beberapa kali agar dapat mengakomodir semua peserta.

  Konferensi pertama diadakan di gereja. Setelah selesai kami bersiap lagi untuk konferensi kedua yang akan diadakan di stadion kota Auckland. Sesi baru akan dimulai. Para petugas sangat terampil dalam memperhatikan setiap peserta. Mereka pekerja Firman yang setia. Tetapi saat istirahat siang itu, saya merasa agak terganggu. Saya gelisah tetapi entah apa sebabnya. Bukan karena saya tertekan harus mempersiapkan diri. Untuk sesi kedua saya bisa mengulang apa yang sudah saya bicakan pada konferensi pertama. Saya hanya merasa perlu berdoa sebelum saya memulai sesi kembali. Seperti ada semacam perlawanan. Saya tahu itu bukan dari peserta atau dari pembicara lain atau dari gereja tuan rumah. Kami semua bekerja dengan satu hati, dengan sikap menyembah, berkhotbah, dan memberi semangat kepada para peserta yang seluruhnya perempuan. Tetapi saya merasa ada sesuatu yang lain. Mungkin Allah sedang mencari perhatian saya. Saya harus menyendiri sejenak untuk mencari tahu apa maksud semua ini. Karena itu saya balik ke kamar hotel. Kamar saya menghadap pemandangan pelabuhan kota Auckland.

  Saya berjalan mondar-­mandir di kamar. Saya merentangkan kedua lengan ke arah pelabuhan, memohon petunjuk Allah sambil menyanyikan “Bersorak bagi Allah dengan Suara Kemenangan” dari

  

Membangunkan Singa Betina

  iPod saya. Untuk menyiapkan hati, saya mengucap syukur kepada Allah untuk berbagai hal. Saya baru selesai mengedit naskah buku saya Nurture dan bersyukur karena proses menulis dan mengedit telah selesai. Buat saya, menulis buku itu seperti melahirkan. Jadi, saya berdoa, Terima kasih, Tuhan. Penulisan buku sudah selesai. Saya memuji Tuhan lagi, berkata, setelah ini saya takkan menulis dalam waktu dekat!

  Tiba-­tiba saya merasa Allah berbicara kepada roh saya. Aku mengerti perasaanmu. Tapi maaf, Aku perlu kamu menulis lagi. Apa? Tuhan perlu saya? Allah meneruskan perkataan-­Nya. Aku akan mengaruniakan strategi

  

dari surga. Strategi-­strategi itu akan ditemukan dalam Firman-­Ku. Kau

takkan memiliki semua strategi itu dengan apa saja tetapi kau akan mengukur

semuanya. Kau harus menulis dan mencatat apa yang Kukatakan kepadamu

sehingga saat anak-­anak perempuan-­Ku berkumpul, mereka akan mendapat

potret yang utuh. Bila kau tak membawa potongan teka-­tekimu, potret itu

takkan lengkap.

  Lalu tiba-­tiba singa betina itu ada lagi di hadapan saya. Ketika saya melihatnya dalam kekuatan dan keindahan yang dahsyat, saya mendengar suara: Aku berkata dengan lahirnya anakmu, kamu akan membangkitkan singa betina. Aku tidak berkata kamulah singa betina itu.

  Mendengar itu saya memandang diri saya sendiri. Betapa terbatas, bodoh, dan manusiawinya perspektif saya dulu. Suara itu kembali berkata, Yesus adalah Singa dari Yehuda. Inilah saat pengantin-­Nya, membangkitkan singa betina. Pelajari segala cara dan aspek singa betina.

  Kemudian saya mendengar strategi pertama: Singa-­singa betina berburu bersama. Saya tercengang. Apakah saya sedang mendengarkan Firman Tuhan?

  Apa maksudnya? Perempuan terbiasa dengan gagasan mereka kuat dalam kewanitaan dan nilai dalam kapasitasnya merawat kehidupan. Sekarang, Allah berbicara kepada saya untuk menyebut mereka singa betina? Apakah ini sesuai?

