MAKALAH MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKU

MAKALAH MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

“SISTEM AKUNTANSI PIUTANG”
KELOMPOK:
NAMA / NIM : 1. JOKO SUTIKNO / 2012.103.047
2. WAHYUDI SETYO WIDODO / 2012.103.009
JURUSAN : AKUNTANSI
SEMESTER : 5 (lima)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) INSAN PEMBANGUNAN
BITUNG – TANGERANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Mata
Kuliah Sistem Informasi Akuntansi yang secara rinci membahas tentang Sistem
Akuntansi Piutang.
Penyusunan makalah ini sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai
tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi Semester 5 (lima) di Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Insan Pembangunan – Bitung, Tangerang.
Makalah ini juga sebagai dasar Referensi bagi para pembaca pada umumnya
mengenai Sistem Akuntansi Piutang. Didalam makalah ini terdapat penjelasan

mengenai pengertian dari Piutang itu sendiri, kemudian Dokumen Sumber sebagai
pencatatan piutang, Catatan Akuntansi dalan Sistem Akuntansi Piutang, Metode
Pencatatan Piutang ke dalam buku pembantu piutang, dan Prosedur-prosedur yang
terdapat dalam Sistem Akuntansi Piutang, serta Pendistribusiannya dalam
penerapan penjualan pada Sistem Akuntansi Piutang.
Penyusunan makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
kepada para pembaca pada umumnya, serta menumbuhkan sikap kritis terhadap
hal-hal yang kiranya tidak dijelaskan di dalam makalah ini, oleh karena itu masukan
ataupun saran mengenai makalah ini akan kami terima dengan senang hati, agar
kami lebih bisa mengembangkan tentang apa yang sudah menjadi pokok bahasan,
yaitu Sistem Akuntansi Piutang”.
Penyusun

BAB I
LATAR BELAKANG

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

a.
b.
c.

d.

Kegiatan pokok perusahaan manufaktur terdiri dari: desain dan pengembangan
produk pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, dan penjualan produk jadi
kepada pembeli.
Untuk menangani kegiatan pokok perusahaan umumnya dirancang sistem akuntansi
yang terdiri dari :
Sistem akuntansi pokok
Sistem akuntansi piutang
Sistem akuntansi utang
Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan

Sistem akuntansi biaya
Sistem akuntansi kas
Sistem akuntansi persediaan
Sistem akuntansi aktiva tetap
Dokumen sumber dan pendukung yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam
pencatatan akuntansi merupakan keluaran berbagai sistem tersebut.
Masing-masing sistem tersebut terdiri dari jaringan-jaringan prosedur masing-masing
pada setiap sistemnya.
Informasi merupakan data yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga dapat
dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan. Informasi memegang peran yang
sangat penting dalam suatu perusahaan untuk mengetahui kegiatan apa yang telah
terjadi dengan perusahaannya, melakukan evaluasi apakah kegiatan yang dilakukan
telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjamin agar data tersebut
dapat diolah secara efisien menjadi informasi yang akurat, dapat dipercaya dan
tepat waktu maka dalam pengolahan data tersebut diperlukan suatu alat yang
dinamakan sistem informasi.
Tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sama dengan tujuan
penyusunan sistem akuntansi antara lain :
Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.
Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik

mengenai mutu, Ketepatan penyajian maupun struktur informasi
Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi & pengecekan intern, yaitu untuk
memperbaiki tingkat keandalan (realibility) informasi akuntansi dan untuk
menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan perlindungan
kekayaan perusahaan.
Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
Perusahaan baru memulai usahanya sangat memerlukan penyusunan sistem informasi akuntansi
yang lengkap. Namun, adakalanya sistem informasi akuntansi yang sudah ada tidak dapat memenuhi
kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi yang
terdapat dalam laporan. Dengan memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengendalian intern, maka
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik
serta informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat dipercaya kebenarannya.

Piutang merupakan suatu proses yang penting, yang dapat menunjukkan satu
bagian yang besar dari harta likuid perusahaan.
Piutang sering dikatakan sebagai tagihan atas segala sesuatu hak perusahaan baik
berupa uang, barang maupun jasa atas pihak ketiga setelah perusahaan
melaksanakan kewajibannya, sedangkan secara sempit piutang diartikan sebagai

tagihan yang hanya dapat diselesaikan dengan diterimanya uang di masa yang akan

datang.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tentang tujuan dibuatnya Sistem Akuntansi Piutang berikut sebab-sebabnya.
2. Untuk mengetahui apa saja dokumen-dokumen sumber sabagai dasar pencatatan mutasi piutang,
dan apa saja catatan akuntansi yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Piutang
3. Untuk mengetahui metode-metode apa saja yang digunakan dalam proses pencatatan piutang ke
dalam buku pembantu piutang
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Prosedur dalam Pernyataan Piutang
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Pendistribusian Penjualan dengan adanya Sistem Akuntansi Piutang

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Akuntansi
3.1.1 Jenis-Jenis Sistem

Berdasarkan uraian dari Latar Belakang diatas, bahwa kegiatan pokok perusahaan
manufaktur terdiri dari: desain dan pengembangan produk pengolahan bahan baku

menjadi produk jadi, dan penjualan produk jadi kepada pembeli.
Untuk menangani kegiatan pokok perusahaan umumnya dirancang sistem akuntansi
yang terdiri dari :
9. Sistem akuntansi pokok
10. Sistem akuntansi piutang
11. Sistem akuntansi utang
12. Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan
13. Sistem akuntansi biaya

14. Sistem akuntansi kas
15. Sistem akuntansi persediaan
16. Sistem akuntansi aktiva tetap
Dokumen sumber adalah dokumen yang datanya dipakai sebagai sumber
pencatatan kedalam catatan akuntansi (jurnal dan buku pembantu).dokumen
pendukung adalah dokumen yang menguatkan data yang dicantumkan didalam
dokumen sumber. Dokumen sumber dan pendukung yang dipakai sebagai dasar
pencatatan dalam pencatatan akuntansi merupakan keluaran berbagai sistem
berikut ini :
1. Sistem akuntansi pokok
2. Sistem akuntansi piutang