  Saya membatin, Apa mungkin Allah ingin membangkitkan sesuatu yang

  dahsyat dan liar dalam diri perempuan-­perempuan Allah?

  Kemudian tulisan Bilangan 23 muncul lagi dalam benak saya. Saya lihat tulisan itu adalah perintah bagi perempuan Kristen untuk bangkit.

  

Singa Betina Bangkit

  Saat itu juga saya berencana untuk belajar perihal singa betina dan mencari kemiripannya dengan anak perempuan Allah. Selama dua tahun saya melakukan riset, mengamati, dan menulis tentang singa betina. Mulanya saya membuat keterkaitan antara perempuan dan singa betina hanya dalam wacana tanpa membagikan visi yang Allah berikan kepada saya. Namun seiring berjalannya waktu, saya sadar visi itu bukan milik saya semata. Saya diperlihatkan singa betina bukan karena saya anak kesayangan atau spesial atau saya sangat visioner. Saya ditunjukkan semua itu karena Allah tahu satu kali saya akan menjadi seseorang yang berbicara tentang hal tersebut.

  Berulang kali saya menyampaikan frase “kamu akan membangkitkan

VLQJD EHWLQDµ 6HFDUD KDUÀDK VD\D VXGDK PHOLKDW GDPSDNQ\D EDJL perempuan. Kadang-­kadang mereka menanggapi dengan air mata

  berleleran seolah-­olah dirinya dibanjiri air. Saat lain napas mereka menjadi sesak dan bernapas kaget-­kaget setelah menyadari, tak masalah kalau ingin menjadi cantik dan dahsyat. Saya percaya tanggapan mereka sangat positif karena di dalam setiap anak perempuan Allah, tersembunyi domba dan singa betina sekaligus. Dan inilah waktunya dia dibangkitkan.

  Ketika saya memikirkan singa betina, saya tersenyum lebar. Saya merasa bahagia. Saya menegakkan punggung dan berdiri lebih tegak. Lebih daripada makhluk hidup lain, singa betina membuat saya bangga menjadi perempuan. Tak ada keraguan mengenali kekuatannya. Saya pun membayangkan tak ada makhluk lain yang membuat seorang laki-­laki merasa lebih bangga daripada singa. Singa jantan adalah raja hutan. Tak perlu bertanya siapa ratunya.

Lihat... dan Pelajari

  Ini bukan pertama kalinya Allah meminta kita kembali pada kesederhanaan tentang maksud penciptaan untuk memulihkan perspektif kita. Yesus mengingatkan kita untuk memperhatikan bunga-­ bunga dan belajar dari semua itu. Allah memedulikan kita (lihat Matius 6:28;; Lukas 12:27). Sama juga, Langit menceritakan kemegahan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-­Nya (lihat Mazmur 19:1;; Mazmur 50:6).

  Langit memberitakan keadilan-­Nya, Dan segala bangsa melihat kemuliaan-­Nya. (Mazmur 97:6)

  

Membangunkan Singa Betina

  Keindahan ciptaan yang liar dan dahsyat ini tak lain sebuah jendela yang menawarkan sekilas tentang Allah yang menciptakan kita. Kita perlu membuka jendela ini dan mengizinkan keindahan Allah yang tak terbatas dan tak tertahankan ini, untuk membangkitkan pesona surgawi di dalam diri kita. Ketika kita membuka mata pada keajaiban penciptaan, hal itu akan membangkitkan kerinduan kepada Allah. Roh kita akan memberi respons terhadap apa yang dilihat. Ciptaan memaklumkan, “Masih ada lagi! Lebih daripada sekedar yang dapat dilihat. Lebih daripada sekedar yang dapat didengar. Lebih daripada sekedar kefanaan manusia semata. Ada Allah yang Kekal yang duduk di tempat yang maha tinggi.”