3. Sistem akuntansi utang
4. Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan
5. Sistem akuntansi biaya
6. Sistem akuntansi kas
7. Sistem akuntansi persediaan
8. Sistem akuntansi aktiva tetap
Masing-masing sistem tersebut terdiri dari jaringan prosedur seperti di uraikan
berikut ini.
1. Sistem akuntansi pokok
Sistem akuntansi di atas, sistem akuntansi pokok merupakan organisasi formulir,
catatan, dan laporan. Sistem akuntansi dalam perusahaan manufaktur terdiri atas
formulir atau dokumen (Business papers), jurnal, buku besar, buku pembantu, dan
laporan.
Unsur-unsur sistem akuntansi ini dirancang oleh manajemen untuk menyajikan
nformasi
keuangan
bagi
kepentingan
pengeloloa
perusahaan

dan
pertanggungjawabannya kepada pihak luar perusahaan.
2. Sistem akuntansi piutang (Account receivable system)
Sistem akuntansi piutang dirancang untuk mencatat transaksi terjadinya piutang dan
berkurangnya piutang. Terjadinya piutang berasal dari transaksi penjualan kredit dan
berkurangnya piutang berasal dari transaksi retur penjualan dan penerimaan kas
dari piutang. Transaksi berkurangnya piutang yang timbul dari transaksi penerimaan
kas dari piutang dikelompokan dalam sistem akuntansi kas. Kegiatan penjualan
kredit dimulai dengan diterimanya order darin pelanggan, kemudian dilanjutkan
dengan permintaan persetujuan pemberian kredit, pengiriman barang, penagihan,
pencatatan piutang dan terjadi piutang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :
a. Prosedur order penjualan
b. Prosedur persetujuan kredit
c. Prosedur pengiriman barang
d. Prosedur penagihan
e. Prosedur pencatatan bertambahnya piutang
f. Prosedur distribusi penjualan
Kegiatan retur penjualan dimulai dengan diterimanya dengan pengambilan barang
dari pelanggan, kemudian dilanjutkan dengan permintaan persetujuan retur
penjualan, penerimaan barang, prncatatan berkurangnya piutang, dan berahir

dengan distribusi penjualan. Oleh karena itu sistem akuntansi untuk mencatat
berkurangnya piutang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :
a. Prosedur penerimaan retur penjualan
b. Prosedur pembuatan memo kredit
c. Prosedur penerimaan barang

d.
e.
f.
3.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

a.
b.

c.
d.
4.

a.
b.
c.
d.
5.
a.
b.
6.
a.
b.
c.
7.

Prosedur pencatatan retur penjualan
Prosedur pencatatan berkurangnya piutang
Prosedur distribusi penjualan

Sistem akuntansi utang (Account payable system)
Sistem akuntansi utang dirancang untuk mencatat transaksi terjadinya utang dan
berkurangnya utang. Terjadinya utang berasal dari transaksi pembelian kredit dan
berkurangnya utang berasal dari transaksi retur pembelian dan pelunasan utang.
Transaksi pelunasan utang dikelompokan kedalam sistem akuntansi kas. Kegiatan
pembelian kredit di mulai dengan diajukannya permintaan pembelian barang ke
fungsi pembelian, kemudian dilanjutkan dengan permintaan penawaran harga dan
pemilihan pemasok, pengiriman order pembelian kepada pemasok ter[ilih,
pencatatan utang yang timbul dari transaksi pembelian dan berahir dengan distribusi
pembelian. Oleh karena itu sistem akuntansi untuk mencatat terjadinya utang dari
transaksi pembelian terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :
Prosedur permintaan pembelian
Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok
Prosedur order pembelian
Prosedur penerimaan barang
Prosedur pencatatan bertambahnya utang
Prosedur distribusi pembelian
Kegiatan retur pembelian dimulai dengan pembuatan memo debit oleh fungsi
pembelian, kemudian dilanjutkan dengan pengiriman barang kepada pemasok,
pencatatan berkurangnya utang karena transaksi retur pembelian dan berahir
dengan distribusi pembelian. Oleh karena itu sistem akuntansi untuk mencatat
berkurangnya utang karena retur pembelian terdiri dari jarigan prosedur berikut ini :
Prosedur pembuatan memo debit
Prosedur pengiriman bararang
Prosedur pencatatan berkurangnya utang
Prosedur distribusi pembelian
Sistem Akuntasi Penggajian dan Pengupahan
Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan dirancang untuk menangani transaksi
perhitungan gaji dan upah karyawan dan pembayarannya. Sistem ini terdiri dari
jaringan prosedur berikut ini :
Prosedur pencatatan waktu hadir dan kerja
Prosedur pembuatan dftar gaji dan upah
Prosedur pembayaran gaji dan upah
Prosedur distribusi biaya gaji dan upah
Sistem akuntansi biaya
Sistem akuntansi biaya dirancang untuk menangani pengendalian produk dan biaya.
Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :
Prosedur order produksi
Prosedur pengumpulan biaya produksi dan non produksi
Sistem akuntansi kas
Sistem akuntasi kas dirancang untuk menangani transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas. Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini :
Prosedur penerimaan kas
Prosedur pengeluaran kas
Prosedur dana kas kecil
Sistem akuntansi persediaan

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
8.

a.
b.
c.
d.