  Yesus Kristus datang sebagai Anak Domba yang disembelih sebelum peletakan dasar-­dasar dunia ini. Namun Kitab Wahyu juga menyebutnya sebagai Singa:

  Lalu berkatalah satu dari tua-­tua itu kepadaku, “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, Singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh materainya.” (Wahyu 5:5)

  Dia adalah Singa kita dan Anak Domba kita. Saya penasaran, apakah kedua ilustrasi yang berlawanan itu dapat digabungkan? Alkitab versi The Message mengatakan singa dari Yehuda ini “dapat menyobek tujuh meterai.” Yohanes, penulis Kitab Wahyu, menangis karena setelah mencari di semua kolong langit, bumi, bahkan dunia di bawah, tak satu pun ditemukan layak untuk membuka ketujuh meterai dan mulai melakukan pernyataan. Lalu tua-­tua di dekat Yohanes mendorongnya untuk melihat, karena ada wahyu tentang Singa dalam Anak Domba kita. Hanya Dia yang layak dan memprakarsai pekerjaan untuk membuka materai.

  Menyobek atau mencarik adalah tindakan kasar. Saya teringat tirai bait Allah yang robek menjadi dua bagian (lihat Markus 15:38). Robekan itu dimulai dari tempat yang tinggi dan berakhir di tempat

  Alam tercipta untuk berkonspirasi dengan

  paling bawah. Saya suka bagian semangat memerdekakan kita. ini. Allah kita selalu merobek

  Ralph  Waldo  Emerson

  Ɇ   sampai hancur remuk bagian yang akan menghalangi atau memisahkan kita dari-­Nya.

  

Singa Betina Bangkit

  Dalam Kitab Wahyu yang penuh rahasia ilahi, tindakan membuka gulungan-­gulungan surga ini akan mengguncangkan segala sesuatu di bumi.

  Bahkan sekarang saya merasa Allah ingin sekali membuka dan menyatakan satu bagian diri-­Nya kepada setiap umat yang percaya. Jika tidak, mengapa Dia perlu menulis akhir yang dramatis tentang kisah bumi jika tulisan itu tidak berisi wahyu bagi tiap orang percaya? Saya percaya kita diminta untuk tidak patah hati atau menangis tetapi mengangkat mata kita, pandangan kita, dan sungguh-­sungguh melihat.

  Bumi menggemakan wahyu dan kebijaksanaan surga. Betapa mengagumkan Bapa di surga menciptakan semua ini untuk membuka hati kita. Tumbuhan, binatang, segala elemen, dan bumi berkata, “Bangkitlah, dan jadilah seperti maksud awal kalian dicipta”. Menurut Ayub, alam berpotensi untuk mengajar kita.

  Allah merancang seluruh ciptaan sebagai kelas ilmu penge-­ tahuan alam, menggunakan burung-­burung dan makhluk-­ makhluk lain untuk mengajar kebijaksanaan. (Ayub 35:11). Keajaiban kasih Allah dan dan jangkauan-­Nya untuk memberi kebijaksanaan-­Nya kepada kita, hampir tak bisa dipahami. Tetapi kita tak perlu terheran-­heran dengan semua ini. Dialah Sang Pencipta yang menyatakan:

  Punya-­Kulah segala binatang hutan, Dan beribu-­ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara;; Dan apa yang bergerak di padang. Adalah dalam kuasa-­Ku.

  Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, Sebab punya-­Kulah dunia dan segala isinya. (Mazmur 50:10–12) Kita terpisah dari segala makhluk di bumi tetapi Allah mengenal nama mereka masing-­masing. Apakah kita membayangkan Dia tak peduli dengan ciptaan-­Nya? Dia menciptakan segala sesuatu bagi diri-­Nya sendiri. Jika kita mau mendengar, alam diciptakan untuk menyatakan siapa Penciptanya. Lewat Amsal kita ditegur, “Hai pemalas, pergilah kepada semut. Perhatikanlah lakunya, dan jadilah bijak” (6:6).

  Saya percaya Allah meminta kita untuk melakukan hal yang sama.