Sistem akuntansi persediaan dirancang untuk menangani transaksi yang
bersangkutan dengan mutasi persediaan yang disimpan di gudang. Sistem ini terdiri
dari jaringan prosedur berikut ini :
Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi
Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dijual
Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dikembalikan oleh pembeli
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepemasok
Prosedur permintaan dan pengeluaran barang dagang
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan ke gudang.
Prosedur penghitungan fisik persediaan.
Sistem Akuntansi Aktiva Tetap
Sistem akuntansi aktiva tetap dirancang untuk menangani transaksi yang
bersangkutan dengan mutasi aktiva tetap. Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur
berikut ini :
Prosedur pengadaan aktiva tetap
Prosedur penghentian pemakaian aktiva tetap
Prosedur depresiasi aktiva tetap
Prosedur penempatan aktiva tetap.
3.1.2 Pengertian Sistem Akuntansi

Pada dasarnya informasi merupakan data yang telah diolah sedemikian rupa,
sehingga dapat dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan. Informasi memegang
peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk mengetahui kegiatan apa
yang telah terjadi dengan perusahaannya, melakukan evaluasi apakah kegiatan
yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjamin
agar data tersebut dapat diolah secara efisien menjadi informasi yang akurat, dapat
dipercaya dan tepat waktu maka dalam pengolahan data tersebut diperlukan suatu
alat yang dinamakan sistem informasi.
Ada beberapa perbedaan sistem informasi yang diterapkan perusahaan. Salah satu
sistem informasi yang sangat diperlukan bagi manajemen untuk mengolah data
administrasi dan keuangan adalah sistem informasi akuntansi. Perbedaan tersebut
sebenarnya hanya terletak pada penekanannya saja, namun pada dasarnya tetap
mengandung pengertian yang sama.
Davis, dan kawan-kawan, mengatakan bahwa Accoun-ting information system
encompass the process and procedures by which an organization’s financial
information is received, registered, recorded, handled, processed, stored, and
ultimately disfosed of.
Penjelasan di atas menekankan pada proses dan prosedur pengelolaan atas
informasi keuangan organisasi mulai dari penerimaan sampai dengan informasi
tersebut tidak berguna lagi bagi organisasi.
Sedangkan Robert G. Murdick menyatakan bahwa The accounting information
system can be defined as the set of activities of the organization responsible for
preparation of financial information and the information obtained from transaction
data for the purpose of :(1)internal reporting to managers for use in planning and
controlling current and future operations, and (2) external reporting to stockholders,
government and other outside parties.
Pengertian di atas jelas mengenai sistem informasi akuntansi dan dapat diambil kesimpulan bahwa
sistem informasi akuntansi mencakup proses dan prosedur pengelolaan informasi keuangan
organisasi dengan tujuan untuk pelaporan kepada pihak intern maupun ekstern perusahaan.

3.1.3 Tujuan Umum Pengembangan Sistem Akuntansi

a.
b.
c.

d.

Tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sama dengan tujuan
penyusunan sistem akuntansi antara lain :
Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.
Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik
mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi.
Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi & pengecekan intern, yaitu untuk
memperbaiki tingkat keandalan (realibility) informasi akuntansi dan untuk
menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan
kekayaan perusahaan.
Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

Tujuan di atas dapat dijelaskan bahwa biasanya perusahaan baru memulai usahanya sangat
memerlukan penyusunan sistem informasi akuntansi yang lengkap. Namun, adakalanya sistem
informasi akuntansi yang sudah ada tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen, baik dalam hal
mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Dengan
memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengendalian intern, maka pertanggungjawaban terhadap
penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik serta informasi yang dihasilkan
oleh sistem tersebut dapat dipercaya kebenarannya.
3.2 Piutang
3.2.1 Pengertian Piutang

Piutang merupakan suatu proses yang penting, yang dapat menunjukkan satu
bagian yang besar dari harta likuid perusahaan.
Kieso
dan
Weygandt
mendefinisikan
pengertian
piutang
sebagai
berikut : Receivables are claims held against customers and others for money,
goods, or services.
Sedangkan pengertian piutang menurut S.Hadibroto, Piutang merupakan klaim
terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa, untuk
maksud akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu
merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang.
Penjelasan definisi di atas diketahui bahwa piutang secara luas diartikan
sebagai tagihan atas segala sesuatu hak perusahaan baik berupa uang, barang
maupun jasa atas pihak ketiga setelah perusahaan melaksanakan
kewajibannya, sedangkan secara sempit piutang diartikan sebagai tagihan
yang hanya dapat diselesaikan dengan diterimanya uang di masa yang akan
datang.
Pada umumnya piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa
secara kredit dan berhak atas penerimaan kas di masa mendatang, yang prosesnya
dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada langganan,
melakukan pengiriman barang, penagihan dan akhirnya menerima pembayaran,
dengan kata lain piutang dapat juga timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman
uang kepada perusahaan lain dan menerima promes atau wesel, melakukan suatu
jasa atau transaksi lain yang menciptakan suatu hubungan dimana satu pihak
berutang kepada yang lain seperti pinjaman kepada pimpinan atau karyawan.
Piutang merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam modal kerja suatu
perusahaan. Sebagian piutang dapat dimasukkan dalam modal kerja yaitu bagian
piutang yang terdiri dari dana yang diinvestasikan dalam produk yang terjual dan
sebagian lain yang termasuk modal kerja potensial yaitu bagian yang merupakan
keuntungan.

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus
dalam rantai perputaran modal kerja yaitu Kas  persediaan  piutang  kas. Dalam keadaan normal
dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas
yang lebih tinggi dari pada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu
langkah, yang penting kebijaksanaan kredit yang efektif dan prosedur-prosedur penagihan untuk
menjamin penagihan piutang yang tepat pada waktunya dan mengurangi kerugian akibat piutang tak
tertagih.
3.2.2 Klasifikasi Piutang

a.
b.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pada umumnya piutang bersumber dari kegiatan operasi normal perusahaan yaitu
penjualan kredit atas barang dan jasa kepada pelanggan, tetapi selain itu masih
banyak sumber-sumber yang dapat menimbulkan piutang.
Smith and Skousen memberikan klasifikasi piutang terdiri atas “piutang
dagang (trade receivables)dan piutang bukan dagang”.
Piutang dagang
Wesel tagih atau notes receivables.
Wesel tagih ini didukung oleh suatu janji formal tertulis untuk membayar.
Piutang usaha atau accounts receivables
Piutang usaha merupakan piutang dagang yang tidak dijamin “rekening terbuka”.
Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit jangka pendek kepada
pelanggan. Pembayaran-pembayarannya biasanya jatuh tempo dalam tiga puluh
sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal
antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan
yaitu faktur dan kontrak-kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak
mencakup bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan
bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu, dengan kata lain
piutang dagang merupakan tipe piutang paling besar.
Piutang bukan dagang
Piutang bukan dagang ini meliputi seluruh tipe piutang lainnya dan mempunyai
beberapa transaksi-transaksi yaitu :
Penjualan surat berharga atau pemilik selain barang dan jasa.
Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan dan
perusahaan-perusahaan affiliasi.
Setoran-setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan instansi-instansi
lainnya.
Pembayaran dimuka pembelian-pembelian.
Setoran-setoran untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya.
Tuntutan atas kerugian atau kerusakan.
Saham yang masih harus disetor.
Piutang deviden dan bunga.
Piutang bukan dagang umumnya didukung dengan persetujuan-persetujuan formal dan secara
tertulis. Piutang bukan dagang harus diikhtisarkan dalam perkiraan-perkiraan yang berjudul sesuai
dan dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan.

Piutang merupakan klaim atautagihan perusahaan terhadap pihak ketiga yang timbul
karena adanya suatu transaksi. Pada dasarnya piutang dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Piutang Dagang
Piutang dagang adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan sebagai akibat
adanya penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang dagang umumnya
berjangka waktu kurang dari satu tahun sehingga dilaporkan sebagai aktiva lancar.
2. Piutang wesel

3.










Piutang wesel adalah piutang berupa perjanjian tertulis debitur kepada kreditur untuk
membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut pada waktu
tertentu di masa yang akan datang. Umumnya piutang wesel berjangka waktu lebih
dari 60 hari, apabila piutang wesel berjangka waktu kurang dari satu tahun
dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, sedangkan untuk piutang wesel
berjangka waktu lebih dari satu tahun diperlakukan sebagai piutang jangka panjang.
Piutang lain-lain
Piutang lain-lain adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain
akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan
normal usaha perusahaan. Beberapa contoh yang termasuk dalam piutang lain-lain
diantaranya :
Uang muka pembelian
Uang muka kepada pegawai
Uang muka pembelian saham
Uang muka menjamin kontrak
Piutang dividen
Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang
Tuntutan kerugian kepada perusahaan asuransi
Tuntutan atas pengurangan pajak

3.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Piutang
Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari
likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi
dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa perusahaan
itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang
berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitability.

b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan
lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat
yang ketat misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek,
pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
atau plafondbagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin
tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar
pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas
maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil.
d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara
aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka
perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas
pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada
akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang
perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif,
maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan
akan lebih besar.

e. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode
setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena
jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.
3.2.4 Pengakuan Piutang Dagang

Piutang dagang diakui atau dicatat pada saat :
a. Perusahaan memperoleh piutang dagang tersebut melalui adanya penjualan kredit.
b. Terjadinya retur dan potongan penjualan.
c. Adanya pelunasan.
Misalnya:
PT. ABC pada tanggal 14 Januari 2013 menjual barang dagangan kepada PT.
Sentosa seharga Rp. 20.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 16 Januari
2013 ada beberapa barang yang cacat sehingga dikembalikan kepada PT. ABC. Bila
dihitung barang yang dikembalikan tersebut sebesar 1.000.000. Pada tanggal 24 PT.
ABC menerima pelunasan dari PT. Sentosa sebesar saldo tagihannya. Jurnal yang
dibutuhkan untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Januari 14 Piutang dagang
20.000.000
Penjualan
20.000.000
(Untuk mencatat adanya piutang karena penjualan kredit)
Januari 16 Retur penjualan
1.000.000
Piutang dagang
1.000.000
(Untuk mencatat adanya retur penjualan)
Januari 24 Kas
18.620.000
Potongan penjualan
380.000 (2 % x 19.000.000)
Piutang dagang
19.000.000
(Untuk mencatat adanya pelunasan piutang)
Catatan:
Potongan biasanya diberikan oleh produsen kepada distributor atau grosir atau dari
grosir kepada pengecer dan jarang diberikan dari pengecer ke konsumen.
3.2.5 Penilaian Piutang Dagang
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan
dalam neraca sebesar nilai kas bersih (netto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah
piutang setelah dikurangi Cadangan Kerugian Piutang Tak Tertagih (CKP) .
Contoh penyajian di neraca :
Aktiva Lancar
Piutang dagang
Rp. 10.000.000
(-) Cadangan kerugian piutang (CKP)
Rp. 1.000.000 Nilai realisasi bersih
Rp. 9.000.000
3.2.6 Retur dan Pengurangan Penjualan

Suatu saat Anda mendapati barang yang Anda beli dalam kondisi rusak, maka ap
a yang akanAnda lakukan? Mungkin Anda mengembalikan barang tersebut atau A
nda akan menerimanyasaja. Dalam perusahaan, transaksi seperti ini dicatat seba
gai akun pengembalian barang atausering disebut sebagai retur pembelian. Akun
retur pembelian dan pengurangan harga ini berfungsi untuk mencatat transaksi p
engem- balian barang yang sudah dibeli kepada pihakpenjual atau pengurangan har
ga yang disepakati penjual. Misalnya, barang yang dibeli sebagianrusak.
Retur pembelian dan pengurangan harga, yaitu pengembalian kembali sebagi
an atau seluruhbarang yang dibeli.
Transaksi pembelian yang dibeli secara kredit dan tunai terdapat dalam contoh b
erikut.

bruari 2006
bruari 2006

Dibeli barang dagangan secara tunai sebesar Rp25.000.000,00.
Dibeli barang dagangan seharga Rp20.000.000,00 dengan syarat2/10, n/30 N
o Faktur 1801.
bruari 2006 Dikembalikan barang dagangan yang dibeli tanggal 19 Februaris eharga Rp5.000.
000,00 karena rusak.
bruari 2006 Dikembalikan barang dagangan yang dibeli tanggal 17 Februarisebesar Rp2.500.
000,00.
bruari 2006 Dibayar pelunasan utang untuk pembelian barang dagangan tanggal19 Februari
2006.