  

Membangunkan Singa Betina

  Dia ingin agar kita memperhatikan singa betina dan belajar darinya. Dia mengundang kita: Anak-­anak perempuan, lihatlah singa betina.

  

Perhatikan baik-­baik. Biarkan dia membangkitkan sifat alamimu yang tak

tertahankan, kecantikanmu yang dahsyat, kekuatanmu yang tak terkekang,

agar kau mampu bangkit dan menjadi perempuan dahsyat sebagaimana

maksud awal kalian Kuciptakan.

  Bagaimana singa betina menyatakan kekuatan dan keberanian dalam diri perempuan? Dan bagaimana perempuan dapat bangkit seperti singa betina? Setiap perempuan akan merespons dengan cara berbeda, tetapi visi karakter singa betina akan memberi pengetahuan kepada Anda. Pada pasal berikutnya, kita akan melihat alasan singa betina bangkit dari pose santainya di bawah sinar matahari Afrika:

  Dia bangkit untuk menghimpun kekuatan. Dia bangkit untuk memberi salam dan merawat sesamanya. Dia bangkit untuk berburu. Dia bangkit bersama singa betina lain. Dia bangkit untuk memindahkan anak-­anaknya ke tempat aman. Dia bangkit untuk berhadapan dengan musuh yang mengancam kelompoknya.

  Dia bangkit untuk berjalan dengan rajanya. Saya melihat singa betina sebagai sebuah ilustrasi bagaimana tiap anak perempuan dari Yang Mahatinggi dapat merengkuh kekuatannya, mengembangkan keberaniannya, dan mengubah dunianya. Adakah semangat singa betina yang masih tersembunyi di dalam diri Anda? Doa saya, ketika Anda selesai membaca buku ini, Anda akan memiliki jawabannya. Dan dengan jawaban itu sesuatu yang dahsyat, indah, dan liar akan membangkitkan Anda.

  2 Kekuatan yang Tersembunyi

  Seumpama satu ketika perempuan-­ perempuan di seluruh jagat raya ini bertemu dan berkumpul bersama demi kemaslahatan umat manusia, maka peristiwa itu akan menjadi satu kekuatan yang tak pernah diperkirakan dunia.

  Matthew  Arnold,  penyair  Inggris     dan  filsuf  abad  19 ungkinkah kita bangkit pada masa ini? Saya mendapat kesempatan istimewa untuk menyaksikan bayangan tentang dahsyatnya pertemuan ini. Di satu negeri yang jauh di sana, di Eropa, bahkan di tanah air saya, Amerika Serikat.

  Saya melihat buah-­buah sulung sebagai bukti nyata dari gerakan yang total ini. Dari seorang anak perempuan, pertemuan ini berubah cepat menjadi perempuan matang. Apakah kutipan di atas berbicara sesuatu yang belum terwujud di dalam diri Anda? Saya sendiri, ketika pertama kali membaca kalimat itu, hati saya langsung tertawan dan

  M

  

Singa Betina Bangkit

  napas saya terasa sesak.

  6D\D PHPED\DQJNDQ ÀVLN VD\D PHPEHUL UHVSRQV WHUKDGDS EHUDJDP kemungkinan yang belum disadari sebelumnya. Dari judul buku ini Anda tahu bahwa saya ingin sekali membangkitkan sesuatu yang liar, bijak, dan indah dari dalam diri Anda. Saya menantang Anda mempertimbangkan gagasan seandainya perempuan di seluruh dunia berkumpul selama-­lamanya. Baca lagi kutipan di atas kalau perlu. Harapan yang muncul dari tiap katanya akan lebih bernilai daripada hanya membaca sekilas. Pengertian ini layak mendapat perhatian penuh dari Anda.