Transaksi tersebut di atas dicatat dalam jurnal berikut.
3.2.7 Resiko Kerugian Piutang
Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan mengandung resiko yang tidak dapat
dihindari. Dalam hal ini resiko hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Resiko
yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut resiko kerugian piutang.
Menurut S.Munawir berpendapat bahwa : Semakin besar day’s receivable suatu perusahaan semakin
besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat
cadangan terhadap kemungkinan kerugia yang timbul karena tidak tertagihnya piutang (allowance for
bad debt) berarti perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu bear (overstated)

a.

b.

c.

d.

Resiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam yaitu :
Resiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang)
Resiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik
dalam memilih langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada
langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi adanya
stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak
dapat dikembalikan.
Resiko tidak dibayarnya sebagian piutang
Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa menimbulkan
kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang
dijual secara kredit.
Resiko keterlambatan pelunasan piutang
Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk biaya penagihan.
Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar apabila harus
dibelanjai oleh pinjaman.
Resiko tidak tertanamnya modal dalam piutang
Resiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga
akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semkin besar
dan hal ini bisa mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.
3.2.8 Penghapusan Piutang atau Kerugian Piutang
Piutang dagang yang dimiliki oleh perusahaan belum tentu seluruhnya dapat ditagih.
Hal ini disebabkan karena debitur tidak mau membayar utangnya, tidak mampu
membayar atau dinyatakan bangkrut, tidak diketahui keberadaannya dsb. Piutang
usaha yang tidak dapat ditagih biasanya dinamakan kerugian piutang dan dalam
akuntansi dicatat dalam akun kerugian piutang.

Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian piutang yaitu
:
a. Metode cadangan (Allowance method)
Adalah metode yang digunakan oleh suatu perusahaan yang menyisihkan piutang
dagangnya sebagai cadangan piutang ragu-ragu atau cadangan piutang tak
tertagih(Allowance for bad debts / provisions for doubtful accounts).
Metode ini digunakan apabila kerugian piutang cukup besar jumlahnya. Tiga hal
yang penting berkaitan dengan metode cadangan yaitu :
1. Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai
biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun 2012 maka
kerugian piutang diakui pada tahun 2012 juga.
2. Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan
mengkredit cadangan kerugian piutang melalui jurnal penyesuaian.
3. Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening
cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha pada saat suatu
piutang itu dihapus dari pembukuan.
Pendukung metode penghapusan tidak langsung (allowance method) merasa yakin
bahwa beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti
penjualan untuk mendapatkan perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan
serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas nilai piutang. Walaupun
melibatkanestimasi namun persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat
diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan dan analisis dari
saldo yang beredar. Banyak perusahaan membuat kebijakan kreditnya dengan
menciptakan piutang tak tertagih dalam persentase tertentu.
b. Metode Penghapusan Langsung (Direct write of method)
Adalah metode penghapusan piutang langsung dihapus dari saldo piutang
perusahaan jika piutang tersebut telah benar-benar tidak dapat ditagih setelah
dilakukan upaya-upaya penagihan. Dalam metode ini perusahaan tidak perlu
melakukan taksiran atas kerugian piutang sehingga rekening cadangan kerugian
piutang tidak digunakan.
Apabila suatu piutang diyakini tidak dapat ditagih lagi, maka kerugian atas piutang
tersebut langsung didebetkan ke dalam rekening kerugian piutang dan mengkredit
rekening piutang dagang.
Dalam metode ini, rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan jumlah
kerugian yang sesungguhnya diderita dan piutang dagang akan dilaporkan dalam
neraca sejumlahnya brutonya, selain itu kerugian seringkali dilaporkan pada periode
yang berbeda dari periode penjualannya sehingga tidak dapat memberikan
gambaran tentang nilai piutang bersih yang dapat direalisasi, oleh karena itu metode
ini tidak diakui untuk pelporan keuangan kecuali bila kerugian piutangnya jumlahnya
tidak material/kecil.
Contoh soal :
Pada Juli 2011 PT. Hokindo melakukan penjualan kredit kepada PT. Agung sebesar
Rp. 10.000.000. Hingga akhir tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp. 500.000
yang belum dapat ditagih. Manajemen memperkirakan Rp. 100.000 tidak akan dapat
ditagih. Pada bulan Juli 2012 bagian penagihan menyatakan bahwa piutang sebesar
Rp. 50.000 dihapus dari pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima
pelunasannya dari PT. Agung. Secara tidak terduga pada bulan Oktober 2012 PT.
Agung melakukan pelunasan utangnya yang belum terbayar.
Diminta :

Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi
diatas baik dengan metode cadangan maupun dengan metode penghapusan
langsung!
3.2.9 Metode Penaksiran Piutang Tak Tertagih / Kerugian Piutang
Terdapat tiga metode untuk menaksir piutang yang tidak tertagih yaitu :
1. Persentase Penjualan
Dalam metode ini perusahaan menetapkan persentase dari jumlah penjualan kredit
untuk menaksir kerugian perusahaan akibat adanya piutang yang tidak tertagih.
Persentase didasarkan pada kebijakan kredit perusahaan dan pengalaman pada
waktu lalu.
Contoh :
PT. Hokindo menetapkan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih adalah sebesar
1% dari penjualan kredit bersih. Apabila jumlah penjualan kredit selama tahun 2011
adalah sebesar Rp. 100.000.000 maka kerugian piutang ditaksir sebesar (1 % x
100.000.000 = 1.000.000).
Jurnal untuk mencatat kerugian piutang tersebut adalah :
Des 31 Kerugian Piutang
1.000.000
CKP
1.000.000
(Untuk mencatat kerugian piutang tahun ini)
Apabila jumlah piutang yang dihapus (kerugian piutang sesungguhnya) berbeda
cukup besar bila dibandingkan dengan jumlah yang ditaksir, maka persentase untuk
tahun berikutnya harus dirubah.
Jika pada rekening CKP sampai akhir tahun bersaldo kredit sebesar Rp. 250.000
maka saldo CKP setelah penyesuaian adalah Rp. 1.250.000 (Rp. 1.000.000 + Rp.
250.000) begitu pula sebaliknya.
2. Persentase Saldo Piutang
Dalam metode ini saldo piutang pada akhir periode dapat digunakan sebagai dasar
untuk menaksir piutang usaha yang tidak dapat ditagih.
Contoh :
PT. Hokindo pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai saldo piutang usaha
sebesar Rp.50.000.000. Taksiran piutang usaha yang tak tertagih sebesar 5 % dari
saldo piutang usaha yaitu sejumlah (5 % x 50.000.000 = 2.500.000). Untuk
menghitung kerugian piutang harus memperhatikan saldo rekening CKP sebelum
penyesuaian. Jika salso CKP sebelum penyesuaian bersaldo nol maka jumlah
kerugian piutang sebesar Rp. 2.500.000 dan jurnal penyesuaiannya adalah:
Des 31 Kerugian Piutang
2.500.000
CKP
2.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 %
dari saldo piutang)
Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo kredit sebesar Rp. 1.250.000
maka kerugian piutang sebesar Rp. 1.250.000 (Rp. 2.500.000 - Rp. 1.250.000).
Jurnal penyesuaian yang dibuat sebagai berikut :
Des 31 Kerugian Piutang
1.250.000
CKP
1.250.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 %
dari saldo piutang)

Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo debet sebesar Rp. 1.000.000
maka kerugian piutang sebesar Rp. 3.500.000 (Rp. 2.500.000 + Rp. 1.000.000).
Jurnal penyesuaian yang dibuat sebagai berikut
Des 31 Kerugian Piutang
3.500.000
CKP
3.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 %
dari saldo piutang)

3.2.10 Analisa Umur Piutang
Dalam metode ini, perusahaan membuat daftar umur piutang pelanggan dengan
membuat kelompok umur piutang berdasarkan masa lewat waktu dari jatuh tempo
piutang dan juga menetapkan persentase taksiran kerugian piutang yang didasarkan
pada kebijakan dan pengalaman masa lalu terhadap total masing-masing kelompok
umur piutang.
Biasanya suatu piutang dagang yang umur jatuh temponya semakin lama, maka
tingkat kemungkinan tak tertagihnya juga semakin besar.
Contoh analisa umur piutang adalah sebagai berikut :
Untuk piutang yang belum jatuh tempo, 2 % tak tertagih. Untuk piutang yang jatuh
tempo kurang dari 30 hari, 5 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 31 hari sampai 60
hari, 10 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 61 hari sampai 90 hari, 25 % tak tertagih.
Piutang yang jatuh tempo diatas 90 hari, 50 % tak tertagih.
Analisa Umur Piutang
PT. Hokindo
Per 31 Desember 2011
(dalam rupiah)
No Pelanggan Jumlah Belum Jumlah Hari
Waktu Jatuh
Jatuh
Lewat
Tempo
Tempo
1-30
31-60
61-90 > 90
1
A
25.000 15.000 10.000
2
B
18.000 7.000
11.000
3
C
42.000 35.000 6.000
1.000
4
D
10.000 10.000
5
E
25.000 25.000
6
F
20.000 12.000 8.000
7
G
25.000
15.000 5.000
5.000
Total
165.000 104.000 50.000 6.000
5.000

a.
b.

1.

2.

Berdasarkan tabel analisa umur piutang, maka kita dapat menentukan besarnya
jumlah piutang tak tertagih sebagai berikut :
Status Piutang
Saldo
% tak tertagih Piutang tak tertagih
Belum JT
Rp. 104.000.000
2%
Rp. 2.080.000
Sudah JT
1-30
Rp. 50.000.000
5%
Rp. 2.500.000
31-60
Rp.
6.000.000
10 %
Rp. 600.000
61-90
Rp.
5.000.000
25 %
Rp. 1.250.000 +
Total
Rp. 6.430.000
Des 31 Kerugian Piutang
6.430.000
CKP
6.430.000
3.2.11 Pengalihan Piutang Dagang
Pengalihan piutang adalah perusahaan mengalihkan piutang usaha yang dimilikinya
kepada pihak lain (lembaga keuangan, bank dan pegadaian piutang) dengan tujuan
untuk mempercepat penerimaan kas dari piutangnya.
Alasan perusahaan menjual ataupun mengalihkan piutangnya karena :
Situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam
memperoleh pinjaman dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki
perusahaan sedapat dan secepat mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.
Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga
memerlukan biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil
jumlahnya dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat
diterima lebih cepat.
Adapun jenis pengalihan piutang antara lain :
Penjualan piutang
Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat
menjual piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang
berutang) agar membayar utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak
tertagihnya piutang ditanggung oleh pihak pembeli piutang. Pembeli piutang
biasanya akan menahan sebagian dari harga beli piutang untuk menjaga
kemungkinan adanya retur penjualan, potongan penjualan dan lain-lain yang akan
mengurangi hasil penagihan piutang.
Misalnya :
Pada tanggal 10 Agustus 2011 PT. Hokindo menjual piutang usahanya yang bernilai
Rp. 2.500.000 kepada Bank BCA. Harga jual piutang usaha tersebut adalah Rp.
2.250.000. CKP pada tanggal 10 Agustus 2011 sebesar Rp. 150.000. Untuk berjagajaga Bank BCA menahan 10 % dari harga jual piutang usaha, maka :
Piutang yang diperkirakan dapat ditagih adalah : Rp. 2.350.000 (Rp. 2.500.000 – Rp.
150.000)
Rugi atas penjualan piutang usaha Rp. 100.000 (Rp. 2.350.000 – Rp. 2.250.000)
Pembayaran yang ditahan oleh Bank adalah Rp. 225.000 (10 % x Rp. 2.250.000)
Jurnal:
Kas
Rp. 2.025.000
Kas ditahan
Rp. 225.000
Piutang usaha yang dijual
Rp. 2.250.000
Penggadaian atau Penjaminan Piutang
Piutang usaha dapat dijaminkan untuk memperoleh pinjaman uang dari bank atau
lembaga keuangan lainnya.Penagihan piutang usaha yang dijaminkan tetap
dilakukan oleh perusahaan peminjam. Hasil penagihan tersebut kemudian