  Beranikan mengajukan pertanyaan bagi diri sendiri: apa mungkin kalimat Matthew Arnold itu hanya teori, sekedar kalimat politis yang bersifat retoris atau harapan belaka? Apa mungkin pengertian ini digariskan atau dinubuatkan oleh Tuhan? Apa penulis itu telah melihat visi ke depan dari masanya yang jauh di belakang, memandang perempuan masa kini, lalu mendorong kita untuk bertemu dan berkumpul? Apa dia sudah tahu pertemuan semacam ini takkan atau tak mungkin terjadi pada masa hidupnya, dan berharap sekaranglah waktunya yang tepat? Apakah dia sadar betapa besarnya kebutuhan itu dirasakan oleh para perempuan? Apakah waktu itu dia sudah bisa memperhatikan Anda dan saya pada zaman kini?

  Saya percaya jawaban yang paling benar terletak di lubuk hati terdalam setiap perempuan. Tak perlu terucap dalam kata, namun akan nampak dari cara perempuan menjalani kehidupan. Bagaimana potensi kita dalam mengambil peran akan diketahui dengan cara

  Solusi bagi masalah-‐masalah orang dewasa di kita menanggapi apa yang masa depan, akan tergantung dari seberapa terjadi di sekitar kita. Pilihan-­ besar anak-‐anak kita tumbuh sekarang ini. pilihan kita selanjutnya akan

  — Margaret  Mead nampak dari cara anak-­anak kita dalam memilih dengan baik.

  Akankah perempuan masa kini bangkit dari segala persoalan dan keterbatasan budaya dunia dan bayang-­bayang agama dan segala prasangka terhadap kaum perempuan? Akankah saudari-­saudari kita yang berani di luar sana maju meski ketiadaan dukungan dari banyak sektor? Akanlah kita di dunia Barat mampu berubah dari keterpecahan yang tak jelas dan berfokus pada hal-­hal yang bernilai dan mulia?

  

Kekuatan Yang Tersembunyi

  $NDQNDK NLWD PHQJJDQWLNDQ NRQÁLN GDQ DUJXPHQ \DQJ JDGXK \DQJ berkata bahwa kontribusi kita tidak penting, dan tidak diilhami oleh Allah? Akankah kita memahami betapa genting dan mendesaknya waktu kita sekarang ini dan mengesampingkan perbedaan doktrin dan pendapat demi menyatukan hal-­hal yang berbeda? Akankah perbedaan usia menyatukan hati dan tangan kita? Akankah iman kita bersatu? Akankah iman yang disatukan ini menggambarkan serangkaian kepercayaan semata?

  Akankah persatuan ini terpaksa atau penuh dengan semangat? Dapatkah berbagi iman ini akan dipercepat melalui berbagai karya dan menyatakan kita sebagai pelayan atas sesuatu yang jelas, yang tak berubah, dahsyat dan teguh?

  Akankah berkumpulnya kita bersama menggambarkan keberanian kita untuk berharap dan mendeklarasikan hidup yang kita yakini? Mungkinkah iman ini berkembang dengan sendirinya dengan tak mementingkan diri sendiri dan lebih banyak memberi daripada meminta dan menyerah? Saya berdoa iya, karena dengan demikian kita akan menemukan dunia kita yang luas dan kehidupan lain yang dipengaruhi oleh keterjangkauan kita.

  Ya, saya mengerti semua yang saya minta dan harap sudah terbentang sekarang. Namun kita tak akan mencapai apa-­apa tanpa melakukan perluasan itu. Tak cukup hanya melihat sendirian dari tempat kita berada. Jika kita tersebar ke mana-­mana, kita harus melihat ke belakang, ke sekeliling, dan ke depan.

  Melihat ke belakang, sekitar tahun seribu delapan ratusan, kita dapat melihat masa di mana peran perempuan kurang berarti dan tak mempunyai suara. Dengan melihat sekeliling, kita sadar betapa pentingnya suara kita. Dengan memandang jauh ke depan, kita harus menyusun kata-­kata dan hidup kita sedemikian rupa sehingga kita dapat membangun masa depan dengan bijaksana.