digunakan untuk membayar pinjaman ke Bank. Jika pinjaman sudah lunas sisa
piutang usaha menjadi milik peminjam.
Misalnya :
Pada tanggal 1 Mei 2005 PT. Hokindo memperoleh pinjaman dari Bank BCA dengan
jaminan piutang usaha sebesar Rp. 2.000.000. Pinjaman yang diterima 90 % dari
piutang yang dijaminkan dipotong biaya administrasi Rp. 25.000. Bunga pinjaman 18
% setahun. Jumlah pinjaman Rp. 1.800.000 (90 % x Rp. 2.000.000). Pinjama yang
diterima Rp. 1.775.000 (Rp. 1.800.000 – Rp. 25.000). Jurnal yang dibuat :
Kas
Rp. 1.775.000
Biaya administrasi
Rp.
25.000
Utang Bank
Rp. 1.800.000
(Untuk mencatat pinjaman ke Bank)
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 2.000.000
Piutang usaha
Rp. 2.000.000
(Untuk mencatat piutang usaha yang dijaminkan ke Bank)
Pada saat menerima pembayaran piutang usaha yang dijaminkan tersebut, jurnal
yang dibuat adalah jurnal untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan dan
jurnal untuk mencatat pembayaran pinjaman.
Misalnya :
Pada tanggal 31 Mei 2005 PT. Hokindo menerima pembayaran piutang yang
dijaminkan sebesar Rp. 1.500.000. Bunga bulan Mei sebesar Rp. 30.000 (Rp.
2.000.000 x 18 % x 1/12) sehingga jumlah uang yang dibayar ke Bank sebesar Rp.
1.530.000 (Rp. 1.530.000 + 30.000). Jurnal yang dibuat :
Kas
Rp. 1.500.000
Piutang
usaha
yang
dijaminkan
Rp.
1.500.000
(Untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan)
Utang bunga
Rp. 1.500.000
Biaya bunga
Rp.
30.000
Kas
Rp. 1.530.000
(Untuk mencatat pembayaran pinjaman)
Jika terdapat retur atau penghapusan piutang maka saldo piutang yang dijaminkan
harus dikurangi. Misal tanggal 5 Juni 2005 PT. Hokindo menerima kembali barang
dagangan yang telah dijual sebesar Rp. 50.000. Jurnal yang dibuat :
Retur penjualan
Rp. 50.000
Piutang usaha yang dijaminkan
Rp. 50.000
3. Penjualan dengan kartu kredit.
Penjualan dengan kartu kredit terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu : Penjual,
Penerbit Kartu Kredit dan Pembeli.
Penjualan dengan kartu kredit bagi penjual diperlakukan sebagai penjualan kredit.
Piutang yang timbul bukan kepada pembeli tetapi kepada penerbit kartu kredit.
Misalnya :
Butik Syahmina menerima pembayaran dengan kartu kredit sebrsar Rp. 1.000.000
atas baju, kebaya, dan jilbab yang dibeli oleh seorang pembeli yang menggunakan
American Express. Biaya jasa yang diberikan kepada penerbit kartu kredit sebesar 5
% (Rp. 1.000.000 x 5 % = Rp. 50.000) dari jumlah transaksi sehingga jumlah yang
dibayar oleh American Express sebesar Rp. 950.000 (Rp. 1.000.000 – Rp. 50.000).
Jurnal untuk transaksi tersebut diatas adalah :
Piutang dagang
Rp. 1.000.000
Penjualan
Rp. 1.000.000

(Untuk mencatat penjualan dengan kartu kredit)
Kas
Rp. 950.000
Biaya jasa kartu kredit
Rp.
50.000
Piutang dagang
Rp. 1.000.000
(Untuk mencatat penerimaan pembayaran dari penerbit kartu kredit)
3.3 Sistem Akuntansi Piutang
3.3.1 Prosedur Pencatatan Piutang
Prosedur pencatatan piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap
debitur. Mutasi piutang disebabkan oleh transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur
penjualan, dan penghapusan piutang. Informasi yang diperlukan oleh Manajemen mengenai piutang
yang dilaporkan kepada manajemen adalah:
1. Saldo piutang pada saat tertentu kepada setiap debitur
2. Riwayat pelunasaan piutang yang dilakukan oleh setiap debitur
3. Umur piutang kepada setiap debitur pada saat tertentu
Dalam akuntansi piutang, secara periodik dihasilkan peernyataan piutang yang dikirimkan kepada
setiap debitur. Pernyataan piutang ini merupakan unsur pengendalian intern yang baik dalam
pencatatan piutang, dengan mengirimkan secara periodik pernyataan piutang kepada setiap debitur,
catatan piutang perusahaan diuji ketelitiannya dengan menggunakan tangapan yang diterima dari
debitur dari pengiriman pernyataan tersebut dan dapat menimbulkan citra yang baik dimatta para
debitur mengenai keandalaan pertanggungjawaban keuangan perusahaan. Untuk mengetahui status
piutang dan kemungkinan tertagih dan tidaknya piutang, secara periodik fungsi pencatatan piutang
menyajikan informasi umur piutang setiap debitur kepada manajer keungan. Daftar umur piutang ini
merupakan laporan yang dihasilkan dari kartu piutang.
3.3.2 Dokumen
Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan kedalam kartu piutang adalah:
1. Faktur Penjualan, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang atas dasar
transaksi penjualan kredit. Dokumen ini dilampiri dengan surat muat (bill of loading) dan surat order
pengiriman sebagai dokumen pendukung untuk mencatat transaksi penjualan kredit.
2. Bukti Kas Masuk, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari
transaksi pelunasan piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.
3. Memo Kredit, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan retur penjualan. Dokumen ini
dikeluarkan oleh bagian order penjualan.
4. Bukti Memorial (Journal Voucher), bukti memorial adalah dokumen sumber untuk dasar pencatatan
transaksi kedalam jurnal umum. Dokumen inidigunakan sebagai dasar pencatatan penghapusan
piutang. Dokumen ini dikeluarkan oleh fungsi kredit yang memberikan otorisasi penghapusan piutang
yang sudah tidak dapat ditagih lagi.
3.3.3 Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang adalah:
1. Jurnal Penjualan, catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penjualan
kredit.
2. Jurnal Retur Penjualan, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari
transaksi retur penjualan.
3. Jurnal Penerimaan Kas, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari
transaksi penerimaan kas dari debitur.
4. Kartu Piutang, catatan akuntansi ini digunakan untu mencatat mutasi dan saldo piutang kepada
debitur.
3.3.4 Organisasi
Tugas fungsi akuntansi dalam hubungannya dengan pencatatan piutang adalah:
1. Menyelenggarakan catatan piutang kepada setiap debitur, yang dapat berupa kartu piutang yang
merupakan buku pembantu piutang, yang digunakan untuk merinci rekening kontro piutang dalam

2.
3.

3.3.5
1.

a.
b.
c.

d.

2.
a.
1.

1)

2)
2.

buku besar, atau berupa arsip faktur terbuka (open invoice file), yang berfungsi sebagai buku
pembantu piutang.
Menghasilkan pernyataan piutang (account receivable statement) secara periodik dengan
mengirimkannya kesetiap debitur.
Menyelenggarakan catatan riwayat krredit setiap debitur untuk memudahkan penyediaan data guna
memutuskan pemberian kredit kepada pelanggan dan guna mengikuti data penagihan dari setiap
debitur.
Metode Pencatatan Piutang
Pencatatan piutang dapat dilakukan dengan salah satu dari metode berikut ini:
Metode Konvesional
Dalam metode ini posting kedalam kartu piutang dilakukan atas dasar data yang dicatat dalam
jurnal.berbagai transaksi yang mempengaruhi piutang adalah:
Transaksi Penjualan Kredit, transaksi ini di posting dalam kartu piutang atas dasar data yang telah
dicatat dalam jurnal penjualan tersebut.
Transaksi Retur Penjualan, posting transaksi berkurangnya piutang dari transaksi retur penjulan di
posting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang telah di catat dalam jurnal retur penjualan.
Transaksi Penerimaan Kas Dari Piutang, posting transaksi berkurangnya piutang dari pelunasan
piutang oleh debitur di posting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang telah dicatat dalam jurnal
umum.
Transaksi Penghapusan Piutang, transaksi berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang
di posting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang dicatat dalam jurnal umum.
Gb. Bagan Alir Pencatatan Piutang Metode Konvensional
Metode Posting Langsung, metode ini dibagi menjadi dua golongan berikut ini:
Metode Posting Harian
Posting langsung kedalam kartu piutang dengan tulisan tangan; jurnal hanya menunjukkan jumlah
total harian saja (tidak rinci). Dalam metode ini, faktur penjualan yang merupakan dasar untuk
pencatatan timbulnya piutang di posting langsung setiap hari secara rinci ke dalam kartu piutang.
Jurnal penjualan diisi dengan jumlah total penjualan harian yang merupakan julah faktur penjulaan
selama sehari. Faktur yang diterima dari bagian penagihan diterima oleh bagian piutang dalam batch
disertai dengan pita daftar total (pre-list tape).Jumlah faktur penjualan yang tercantum dalam pita
daftar total tersebut dicatat dalam jurnal penjualan. Selanjutnya, setiap bulan, jurnal penjualan
tersebut di posting ke rekening kontrolpiutang dalam buku besar. Setiapbulan pula, diadakan
rekonsiliasi antara rekening kontrol piutang dengan daftar saldo (trial balance) yang disusun dari kartu
piutang. Ada dua cara menangani media yang akan diposting kedalam kartu piutang:
Media disortasi meurut abjad sebelum diposting, di posting satu per satu kedalam kartu piutang, dan
kemudian dibuat pita pembuktian ketelitian posting dari kartu piutang kemudian dicocokan dengan
pita daftar total yang menyertai media pada saat diterima dari bagian penagihan. Pencocokan ini
dimaksudkan untuk membuktikan ketelitian posting yang telah dilakukan.
Media di posting kedalam kartu piutang sesuai dengan urutan pada waktu diterima dari bagian
penagihan.
Posting lansung kedalam kartu piutang dan pernyataan piutang. Dalam metode ini, media di posting
kedalam pernyataan piutang dengan kartu piutang dengan kartu piutang sebagai tembusan lembar
kedua berfungsi sebagai kartu piutang.

Gb. Bagan Alir Pencatatan Piutang Metode Posting Langsung ke dalam Kartu Piutang
dengan Tulisan Tangan
b. Metode Posting Periodik
1. Posting Ditunda. Pada metode ini faktur penjualan yang diterima dari bagian penaggihan, oleh bagian
piutang disimpan sementara, menunggu beberapa hari, untuk nantinya secara sekaligus di posting
kedalam kartu piutang bersama-sama dalam sekali periode posting dengan menggunakan mesin
pembukuan.

2. Penagihan Bersiklus (Cycle Billing). Dalam metode ini pada akhir bulan, dilakukan kegiatan posting
yang meliputi (1) posting media yang dikumpulkan selama sebulan tersebut kedalam pernyataan
piutang dan kartu piutang. (2) mencatat dan menghitung saldo kartu piutang.. metode ini membagi
pekerjaan posting kedalam kartu piutang dan pernyataan piutang tersebut tersebar merata kedalam
hari kerja selama sebulan. Setiap pelanggan akan menerima pernyataan piutang pada tanggal hari
kerja yang sama setiap bulan.
c. Metode Pencatatan Tanpa Buku Pembantu (ledgerless bookeping)
Dalam metode ini Faktur penjualan beserta dokumen pendukungnya yang diterima dari bagian
penagihan, oleh bagian piutang diarsipkan menurut nama pelanggan dalam arsip faktur yang belum
bayar (unpaid invoice file). Pada saat diterima pembayarannya ada dua cara yang ditempuh:
1. Jika pelanggan pelanggan membayar penuh jumlah yang tercantum dalam faktur penjualan, faktur
yang bersangkutan di ambil dari arsip f