  Inilah saatnya untuk melebarkan cara kita memandang dan berinteraksi dengan berbagai bidang dalam hidup kita. Rentangan yang dinamis ini dapat terjadi saat tegangan, kelenturan ditambahkan SDGD RWRW RWRW NLWD .HPDPSXDQ PHUHQWDQJ PHQ\HEDENDQ ÁHNVLELOLWDV bahkan mencegah cedera.

  Harapan saya adalah menambahkan beberapa rentangan dalam hidup Anda dengan memperkenalkan singa betina ini. Saya ingin singa

  

Singa Betina Bangkit

  betina melebarkan cara pandang Anda, kewanitaan Anda, keindahan Anda, kekuatan Anda, tujuan-­tujuan Anda, hidup pernikahan Anda, dunia Anda dan Allah Anda. Izinkan singa betina ini menantang pengaruh Anda secara timbal-­balik dan mengembangkan hubungan Anda dengan laki-­laki, teman dan keluarga. Bahkan singa betina mengetahui kapan harus merentangkan diri sebelum melakukan gempuran.

  Di hadapan kita ada tegangan dari kehidupan pribadi kita dan kebutuhan-­kebutuhan dunia. Untuk menanggulangi bidang yang luas ini kita perlu mempunyai visi yang mencakup keduanya.

  

Merasa  Nyaman  Dengan  Kekuatan,    

Merasa  Tenang  Dengan  Wibawa

  Sebelum kita melangkah lebih jauh, saya ingin mendiskusikan satu pertanyaan yang timbul setelah saya melihat visi singa betina. Saya bertanya dalam hati, Mengapa singa betina merasa tenteram di dalam Kitab

  

Suci, dalam melukiskan keterkaitan umat Allah dengan kejahatan yang banyak

itu? Seiring berjalannya waktu, saya mempertimbangkan penglihatan

  ini dengan hati-­hati dan semua pikiran tentang wahyu itu telah membangkitkan diri saya. Berikut jawaban yang saya temukan.

  Allah tidak memperlihatkan singa betina dan berharap saya merespons pada penglihatan tersebut dengan pasif atau takut. Gambar yang terlihat jelas dan berlawanan dengan keadaan saya yang serba terbatas, adalah rasa takut yang menguntungkan. Singa betina adalah alat yang membuka mata saya lebar-­lebar dan memperluas gerak saya.

  Ketika saya bepergian ke beberapa negara, saya melihat pelbagai jenis patung. Denmark, Roma, London, dan Paris memiliki monumen sebagai bentuk penghormatan terhadap kekuatan yang hebat dan sebagai perayaan kemenangan-­kemenangan pada masa lalu dan masa pembebasan yang mempunyai nilai sejarah. Saya mengambil foto karya-­karya seni ini dan terkagum-­kagum, betapa elegannya karya tersebut. Keindahannya tak terbatas waktu.

  Tetapi singa betina yang nampak dalam penglihatan saya, jelas bukan patung. Singa betina ini sebuah wahyu. Sebuah pernyataan. Pewahyuan menyertakan unsur-­unsur yang terbuka dan penuh

  

Kekuatan Yang Tersembunyi

  kejutan. Singa betina itu sungguh menakjubkan dan menghadap ke arah saya yang sedang hamil dan gemetar dengan baju piyama. Meski tak bergerak, singa betina itu tampak lebih hidup daripada saya sendiri. Dalam cahaya keindahan dan kekuatannya, saya sadar apa yang sudah hilang di dalam diri saya. Karena takut, saya mengorbankan kekuatan, kehidupan, dan kecantikan. Saya kehilangan rasa atas diri saya yang sebenarnya. Karena itu maksud penciptaan Allah di dalam diri saya belum terwujudkan.

  Saya diingatkan ketika orang Israel memandang diri mereka sebagai belalang sementara penduduk Kanaan adalah raksasa. Namun dari Bilangan 23, kita tahu penduduk itu memandang Israel sebagai singa jantan dan singa betina yang bangkit.